PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh

IKHWAN NURHAKIM

Masalah dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa rendah. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah penggunaan layanan bimbingan kelompok.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahpre-eksperimentaldengan desain one group pretest-posttest. Analisis data dengan statistik nonparametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian 8 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang yang memiliki motivasi belajar rendah.

Hasil analisis datapretestdanposttestdiperoleh Z hitung = -2,524 dan Z tabel 0,05 = 1,645. Karena Z hitung < Z tabel maka, Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat peningkatan antara skor motivasi belajar sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.

Kesimpulan dalam penelitian ini motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

Saran yang dapat diberikan (1) Kepada siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, hendaknya mengikuti layanan bimbingan kelompok. (2) Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat membantu dan membimbing siswa dalam meningkatkan motivasi belajar yang rendah dengan melakukan layanan bimbingan kelompok. (3) Kepada para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah yang sama dengan subjek yang berbeda, dan menggunakan pendekatan serta treatment yang berbeda guna menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bimbingan dan konseling.


(2)

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

Ikhwan Nurhakim

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Ikhwan Nurhakim lahir pada tanggal 18 Juli 1991 di Banjarkertahayu, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Nuri, S.Pd.I. dan Ibu Amiyati, A.Md.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3 Banjarkertahayu diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Way Pengubuan diselesaikan pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar diselesaikan pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kompetensi Akademik dan Bakat (PKAB).

Pada periode bulan Juni sampai dengan bulan September tahun 2012 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sinar Ogan, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan.


(7)

internal kampus. Diantaranya adalah menjadi Anggota Muda Himajip (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan) pada tahun 2009-2010. Sekretaris Bidang Sosial Masyarakat Himajip pada tahun 2010-2011. Young Generation Formabika (Forum Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Unila) pada tahun 2010-2011. Ketua Umum Formabika pada tahun 2011-2012. Staff Ahli Dinas Seni Budaya dan Olah raga Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEM-F), Reshuffle menjadi Sekretaris Dinas Pendidikan, dan diamanahkanReshuffleSK Akhir Sebagai Wakil Gubernur BEM-FKIP Unila 2011-2012.

Selain aktif di organisasi internal kampus, Ikhwan Nurhakim juga aktif di beberapa lembaga eksternal kampus. Ikhwan Nurhakim menjadi Ketua Bidang Pengembangan Organisasi di IMABKIN (Ikatan Mahasiswa Bimbingan Konseling Indonesia) Daerah Lampung periode 2011-2013. Therapist di ACI (Autism Care Indonesia) Daerah Lampung pada tahun 2011. Wakil Bendahara DPD KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Lampung Tengah Periode 2014-2017. Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Departmen Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bandarlampung Komisariat KIP Unila XXII pada tahun 2011-2012. Lalu pada tahun 2012-2013 Penulis diamanahkan menjadi Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bandarlampung Komisariat KIP Unila XXIII.


(8)

Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini kepada :

Kedua Orang tuaku, Adikku, dan Sahabat-sahabatku yang sudah memberikan dan mengorbankan segalanya hingga selesai pendidikan S1 Bimbingan dan Konseling ini.

serta

Almamaterku tercinta UNIVERSITAS LAMPUNG


(9)

-Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain .

(QS. Al Insyirah, Ayat 5-7)

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),

Maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih . (QS. Ibrahim, Ayat 7)


(10)

Puji syukur kehadirat Allas SWT atas rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;


(11)

memberikan motivasi, bantuan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi., Selaku penguji pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan yang membangun dan saran-saran konstruktif dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah mencurahkan segala ilmunya.

8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FKIP Unila, terima kasih atas bantuan selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi Penulis. 9. Bapak Sukirman, S.Pd., Selaku Kepala SMP Negeri 2 Tanjung Bintang yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

10. Ibu Muti’atul Khomsah, S.Pd., Selaku Guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian di sekolah.

11. Segenap Guru dan Pegawai SMP Negeri 2 Tanjung Bintang yang telah menerima dan membantu penulis selama masa penelitian.

12. Sahabat kampusku : Udo Jenny Firawan, Herry STW, Adit Tince, Ijul, Nanda, Oom Andre, Yuda, Bang Erwin, Teguh, Karnain, Tika Febriyani, Berlina, Shella, Umi, Archy, Octa, Nelli H, Yulia, Dian, Mba Nur, Fitri, Christin, Defi, Esti, Ferlysta, Nike, Ita, R.A Syifa, Sifha NI, Teh Yuni, Teteh, Nely Nellong, Asti, Rista, Putri, Ayu, Halen, Hany, Irma, Indri, Hesti, Asri, Fitri, Suci, Dwi, Kalian motivatorku untuk menjadi seorang yang lebih baik.


(12)

mendahului kami, Alm.Dewi dan Alm.Ulfi, semoga kebahagianku disini dapat kalian rasakan juga di surga sana.

13. Kakak tingkat di Program Studi Bimbingan dan Konseling, Bang Idris, Kak Riki, Kak Tubagus, Mas Ari, Bang Tio, Mas Widi, terima kasih atas segala bantuan serta bimbingan baik selama kuliah dan penyusunan skripsi ini. 14. Sahabat-sahabat KKN dan PPL : Kak Rakhman Azizi , Yulian S.P., Aditama,

Dwi Saputro, Dwi Indri, Anggi, Esty, Andari, Rika, Fitri, Pengalaman yang tidak terlupakan bersama kalian selama tiga bulan.

15. Kanda, Yunda dan Dinda di Himpunan yang telah memberi semangat dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

16. Segenap sahabat di Himpunan khususnya Julianto, Guskanur, Heri Setiawan dan Jenny Firawan.

17. Sahabat-sahabat Wisma Era : Aa Dani, Mas Supri, Mas Pur, Mas Riko, Mas Rudi, Bung Doi, Andri Junglodung, Gani, Febri. Terima kasih atas canda tawa yang terkadang menghilangkan kejenuhanku.

18. Almamaterku tercinta ; Universitas Lampung

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 8 Juni 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Skoring Pada Alternatif Jawaban Skala ... 78

4.1 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 87

4.2 Data Hasil Sebelum Perlakuan (Pretest) ... 88

4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 88

4.4 Perbandingan Skor Pretest dan Posttest ... 97

4.5 Perubahan Motivasi Belajar M. Rizki Ramadhan ... 100

4.6 Perubahan Motivasi Belajar Ari ... 102

4.7 Perubahan Motivasi Belajar Duta Mukti Akbar ... 104

4.8 Perubahan Motivasi Belajar Angga Andriawan ... 106

4.9 Perubahan Motivasi Belajar Juli Sebastian ... 108

4.10 Perubahan motivasi Belajar Indah Yuniarti ... 110

4.11 Perubahan Motivasi Belajar Tomi Pratama ... 110

4.12 Perubahan Motivasi Belajar Yoki Arya ... 112


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Skala Motivasi Belajar ... 134

2. Skala Motivasi Belajar ... 136

3. Rangkuman Uji Ahli ... 141

4. Matriks Hasil Uji Coba Skala Motivasi Belajar... 144

5. Hasil Uji Coba Skala ( Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ) ... 148

6. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 156

7. Matriks Hasil Pretest Pada Subjek ... 157

8. Matriks Hasil Posttest Pada Subjek ... 168

9. Data Sebelum dan Sesudah Perlakuan Layanan ... 169

10. Perhitungan Manual Analis Data ... 160

11. Wilcoxon Signed Rank Test Output ... 162

12. Tabel Harga Kritis Dalam Test Wilcoxon ... 163

13. Tabel Distribusi Z ... 164

14. Dokumentasi Kegiatan Bimbingan Kelompok ... 167

15. Satual Layanan Bimbingan Kelompok (Bundel) ... 168


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka pikir penelitian Pre-Eksperimental ... 18

