Tinjauan Tentang Anak Superior

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Anak Superior

1. Pengertian Anak Superior Pada awal abad ke-20 di mana tes intelegensi mengalami perkembangan yang cepat dan orang mulai memperhatikan perbedaan- perbedaan individual dalam kemampuan dan prestasi, anak gifted diartikan sebagai anak yang mempunyai IQ yang sangat tinggi. IQ dipakai sebagai satu-satunya patokan dari giftedness pendekatan unidimensional. Istilah gifted child menjadi sinonim dengan anak dengan IQ tinggi S.C. Utami Munandar, 1982: 6. Sehubungan dengan istilah lndonesia untuk the gifted and talented nampak kecenderungan pula untuk menggunakan macam- macam istilah, diantaranya dengan istilah anak superior. Sementara itu, Sutratinah Tirtonegara dalam bukunya Anak Supernormal dan Program Pendidikannya 1984: 2, untuk menyebutkan istilah anak yang tergolong cerdas atau anak yang berbakat dengan istilah supernormal, yang diklasifikasinya kepada tiga golongan; Genius, Gifted dan Superior. Sejalan dengan hal di atas, pengertian superior dalam kamus psikologi yang disusun oleh James Grever, adalah: 12 Seseorang dengan IQ tinggi, kadang-kadang tingkat keunggulan dipilih sebagai unggul, sangat unggul, mendekati jenius, namun batasannya cenderung berubah 1986: 473.” Sedangkan pengertian superior dalam Handbook of Psychology Terms: Mental ability above that manifested by about 80 of the general population, as measured by standard intelegence tests, rate of progress trought the curriculum, of judgementor qualified person : philip, L. harriman: 1961: 183.” Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa menurut Philip L. Harriman, superior adalah kemampuan mental yang mampu menyelesaikan 80 dari keseluruhan tes intelegensi standar, yang dilakukan oleh orang yang berkualifikasi. Sementara itu, kamus psikologi karangan J.P Chaplin, mendefinisakan Superior sebagai satu tingkat kemampuan mental umum, yang dilampaui oleh 15 dari populasi. Pada skala Stanford Binnet, merupakan IQ yang ekuivalen dengan nilai 120 1986:494. Sementara itu, Sutratinah Tirtonegara 1982: 14, menyatakan: “bahwa anak-anak superior memiliki arti anak-anak yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi atau superior dalam bidang akademik dengan skor IQ pada tes int elegensi menunjukkan angka mulai dari 120-12 ” Atas dasar pertimbangan terdapat banyak konsep mengenai superior, maka dalam penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa, anak superior adalah golongan individu yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi atau superior dalam bidang akademik, dengan 13 hasil pada tes intelegensi standar mencapai skor IQ antara 120-129, dan tes tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berkualifikasi. Penggunaan IQ sebagai kriteria pemisah antara seseorang yang berkemampuan superior dan yang berkemampuan normal memiliki keuntungan karena dapat dilakukan dengan lebih obyektif dan dapat dilakukan sejak awal masa kehidupan seseorang Telford dan Sawey, 1981. Namun dernikian, menetapkan besarnya angka IQ sebagai pembatas golongan kemampuan istimewa atau superior itu masih merupakan hal yang tidak mudah untuk disepakati oleh semua pihak. Permasalahannya terletak pada perbedaan tes 1Q yang digunakan dan perbedaan kepentingan dari hasil klasifikasi tersebut. 