Korelasi Interdialytic Weight Gain Dan Phase Angle Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis Reguler

(1)

KORELASI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN DAN PHASE ANGLE

PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS REGULER

TESIS

Oleh

SUMI RAMADANI

NIM: 0771010005

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KORELASI INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN DAN PHASE ANGLE PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK

DENGAN HEMODIALISIS REGULER

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis Penyakit Dalam dalam Program Studi Ilmu Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUMI RAMADANI

NIM : 0771010005

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis :

KORELASI

INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN

DAN

PHASE ANGLE

PADA PENDERITA

PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN

HEMODIALISIS REGULER

Nama Mahasiswa : Sumi Ramadani

NIM : 0771010005

Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam

Menyetujui

Komisi Pembimbing

( dr. Abdurrahim Rasyid Lubis Sp.PD-KGH) ( dr. Zulhelmi Bustami Sp.PD-KGH Pembimbing Tesis I Pembimbing Tesis II

)

Disahkan oleh:

Ketua Program Studi Kepala Departemen

(dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH) (dr. Salli Rosefi Nasution, SpPD-KGH)


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar

Nama : Sumi Ramadani

NIM : 0771010005

Tanda Tangan :


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sumi Ramadani

NIM : 0771010005

Program Studi : Ilmu Penyakit Dalam Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

Korelasi Interdialytic Weight Gain dan Phase Angle Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisis Reguler beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 17 April 2013

Yang menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur yang tak terhingga senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas karunia, petunjuk, kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak, tesis ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:

Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mengikuti pendidikan serta senantiasa membimbing, memberi dorongan dan kemudahan selama penulis menjalani pendidikan.

Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan Dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit Dalam FK USU yang telah dengan sungguh-sungguh membantu, membimbing, memberi dorongan dan membentuk penulis menjadi dokter Spesialis Penyakit Dalam yang siap mengabdi pada nusa dan bangsa.

Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH selaku mantan Ketua Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU saat penulis diterima sebagai peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis. Terima kasih atas kesempatan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan.

1. Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH dan Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH yang bersedia memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti ujian masuk Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam serta bimbingan dan dorongan untuk terus berjuang agar penulis bisa mengikuti dan menyelesaikan pendidikan ini.

2. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis SpPD-KGH selaku pembimbing tesis, yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan bagi penulis selama melaksanakan penelitian, juga telah banyak meluangkan waktu dan dengan kesabaran membimbing


(7)

penulis sampai selesainya karya tulis ini. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan.

3. Para Guru Besar, Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Habibah Hanum, SpPD-Kpsi, Prof. Dr. Sutomo Kasiman, SpPD, SpJP, Prof. Dr. Azhar Tanjung, SpPD-KP-KAI, SpMK, Prof. Dr. OK. Moehadsyah, KR, Prof. Dr. Lukman Hakim Zain, KGEH, Prof. Dr. M. Yusuf Nasution, KGH, Prof. Dr. Abdul Majid, SpPD-KKV, Prof. Dr. Azmi S. Kar, SpPD-KHOM, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH, Prof. Dr. Harris Hasan, SpPD, SpJP, Prof. Dr. Harun Al Rasyid Damanik, SpPD-KGK, yang telah memberikan bimbingan dan teladan selama penulis menjalani pendidikan.

4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, para guru penulis : Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH, Dr. Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, Dr. Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Dr. A Adin Sutan Bagindo, SpPD-KKV, Dr. Lufti Latief, SpPD-KKV, Dr. Nur Aisyah, SpPD-KEMD, Dr. T. Bachtiar Panjaitan, SpPD; Dr. Syafii Piliang, SpPD-KEMD (alm), Dr. OK. Alfien Sjukran, SpPD-KEMD (alm), Dr. R. Tunggul Ch Sukendar, SpPD-KGH (alm), Dr. Chaerul Bahri, SpPD-KEMD (alm), semoga Allah SWT memberikan yang tempat terbaik bagi para almarhum di sisi-Nya; Dr. Refli Hasan, SpPD, SpJP (FIHA), Dr. Zainal Safri, SpPD, SpJP, DR. Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD, Dr. Mardianto, KEMD, Dr. Santi Syafril, KEMD, Dr. Sri Maryuni Sutadi, SpPD-KGEH, Dr. Betthin Marpaung, SPPD-SpPD-KGEH, Dr. Mabel Sihombing, SpPD-SpPD-KGEH, DR. Dr. Juwita Sembiring, SpPD-KGEH, Dr. Leonardo Basa Dairi, SpPD-KGEH, Dr. Dasril Effendi, SpPD-KGEH, Dr. Rustam Effendi YS, SpPD-KGEH, Dr. Dairion Gatot, SpPD-KHOM, Dr. Sugiarto Gani, SpPD, Dr. Savita Handayani, SpPD, Dr. Yosia Ginting, SpPD-KPTI, Dr. Umar Zein, SpPD-KPTI, DTM&H, Dr. Armon Rahimi, SpPD-KPTI, Dr. Tambar Kembaren, SpPD, Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP, Dr. E.N. Keliat, SpPD-KP, Dr. Zuhrial Zubir, SpPD, Dr. Pirma Siburian, SpPD-Kger, DR. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR, Dr. Calvin Damanik, SpPD, Dr. Ilhamd, SpPD, Dr. Syafrizal Nasution, SpPD, Dr. Alwi Thamrin, SpPD, serta para guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang dengan kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis selama mengikuti pendidikan. Penulis hanturkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga.


(8)

5. Direktur dan mantan Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.

6. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam penyusunan tesis ini.

8. Seluruh perawat Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Medan, tanpa bantuan mereka tidak mungkin penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Teman-teman seangkatan penulis yang memberikan dorongan semangat : Dr. Halomoan Budi Susanto, Dr Trio AL Putra, Dr Johanes Purba, Dr Alfred Situmorang, Dr Terang Meliala, Dr Fahmi, Dr Melati dan Dr Wachyoe Hadi Saputra, serta seluruh rekan seperjuangan peserta PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK USU, yang telah mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan dan kerja sama dalam menjalani kehidupan sebagai residen.