2.1 Hierarki kebutuhan Maslow ... 36

2.2 Tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok ... 53

2.3 Tahap peralihan dalam bimbingan kelompok ... 55

2.4 Tahap kegiatan dalam bimbingan kelompok ... 57

2.5 Tahap pengakhiran dalam bimbingan kelompok ... 59

3.1 PolaOne-Group Pretest-Posttest Design... 71

4.1 Grafik peningkatan motivasi belajar M. Rizki Ramadhan ... 100

4.2 Grafik peningkatan motivasi belajar Ari ... 102

4.3 Grafik peningkatan motivasi belajar Duta Mukti Akbar ... 104

4.4 Grafik peningkatan motivasi belajar Angga Andriawan ... 106

4.5 Grafik peningkatan motivasi belajar Juli Sebastian ... 108

4.6 Grafik peningkatan motivasi belajar Indah Yuniarti ... 110

4.7 Grafik peningkatan motivasi belajar Tomi Pratama ... 112

4.8 Grafik peningkatan motivasi belajar Yoki Arya ... 114

4.1 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan ... 118


(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Identifikasi Masalah ... 9

3. Pembatasa Masalah ... 9

4. Rumusan Masalah ... 10

B. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

C. Kerangka Pemikiran ... 12

D. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar ... 20

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 20

2. Ciri-Ciri Motivasi Belajar ... 24

3. Jenis-Jenis Motivasi Belajar ... 26

4. Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 30

5. Fungsi Motivasi Belajar ... 32

6. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar ... 33

7. Teori Motivasi ... 35

8. Bentuk Motivasi Dalam Belajar ... 39

B. Bimbingan Kelompok ... 40

1. Pengertian Bimbingan Kelompok ... 40

2. Tujuan Bimbingan Kelompok ... 43

a. Tujuan umum ... 44

b. Tujuan khusus ... 44


(17)

4. Komponen Dalam Layanan Bimbingan Kelompok ... 46

a. Pemimpin Kelompok ... 46

b. Anggota Kelompok ... 48

5. Dinamika Kelompok ... 49

6. Tahap-Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ... 51

a. Tahap Pembentukan ... 52

b. Tahap Peralihan ... 54

c. Tahap Kegiatan ... 56

d. Tahap Pengakhiran ... 58

7. Teknik-Teknik Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok ... 60

8. Evaluasi Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 66

C. Keterkaitan Bimbingan Kelompok dengan Motivasi Belajar ... 67

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 70

B. Desain Penelitian ... 71

C. Subyek Penelitian ... 72

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 73

1. Variabel Penelitian ... 73

2. Definisi Operasional ... 74

E. Langkah-langkah Penelitian ... 75

F. Metode Pengumpulan Data ... 76

G. Pengujian Instrument Penelitian ... 78

1. Uji Validitas Skala Motivasi Belajar ... 79

2. Uji Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ... 81

H. Teknik Analisis Data ... . 82

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 84

1. Gambaran Hasil Pra Bimbingan Kelompok ... 85

2. Deskripsi Data ... 86

3. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ... 88

4. Perbandingan Skor Motivasi Belajar Subjek Sebelum dan Sesudah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok (Pretest dan Posttest) .. 97

5. Analisis Data Hasil Penelitian ... 115

B. Pembahasan ... 119

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang

Manusia dalam proses perkembangannya senantiasa menerima pengajaran dan pelatihan dari lingkungannya. Pengajaran dan pelatihan yang diterima oleh manusia inilah yang kemudian akan membentuk sikap dan prilakunya menjadi manusia dewasa, dan dapat diterima oleh lingkungannya. Pengajaran dan pelatihan dalam membentuk sikap ini dapat dikatakan sebagai pendidikan, seperti dikemukakan oleh Islamuddin (2012:3) “Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia tersebut melalui usaha pengajaran dan pelatihan.” Perubahan sikap dan perilaku yang dimaksud dintaranya adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sejenisnya.

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam bab 1 diutarakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”


(19)

Berdasarkan penjelasan itu, usaha sadar dan terencana disini dilakukan secara sistematis dalam bentuk adanya standar nasional dan kurikulum pendidikan yang jelas dalam setiap satuan atau jenjang pendidikan dan bidang studi dalam satuan pendidikan. Adanya usaha yang sistematis tersebut diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif terlibat didalamnya untuk dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga Ia dapat beradaptasi dan beraktivitas di lingkungaannya.

Di Indonesia setiap warga negara berhak mendapatkan dan wajib mengikuti pendidikan serta pemerintah wajib mengusahakan, menyelenggarakan, dan membiayainya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut adalah dengan membuat kebijakan tentang pendidikan. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri yang dirasa akan mampu mengangkat harkat dan martabat Bangsa Indonesia dimata dunia internasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 (Pidarta,2009:13) disebutkan bahwa pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk meletakkan dasar, dan meningkatkan:

1. Kecerdasan 2. Pengetahuan 3. Kepribadian 4. Akhlak mulia

5. Keterampilan untuk hidup mandiri 6. Mengikuti pendidikan lebih lanjut


(20)

Berdasarkan tujuan pendidikan tersebut, dengan penanaman dasar dan meningkatnya kecerdasan, pengetahuan, kepribaadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, dan kesadaran mengkuti pendidikan lebih lanjut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia di era globalisasi yang menuntut manusia untuk terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan dan upaya pemerintah dalam konsep mamajukan kesejahteraan nasional melalui pendidikan.

Pemerintah tidak akan bisa bergerak sendiri untuk mewujudkan kemajuan kesejahteraan nasional melalui pendidikan. Berbagai elemen negara, khususnya elemen-elemen di dunia pendidikan perlu bekerjasama dan memiliki kesadaran kolektif serta konstruktif untuk mewujudkannya. Hal inipun tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 5 sampai dengan pasal 11 yang berisi tentang hak dan kewajiban Warga Negara, Orang Tua, dan pemerintah dalam dunia pendidikan nasional. Selain tiga elemen penting tersebut, sekolah selaku lembaga institusi formal pemerintah di dunia pendidikan memiliki peranan penting untuk mewujudkannya. Sekolah merupakan kawah candradimuka atau tempat belajar bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya.

Pendidikan tentunya berkaitan erat dengan belajar, karena dalam pendidikan terjadi kegiatan belajar. Dalam konteks pendidikan formal, untuk menuju perkembangan diri secara optimal, siswa hendaknya mengikuti proses pembelajaran yang ada di sekolah secara optimal pula untuk memperoleh


(21)

hasil belajar seoptimal mungkin. Proses pembelajaran yang dijalani oleh peserta didik memang merupakan sesuatu hal yang sangat fundamental, karena jalannya suatu proses pembelajaran sangat mempengaruhi hasil dari belajar.

Menurut Pidarta (2009:206) “belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain”. Sedangkan menurut Irwanto (1997:105)“belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu”. Oleh karena itu, dengan belajar siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

Jika defnisi belajar tersebut dikaitkan dengan definisi pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, maka untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, proses belajar harus dilakukan dengan sadar, bertahap, terarah dan berkesinambungan. Maksudnya adalah proses belajar yang dilakukan dengan kesadaran dari pendidik maupun siswa untuk melakukan proses pembelajaran, lalu proses pembelajaran dilakukan dengan tahapan-tahapan yang jelas berdasarkan kurikulum yang berlaku, sehingga proses pembelajran yang dilakukan memiliki arah yang jelas untuk mencapai tujuan standar pendidikan nasional, tidak cukup sampai disitu, proses pemebelajaran tersebut yang sudah dilaksanakan dengan sadar, bertahap dan terarah perlu dilakukan penguatan dengan dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat terwujud proses pembelajaran yang optimal.