2. Batasan IQ Anak Superior Indikator tinggi rendahnva inteligensi adalah IQ. Dengan membandingkan IQ seseorang dengan suatu norma klasifikasi akan dapat diketahui apakah seseorang tersebut termasuk dalam kelompok mereka yang mempunyai kapasitas intelektual superior atau tidak. Dalam sekelompok anak yang tergolong superior, berdasarkan tingkat tingginya intelegensi, terbagi atas beberapa macam klasifikasi yang menurut para ahli antara satu dengan lainnya mempunyai pendapat yang berbeda-beda antara lain menurut: a. Wechsler Menurut Wechsler IQ 130 and above termasuk dalam klasifikasi anak very superior, IQ 120-129 termasuk anak superior, IQ 110-119 14 termasuk anak bright normal, 90-109 termasuk anak average, IQ 80- 89 termasuk anak dull normal, IQ 70-79 termasuk anak borderline, dan 69- below termasuk anak mental devective. Dari klasifikasi yang dikemukakan oleh Wechsler dapat dililiat bahwa individu dengan poin IQ 110-119 termasuk berkemampuan normal, sementara yang dikatakan individu yang memiliki 1Q superior, apabila skor IQ nya sampai pada angka 120 hingga 129. b. Gauss Menurut Gauss IQ di atas 139 termasuk dalam klasifikasi anak sangat menonjol, IQ 120-139 termasuk anak menonjol, IQ 110-119 termasuk anak di atas biasa, IQ 90-109 termasuk biasa, IQ 80-89 termasuk di bawah biasa, IQ 70-79 Termasuk batas terbelakang, dan IQ di bawah 70 termasuk anak terbelakang mental. Dari klasifikasi IQ di atas, terlihat bahwa Gauss mengelompokkan individu dengan poin IQ 110 atau lebih berkemampuan di atas rata-rata. Individu yang superior memiliki IQ mulai dari poin 120. c. Stanford Binet Menurut Stanford Binet IQ 140-169 termasuk dalam klasifikasi anak very superior, IQ 120-139 termasuk anak superior, dan IQ 110-119 termasuk anak high average. 15 Dalam klasifikasi IQ yang dikemukakan oleh Binet terlihat bahwa poin IQ 110 - 119, dikelompokkan berkemampuan high average, dan individu yang berkemampuan superior ditunjukkan mulai dari skor IQ 120-139 d. Terman Menurut Terman IQ 140-above termasuk dalam klasifikasi anak near genius or genius, IQ 120-140 termasuk anak very superior, dan IQ 110-119 termasuk anak superior. Dari klasifikasi yang dikemukan oleh Terman terlihat jelas bahwa IQ dengan poin 110-119 atau lebih masuk dalam klasifikasi superior intelegensi. Sedangkan IQ di atas 120-140 adalah klasifikasi very superior. e. J.C. Raven Grade I PP 95 Intellectually Superior Grade II PP 75-95 Definitely Above Average Grade III PP 25-75 Intellectually Average Capacity Grade IV PP 5-25 Definitely Below Average Grade V PP 5 Intelectually Defective Klasifikasi yang dikemukakan oleh J.C. Raven menggunakan grade IQ precentil point. Di mana skor precentil point yang diperoleh seseorang pada waktu pelaksanaan tes SPM Standart Progressive Measurement, menentukan kedudukan kemampuan intelektual individu tersebut. 16 Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegara 1982 : 14 mengenai klasifikasi batasan anak-anak superior menyatakan bahwa yang tergolong anak superior adalah anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi 120-129. 3. Karakteristik Anak Superior Sejak akhir abad ke-19 banyak penelitian telah dilakukan di negara-negara Barat, untuk mengenai ciri-ciri anak berbakat atau superior. Terman, berdasarkan penelitian longitudinalnya terhadap anak superior 1947 dalam Utami Munandar 1982: 15 menyimpulkan bahwa: Hasil-hasil penelitian tersebut bertentangan dengan pendapat- pendapat sebelumnya dari beberapa ahli dalam abad ke-19, di mana; „genius superior‟ sering diasosiasikan dengan ketidak-warasan mental, ketidak stabilan emosional atau dengan kondisi fisik yang lemah”. Meskipun menurut Vernon 1977:79 dalam Utami Munandar 1982: 16 perkembangan fisik dan motorik tidak jelas merupakan tanda dari keunggulan mental, namun anak-anak yang superior ini sekurang- kurangnya normal dalam perkembangan fisik dan motorik. Menurut Parker 1975:12 dalam Utami Munandar 1982: 17 anak-anak superior sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian terhadap lingkungannya. Walaupun pengecualian-pengecualian selalu 17 ada; misalnya beberapa anak superior lambat dalam perkembangan motorik. Sehubungan dengan perkembangan berbicara, banyak anak-anak superior mulai