10. Seluruh perawat/paramedik di berbagai tempat di mana penulis pernah bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang baik selama ini.

11. Para pasien yang telah bersedia ikut dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.

12. Bapak Syarifuddin Abdullah, Kak Lely Husna, Deni, Yanti, Wanti, Tika, Tanti, Erjan, Sari, Fitri, Ita, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU, yang telah banyak membantu memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan tugas pendidikan.

Terima kasih saya yang setinggi-tingginya dan setulusnya penulis tujukan kepada ayahanda tercinta Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH dan ibunda Dr. Sukarni Slamet, MHA yang telah mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya pada anak-anaknya sehingga cita-cita kami dapat tercapai. Sungguh kasih dan kebaikan ayahanda dan ibunda tidaklah terucapkan dan terbalaskan. Demikian pula teruntuk mertua saya Said Astachri Koto dan Rosmawati Lubis, yang telah ikut mendoakan saya dalam menjalani pendidikan spesialisasi ini.


(9)

Kepada suamiku tercinta Dr. Ahmad Brata Rosa, terimakasih atas kesabaran dan dukungan yang telah diberikan selama ini. Semoga cita-cita kita berdua dapat segera tercapai. Kepada adikku Dina Karmila, SS dan Ausqarni, SS, serta keponakanku tersayang M. Naufal Rayhan, terimakasih atas kebersamaannya dan sebagai penyemangat bagi saya dalam menjalani pendidikan ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung selama pendidikan maupun dalam penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita dan masyarakat.

Medan, April 2013


(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...vi

Daftar Isi ………...x

Daftar Tabel ………...xi

Daftar Gambar ...xi

Daftar Singkatan ………...xii

Abstrak ...xiii

Abstract ...xiv

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan masalah ...3

1.3 Hipotesis ...3

1.4 Tujuan Penelitian ...3

1.5 Manfaat Penelitian ...3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Ginjal Kronis ...4

2.2 Hemodialisis ...4

2.3 Kelebihan Cairan Pada GGK...5

2.4 Inter Dialytic Weight Gain(IDWG)...6

2.5 Berat Kering dan IDWG ...6

2.6 IDWG dan Malnutrisi ...7

2.7 Asupan Natrium dan Air ...8

2.8 Bio Impedance Analysis (BIA)...9

2.9 Prinsip BIA ...9

2.10 Parameter BIA dalam Komposisi Tubuh...11

2.11 Phase Angle ...12

2.12 Manfaat Prognosis BIA ...13

2.13 BIA dan Malnutrisi ...13

BAB III : KERANGKA & KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...15

3.2 Defenisi Operasional ...15

BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ...17

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian...17

3.3. Subjek Penelitian ...17

3.4. Kriteria Penelitian ...17

3.5. Populasi dan Sampel ...17

3.6. Prosedur Penelitian ...18


(11)

3.8. Kerangka Operasional ...19

3.9. Analisa Statististik ………...19

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ...20

5.2. Pembahasan ...22

5.3. Keterbatasan Penelitian ………...23

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...24

5.2. Saran ...24

DAFTAR PUSTAKA ...25

LAMPIRAN 1. Master Tabel ...28

2. Lembaran Penjelasan Kepada Subjek...33

3. Formulir Persetujuan Penjelasan...34

4. Form Data Peserta Penelitian...35

5. Daftar Riwayat Hidup ...37

6. Persetujuan Komite Etik ...41

7. Lembar SPSS ...42

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Nilai Rerata Kompartemen Komposisi Tubuh...12

Tabel 5.1 Karakteristik Dasar Penelitian...20

Tabel 5.2 Karakteristik Pasien berdasarkan IDWG cut off 3,77...21

Tabel 5.3 Perbandingan nilai p pada IDWG ≤ 3,77% & > 3,77%......21

Tabel 5.4 Korelasi Pearson IDWG% dengan phase angle dan HB...22

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alur perpindahan larutan dengan hemodialisis...5

Gambar 2. Contoh alat BIA ...9

Gambar 3. Prinsip BIA dari karakteristik fisik komposisi tubuh...10

Gambar 4. Pemasangan standar BIA di tangan dan kaki...10

Gambar 5. Skema komposisi kompartemen tubuh...12

Gambar 6. Kerangka konseptual...15

Gambar 7. Korelasi IDWG% dengan phase angle...22


(12)

DAFTAR SINGKATAN

ACM : Active Cell Mass

ADH : Anti Diuretic Hormon

ANP : Atrial Natriuretic Peptide BIA : Bioelectric Impedance Analysis

BCM : Body Cell Mass

BMI : Body Mass Index

cGMP : Cyclic Guanidine Monophosphate

DM : Diabetes Melitus

DW : Dry Weight

ECW : Extra Cellular Water

FFM : Free Fat Mass

FM : Fat Mass

GFR : Glomerular Filtration Rate

HD : Hemodialisis

HIV : Human Immunodeficiency Virus

ICW : Intra Cellular Mass

IDWG : Intra Dialytic Weight Gain

LBM : Lean Body Mass

PGK : Penyakit Ginjal Kronik

PPOK : Penyakit Paru Obstruktif Kronik RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron System

SD : Standar Deviasi

SH : Sirosis Hepatis

TBW : Total Body Water

TB : Tinggi Badan

URR : Ureum Reduction Ratio


(13)

Abstrak

Korelasi Interdialytic Weight Gain Dan Phase Angle Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis Reguler

Sumi Ramadani, A. Rahim Rasyid Lubis Zulhelmi Bustami, Divisi Nefrologi dan Hipertensi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Pendahuluan :

Interdialytic Weight Gain (IDWG) atau penambahan berat badan akibat penambahan volume cairan tubuh diantara dua sesi hemodialis merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri sehingga merupakan faktor resiko kardiovaskular. IDWG yang ideal adalah ≤ 3,77%. Pemeriksaan BIA phase angle merupakan pemeriksaan non-invasif mudah dan banyak dipergunakan sebagai prediktor status gizi dan mortalitas pasien-pasien hemodialisis reguler.