(22)

Untuk mencapai proses pembelajaran yang opitmal tersebut tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan, untuk mewujudkannya harus didukung semua elemen yang bersangkutan dalam kegiatan pembelajaran, termasuk siswa sebagai subjek yang melakukan kegiatan pokok pembelajaran. Salah satu hambatan untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal tersebut adalah masih adanya siswa yang belum memiliki kesadaran tentang manfaat belajar. Hal ini berkaitan dengan kurangnya motivasi belajar pada siswa. Hal ini berpengaruh terhadap rendahnya hasil prestasi belajar siswa yang merupakan manifestasi dari suatu proses pembelajaran yang berjalan tidak optimal.

Rendahnya motivasi belajar siswa ini merupakan salah satu hambatan untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan berkualitas serta mampu mengikuti tuntutan perkembangan zaman. Menurut Uno (2011:2) “motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam bertingkah laku. Jadi setiap orang melakukan sesuatu karena adanya motivasi”. Sedangkan menurut Sardiman (2011:102), “dalam kegiatan belajar, motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai”.

Motivasi belajar berperan penting dalam proses pembelajaran, baik motivasi yang ada dari dalam diri peserta didik tersebut, maupun dari luar dirinya. Dalam proses pembelajaran, motivasi berfungsi sebagai pendorong utama bagi siswa dalam usaha mencapai prestasi belajar dan perkembangan diri secara optimal.


(23)

Adanya motivasi yang baik dalam hal belajar, tentu akan menunjukan hasil belajar yang baik pula. Sehingga, dengan adanya sikap kesadaran dalam kegiatan proses pembelajaran dari siswa, maka akan bermuara pada baiknya hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Berdasarkan hasil observasi awal pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 didapatkan informasi mengenai adanya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini dapat diketahui dari berbagai fenomena yang terjadi selama observasi awal dilakukan seperti adanya siswa yang tidak memperhatikan saat guru menjelaskan di ruang belajar, ada siswa yang datang terlambat ke sekolah, ada siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), siswa tidak masuk sekolah tanpa keterangan (alfa), ada siswa yang mencontek pekerjaan rumah temannya di kelas, dan ada siswa yang mengobrol atau tidak memperhatikan pelajaran saat proses pelajaran berlangsung. Berdasarkan fenomena tersebut, terlihat gejala-gejala kurangnya motivasi dalam belajar pada siswa yang menghambat proses pembelajaran didalam kelas khususnya kelas VIII yang berjumlah 103 siswa.

Dalam bimbingan dan konseling di sekolah, meningkatkan motivasi belajar siswa termasuk dalam salah satu bidang bimbingan konseling yaitu bidang bimbingan belajar. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004:6)

“Bidang bimbingan belajar bertujuan membantu siswa mengenal, menum-buhkan, dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar di sekolah dalam rangka menyiapkan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan/atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat”.


(24)

Dalam hal ini, peran guru bimbingan konseling sangat penting, yaitu tentang bagaimana guru bimbingan konseling melakukan usaha-usaha untuk menumbuhkembangkan dan memelihara motivasi belajar siswa agar siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik dan terarah. Salah satu layanan yang dirasa dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah layanan bimbingan kelompok terhadap siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.

Prayitno (2004:1) mengatakan bahwa “bimbingan kelompok membahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok, melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota dibawah bimbingan pemimpin kelompok”.

Dalam hal ini, pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menggunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya. Apabila dinamika kelompok dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara baik dan efektif, maka layanan tersebut dapat berjalan dengan baik pula. Sedangkan Hartinah (2009:8) memaparkan bahwa :

“Salah satu kegunaan bimbingan kelompok adalah dalam mendiskusikan sesuatu bersama, murid didorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu, beberapa murid akan lebih berani membicarakan kesukarannya dengan penyuluh setelah mereka mengerti bahwa teman-temannya juga mengalami kesukaran tersebut.”

Merujuk pada pernyataan-pernyataan diatas, layanan bimbingan kelompok merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam suasana kelompok, guna membantu mereka melihat secara kritis faktor-faktor penyebab motivasi belajarnya yang rendah, kemudian mencari dan


(25)

memecahkan sebab-sebab timbulnya motivasi belajarnya yang rendah itu bersama anggota kelompok didalamnya, serta menumbuhkembangkan sikapnya untuk lebih termotivasi dalam belajar, melalui diskusi kelompok dan komunikasi multiarah antara konselor dengan para anggota bimbingan kelompok.

Dari penjelasan tersebut, maka proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah memerlukan adanya peran konselor sekolah untuk melakukan bimbingan agar proses pelaksanaan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan baik. Adanya tenaga konselor sekolah dengan kualitas pribadi konselor sekolah sebagai tenaga yang terdidik dan terlatih untuk memberikan bantuan kepada siswa merupakan syarat pokok dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

Dari fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan dan berbagai penjelasan di atas, maka peneliti berupaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Melihat keadaan ini, penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian yaitu “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”.


(26)

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang rendah, hal ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan di depan kelas b. Ada siswa yang tidak memperhatikan saat proses belajar berlangsung c. Ada siswa yang membolos saat jam pelajaran sedang berlangsung. d. Ada siswa yang datang terlambat ke sekolah

e. Ada siswa yang tidak mengerjakan tugas rumah (PR)

f. Ada siswa yang sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan g. Ada siswa yang mencontek pekerjaan temannya dikelas

h. Ada siswa yang sering keluar masuk kelas saat proses belajar berlangsung.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang dipaparkan sebelumnya, serta untuk lebih memperjelas arah dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah dengan secara khusus mengkaji mengenai peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.


(27)

4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang diungkapkan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015?”

B. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa setelah penggunaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam kajian bidang keilmuan bimbingan dan konseling di sekolah yaitu tentang penggunaan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.


(28)

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan sumbangan informasi dan pemikiran kepada guru bimbingan dan konseling dan tenaga kependidikan lainnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan, ruang lingkup penelitian ini diantaranya adalah :

a. Ruang lingkup ilmu: Penelitian ini termasuk dalam lingkup bimbingan dan konseling.

b. Ruang lingkup objek: Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah sejauh mana motivasi belajar siswa yang rendah dapat ditingkatkan dengan penggunaan layanan bimbingan kelompok.

c. Ruang lingkup subjek: Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

d. Ruang lingkup wilayah: Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

e. Ruang lingkup waktu : Penelitian ini dilakukan pada Tahun Pelajaran 2014/2015.


(29)

C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur berfikir peneliti serta keterkaitan antara variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan sebelumnya maka dapat disusun kerangka pemikiran yang dapat diuraikan sebagai berikut.

Motivasi mampu mengarahkan peserta didik dalam mencapai tujuannya dalam belajar dan mencapai tujuan dari pendidikan, dalam penelitian ini khususnya tujuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Motivasi merupakan faktor psikologis yang menentukan intensitas usaha siswa dalam belajar dan sangat mempengaruhi hasil belajar. Apabila motivasi belajar siswa tinggi, maka ada kecenderungan bagi siswa untuk terdorong lebih aktif dan lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar. Menurut Sumadi (dalam Djaali, 2008:101) “motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.” Berdasarkan pendapat tersebut, motivasi

merupakan tenaga penggerak untuk mencapai suatu tujuan atau kebutuhan dari setiap diri manusia. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas seratus persen. Bagi manusia, kepuasan bersifat sementara, maksudnya manusia pasti selalu ingin mencapai tujuan-tujuan lain didalam kehidupannya.