bicara pada umur yang lebih muda dari rata-rata anak. Namun usia mulai bicara juga tidak dapat diandalkan sebagai kriteria superior. Perbendaharaan kata-kata yang luas, cepat menggunakan kalimat-kalimat yang majemuk dan ketepatan dalam berbicara, minat terhadap kata-kata dan keinginan untuk bereksperimen dengan kata- kata antara 1½- 3 tahun lebih merupakan indikator dari inteligensi anak yang superior. Juga ingatan yang baik. Mulai dua tahun sudah nampak sikap kerja, yaitu dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ditentukan sendiri. Rasa ingin tahu mereka, nyata dari tidak hentinya mengajukan pertanyaan, setelah cukup mcnguasai bahasa. Pada umur 3½ tahun sudah ingin membaca dan sering dapat belajar sendiri dari buku-buku serta mempunyai daya imajinasi yang kuat. Di sekolah mereka sudah menangkap pelajaran dan umumnya juga senang belajar, terutama jika pekerjaannya menarik tidak membosankan bagi mereka. Mereka lebih senang belajar dan bekerja sendiri. Minat dan hobby mereka banyak; senang mengumpulkan perangko, benda-benda dan sebagainya. 9 - 12 tahun. Senang membaca, kadang- kadang lebih senang membaca daripada nonton TV. 18 Mereka senang merencanakan dan mengorganisir; cenderung menjadi pemimpin dalam bermain dan bekerja. Berhubung mereka lebih cepat dalam berfikir dan bahasa, sering mereka lebih senang bergaul dengan anak-anak yang lebih tua. Mereka lebih tidak bergantung independent dan tahu apa yang diinginkan, percaya pada diri sendiri, kadang-kadang bisa keras hati, tidak mudah melepaskan pendapat mereka. Dalam hubungan antar orang mereka mudah membuat kontak dengan orang lain, walaupun ada pula yang lebih suka menyendiri dan tidak mudah bergaul. Mereka peka terhadap perasaan-perasaan orang lain, dan dalam pemahaman diri self-insight mereka juga lebih maju. Kesulitan dalam hubungan dengan orang dewasa dapat terjadi karena anak-anak ini sangat kritis dan mengamati ketidak konsekuenan dalam perilaku orang dewasa. Mereka juga dapat mengajukan pertanyaan-- pertanyaan yang sulit dijawab oleh orang dewasa. Penelitian Roe 1952:256 maupun dari MacKinnon 1962:23 dalam Utami Munandar 1982:30 terhadap tokoh-tokoh ilmuwan yang unggul dalam berbagai bidang, nyata bahwa ciri-ciri yang khas pada mereka ialah kebutuhan akan kebebasan dan sikap mandiri, yang nampak dari cara mereka bekerja, sikap mereka dalam hubungan antar orang, serta kepuasan mereka dalam karir. Paul F. Brandwein dalam bukunya The Gifted Student as Future Scientist mengatakan bahwa anak superior dibanding dengan 19 anak ber IQ normal lebih pendiam, lebih mawas diri inward looking singkatnya mereka pada umumnya menunjukkan kecenderungan melebihi anak normal. Sifat-sifat anak superior menurut Paul Brandwein dalam buku Pemanduan Anak Berbakat S.C. Utami Munandar, 1982: 40 meliputi: a. Mulai dapat berbicara lebih awal daripada anak normal. b. Menunjukkan beberapa kemampuan khusus dalam menggabungkan kata- kata untuk menyampaikan jalan pikirannya c. Memulai sekolah pada umur yang sama dengan rata-rata anak lainnya d. Dapat sedikit membaca sebelum mulai sekolahnya e. Tidak mengalami kegagalan selama masa sekolahnya f. Di sekolah ia dapat mengerjakan tugas pekerjaannya dengan mudah dan memberi kesan ia akan berhasil tanpa banyak usaha g. la mendapat perhatian dari teman-temannya dan menjadi pemimpin dalam gerakan siswa, publikasi, sekolah dan sebagainya Dari uraian berbagai pendapat para ahli mengenai ciri-ciri anak superior di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat anak superior menurut peneliti adalah: a. Memiliki intelegensi di atas normal, mulai dari 120 dan lebih b. Berpikir secara logis, kritis, rasional dan kreatif c. Perkembangan mentalnya lebih cepat dari usianya 20 d. Mempunyai prestasi yang tinggi baik di sekolah, maupun di luar sekolah e. Menunjukkan kemampuan khusus di atas rata-rata anak normal f. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi g. Perkembangan fisik, psikis dan bahasanya lebih pesat daripada anak normal 4. Identifikasi Anak Superior Untuk mengidentifikasi anak superior, maka secara umum dapat dibedakan dua pendekatanmetode identifikasi anak superior: a. Identifikasi melalui pengetesan psikomotrik maupun prestasi belajar. Tes adalah Serangkaian tugaspertanyaan yang harus dilaksanakan dijawab oleh tester menurut aturan yang sudah ditetapkan dan memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain: obyektif dan distandardisir dipergunakan untuk mengukur kecakapan seseorang dengan cara membandingkan antar individu atau dengan standard. Soemadi Soeryobroto, 1973: 26. Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi anak superior meliputi dua tahap, yaitu: 1 Tahap screening yaitu pengetesan massal dengan menggunakan tes kelompok. 2 Tahap seleksi atau identifikasi dengan menggunakan tes individual yang memingkinkan pengukuran yang lebih tepat dan teliti. 21 b. Identifikasi melalui studi kasus yaitu memperoleh sebanyak mungkin informasi tentang anak yang diperkirakan superior dari sumber-sumber yang berbeda, misalnya dari guru, orang tua, teman sebaya atau dari anak itu sendiri. Untuk itu dapat disusun suatu daftar pertanyaankuesioner atau checklist untuk diisi masing-masing sumber. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan dan diserahkan pada suatu panitia seleksi atau pada kepala sekolah. Prosedur identifikasi mana yang dalam kenyataan digunakan agaknya tidak dapat dilihat lepas dari suatu pertimbangan segi praktis pelaksanaannya, sejauh mana mudah digunakan serta pertimbangan dari segi ekonomis dan efisiensi. Dengan menggunakan tes prestasi dan tes inteligensi kelompok, dalam waktu relatif singkat dapat diseleksi sejumlah banyak anak dari pada dengan tes individual. Perlu diperhatikan, bahwa IQ yang diperoleh seseorang dari tes inteligensi pada suatu waktu tidaklah menjadi label yang selalu melekat bagi dirinya. Kondisi fisik dan psikologis individu sewaktu dikenai tes akan banyak berpengaruh pada hasil tesnya. Bila individu yang dites sedang dalam kelabilan emosi, sedang tidak siap, atau sedang dalam kondisi lelah secara fisik, maka hasil tes inteligensi tidaklah akan memberi informasi yang benar mengenai kapasitas intelektualnya S.C Utami Munandar 1982: 64 22 5. Pendidikan bagi Anak Superior Pelayanan pendidikan bagi siswa superior dan siswa yang memiliki kemampuan atau kecerdasan di atas anak rata-rata, di Indonesia telah dimulai sejak: a. Tahun 1974, Departemen Pendidikan Nasional Depdiknas telah menaruh perhatian terhadap masalah bakat dan prestasi dan memberikan beasiswa pada siswa SD, SMP, SMA, dan SMEA yang berbakat dan berprestasi tinggi, tetapi kondisi ekonomi orang tuanya lemah. b. Tahun 1984, pelayanan pendidikan dalam bentuk uji coba perintisan Sekolah Anak berbakat di satu daerah perkotaan Jakarta dan disuatu daerah pedesaan Cianjur, pada satuan pendidikan SD, SMP dan SMA. Proyek ini terhenti setelah tiga tahun berjalan karena keterbatasan dana, pemerintah memutuskan untuk lebih memprioritaskan layanan pendidikan bagi siswa kebanyakan Hawadi, 2004:12. c. Tahun 1994, pelayanan pendidikan dalam bentuk program sekolah unggul shools of excellence di seluruh provinsi. d. Tahun 1998 Depdiknas memberikan Surat Keputusan Penetapan Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Siswa yang memiliki bakat istimewa dan kecerdasan luar biasa dapat menyelesaikan program belajar lebih awal dari waktu yang 23 ditentukan, dengan ketentuan telah mengikuti pendidikan SMP sekurang-kurangnya dua tahun.

B. Tinjauan tentang Underachievement pada Anak Superior