Tujuan Penelitian:

Untuk mengetahui korelasi antara IDWG dan phase angle pada pasien PGK yang menjalani HD reguler.

Bahan dan Cara :

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode pengukuran cross sectional, melibatkan 65 pasien PGK yang menjalani HD reguler. Subjek dilakukan pengukuran berat badan kering, perkiraan IDWG dan pemeriksaan BIA sebelum HD dilakukan.

Hasil :

Dari 65 subjek terdiri pria sebanyak 43 pasien ( 66.2%), wanita sebanyak 22 pasien ( 33.8 %), rentang usia antara 20-74 tahun dengan rerata (± SD) adalah 47.02 ± 11.6 tahun. Rerata Phase Angle 5.32 ± 1.33 dan berat kering 56.94 ± 12.17 kg. Terdapat korelasi negatif bermakna antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle, juga memiliki berat badan kering yang lebih tinggi.

Kesimpulan :

Terdapat korelasi negatif antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle pada kelompok pasien-pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(14)

Abstract

Correlation Between Interdialytic Weight Gain and Phase Angle In Chronic Kidney Disease Patients With Regular Hemodialysis

Sumi Ramadani, A. Rahim Rasyid Lubis, Zulhelmi Bustami Division of Nephrology and Hypertension

Departement of Internal Medicine

Medical Faculty of the University of Sumatera Utara H.Adam Malik Hospital, Medan

Background :

Interdialytic Weight Gain (IDWG) or weight gain due to the excess of body water volume between two hemodialysis sessions is one of the occuring cause of hypertension and left ventricle hypertrophy, and a risk factor in cardiovascular event. It has been studied that the ideal IDWG is ≤ 3,77% as a cut off. Phase Angle examination during BIA is a non infasive, easy to applied, and frequently used as nutritional status predictor as well as mortality in regular hemodialysis patients.

Objective:

To determine the correlation between IDWG and phase angle in CKD patients with regular hemodialysis.

Material and Methods :

This is an observasional study conducted using the cross sectional measurement in 65 CKD patients having regular HD. Patients was subject to dry weight measurement, IDWG measurement, and BIA before HD.

Results :

Of the 65 subjects, we found 43 male patients ( 66.2%), female 22 patients ( 33.8 %), age ranged between 20-74 tahun with mean (± SD) was 47.02 ± 11.6 years. Mean Phase Angle 5.32 ± 1.33 and dry weight 56.94 ± 12.17 kg. There was significant negative correlation between IDWG ≤ 3,77% with phase angle, as the dry weight also significantly higher.

Conclusion :

There was significant negative correlation between IDWG ≤ 3,77% with phase angle in regular HD patients in Haji Adam Malik hospital, Medan.


(15)

Abstrak

Korelasi Interdialytic Weight Gain Dan Phase Angle Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis Reguler

Sumi Ramadani, A. Rahim Rasyid Lubis Zulhelmi Bustami, Divisi Nefrologi dan Hipertensi

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP.H.Adam Malik Medan

Pendahuluan :

Interdialytic Weight Gain (IDWG) atau penambahan berat badan akibat penambahan volume cairan tubuh diantara dua sesi hemodialis merupakan salah satu hal yang mempengaruhi kejadian hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri sehingga merupakan faktor resiko kardiovaskular. IDWG yang ideal adalah ≤ 3,77%. Pemeriksaan BIA phase angle merupakan pemeriksaan non-invasif mudah dan banyak dipergunakan sebagai prediktor status gizi dan mortalitas pasien-pasien hemodialisis reguler.

Tujuan Penelitian:

Untuk mengetahui korelasi antara IDWG dan phase angle pada pasien PGK yang menjalani HD reguler.

Bahan dan Cara :

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode pengukuran cross sectional, melibatkan 65 pasien PGK yang menjalani HD reguler. Subjek dilakukan pengukuran berat badan kering, perkiraan IDWG dan pemeriksaan BIA sebelum HD dilakukan.

Hasil :

Dari 65 subjek terdiri pria sebanyak 43 pasien ( 66.2%), wanita sebanyak 22 pasien ( 33.8 %), rentang usia antara 20-74 tahun dengan rerata (± SD) adalah 47.02 ± 11.6 tahun. Rerata Phase Angle 5.32 ± 1.33 dan berat kering 56.94 ± 12.17 kg. Terdapat korelasi negatif bermakna antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle, juga memiliki berat badan kering yang lebih tinggi.

Kesimpulan :

Terdapat korelasi negatif antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle pada kelompok pasien-pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(16)

Abstract

Correlation Between Interdialytic Weight Gain and Phase Angle In Chronic Kidney Disease Patients With Regular Hemodialysis

Sumi Ramadani, A. Rahim Rasyid Lubis, Zulhelmi Bustami Division of Nephrology and Hypertension

Departement of Internal Medicine

Medical Faculty of the University of Sumatera Utara H.Adam Malik Hospital, Medan

Background :

Interdialytic Weight Gain (IDWG) or weight gain due to the excess of body water volume between two hemodialysis sessions is one of the occuring cause of hypertension and left ventricle hypertrophy, and a risk factor in cardiovascular event. It has been studied that the ideal IDWG is ≤ 3,77% as a cut off. Phase Angle examination during BIA is a non infasive, easy to applied, and frequently used as nutritional status predictor as well as mortality in regular hemodialysis patients.

Objective:

To determine the correlation between IDWG and phase angle in CKD patients with regular hemodialysis.

Material and Methods :

This is an observasional study conducted using the cross sectional measurement in 65 CKD patients having regular HD. Patients was subject to dry weight measurement, IDWG measurement, and BIA before HD.

Results :

Of the 65 subjects, we found 43 male patients ( 66.2%), female 22 patients ( 33.8 %), age ranged between 20-74 tahun with mean (± SD) was 47.02 ± 11.6 years. Mean Phase Angle 5.32 ± 1.33 and dry weight 56.94 ± 12.17 kg. There was significant negative correlation between IDWG ≤ 3,77% with phase angle, as the dry weight also significantly higher.