(30)

Menurut McClelland (dalam Djaali, 2008:103) “diantara kebutuhan hidup manusia terdapat tiga macam kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan untuk memperoleh makanan atau kebutuhan fisiologis.” Karena penelitian ini berkaitan dengan motivasi belajar, maka konteks motivasi yang sesuai dalam penelitian ini adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi untuk berprestasi adalah kondisi (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan berbagai aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini tujuannya adalah untuk berprestasi setinggi mungkin.

Menurut Atkinson (dalam Djaali, 2008:105) “Motivasi seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu harapan terhadap suatu subjek dan nilai dari objek tersebut.” Jadi semakin besar harapan seseorang terhadap subjek dan semakin

tinggi nilai objek itu bagi orang tersebut, berarti semakin besar motivasinya. Dalam konteks motivasi berprestasi, subjek bisa berupa tingginya prestasi belajar, dan objeknya adalah proses belajar. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya atau adanya motivasi belajar dalam diri siswa.

Dalam diri setiap individu selalu terdapat pertentangan antara harapan akan sukses yang menyebabkan seseorang termotivasi untuk mencari atau mendekati pencapaian tujuan, dengan rasa takut akan mengalami kegagalan akan menyebabkan orang termotivasi untuk menjauhi atau menghindari pencapaian tujuan. Motivasi yang terjadi dalam diri seseorang adalah hasil dari interaksi antara harapan akan sukses dan rasa takut akan mengalami kegagalan.


(31)

Jadi diantara kedua keadaan tersebut, yang lebih dominan akan mempenaruhi kadar motivasi orang tersebut. Hal inilah yang menyebabkan motivasi setiap individu berbeda dengan individu lain dalam hal apapun termasuk belajar. Oleh karena itu motivasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang optimal dari siswa.

Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi eksterinsik. Motivasi intrinsik merupakan daya penggerak yang berasal dari dalam diri individu untuk mencapai atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi eksterinsik merupakan daya penggerak yang berasal dari luar diri individu yang membantu individu untuk melakukan atau mencapai sesuatu.

Bagi siswa yang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dalam belajar akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, berprestasi, dan lain sebagainya. Secara langsung Ia sadar bahwa satu-satunya jalan untuk mencapai tujuannya adalah belajar, maka Ia akan tergerak untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran, biasanya sangat diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada atau sangat sedikit. Selain itu, motivasi ekstrinsik juga dapat menunjang peningkatan dan optimalisasi hasil belajar, bila siswa sudah memiliki motivasi instrinsik yang sangat tinggi dalam belajar.

Motivasi belajar siswa yang tinggi akan memberikan semangat belajar yang baik pada siswa dan secara tidak langsung menuntut siswa mencapai hasil belajar yang baik. Sedangkan motivasi belajar yang rendah, akan menurunkan semangat siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar tidak maksimal.


(32)

Oleh karena itu, peneliti disini berupaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupkan aspek psikis dalam pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling sangat berperan dalam membantu meningkatkan perkembangan peserta didik di sekolah baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan/atau karier. Seperti diungkapkan Prayitno & Erman Amti (2004:99).

“bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.”

Bimbingan dan konseling memiliki berbagai layanan untuk mengoptimalkan perkembangan siswa dan membantu siswa memecahkan masalahnnya, salah satunya adalah motivasi belajar yang rendah, diantaranya layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, konseling individu, konseling kelompok, bimbingan kelompok, konsultasi, dan mediasi. Penggunaan masing-masing layanan disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kearifan konselor sekolah. Kearifan konselor sekolah yang dimaksud adalah mengenai pertimbangan efektifitas dan efisiensi pemberian layanan. Pertimbangan mengenai efektifitas pelaksanaan layanan disini memperhatikan potensi keberhasilan layanan yang akan dilakukan dan kesesuaian layanan yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Sedangkan pertimbangan efisiensi biasanya berkaitan dengan waktu pelaksanaan layanan diupayakan dapat menghemat waktu karena siswa yang akan dibantu tidak hanya satu siswa, tapi masih ada siswa lain yang juga membutuhkan layanan bimbingan dan konseling.


(33)

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, kebutuhan siswa, dan efektifitas serta efisiensi pelaksanaan layanan yang akan diberikan, maka peneliti memilih menggunakan layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok dirasa lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena siswa yang memiliki motivasi belajar rendah lebih dari satu siswa. Sepertidiungkapkan oleh Hartinah (2009:5) “bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi beberapa murid relatif memiliki kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan untuk dilayani secara kelompok”.

Selain itu, layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada beberapa individu dalam kelompok untuk saling memberikan informasi untuk keperluan anggota kelompok. Sehingga anggota kelompok akan mendapatkan informasi tentang permasalahan yang dihadapi dan dapat dengan tepat mengambil keputusan mengenai sikap yang harus dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajarnya yang rendah. Seperti diungkapkan oleh Gazda (dalam Prayitno, 1999:309) bahwa “bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat”. Lalu ditegaskan kembali oleh Romlah (2006:14) tentang tujuan bimbingan kelompok adalah “mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode pemahaman diri mengenai sikap, minat, kemampuan, kepribadian, serta kecendrungan-kecendrungan sifat, dan penyesuaian pribadi antar sosial”. Tujuan lain dari bimbingan kelompok adalah mempelajari secara kelompok dan menerapkan metode belajar yang dirasa efisisen bagi anggota kelompok.


(34)

Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan dalam suasana kelompok yang merupakan kegiatan transaksi informasi dalam sekelompok individu yang dapat membantu individu menyusun rencana dan membuat keputusan yang tepat.

Layanan bimbingan kelompok juga harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang ada pada layanan bimbingan kelompok dengan dinamika kelompok didalamnya. Dalam hal ini pemimpin kelompok diharapkan mampu menstimulus munculnya dinamika kelompok guna membangun kerjasama antar para anggota kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar mereka dalam kegiatan belajar di sekolah.

Pemimpin kelompok juga diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan pribadi, hubungan sosial, kegiatan belajar, dan perencanaan karir mereka dalam usaha mengembangkan tingkahlaku yang dapat memberi motivasi pada diri sendiri dan anggota kelompok yang lain dan mampu melatih kepecayaan diri siswa, agar lebih berani membuka diri untuk mengenali kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya melalui interaksi di dalam kelompok sehingga mereka mampu mengapikasikan rasa percaya diri dalam proses belajar yang dilakukannya. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangannya dalam aspek belajar, tentunya para siswa tersebut dapat mengoptimalkan kelebihannya dalam hal belajar dan mengembangkan tujuannya dalam belajar yang sudah dibangkitkan dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajarnya guna mencapai tujuan belajarnya.


(35)

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen (bimbingan kelompok) dan variabel dependen (motivasi belajar). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa rendahnya motivasi belajar siswa diharapkan dapat ditingkatkan melalui penggunaan layanan bimbingan kelompok. Atas dasar konsep tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian Pre-Experimental

Gambar tersebut memperlihatkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan tahun ajaran 2014/2015 yang memiliki motivasi belajar yang rendah diberikan layanan bimbingan kelompok sebagai upaya meningkatkan motivasi belajarnya. Setiap anggota kelompok mampu mengembangkan kemampuan untuk saling berbagi informasi, saling berbagi pengalaman dan saling menambah wawasan dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang ada di dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tersebut, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.

Motivasi belajar siswa

yang rendah

Motivasi belajar siswa

yang meningkat

Layanan Bimbingan

Kelompok


(36)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan penelitian, dimana jawaban dari dugaan tersebut bisa dibuktikan dengan data-data yang telah dikumpulkan peneliti. Menurut Arikunto (2010:110) “Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan pengajuan hpotesis tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Motivasi belajar siswa tidak dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan taraf signifikansi 5%.

Ha : Motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan taraf signifikansi 5%.


