26
itu, pengukuran perilaku agresif juga dapat diidentifikasi melalui aspek agresi verbal, agresi fisik, kemarahan, dan permusuhan.
2.1.4. Upaya Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Agresif
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Peserta didik konseli
sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses perkembangan atau menjadi on becoming, yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan atau kemandirian, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman dalam menentukan arah
kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari
masalah. Perkembangan individu tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, maupun sosial. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti :
maraknya tayangan pornografi dan kekerasan di televisi dan VCD, minuman keras, dan obat-obatan terlarang, ketidak harmonisan dalam keluarga sangat
mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup konseli terutama pada usia remaja yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral akhlak yang mulia.
Salah satu contoh perilaku yang menyimpang adalah timbulnya perilaku agresif pada konseli siswa. Upaya untuk menangkal atau mencegah perilaku
menyimpang, adalah mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kopetensi kemandirian.
27
Upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilaksanakan secara proaktif dan berbasis data tentang perkembangan konseli
beserta berbagai faktor yang memengaruhinya. Upaya yang dapat dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi perilaku agresif yang dilakukan oleh konseli diantaranya adalah: 1.
Guru BK dapat memberikan contoh atau teladan berperilaku secara baik sesuai dengan kaidah moral aturan sekolah kepada siswanya
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bandura dalam Hergenhahn, 2008 perilaku agresif dapat dipelajari melalui pengamatan observasi
dan meniru atas perilaku yang ditampilkan oleh model yang ada disekitarnya. Model akan sangat efektif jika dilihat memilki
kehormatan, kompetensi, status tinggi, atau kekuasaan. Oleh karena itu guru BK dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru BK
juga harus memahami dalam proses belajar observasional siswa diatur oleh empat variabel yakni siswa meretensi perilaku sebuah model
yang dilihatnya. Dalam proses retensi sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuan verbal seseorang. Oleh karenannya guru BK harus
memerhatikan kemampuan verbal siswa saat akan merencanakan modeling. Dalam proses mereduksi guru BK juga harus mengetahui
proses pembentukan perilaku siswa. Jika siswa memerhatikan, menyimpan, dan mampu melakukan perilaku yang dipelajari lewat
observasi itu, siswa harus punya dorongan untuk melakukannya. Dalam tahapan ini guru BK harus melakukan pemberian motivasi,
28
Misalnya dengan memberikan pujian, hadiah, dan penghargaan apabila siswa mampu menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
Dalam proses pemberian modeling kepada siswa, guru BK dapat juga menggunakan media seperti: film, televisi, ceramah, demonstrasi
sebagai model efektif utuk tujuan pendidikan.
2.
Bagi siswa yang telah terindikasi berperilaku agresif maka guru BK dapat menyelenggarakan konseling dengan pendekatan behavioral.
Tujuan dari
konseling behavioral
yaitu Menghapus
atau menghilangkan perilaku maladaptif bermasalah untuk digantikan
dengan perilaku baru yaitu perilaku adaptif yang diinginkan oleh konseli. Dalam konseling behavioral Guru BK konselor berfungsi
sebagi konsultan, guru, penasihat, pemberi dukungan dan fasilitator. Konselor juga dapat memodifikasi perilaku konseli melalui pemberian
penguatan. Agar konseli terdorong untuk merubah perilaku agresifnya,
penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata
ditampilkan melalui perilaku konseli. Selanjutnya konseli diminta untuk mengurangi frekuensi berlangsungnya perilaku agresif.
Konselor juga dapat mengkondisikan perubahan perilaku melalui pemberian contoh atau model seperti: film, tape recorder, atau contoh
nyata langsung dari perilaku konselor. Selanjutnya apabila konseli berhasil menunjukkan perilaku baru berhasil mencontoh perilaku
29
adaptif maka konselor dapat memberikan ganjaranhadiah, misalnya berupa pujian.
2.2 Eksposur Kekerasan dalam Video Game