Conclusion :

There was significant negative correlation between IDWG ≤ 3,77% with phase angle in regular HD patients in Haji Adam Malik hospital, Medan.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang berat, khususnya yang menjalani hemodialisis (HD), memiliki peningkatan resiko kematian, terutama dari penyebab-penyebab kardiovaskuler. Sejumlah pasien yang menjalani program dialisis dengan gangguan fungsi jantung akan memperburuk prognosis saat dialisis. Gangguan fungsi jantung ketika pasien menjalani hemodialisis terutama disebabkan oleh disfungsi ventrikel kiri akibat dari kardiomiopati uremik. Pasien dengan PGK stadium akhir yang selama periode dialisis pertama memiliki urin output yang adekuat, jika tanpa menderita edema, maka berat badannya akan terpertahankan yang dipertimbangkan sebagai berat badan kering. Penurunan fungsi ginjal yang lebih berkelanjutan ketika memulai HD, kebanyakan menimbulkan penurunan urin output. Ini menyebabkan peningkatan kecenderungan menahan air. Akhirnya terjadi peningkatan berat badan yang berbeda dengan berat badan kering. Selama dialisis, di samping menjalani pembuangan zat-zat sisa, akan dilakukan ultrafiltrasi menggunakan tekanan yang lebih rendah di dialisat dibandingkan dengan di darah. Selama periode dialysis terjadi perpindahan cairan yang banyak dari pasien di bawah berat badan kering yang diperhitungkan. Selama HD dengan ultrafiltrasi, pemindahan cairan pertama kali akan mempengaruhi kompartemen intravaskular dan pada pasien yang rentan, hal ini dapat menginduksi penurunan tekanan darah dan efek samping hipotensi sebelum air dari kompartemen lain didistribusikan kembali ke pembuluh darah. Ketika air yang dipindahkan mendekati atau di bawah berat badan kering, pasien yang rentan akan menurunkan tekanan darahnya dengan resiko efek samping seperti kejadian hipotensi komplikasi dialisis pada 20-50% dari tindakan. Apabila episode ini terulang dalam beberapa waktu setiap minggu, akan berdampak timbulnya efek samping sequele kardiovaskuler seperti infark miokard atau hipoperfusi dari organ termasuk otak. (Holmberg dan Stegmay, 2009), (Stegmay, 2003).


(18)

Walaupun klinisi dengan jelas mengetahui bahwa overhidrasi yang ekstensif dapat membahayakan pasien, namun penelitian dalam jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang bervariasi. Sebagai contoh pada satu penelitian dengan suatu hasil yang lebih buruk jika memiliki IDWG yang kecil sementara yang lain dengan prognosa yang lebih buruk jika IDWG lebih ekstensif. Pada penelitian didapatkan pasien dengan resiko kardiovaskuler memiliki IDWG yang lebih tinggi (>3.77%). (Holmberg dan Stegmay, 2009). Kebanyakan pasien HD mengalami anuria atau oliguria dan tambahan berat badan antara 2 dialisis berturutan karena retensi cairan adalah biasa. IDWG eksesif dari 2.5 – 5.7% telah dilaporkan sebagai prediktor mortalitas. Penambahan berat badan lebih dari 5.7% dari berat badan kering antara 2 sesi dialisis meningkatkan resiko kematian sebanyak 35% (Lindberg dkk, 2009).

Phase angle yang diukur melalui alat Bio Impedance Analysis (BIA), telah diketahui sebagai faktor prognosis pada beberapa keadaan klinis seperti infeksi HIV, SH, PPOK, hemodialisis, sepsis dan kanker paru (Gupta dkk, 2004) (Balbino dan Silva, 2012). Phase angle merupakan indikator prognosis pada pasien dengan kanker stadium lanjut seperti kolorekti lanjut. Pada pasien kanker paru non small sel stage IIIB dan IV didapati phase angle BIA merupakan indikator prognosis independen dan intervensi nutrisi memperbaiki phase angle

bisa potensial membawa perbaikan harapan hidup pasien (Gupta dkk, 2009), (Gupta dkk, 2004). BIA phase angle juga merupakan indikator potensial pada kanker kolorekti tahap lanjut dan bahkan pada pada kanker pankreas tahap lanjut

phase angle merupakan indikator prognosis yang kuat (Gupta,Lis, dkk, 2004), (Gupta dkk, 2008). Saat ini parameter-parameter BIA juga telah dipakai pada pasien PPOK dan juga parameter phase angle distandarisasi sebagai faktor prognosis harapan hidup pada pasien kanker. (Paiva dkk, 2011), (Walter-Kroker dkk, 2011). Pada populasi HD, telah dilaporkan dari beberapa penelitian nilai

phase angle sebagai prognostik antara lain Chertow G, dkk, 1997 melibatkan 3009 pasien mendapatkan nilai cut-off phase angle 3.4 dengan peningkatan mortalitas dengan RR=2.6 (95% CI: 1.6-3.2,P<0.05), Segall L dkk, 2009 melibatkan 149 pasien mendapatkan nilai cut-off phase angle 6.0 dengan peningkatan mortalitas RR= 4.12 (95% CI: 1.09-15.53; P=0.036) (Norman dkk, 2012). Penelitian baru-baru ini yang melibatkan 164 pasien dialysis (127


(19)

menjalani HD dan 37 dengan peritoneal dialisis) telah mendapatkan hubungan antara IDWG dengan phase angle (r=0.516, p=0.001) ( S. Abad dkk, 2011).

IDWG yang memiliki nilai prognostik pada pasien HD demikian juga nilai

phase angle telah didapatkan sebagai prediktor mortalitas pada pasien HD. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IDWG dan nilai phase angle yang belum pernah dilakukan di Indonesia.

1.2.Perumusan masalah

Adakah hubungan antara interdialytic weight gain dan phase angle pada penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler?