(37)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti. Berdasarkan ruang lingkup permasalahan yang diteliti, peneliti disini akan membahas mengenai motivasi belajar, bimbingan kelompok, dan penggunaan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan motvasi belajar siswa.

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam beraktifitas dan berprilaku, setiap individu dipengaruhi oleh kondisi internal dirinya, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Istilah motivasi berasal dari kata motif, menurut Sardiman (2011:73), “motif dapat dikatakan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motif inilah yang menyebabkan seseorang melakukan segala sesuatu dalam hidupnya. Karena dengan adanya motif, seseorang memiliki alasan yang jelas mengapa ia melakukan sesuatu yang ia lakukan, karena ada harapan yang dirasa harus dipenuhi olehnya dan harapan itu dimanifestasikan dalam perilaku yang dilakukannya dimana perilaku tersebut dilandasi oleh motif yang menggerakkannya.


(38)

Definisi motivasi itu sendiri menurut Uno (2011:1) adalah “dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku”. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Hal ini juga diungkapkan oleh Suryabrata (Djaali, 2008:101) “motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan”. Segala sesuatu yang dilakukan individu digerakkan oleh dorongan di dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Sedangkan menurut McDonald (Sardiman,2011;73-74)

“Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Donald ini mengandung tiga elemen penting:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “ feeling”, afeksi seseorang.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakn respon dari suatu aksi, yakni tujuan.”.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang ada pada diri manusia yang ditandai dengan munculnya feeling yang mampu menggerakkan dan mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan dari individu itu sendiri.

Dalam melakukan aktifitas dan berprilaku sehari-hari, setiap individu memang dipengaruhi oleh adanya motivasi, namun selain dipengaruhi oleh motivasi, sesungguhnya setiap individu dalam melakukan aktivitas dan berprilaku sehari-hari juga melakukan suatu kegiatan yang disebut belajar.


(39)

Seperti diungkapkan oleh Uno (2011:22) “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan-perubahan tingkah laku yang terjadi dalam kehidupan manusia merupakan hasil dari belajar. Lamanya proses perubahan tingkah laku terjadi dalam waktu yang beragam, karena merupakan proses dari setiap interaksi individu di dalam lingkungannya.

Pernyataan Uno di atas ditegskan Sardiman (2011:20) mengatakan bahwa “belajar merupakan perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Belajar itu akan lebih baik, jika subyek itu sendiri belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.” Belajar yang dilakukan idividu akan lebih efektif bila individu itu sendiri yang mengalami dan melakukannya karena hal ini berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang akan terjadi pada individu itu sendiri yang merupakan hasil belajar.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi individu dengan lingkungannya dan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu yang disengaja setelah berinteraksi dengan lingkungannya.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu tentu tidak serta merta muncul begitu saja. Dalam melakukan aktivitas belajar, setiap individu tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang melandasi kegiatan belajar itu dilakukan.


(40)

Menurut Islamuddin (2012:181) “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1. Faktor internal (faktor dari diri siswa) 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning)”.

Motivasi merupakan aspek psikis dalam diri manusia, hal ini merupakan bagian dari faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yang mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. Jadi, Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat berkaitan, karena kegiatan belajar seseorang dipengaruhi oleh motivasi belajar seseorang tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya motivasi belajar yang tinggi dalam diri seseorang, tentu seseorang tersebut akan lebih terarah baik itu dalam berfikir, bertindak dan berbuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan yang ingin seseorang tersebut capai.

Sardiman (2011:75) mengatakan bahwa “dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah dalam kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.”. Lebih jauh, Sardiman, (2011: 75) mengungkapkan bahwa“motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.”

Dalam hal ini, Sardiman menekankan bahwa motivasi merupakan aspek psikis yang menjadi penggerak dan memiliki peran untuk menimbulkan, memberi arah dalam belajar dan menjamin keberlangsungan. Timbulnya kegiatan belajar diawali dengan tujuan yang dimiliki siswa sehingga menjadi dasar penggerak.


(41)

Selanjutnya kegiatan belajar yang dilakukan siswa dilakukan dengan terarah untuk mencapai tujuan dalam belajar. Untuk itulah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan dituntut keberlangsungannya sampai tujuan siswa dalam belajar dapat tercapai.

Disisi lain, Uno (2011:23) mengungkapkan bahwa “motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar”. Sedangkan menurut Winkel (1983:27) “motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan-kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki siswa itu akan tercapai”.

Jadi, motivasi belajar adalah faktor psikis yang menumbuhkan dorongan-dorongan dalam diri individu baik itu dari internal dan eksternal dalam belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang mampu menggerakkan dan mengarahkan siswa untuk belajar guna mencapai keberhasilan individu dalam belajar.

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Dalam proses pembelajaran di sekolah, setiap siswa memiliki perbedaan dalam pencapaian hasil belajarnya, salah satu penyebab perbedaan ini adalah berbedanya motivasi belajar yang terdapat didalam diri setiap siswa tersebut. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa motivasi merupakan daya penggerak segala sesuatu yang akan dilakukan oleh individu.


(42)

Tentunya penting bagi pendidik untuk mengetahui indikator siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik. Berkaitan dengan hal ini, Sardiman (2011:83) mengungkapkan ciri-ciri adanya motivasi pada diri seseorang, adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa(misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).

d. Mampu bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Bila ciri-ciri diatas dikaitkan dalam konteks kegiatan pembelajaran, siswa yang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti siswa tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat atau tinggi dalam belajar. Siswa yang tinggi tingkat motivasi belajarnya tentu akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mudah menyerah, giat membaca buku-buku untuk menambah pengetahuannya dalam memecahkan masalah. Sebaliknya, siswa yang motivasi belajarnya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka meninggalkan pelajaran, dan berakibat pada kesulitan dalam belajar. Dengan mengetahui ciri-ciri motivasi belajar tentu akan memudahkan pendidik dalam mengembangkan potensi siswa dalam pembelajaran, dan dapat mengetahui mana siswa yang perlu ditumbuhkan motivasinya dan mana siswa yang perlu dikembangkan serta dipelihara motivasinya dalam belajar.


(43)

Motivasi merupakan salah satu faktor pendorong yang berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan kegiatan belajar siswa. Motivasi dapat menentukan baik atau tidaknya hasil belajar siswa, sehingga semakin besar motivasi siswa dalam belajar, maka hampir dapat dipastikan akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

3. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Secara umum, dalam belajar ada dua jenis motivasi yang mendorong siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukannya yaitu;

a. Motivasi Instrinsik

Menurut Sardiman (2011:89) “Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau dalam berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.”Sedangkan menurut Elliot, dkk. (Ghufron & Riswanti, 2010:85) menjelaskan bahwa“motivasi instrinsik adalah sesuatu dorongan yang ada didalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan gembira setelah melakukan serangkaian tugas.”

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik ialah motivasi yang menjadi aktif tanpa perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, tapi timbul dari dalam diri seseorang dengan sendirinya.


(44)

Jika dilihat dari segi tujuan, kegiatan yang dilakukan individu, secara langsung berkenaan dengan esensi apa yang dilakukannya. Sebagai contoh konkrit, seorang siswa melakukan kegiatan belajar karena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain. Jadi tujuan dari motivasi intrinsik berkenaan langsung dengan esensi apa yang dilakukan individu tersebut, yaitu belajar karena ingin mendapat pengetahuan dan keterampilan, bukan karena ingin mendapat pujian ataupun hal lain sebagainya.

Bila dikaitkan dalam kegiatan belajar siswa, menurut Hamalik (2011:162) “motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa”. Motivasi ini disebut motivasi murni. Motivasi murni merupakan motivasi yang sebenarnya timbul dalam diri siswa sendiri tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik dalam belajar dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri siswa dan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.

Menurut Thursan Hakim (2005:30) yang termasuk motivasi intrinsik dalam belajar antara lain :

a. Memahami manfaat yang dapat diperoleh dari setiap pelajaran. b. Memilih bidang studi yang paling disenangi dan paling sesuai

dengan minat.

c. Memilih jurusan bidang studi sesuai dengan bakat dan pengetahuan.


(45)

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik tentunya akan memiliki tujuan untuk menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan belajar. Tanpa belajar, tidak mungkin mendapat pengetahuan, dan tidak mungkin menjadi ahli. Motivasi intrinsik dalam belajar itu muncul karena siswa membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya.

Menurut Islamuddin (2012:262), “dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.”. Jadi, motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial belaka. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi intrinsik berperan penting, karena siswa yang memiliki motivasi intrinsik dalam belajar cenderung melakukan aktivitas belajar secara terarah dan terus-menerus serta selalu ingin maju dalam belajar utuk mencapai tujuannya dalm belajar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Menurut Sardiman (2011:90), “motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar.”.Sedangkan menurut Dimyati & Mudjiono (2006:91) “motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang ia lakukan.”


(46)

Dari beberapa definisi motivasi ekstrinsik diatas, dapat disimpulkan bahwa Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri individu, dimana individu mendapat rangsangan dari luar untuk melakukan sesuatu. Jika dilihat dari segi tujuan, kegiatan yang dilakukan individu, tidak secara langsung berkenaan dengan esensi apa yang dilakukannya. Sebagai contoh seorang siswa yang belajar karena tahu esok pagi akan ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik sehingga dapat dipujioleh temannya atau pacarnya. Disini, yang menjadi tujuannya adalah pujian. Bukan esensi pengetahuan dan keterampilan didalam kegiatan belajarnya.

Bila dikaitkan dalam kegiatan belajar, menurut Hamalik (2011:163) “motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, ijazah, hukuman dan sebagainya”. Motivasi ekstrinsik dalam belajar dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari luar diri dan tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajarnya.

Menurut Hakim (2005:30) yang termasuk motivasi eksntrinsik dalam belajar antara lain :

a. Keinginan mendapat nilai ujian yang baik. b. Keinginan menjadi juara kelas atau juara umum. c. Keinginan naik kelas atau lulus ujian.

d. Keinginan menjaga harga diri atau gengsi, misalnya ingin diaanggap sebagai orang pandai.

e. Keinginan untuk menang bersaing dengan orang lain. f. Keinginan menjadi siswa teladan.

g. Keinginan untuk dapat memenuhi persyaratan dalam memasuki pendidikan lanjutan.

h. Keinginan untuk menjadi sarjana.


(47)

j. Keinginan untuk menutup diri atau mengimbangi kekurangan tertentu yang ada dalam diri sendiri. Misalnya, menderita cacat, miskin atau berwajah jelek dapat ditutupi atau dimbangi dengan pencapaian prestasi.

k. Keinginan untuk melaksanakan anjuran atau dorongan dari orang lain seperti orang tua, kakak, teman akrab, guru dan orang lain yang disegani serta mempunyai hubungan erat.

Dalam hal ini, perlu ditegaskan bahwa bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, sehingga membutuhkan rangsangan atau stimulus dari luar dirinya untuk mendorong ia melakukan sesuatu. Selain itu juga mungkin komponen-komponen lain dalam kegiatan pembelajaran ada yang kurang menarik minat siswa tertentu atau kurang sesuai dengan kebutuhan siswa, oleh karena itu, diperlukan adanya motivasi ekstrinsik.

4. Peranan Motivasi dalam Belajar

Pada dasarnya manusia ingin selalu mencapai tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu pula dalam belajar, motivasi dalam belajar muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dalam belajar, diantaranya yaitu untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Menurut Uno (2011:27) ada beberapa peranan penting dalam motivasi belajar yaitu:

a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar b. memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

c. menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar d. menetukan ketekunan belajar.


(48)

Motivasi mempunyai peran yang amat penting dalam belajar. Karena motivasi dapat menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seseorang siswa dimana siswa akan lebih semangat dalam belajar apabila ia memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar.

Dengan memiliki motivasi belajar yang baik, seorang siswa dapat lebih mengarahkan tingkah lakunya kearah kegiatan belajar sehingga siswa tersebut tidak akan terpengaruh untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak berorientasi pada tujuannya atau kurang bermanfaat. Agar peranan motivasi belajar dapat berfungsi optimal, maka diperlukan adanya pengetahuan dan pemahaman tentang prinsip-prinsip motivasi. Prinsip-prinsip motivasi ini tentunya tidak hanya sekedar untuk diketahui namun juga harus dapat dimengerti dan diaplikasikan oleh pendidik dan bahkan oleh peserta didik.

Menurut Bahri (2002:118-121) prinsip-prinsip dalam motivasi belajar adalah: a. motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar. b. motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam

belajar.

c. motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman. d. motivasi berhubungan erat dengan keutuhan dalam belajar. e. motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

f. motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.

Dari prinsip-prinsip motivasi yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa motivasi sangat berperan penting dalam kegiatan belajar, dimana dengan adanya motivasi yang tinggi mampu menggerakkan aktivitas belajar seseorang, dan memupuk optimisme dalam belajar, serta memberikan arahan untuk tujuan yang akan ia capai, sehingga melahirkan prestasi dalam belajar.


(49)

5. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi mempunyai fungsi yang amat penting dalam belajar, karena hasil belajar akan jadi optimal kalau ada motivasi. Motivasi merupakan daya penggerak dalam kegiatan apapun yang dilakukan oleh individu termasuk dalam kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu. Selain itu, motivasi juga berfungsi menentukan intensitas usaha belajar yang akan dilakukan individu tersebut dan berfungsi sebagai penentu taraf prioritas kegiatan dalam melakukan aktivitas belajar. Semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa, maka akan semakin optimal pula aktivitas belajar yang dilakuka oleh siswa, dimana aktivitas belajar ini akan bermuara pada optimalnya prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk mengetahui apa saja fungsi dari motivasi dalam belajar.

Berikut adalah fungsi motivasi belajar menurut Sardiman (2011:85) :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. 4. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan adanya usaha yang

tekun dan didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Sedangkan fungsi motivasi belajar menurut Hamalik (2011:161) adalah: a. Mendorong timbulnya perilaku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak

akan timbul perbuatan seperti belajar.

b. Sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkahlaku seseorang, kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

c. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.


(50)

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong atau penggerak dalam kegiatan belajar dan memberikan arahan untuk mencapai tujuan dalam belajar serta menentukan hal-hal yang bisa diperbuat untuk mencapai tujuan tersebut. Serta mendorong dalam meningkatkan usaha belajar sehingga tercapai prestasi belajar yang optimal.

6. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar

Setiap siswa tentu ingin mencapai hasil yang memuaskan dalam belajar, tentu hal ini dapat terjadi dengan adanya motivasi belajar yang tinggi pada siswa, motivasi timbul karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan yaitu mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2011:161-162), secarat garis besar motivasi mengandung nilai-nilai dalam belajar sebagai berikut:

a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar murid.

b. Pengajaran bermotivasi hakikatnya adalah pengajaran yang disesuai-kan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. c. Pengajaran bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk

berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan

motivasi dalam pengajaran erat pertaliaannya dengan pengaturan disiplin kelas.

e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar menggunakan buku saja tidak hanya melengkapi prosedur mengajar, tetapi menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.

Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam belajar. Sehingga motivasi belajar siswa peru dibangkitkan dan ditingkatkan. Keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan sangat tergantung dari bagaimana usaha yang dilakukan guru dan/atau siswa untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara motivasi belajar siswa.


(51)

Dalam membangkitkan motivasi belajar siswa hendaknya didukung dengan disiplin kelas dan kreativitas dari guru dalam mengelola kelas dan/atau kelompok belajar, dan juga usaha yang sungguh-sungguh baik dari guru maupun siswa. Oleh karena itulah pentingnya motivasi belajar siswa perlu diketahui oleh guru guna mengoptimalkan potensi siswa dalam belajar. Dengan guru mengetahui pentingnya motivasi belajar siswa inilah maka guru hendaknya mampu untuk membangkitkan, mengembangkan, dan memelihara motivasi belajar siswa.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:84-86) peran guru dalam mengembangkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil

2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam-macam

3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran

4. Memberi peluang guru untuk unjuk kerja

Dengan mengetahui pentingnya motivasi belajar bagi siswa, tentunya guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi guru juga hendaknya sadar akan kewajiban dan peran sertanya dalam menumbuhkan, mengembangkan dan memelihara motivasi belajar dari siswanya di sekolah. Jika guru dapat memahami berbagai macam motivasi belajar yang dimiliki oleh setiap siswanya, guru akan lebih terarah untuk menjalankan tugasnya. Keberhasilan dalam menumbuhkan, meningkatkan, dan memelihara motivasi belajar siswa juga bergantung pada usaha yang dilakukan oleh setiap guru untuk melakukannya.


(52)

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006:84-86), pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya

c. Mengarahkan kegiatan belajar d. Membesarkan semangat belajar

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Motivasi belajar siswa ikut berperan dalam menentukan hasil belajar yang akan diperoleh oleh siswa, dengan adanya motivasi belajar yang baik, tentunya siswa akan memiliki kekuatan yang akan mendorongnya untuk lebih berusaha dengan bersungguh-sungguh dalam belajar dan menjalani proses belajar itu dengan penuh semangat guna mendapat hasil belajar yang diharapkannya.

7. Teori Motivasi

Teori motivasi yang peneliti anggap relevan dan substansial dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah teori motivasi hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow. Setiap kali membicarakan tentang motivasi, hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow pasti disebut-sebut dalam setiap pembahasan didalamnya. Hal ini dikarenakan teori hierarki kebutuhan yang dipaparkan oleh Abraham Maslow didasarkan pada suatu anggapan bahwa ketika seorang manusia telah mencapai satu tingkatan kebutuhan tertentu, maka setiap manusia ingin bergeser ke tingkatan kebutuhan lain yang lebih tinggi lagi sampai terpenuhi tingkat kebutuhan tertinggi dari manusia yaitu aktualisasi diri.


(53)

Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow

Berdasarkan gambar tersebut, setiap hierarki kebutuhan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kebtuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang harus dipuaskan untuk tetap hidup, termasuk makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, dan sebagainya. Kebutuhan ini terpenuhi dalam keluarga siswa di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang, di lingungan SMP Negeri 2 Tanjung Bintang yang tergolong asri. Sehingga seyogyanya siswa diharapkan mampu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di tingkatan selanjutnya.

b. Kebutuhan Akan Rasa Aman

Ketika kebutuhan fisiologis siswa telah terpenuhi atau dipuaskan, perhatian peneliti dan pendidik dapt diarahkan kepada kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.

Cinta Kasih Rasa Aman Kebutuhan Fisiologis

Aktualisasi Diri Penghargaan


(54)

Keselamatan ini termasuk merasa aman dari segala jenis ancaman fisik atau kehilangan, serta merasa terjamin akan keselamatannya. Peranan ini senantiasa dilakukan oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah guna memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada saat layanan bimbingan kelompok diberikan, bentuk rasa aman yang diberikan adalah dengan cara menjamin kerahasiaan permasalahan setiap siswa saat pelaksannaan layanan bimbingan kelompok diberikan, sehingga siswa dapat terbuka akan masalahnya dan membuat dinamika kelompok menjadi muncul dalam bingkai konstruktif.

c. Kebutuhan Akan Cinta Kasih atau Kebutuhan Sosial

Ketika siswa telah terpuaskan kebutuhan fisiologis dan rasa aman, kebutuhan berikutnya adalah hubungan antar manusia. Cinta kasih ataupun kasih sayang diperlukan pada tingkat ini, mungkin disadari melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang mendalam dan juga dapat dicerminkan dalam kebutuhan untuk menjadi bagian dari berbagai kelompok sosial. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dituntut keahlian pemimpin kelompok untuk bisa menumbuhakan, memelihara, dan mengembangkan rasacinta kasih dalam kelompoknya dan membuat hubungan sosial sesama anggota kelompok menjadi mendalam. Sehingga setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan saling memberikan kepedulian dan perhatian kepada aggota kelompok lainnya yang merupakan manifestasi dari terpenuhunya kebutuhan akan rasa cinta kasih dan hubungan sosial.


(55)

d. Kebutuhan Akan Penghargaan

Kebutuhan yang seharusnya menjadi kebutuhan siswa setelah tiga tingkatan kebutuhan sebelumnya terpenuhi adalah kebutuhan akan penghargaan dan harga diri. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, kebutuhan akan penghargaan atau harga diri dapat terpenuhi dengan cara adanya sikap saling mengapresiasi dan menghargai diantara setiap anggota kelompok. Hal ini juga membutuhkan keahlian dari pemimpin kelompok untuk menciptakan suasana saling menghargaai dalam kelompoknya. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan cara memuji pernyataan atau pernyataan serta tanggapan dari setiap peserta didik sehingga setiap anggota nantinya akan mampu saling menghargai satu sama lain, dapat saling memberi solusi atau tanggapan yang sifatnya apresiatif dan konstruktif sesama anggota kelompok.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan tertinggi manusia menurut Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kepuasan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah terpuaskan atau terpenuhi, seseorang ingin mencapai secara penuh potensinya. Dalam pelaksanaan layanan imbinga kelompok, setiap anggota diberi hak penuh untuk mengembangkan potensinya dan mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin. Hal ini bertujuan agar semangat kelompok dapat dibawa oleh setiap anggota dalam kehidupa diluar kelompok khususnya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal belajar sehingga prestasi belajar setiap anggta dapat meningkat.


(56)

8. Bentuk Motivasi Dalam Belajar

Motivasi belajar siswa dapat tumbuh dari dalam diri (intrinsik) dan juga dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Bahri (2002:124-134) terdapat beberapa bentuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, antara lain sebagai berikut:

a. memberi angka

Dengan memberikan angka diharapkan siswa dapat termotivasi untuk belajar. Angka yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi.

b. hadiah

Dalam dunia pendidikan hadiah dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Namun tidak selalu demikian, karena hadiah terkadang kurang menarik.

c. saingan atau kompetisi

Persaingan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, baik persaingan kelompok maupun individu.

d. ego-involvemnt

Siswa akan berusaha dengan baik untuk menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggan dan harga diri.

e. memberi ulangan

Siswa akan lebih giat lagi belajar apabila siswa mengetahui akan ada ulangan. Dalam hal ini guru harus lebih terbuka kepada siswa jika akan ulangan.

f. mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil belajar siswa akan termotivasi untuk meningkatkan prestasinya.

g. pujian

Pujian harus diberikan secara tepat kepada siswa. Dengan pujian diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.

h. hukuman

Hukuman merupakan salah satu bentuk pemberian motivasi negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan benar akan menjadi motivasi yang berdampak positif.

i. hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar merupakan sesuatu yang disengaja oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti siswa benar-benar termotivasi untuk belajar.

j. minat

Minat dapat dibangkitkan dengan cara membangkitkan suatu kebutuhan dan memberi kesempatan siswa mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

k. tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang penting.


(57)

Berdasarkan beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar tersebut, yang dirasa paling tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar sesuai dengan peran seorang konselor sekolah adalah menciptakan persaingan atau kompetisi yang sehat, pemberian pemahaman tentang ego-involvemnt, pemberian pujian,pemberian hadiah, menumbuhkan hasrat untuk belajar, menumbuhkankan minat belajar siswa, dan membantu siswa mengetahui tujuan yang diakui oleh siswa tersebut dalam belajar. Dalam hal ini guru dan konselor sekolah diharapkan dapat menumbuhkembangkan serta mengarahkan motivasi belajar siswa sehingga akan dipereoleh hasil belajar yang optimal. Semakin tepat pemberian bentuk motivasi, maka akan semakin baik pula hasil belajar yang akan didapat.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Salah satu bentuk pemberian layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah layanan bimbingan kelompok yang merupakan layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam bentuk kelompok. Layanan ini dirasa efektif karena dapat membantu mencegah timbulnya masalah pada siswa dan efisien dalam membantu siswa karena dalam satu bentuk layanan dapat membantu beberapa siswa sekaligus. Sebelum lebih jauh berbicara tentang bimbingan kelompok ada baiknya kita bahas terlebih dahulu tentang makna bimbingan dan makna kelompok. Winkel (1991: 71) mengatakan bahwa “bimbingan adalah proses membantu orang-perorangan dalam memahami dirinya sendiri dan lingkungannya”.


(58)

Proses pemberian bantuan dalam bimbingan dilakukan dengan cara memberikan pemahaman tentang diri orang-perorangan tentang dirinya dan tentang lingkungannya, karena dengan memahami dirinya dan lingkungannya diharapkan orang-perorangan tersebut akan mampu untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan dapat menyelesaikan masalahnya.

Sedangkan menurut Mortesen dan Schmuller, Pietrofesa, Shertzer & Stone (Romlah, 2006:2-3), mereka menyimpulkan bahwa :

“bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, yang dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya dan lingkungannya, dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta dapat mengembangkan dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.”

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian batuan yang diberikan oleh seseorang yang “Ahli” kepada individu secara sistematis dan berkelanjutan agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungannya yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi individu tersebut dan kehidupannya bermasyarakat.

Setelah berbicara mengenai makna bimbingan selanjutnya peneliti membahas mengenai makna kelompok. Menurut Brodbeek dan Lewin (Hartinah:2009) “kelompok adalah kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan-hubungan tertentu, yang membuat mereka saling ketergantungan satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna.”


(1)

82

2 1 2

1

1

σ

σ

b tt

k

k

r

Keterangan:

r

tt = Nilai reliabilitas

2 1

σ

= Varians total

Σ

σ

b2 = Jumlah varians butir k = Jumlah item

(Arikunto, 2002:171)

Menurut Koestoro dan Basrowi (2006: 244) untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria reliabilitas sebagai berikut:

0,8–1,000 = sangat tinggi 0,6–0,799 = tinggi

0,4–0,599 = cukup tinggi 0,2–0,399 = rendah

< 0,200 = sangat rendah

Uji reliabilitas skala motivasi belajar ini dilakukan terhadap 62 item. Setelah dilakukan uji coba reliabilitas instrumen penelitian pada tanggal 16 Juni 2014 terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Punggur, diperoleh hasil perhitungan koefisien reliabilitas instrumen penelitian ini adalah 0,966. Berdasarkan kriteria reliabilitas, maka tingkat reliabilitas skala motivasi belajar ini dikategorikan sangat tinggi. Dengan demikian, instrumen skala motivasi belajar ini dapat digunakan untuk penelitian ini.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka dapat membuktikan hipotesis, Arikunto (2006) menyatakan bahwa “penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut”.


(2)

83

Subjek penelitian ini kurang dari 25 orang, maka distribusi datanya dianggap tidak normal (Sudjana, 2002:93). Karena data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data ordinal, maka analisis statistik yang digunakan adalahnonparametrik. Maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji

Wilcoxon Match Pairs Test dengan menggunakan penghitungan

komputerisasi program SPSS-17.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini menurut Sugiyono (2010: 242-243) adalah

sebagai berikut :

z = T-µ

T

T

Keterangan : T = jumlah rank dengan tanda paling kecil µT =n(n+1)/4 dan

σT=√n(n+1)(2n+1)/24

Menurut Sugiyono (2010: 241) pengambilan keputusan dapat didasarkan pada hasil uji z, yaitu:

Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0 diterima (dengan taraf signifikansi 5%)

Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0 ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Z output = -2,524

dan Z tabel = 1,645. Maka dari hasil pengambilan keputusan diatas apabila Z


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis menggunakan uji wilcoxon, diperoleh hasil

perhitungan uji Wilcoxon, output didapat nilai Z hitung adalah -2,524.

Kemudian dibandingkan dengan Z tabel, dengan nilai α = 5% adalah 0,05=1,645. Oleh karena Z hitung < Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar siswa, sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.


(4)

✁✁

2. Kesimpulan Penelitian

Layanan bimbingan kelompok meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan skor motivasi belajar dari subjek penelitian setelah diberi layanan bimbingan kelompok.

B. Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Tanjung Bintang adalah:

1. Kepada Siswa

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, hendaknya mengikuti layanan bimbingan kelompok yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya dapat membantu dan membimbing siswa dalam meningkatkan motivasi belajar yang rendah dengan melakukan layanan bimbingan kelompok.

3. Kepada para peneliti

Kepada para peneliti selanjutnya, hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai masalah yang sama dengan subjek yang berbeda, dan menggunakan pendekatan serta treatment yang berbeda guna menambah


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Widodo. 2004.Psikologi Belajar .Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta.

_______.2010.Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2009.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

________.2013.Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahri. 2002.Psikologi Belajar, Jakarta: PT Gramedia.

Basrowi dan Koestoro. 2006.Metodologi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004.Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono.2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djaali, H. 2006.Psikologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.

Eryatama, Mira, 2012.Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Menggunakan Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pugung Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Ghufron, M. dan Riswanti. 2010.Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hakim, T. 2005.Belajar Secara Efektif. Jakarta: Puspa Swara.

Hamalik, O. 2011.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hartinah, S. 2009.Konsep Dasar Bimbingan Kelompok.Bandung: PT Refika Aditama.


(6)

Irwanto. 1997.Psikologi Umum. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Islamuddin, H. 2012.Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nazir, M. 2009.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pidarta, M. 2006.Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno. 1995.Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Padang: Ghali Indonesia.

……….., dkk. 1999.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :

PT Renika Cipta.

………..,2004.Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok.Padang:

Universitas Negeri Padang.

………..,& Amti, Erman. 2004.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta :

Rieka Cipta.

Romlah, S. 2006.Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Malang.

Sardiman A.M. 2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Seniaati, L,. Yulianto, A., dan Setiadi, B.N. 2005.Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Sudjana. 2002.Metode Statistik.Bandung: Tarsito.

Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukardi. 2008.Metodelogi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara.

Tim. Unila. 2009.Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Uno, H.B. 2011.Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Winkel.1983.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

______.1991.Bimbingan dan Konseing di Institusi Pendidikan. Jakarta : Grasindo.


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 JATIBARU KECAMATAN TANJUNG BINTANG LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2013/2014

0 4 52

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 METRO TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 69

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUKADANA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN AJARAN 2012/2013

0 7 59

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 LIWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 36

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 11 84

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWADENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 9 104

PENINGKATAN KETERAMPILAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 71

PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP TRIMULYA KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 2 73

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA UNDERACHIEVER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SIRAMPOG BREBES TAHUN AJARAN 2015 2016

1 16 245

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF PADA SISWA KELAS VIII SMP N 13 SEMARANG TAHUN AJARAN 2015 2016

1 21 238