Les indications de temps contribuent, en premier lieu, à fonder l’ancrage réaliste ou non réaliste de l’histoire. Plus elles seront
précises, en harmonie avec celles régissent notre univers, plus elles renverront à un savoir fonctionnant en dehors du roman, plus elles
participeront avec d’autres procédés à la construction de l’effet de réel
. tanda-tanda waktu juga berkontribusi di posisi pertama untuk
membentuk cerita realis maupun non realis. Sebagian dari tanda-tanda waktu tersebut mirip dengan apa yang terjadi di dunia nyata, sebagian
dari tanda-tanda waktu itu juga akan mencerminkan pengetahuan yang terdapat diluar roman, sebagian dari tanda-tanda waktu tersebut
mengambil bagian dalam proses pembentukan efek nyata dalam sebuah cerita
Seperti halnya latar tempat, latar waktu dalam sebuah cerita dapat mirip dengan waktu yang terjadi di dunia yang sebenarnya. Latar waktu tersebut dapat
menentukan bahwa cerita tersebut dapat dikategorikan sebagai cerita realis maupun non realis. Latar waktu tersebut juga dapat mencerminkan pengetahuan
yang terdapat di luar karya sastra. Misalnya latar tahun 1940 di Eropa menandakan adanya Perang Dunia Kedua di seluruh daratan Eropa.
c. Latar Sosial
Latar sosial juga merupakan komponen penting yang membangun cerita. Latar sosial berhubungan langsung dengan latar tempat dan waktu yang terjadi
dalam cerita. Latar tempat dan waktu tersebut mampu menunjukkan latar sosial yang terjadi dalam suatu karya sastra. Latar sosial ini biasanya menunjukan
pengetahuan-pengetahuan yang juga terdapat diluar karya sastra itu sendiri. Pernyataan tentang adanya latar sosial dalam karya sastra dikemukakan
oleh Schmit dan Viala 1982 :169 yang menyatakan il y a du social dans le texte, et en même temps, le texte est lui-même partie intégrante de la vie sociale et
culturelle . Terdapat suatu latar sosial dalam sebuah teks atau cerita dan di saat
yang sama teks tersebut secara sendirinya berintegrasi dengan kehidupan sosial dan kebudayaan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Latar sosial ini merupakan
latar yang melukiskan perilaku kehidupan sosial masyarakat pada suatu tempat dalam suatu karya sastra. Adanya latar sosial tersebut dapat memperkuat dan
memperkaya isi cerita dikarenakan latar kehidupan sosial dalam cerita tersebut mencerminkan pula pengetahuan-pengetahuan di luar karya sastra.
4. Tema
Karya sastra diciptakan pengarang untuk menyampaikan gagasan, ide, pemikiran, serta perasaan pengarang terhadap sesuatu yang ia alami atau sesuatu
yang ia lihat. Pengarang menuliskan karya tersebut untuk menyampaikan suatu pesan. Pesan tersebut terkandung dalam tema dari sebuah karya sastra yang
diciptakan. Tema adalah ide pokok yang harus dikembangkan Barrier, 2008 : 2124.
Tema merupakan suatu gagasan sentral yang mendasari isi karya sastra yang didukung oleh latar maupun penokohan dan bahkan dapat menjadi faktor-faktor
terjadinya peristiwa dalam sebuah alur. Tema juga dapat diartikan sebagai pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau
rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar atau gagasan utama dari suatu karya sastra.
Schmit dan Viala 1982:29 menyatakan “chaque thème peut devenir, à
son tour, un motif dans un theme de range supérieur; ”. Setiap tema, pada
gilirannya dapat menjadi suatu motif dalam sebuah tema besar. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dalam cerita tidak hanya terdapat satu tema yang
membentuk cerita namun terdiri dari beberapa tema di dalamnya yang diikat oleh satu tema utama atau tema besar, biasanya dikenal dengan istilah tema minor dan
tema mayor. Tema mayor merupakan tema utama dalam sebuah cerita, sedangkan tema minor adalah tema-tema tambahan dapat membentuk adanya tema mayor
tersebut serta yang dapat memperkuat isi yang dapat dibentuk tema mayor tersebut. Penggolongan tersebut dijelaskan pula oleh Nurgiyantoro 2010: 82-83
yang mengklasifikasikan tema cerita sebagai berikut : a.
Tema utama atau tema mayor adalah makna pokok cerita yang mendasari atau menjadi gagasan umum dari suatu karya sastra.
b. Tema tambahan atau tema minor yaitu makna yang hanya terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita yang dapat menjadi makna bagian atau makna tambahan dalam sebuah cerita yang berfungsi untuk memperkuat isi cerita.
C. Keterkaitan antarunsur karya sastra
Roman adalah suatu bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat unsur- unsur pembangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur tersebut disebut unsur
intrinsik yang meliputi alur, penokohan, latar, dan tema. Semua unsur tersebut saling mengikat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika salah satu unsur
tersebut hilang maka tidak akan terpenuhi suatu kesatuan cerita yang utuh. Unsur tema merupakan unsur utama yang harus dipenuhi dalam karya
sastra. Tema merupakan suatu unsur utama pembangun cerita yang berfungsi untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan seorang pengarang. Selain
tema unsur-unsur lain seperti alur, penokohan, latar juga memiliki peranannya
masing-masing dalam membentuk kesatuan cerita yang terbentuk dari hubungan yang organis antarunsur.
Alur merupakan cerminan atau perjalanan tingkah laku para tokoh dalam bertindak, berpikir, dan bersikap dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan
Nurgyantoro, 2010: 114. Alur cerita digerakan oleh para tokoh dalam cerita yang saling terlibat dan berinteraksi dalam suatu peristiwa tertentu sehingga dapat
membentuk jalinan cerita yang menarik. Oleh karena itu hubungan antara alur dan tokoh ini tidak dapat dipisahkan dikarenakan keberadaanya saling mendukung
satu sama lain. Adanya latar, juga tidak dapat dipisahkan oleh keberadaan tokoh dan alur.
Latar didefinisikan sebagi tempat, waktu, lingkungan sosial terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar merupakan pijakan tentang tempat dan waktu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh. Perwatakan seorang tokoh juga dapat dilihat dari mana asal-usul tempat dia tinggal, dari latar belakang sosial
budayanya. Keseluruhan unsur ini, alur, penokohan, dan latar diikat dalam sebuah tema agar pesan dalam cerita tersebut dapat tersampaikan dengan baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu cerita merupakan kesatuan yang utuh dari unsur-unsur pembangunnya. Unsur-
unsur yang dimiliki tersebut saling berhubungan satu sama lain. Hubungan antarunsur tersebut ditunjukkan melalui hubungan antara alur, penokohan, dan
latar yang diikat oleh tema