1.3. Hipotesa

• Pasien dengan nilai interdialytic weight gain yang lebih rendah memiliki

phase angle yang lebih tinggi.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk menilai hubungan antara interdialytic weight gain dan phase angle pada penderita penyakit ginjal kronik dengan hemodialisis reguler.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui status nutrisi pasien HD dengan parameter BIA, laboratorium, dan pemeriksaan antropometrik.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Nilai phase angle bisa dipakai sebagai prediktor pada pasien HD yang tidak invasif dan cepat dalam mempertimbangkan tindakan ultrafiltrasi.

b. Parameter nutrisi dari BIA memberikan gambaran status nutrisi yang lebih baik dan membantu klinisi dalam memberikan nutrisi yang tepat bagi pasien HD.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENYAKIT GINJAL KRONIS

Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses patofisiologis pada ginjal dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Keadaan ini bersifat ireversibel, sehingga memerlukan terapi pengganti ginjal berupa hemodialisis maupun transplantasi ginjal (Suwitra, 2009). Penderita penyakit ginjal kronis disebutkan semakin bertambah, dimana di negara berkembang seperti Indonesia, insidensinya mencapai 40-60 kasus perjuta penduduk pertahun (Suwitra, 2009).

2.2 HEMODIALISIS

Dialisis didefinisikan sebagai difusi molekul dalam larutan melalui suatu membran semipermeabel sepanjang gradient konsentrasi elektrokimia. Tujuan utama dari hemodialisis adalah untuk mengembalikan lingkungan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang merupakan karakteristik dari fungsi ginjal normal. Hal ini dicapai dengan transportasi zat terlarut seperti urea dari darah ke dialisat dan dengan transportasi pelarut seperti bikarbonat dari dialisat ke dalam darah (Gambar1A ). Konsentrasi pelarut dan berat molekul merupakan penentu utama dari tingkat difusi. Molekul kecil, seperti urea, berdifusi dengan cepat, sedangkan yang molekul lebih besar, seperti fosfat, β2 mikroglobulin, dan albumin, dan protein terikat-zat terlarut, seperti p-kresol, berdifusi lebih lambat (Gambar 1B dan 1C). Selain daripada difusi, zat terlarut dapat melewati pori-pori di membran dengan cara konvektif yang didorong oleh gradien tekanan hidrostatik atau osmotik – proses disebut ultrafiltrasi. Selama ultrafiltrasi, tidak ada perubahan dalam konsentrasi larutan, tujuan utamanya adalah mengeluarkan kelebihan dari total cairan tubuh (Himmelfarb & Ikizler, 2010).


(21)

Gambar 1. Alur Perpindahan Larutan dengan Hemodialisa (Himmelfarb & Ikizler, 2010).

2.3 Kelebihan Cairan Pada Pasien PGK

Kelebihan cairan, khususnya pada penderita PGK kebanyakan berasal dari asupan cairan dan garam yang berlebih, serta kurangnya adekuasi/efisiensi dialisis. Secara fisiologis, ginjal mempertahankan homeostasis cairan tubuh dengan cara mengontrol volume cairan ekstraseluler melalui pengaturan ekskresi natrium dan air. Hormon antidiuretik (ADH), disekresikan sebagai respon terhadap perubahan dalam volume darah, tonisitas dan tekanan darah untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh. Secara umum, seperti penyakit kronis lainnya, penyebab edema/overload pada PGK ialah peningkatan tekanan hidrostatik kapiler, naiknya permeabilitas kapiler atau tekanan osmotik interstisial, dan penurunan tekanan osmotik plasma.

Yang penting juga diketahui ialah konsep Volume Darah Arteri Efektif (VDAE) bagi pasien gagal ginjal dengan masalah jantung. VDAE ialah volume darah arteri yang adekuat untuk mengisi keseluruhan kapasitas pembuluh darah arteri. VDAE normal ialah apabila curah jantung terhadap resistensi pembuluh darah perifer seimbang. VDAE dapat berkurang pada kondisi perdarahan, dehidrasi, gagal jantung, dan kondisi pro inflamasi seperti sepsis dan sirhosis hepatis. Penurunan VDAE akan memicu ginjal untuk mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS) serta hipotalamus mengaktivasi pelepasan ADH


(22)

yang menyebabkan retensi natrium dan air. Sayangnya, hormon ADH ini juga akan merangsang pusat haus, sehingga pasien akan bertambah banyak minumnya. Beban overload ini semakin berat pada pasien PGK yang komposisi cairan tubuhnya memang sudah terganggu (Effendi, 2010).

2.4 INTER DIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG)

IDWG tidak terlepas dari adekuasi dialisis, yang diukur dengan ureum reduction ratio (URR) dan Kt/V atau bersihan ureum oleh dialiser/alat. Sebagai jenis dialisis terbanyak dilakukan, adekuasi hemodialisis tergantung kualitas dialiser, membran dialiser, cairan dialisat, dan compliance pasien. Jenis membran dialiser non selulosa memiliki resiko aktivasi komplemen yang lebih rendah, resiko syok juga rendah sehingga lebih disukai untuk menjaga compliance pasien. Permukaan membran dialiser yang lebih luas dikatakan lebih membuat proses dialisis efisien. Selain itu dialisat yang steril juga menurunkan resiko endotoksin dan menurunkan komplikasi dialisis. Kadar natrium dialisat berkisar 135-145 meq/l. Dialisat hipotonik telah diteliti mengurangi resiko hipertensi dan hipernatremia pasca dialisis, namun gangguan hemodinamik lebih tinggi. Sementara itu dialisat hipertonik bersifat sebaliknya, ditambah berkurangnya resiko kelainan miokardium dan endotoxemia. Namun perlu diingat, rasa haus dan IDWG akan lebih tinggi pada pasien dengan dialisat hipertonik.Waktu dan frekuensi dialisis telah dikemukakan sebagai faktor yang juga mempengaruhi adekuasi dialisis. Sekarang telah banyak diteliti mengenai dialisis waktu panjang/long conventional dialysis, long nocturnal dialysis, serta short daily dialysis. Meskipun begitu, pada dialisis konvensional 5 jam 2 kali seminggu, dikatakan adekuat bila URR> 80% dan rentang Kt/V antara 1,2-1,5.

Dikenal juga metode ultrafiltrasi yang diatur menggunakan alat dialisis dapat digunakan untuk menarik cairan ekstraseluler yang berlebih. Keadaan hipernatremia dapat ditanggulangi dengan menggunakan dialisat dengan natrium dibawah konsentrasi natrium predialisis (metode transpor difusi) (Hecking, 2012), (Jaeger, 1999).

2.5 Berat Kering/Dry Weight (DW) dan IDWG

Berat kering paling baik diartikan sebagai berat terendah (diluar cairan berlebih) seorang pasien dapat mentoleransi dialisis tanpa menimbulkan gejala


(23)

hipotensi. Karena DW fisiologis biasanya dihasilkan oleh fungsi ginjal, permeabilitas vaskuler, konsentrasi protein serum, dan regulasi air tubuh dalam keadaan normal, maka untuk pasien dialisis secara teori adalah lebih rendah untuk mencegah kenaikan IDWG. Di berbagai sentra, penentuan DW ini sering disertai

trial and error, karena penentuannya yang belum baku. Sering hanya melihat gejala overload cairan dan hipertensi post dialisis.

Penghitungan yang akurat terhadap volume cairan tubuh tergantung 3 hal, yaitu (1) Kapasitas cairan kompartemen ekstraseluler (ECF) dan intraseluler (ICF), (2) Jumlah cairan per kompartemen, dan (3) Kandungan zat solut, misalnya natrium, yang mempengaruhi perpindahan cairan antar kompartemen, IDWG, dan pengeluaran cairan selama dialisis (Effendi, 2010).

Pada permulaan dialisis, kebanyakan pasien PGK akan berada dalam keadaan hiperkatabolik berbulan-bulan dikarenakan kronisitas penyakitnya. Pada saat bersamaan, sisa nefron yang masih berfungsi baik akan berusaha untuk menyeimbangkan kadar garam dan volume cairan. Kegagalan selanjutnya menimbulkan banyak sel yang mengkerut dan terbentuk ruang ekstraseluler yang lebih luas. Ketika proses dialisis nantinya menurunkan kadar ureum, kenaikan BMI dan cairan ekstraseluler dapat terjadi tanpa terdeteksi. Masalah lain yang sering timbul ialah terdapatnya fakta bahwa pasien dengan IDWG tinggi selalu DWnya tidak tercapai dan memiliki resiko hipotensi intradialisis yang tinggi, meskipun terlihat tanpa edema dan tekanan darah selalu normal setelah dialisis (silent hypervolemia). Monitoring tekanan darah berkelanjutan selama 12 jam dikatakan dapat mengurangi kejadian ini.

Beberapa biomarker yang terus diteliti untuk membantu menentukan DW dan keadaan hipervolemia untuk mencegah kenaikan IDWG seperti kadar hormon atrial natriuretic peptide (ANP) dan kadar cyclic guanidine monophosphate (cGMP) yang akan meninggi pada overhidrasi. Begitu pula pemeriksaan bioimpedance (BIA), pengukuran diameter vena cava, monitoring tekanan darah berkelanjutan, yang telah diteliti, apabila keseluruhan modalitas ini digabungkan, hasilnya lebih bermakna (Jaeger,1999).

2.6 IDWG dan Malnutrisi

Kenaikan IDWG karena malnutrisi mengikuti teori underfilling dan sindroma wasting, karena rendahnya kadar albumin pasien. Beberapa survey


(24)

menunjukkan bahwa 40% pasien dengan gagal ginjal mengalami malnutrisi terutama Protein-Energi malnutrisi. Penyebab malnutrisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, dimana tersering penyebabnya adalah intake makanan yang kurang. Indikator status gizi seperti turunnya intake makanan dan massa otot merupakan salah satu penyebab secara independen terhadap kematian 12 bulan lebih dini. Komplikasi gastrointestinal sering terjadi pada pasien, yang menyebabkan turunnya intake makanan dan malnutrisi. Pengobatan komplikasi gastrointestinal dapat memperbaiki status gizi pada pasien. Faktor yang mempengaruhi nutrisi pasien dialisis pada PGK yaitu: selera makan/appetite

menurun (anoreksia, uremia, gastroparesis), pembatasan diet, kehilangan zat gizi selama dialisis, proses katabolik (demam, infeksi, inflamasi kronis), anemia kronis, akumulasi zat toksin, gangguan endokrin (resistensi insulin, hiperglukogenemia). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan nilai GFR (<50 mL/menit) diikuti juga dengan penurunan intake kalori dan energi. Penyebab malnutrisi lainnya pada pasien gagal ginjal adalah meningkatnya kehilangan zat gizi. Pada pasien dialisis, akan terjadi kehilangan asam amino sebanyak 6-12 gram, 2-3 gram peptida dan sedikit protein per sesi dialisis. Selama dialisis peritoneal, pasien akan mengalami kehilangan asam amino sebesar 2-4 gram, tetapi pada realitanya kehilangan ini meningkat menjadi 8-9 gram(termasuk 5-6 gram albumin). Pasien dengan peritonitis akan mengalami kehilangan protein total sebesar 15 gram per sesi dialisis, hingga peritonitis diatasi (Rahardjo,2010).

2.7 Asupan Natrium & Air

Secara fisiologis, keseimbangan natrium dan volume plasma ekstraseluler diatur oleh ekskresi natrium renal. Saat terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), kompensasi ginjal ialah dengan menaikkan fraksi ekskresi natrium (FNA) (Zadeh, 2012), (Heimbṻrger, 2012). Namun pada PGK, mekanisme kompensasi ini menurun, sehingga diet rendah garam sekalipun (120-200 mmol/hari) terkadang masih menimbulkan retensi natrium. Pada pasien PGK dengan dialisis, asupan natrium berlebih terbukti menaikkan IDWG, resiko hipertensi, edema, dan gagal jantung . Seiring dengan retensi natrium, PGK juga menimbulkan retensi cairan. Kelebihan asupan air akan memperberat overload volume dan menaikkan IDWG, dimana air mempengaruhi tonus plasma dan volume sel-sel tubuh.


(25)

Stimulasi rasa haus dan FNA renal merupakan dua komponen utama dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh (Chazot, 2009), (Bots, 2004).

2.8 BIO IMPEDANCE ANALYSIS (BIA)

Penilaian komposisi tubuh adalah teknik yang bermanfaat untuk menilai status gizi. Pertama penilaian ini bisa mengevaluasi status nutrisi melalui pengukuran FFM dan kedua melalui pengukuran FFM dan phase angle dengan BIA dapat menilai prognosa dan hasil akhir. Pengukuran parameter komposisi tubuh seperti fat tissue mass, lean body mass (LBM), body cell mass (BCM), total body water (TBW) dan extracellular water (ECW) dapat dengan DEXA yang memberikan gambaran detil dan distribusi fat tissue mass, free fat mass (FFM) dan bone mineral content namun DEXA biayanya mahal dan tidak bisa sering diulangi karena radiasi. Oleh karena itu BIA yang relatif murah dan non invasif telah dipakai dalam pengukuran TBW, ECW, FFM (Thibault dan Pichard, 2011), (Jaffrin, 2009), (Lee dan Gallagher, 2000), (Kotler dkk, 1996).

Gambar 2. Contoh Alat BIA

2.9 Prinsip BIA

Metode ini berdasarkan kemampuan tubuh dari tubuh menghantarkan listrik dan dengan BIA akan mengukur perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada asumsi bahwa jaringan tubuh adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstrasellular dan intrasellular berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Arus listrik dalam tubuh adalah jenis ionik dan berhubungan dengan jumlah ion bebas dari garam, basa dan asam, juga


(26)

berhubungan dengan konsentrasi, mobilitas, dan temperatur medium. Jaringan terdiri dari sebagian besar air dan elektrolit yang merupakan penghantar listrik yang baik, sementara lemak dan tulang merupakan penghantar listrik yang buruk.

Resistance (R) dari materi konduksi yang homogen dari daerah penampangnya adalah sebanding dengan panjangnya (L) dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya (A), (Gambar 3) (Balbino & Silva, 2012) (Kyle dkk, 2004).

Prinsip BIA dari karakteristik fisik komposisi tubuh (Kyle dkk, 2004)

Tubuh memang bukan suatu silinder yang seragam dan konduktivitasnya tidak seragam tetapi secara empiris hubungan ini dapat ditetapkan dengan hasil bagi (Lenght2/R) dan volume air yang terdiri dari elektrolit sebagai penghantar listrik

dalam tubuh. Masalah yang lain tubuh memiliki dua tipe R yaitu Capasitative R (reactance) dan Resistive R (biasa disebut Resistance). Resistance merupakan tahanan frekuensi arus listrik yang dihasilkan oleh cairan intrasel dan ekstrasel sedangkan capacitance merupakan tahanan frekuensi arus listrik yang dihasilkan oleh jaringan dan membran sel. Impedance adalah istilah dari kombinasi


(27)

Gambar Pemasangan standar dari elektroda BIA di tangan dan kaki. (Kyle dkk, 2004), (Goswami dkk, 2007)

2.10 Parameter BIA dalam penentuan komposisi tubuh Body Cell Mass (BCM)

BCM didefinisikan sebagai massa intraselular dalam tubuh, yang terutama berisi kalium tubuh (98-99%). BCM pada hakekatnya merupakan massa dari seluruh elemen sel di dalam tubuh, oleh karena itu merupakan komponen aktif dari metabolism tubuh. Pada individu normal, pada jaringan otot terdiri dari sekitar 60% BCM, jaringan organ sekitar 20% BCM, dan sisanya 20% terdapat pada sel darah merah dan jaringan seperti adiposit, tendon, tulang dan tulang rawan. BCM merupakan kompartemen kaya protein yang dipengaruhi keadaan katabolik dan kehilangan BCM berhubungan dengan prognosis yang buruk.

Free Fat mass (FFM)

FFM adalah semua yang bukan lemak tubuh yang merupakan kombinasi dari Body Cell Mass (BCM) dan Extracellular Mass (ECM).

Fat Mass (FM)

Lemak adalah tempat penyimpanan energi di dalam tubuh. Fat Mass (FM) sama dengan berat badan aktual dikurangi dengan Fat free Mass (FFM). Nilai normalnya pengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.

Resting Metabolic Rate (RMR)

Energi merupakan kebutuhan pokok bagi proses biologik. Tanpa energi, proses dasar biologik bagi kehidupan tidak terjadi. Metabolisme terjadi melalui 2 fase yang berbeda: 1). Katabolisme, badan memecah makanan dan menghasilkan energi dan disimpannya dalam ikatan atomnya. 2). Anabolisme, di mana bagian komponen dan energi itu digunakan untuk membangun jaringan yang baru dan melakukan fungsi dasar hidup. RMR adalah jumlah energi dalam tubuh yang


(28)

dibutuhkan setiap hari untuk melakukan fungsi dasar hidup (Lukaski,1985), (Kyle dkk, 2004).

Skema diagram 5 dari FFM, TBW, ICW, ECW dan BCM (Kyle dkk, 2004)

Tabel Nilai rerata kompartemen komposisi tubuh (Thibault dan Pichard, 2012) Kompartemen seluruh tubuh Kompartemen spesifik Tingkat kompertemen Persentase dari TBW Nilai absolute pada 70 kg FFM (termasuk TBW) FM Protein Tubuh ICW ECW Jaringan Tulang ACM TBW Total FFM - Molecular Selular Selular Jaringan Selular Molecular Seluruh tubuh - 13 36 24 7 49 60 80 20 9 25 17 5 34 42 56 14

ACM= active cell mass, ECW= extracellular water, ICW= intracellular water, TBW= total body water.

2.11 Phase angle

Dari keseluruhan dampak yang diperlihatkan tubuh terhadap perubahan arus ada dua yaitu Resistance dan Reactance (Xc). FFM di tubuh manusia mewakili resistance dan BCM sebagai reactance. Phase angle merupakan


(29)

metode pengukuran secara linier hubungan antara resistance dan reactance pada rangkaian seri atau parallel. Phase angle = sudut (reactance/resistance). Nilai

phase angle dari 0-90’, 0’ jika sirkuit hanya resistive (sistem tanpa membrane sel) dan 90’ jika sirkuit hanya capacitive (semua membrane tanpa cairan). Phase angle

45’ menggambarkan jumlah reactance dan resistance sama, nilai yang lebih rendah menandakan reactance yang rendah dan kematian sel atau kerusakan permeabilitas membran sel.

2.12 Manfaat Prognosis dari BIA

BIA merupakan pemeriksaan yang sensitif, aman dan tidak mahal yang dapat menentukan status nutrisi dan dengan BIA dapat ditentukan BCM yang dapat memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan yang tersedia lainnya yang kurang akurat seperti antropometri atau pendekatan kreatinin. BIA telah divalidasi untuk penilaian dari komposisi tubuh dan status nutrisi pada berbagai populasi termasuk pasien kanker (Setiawan, 2007), (Balbino dan Silva, 2012), (Pirlich dkk, 2000).

2.13 BIA dan Malnutrisi

Malnutrisi ditandai dengan perubahan integritas membran sel dan perubahan pada keseimbangan cairan, oleh karena itu pengukuran komposisi tubuh merupakan komponen penting dari keseluruhan evaluasi nutrisi. BIA mengukur komponen resistance dan capacitance tubuh yang mana akan menggambarkan phase angle yang merefleksikan kontribusi dari cairan (resistance) dan membran sel (capacitance) dari tubuh. Phase angle telah ditemukan sebagai faktor prognosis pada beberapa keadaan klinis seperti infeksi HIV, SH, PPOK, hemodialisis, sepsis dan kanker paru (Gupta dkk, 2004) (Balbino dan Silva, 2012).

Phase angle merupakan indikator prognosis pada pasien dengan kanker stadium lanjut seperti kolorekti lanjut. Pada pasien kanker paru non small sel stage IIIB dan IV didapati phase angle BIA merupakan indikator prognosis independen dan intervensi nutrisi memperbaiki phase angle bisa potensial membawa perbaikan harapan hidup pasien (Silvana dkk, 2009),(Gupta dkk, 2009), (Gupta dkk, 2004). BIA phase angle juga merupakan indikator potensial pada kanker kolorekti tahap lanjut dan bahkan pada pada kanker pankreas tahap lanjut


(30)

phase angle merupakan indikator prognosis yang kuat (Gupta,Lis, dkk, 2004), (Gupta dkk, 2008).

Saat ini parameter-parameter BIA juga telah dipakai pada pasien PPOK dan juga parameter phase angle distandarisasi sebagai faktor prognosis harapan hidup pada pasien kanker. (Paiva dkk, 2011), (Walter-Kroker dkk, 2011).


(31)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 6. Kerangka Konsep Penelitian

3.2Definisi Operasional

Interdialytic Weight Gain (IDWG) : Penambahan berat badan antara dua sesi tindakan hemodialisis.

Bioelectrical impedance analysis (BIA) : Alat untuk mengukur parameter komposisi tubuh dengan prinsip perubahan arus listrik jaringan tubuh yang didasarkan pada asumsi bahwa jaringan tubuh

PGK dengan HD

BIA

IDWG

Etiologi

Compliance

(Kepatuhan Pasien,

kualitas HD)

Asupan cairan

Asupan Garam

dan nutrisi

Komposisi cairan

Status nutrisi


(32)

adalah merupakan konduktor silinder ionik dimana lemak bebas ekstraseluler dan intraseluler berfungsi sebagai resistor dan kapasitor. Body Mass Index (BMI) : berat badan dalam kg/ (tinggi badan dalam meter)2

Free Fat mass (FFM) adalah semua yang bukan lemak tubuh yang merupakan kombinasi dari Body Cell Mass (BCM) dan Extracellular Mass (ECM)BCM

Body Cell Mass (BCM) didefinisikan sebagai massa intraselular dalam tubuh, yang terutama berisi kalium tubuh (98-99%)

Phase Angle merupakan metode pengukuran secara linier hubungan antara resistance dan reactance pada rangkaian seri atau parallel.


(33)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian observasional dengan jenis pengukuran secara cross sectional yang bersifat analitik.

4.2 Tempat dan Waktu 4.2.1 Tempat

Penelitian dilakukan di unit hemodialisis Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu

Pengambilan sampel dilakukan mulai periode Maret 2013 sampai April 2013.

4.3 Subjek Penelitian

Penderita PGK dengan Hemodialisis di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan mulai periode Maret 2013 sampai April 2013.

4.4 Kriteria Penelitian 4.4.1 Kriteria Inklusi

Penderita PGK dengan Hemodialisis, teratur menjalani hemodialisis (≥ 3 bulan), usia > 15 tahun, bersedia ikut dalam penelitian mulai Maret 2013 sampai April 2013.

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak bersedia dilakukan pemeriksaan, HD tidak teratur.

4.5 Populasi dan Sampel

4.5.1 Populasi : Penderita PGK dengan Hemodialisis di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.


(34)

4.5.2 Sampel : Penderita PGK dengan Hemodialisis yang sesuai kriteria besar sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang membeli obat bebas terbatas dan obat wajib Apotek dengan besar sampel sebagai berikut : (Lwangsa dan Lemesshow)

(

)

2

2 ) 1 ( ) 2 1 ( a o a a o o P P Q P Z Q P Z n −       +

≥ −α −β

dimana :

) 2 1 (−α

Z = deviat baku alpa. Untuk α= 0,05 maka

) 2 1 (−α

Z = 1,96

) 1 (−β

Z = deviat baku betha. Untuk β = 0,10 maka Z(1−β)= 1,282

o

P = Proporsi Subjek yang diteliti 0.029 ( DinKes RI, 2012)

a o p

P − = selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0.10

a

P = Perkiraan Proporsi Subjek yang diteliti 0.139 Sehingga didapatkan jumlah sampel (n) ≥ 58

4.6 Prosedur Penelitian

• Seluruh subjek penelitian dimintakan persetujuan untuk mengikuti penelitian.

• Terhadap semua subjek penelitian yang termasuk dalam penelitian dilakukan:

• Dicatat nama, umur, jenis kelamin, serta lamanya menjalani HD, kemudian dilakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, tekanan darah, dan BMI.

• