Gerakan Pembaruan Islam Latar Belakang Berdirinya Taswirul Afkar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Sebagai langkah awal dalam menjalankan gagasannya tersebut, KH. Wahab bersama teman belajarnya ketika di Timur Tengah, KH. Mas Mansur
dan KH. Ahmad Dahlan Achyad menetapkan beberapa tujuan dari kelompok diskusi tersebut, antara lain:
1. Membina kontak yang dinamis antara sejumlah tokoh agama dan intelektual dengan mengedepankan berbagai masalah kehidupan dari yang
bersifat keagamaan murni sampai pada masalah politik perjuangan untuk mengusir penjajah Belanda.
2. Menyalurkan aspirasi para pemuda dan menghimpunnya dalam suatu ikatan yang potensial, dan diharapkan semangat kebangsaan yang
bergelora di hati para pemuda menjadi semakin kuat dan berlandaskan agama.
19
Setelah perdebatan yang dilakukan oleh kelompok diskusi tersebut berjalan secara berangsur-angsur, pada akhirnya hasilnya adalah adanya
perpecahan antaranggota dan menjadi dua kelompok Islam di Indonesia. Kelompok yang dimaksudkan adalah kelompok Islam-tradisional dan
kelompok Islam-modern. Namun, meskipun diskusi-diskusi yang dilakukan oleh Taswirul Afkar
menyebabkan timbulnya Islam-tradisional dan Islam-modern, kelompok ini memiliki arti penting bagi perkembangan pengetahuan Islam di Indonesia
karena kelompok diskusi tersebut merupakan kelompok diskusi pertama di Indonesia yang mempertemukan antara kelompok Islam-tradisional dan
Nina M. Armando, et al., Ensiklopedi Islam Jilid 4 Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2005 108.
19
Zuhri, Almaghfur-lah, 24-25.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Islam-modern guna mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang sangat kontroversial pada saat itu.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, Taswirul Afkar pada kenyataannya tidak hanya melibatkan para ulama saja tetapi, juga menjadi tempat
komunikasi dan tukar informasi antartokoh nasionalis seperti dr. Wahidin Sudirohusodo dan HOS Tjokroaminoto. Taswirul Afkar juga turut menjadi
jembatan komunikasi bagi generasi muda dan generasi tua. Dalam kegiatan selanjutnya, Taswirul Afkar tidak hanya membahas tentang permasalahan
keagamaan saja tetapi kelompok ini menginginkan hal yang lebih yaitu menggalang para intelektual dan ulama untuk menentang para penjajah
kolonial Belanda. Pada perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1918 Taswirul Afkar
ditingkatkan fungsinya sebagai sebuah lembaga pendidikan dengan nama Suria Sumirat Afdeling Taswirul Afkar sebab lembaga pendidikan ini
merupakan bagian dari perhimpunan Suria Sumirat. Penggabungan dari nama tersebut adalah untuk mempermudah perizinan nasional dari pemerintah
Belanda. Fungsi daripada lembaga pendidikan tersebut adalah untuk mendidik anak-anak setingkat Sekolah Dasar SD agar mereka dapat
mendalami ilmu pengetahuan agama dan bertujuan untuk membekali siswa agar lebih memahami agama dan memiliki pola pikir yang berlandaskan
agama Islam.