Keterkaitan antarunsur intrinsik roman Les Enfants de la Liberté karya

dilihat dari gambaran diri tokoh dalam penokohan, dan latar cerita. Ketiga unsur tersebut yang membentuk tema dalam cerita. Berdasarkan penjelasan tentang keterkaitan antarunsur yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa berbagai tindakan dan peristiwa yang dialami tokoh yang membawa karakter dalam dirinya yang terjadi dalam suatu latar diikat oleh tema yang menjadi ide pokok dalam pembentukan cerita. Tema tersebut terdiri dari tema mayor dan minor. Tema minor ini memperkuat tema mayor dan mempertegas isi cerita. Sehingga, untuk mendapatkan suatu cerita yang utuh, keterpaduan antarunsur pembangun cerita harus terpenuhi dikarenakan unsur-unsur pembangun tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

C. Wujud Hubungan antaranda dan Acuannya, Berupa Ikon, Indeks dan

Simbol dalam Roman Les Enfants de la Liberté karya Marc Levy Analisis semiotik digunakan untuk menemukan wujud tanda yang terdapat dalam karya sastra, untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung dalam roman Les Enfants de la Liberté karya Marc Levy. Wujud tanda yang terdapat dalam roman tersebut meliputi ikon, indeks dan simbol. Berikut analisis semiotik roman Les Enfants de la Liberté karya Marc Levy.

1. Ikon l’icône

Wujud ikon pertama yang ditemukan dalam cerita Les Enfants de la Liberté adalah ikon topologis l’icône image. Ikon topologis ini berupa gambar sampul roman. Wujud ikon topologis dalam roman tersebut berupa gambar dua orang anak, gambar tujuh pesawat tempur yang sedang terbang membentuk formasi “V”, dan gambaran tanah kering, tandus, dan terselimuti abu. Gambar 5. Sampul roman Les Enfants de la Liberté karya Marc Levy Gambar sampul tersebut menjelaskan bahwa gambar dua orang anak yang sedang berdiri tersebut mengacu kepada judul roman yaitu pada kata Les Enfants . Penggunaan article défini les merepresentasikan anak-anak yang terdapat dalam gambar sampul. Gambar anak-anak ini menunjukkan bahwa anak- anak berperan penting dalam cerita. Gambar anak-anak pada sampul ini mewakili gambaran anak-anak pada masa Perang Dunia Kedua. Anak-anak dalam sampul tersebut yang melihat ke suatu arah, ke atas, yang seakan-akan memandangi suatu hal menandakan bahwa mereka seperti melihat sesuatu yang mereka dambakan, yaitu kebebasan. Gambaran ini menadakan adanya harapan yang diinginkan para tokoh akan kehidupan yang lebih baik dan lebih indah. Hal tersebut ditandai pula dengan adanya ekspresi anak-anak yang bibirnya tersenyum lebar ketika memandang ke atas. Secara fisik, pengkategorian anak-anak dapat dilihat dari usiannya. Seseorang dikategorikan sebagai anak-anak jika usianya berkisar antara 2-12 tahun. Gambar anak-anak dalam sampul tersebut menunjukkan bahwa usia mereka sekitar 9-12 tahun. Secara psikis ciri anak-anak pada usia tersebut yaitu tidak dapat hidup sendiri, bergantung dengan orang lain, masih mementingkan egonya sendiri. Anak pada usia tersebut juga mulai mengalami perubahan cara berpikir sejalan dengan perubahan fisiknya. Perubahan cara berpikir tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya Hurlock, 2002:220-222. Gambar anak-anak pada sampul merepresentasikan gambaran para tokoh dalam cerita yang sejak kecil telah mengalami penderitaan karena Perang Dunia Kedua. J’ai peur pendant deux ans, je me reveille encore parfois la nuit avec foutue sensations Levy, 2007 :15 aku ketakutan selama dua tahun, aku terkadang setiap malamnya masih terbangun dengan perasaan buruk Kutipan di atas merupakan kisah masa lalu tokoh Jeannot. Saat ia kecil, selama dua tahun ia selalu terbangun setiap malam dengan perasaan buruk. Ia selalu bermimpi buruk. Hal ini disebabkan karena ia merasa ketakutan, karena ia terbayang-bayangi oleh sikap kekejaman Nazi. Hal tersebut membuatnya menderita. Penderitaan tersebut membuat ia, sejak kecil ingin melakukan perjuangan untuk mendapatkan kebebasan. Kutipan tersebut juga dapat dimaknai bahwa Perang Dunia Kedua membuat tokoh Jeannot mengalami trauma. Ia sering merasa sedih, takut, putus asa, dan selalu dipenuhi rasa khawatir. Perasaan- perasaan ini terus tertanam pada diri Jeannot hingga ia dewasa, bahkan saat ia telah bergabung sebagai anggota Résistance, ia tetap dibayang-bayangi oleh rasa takutnya.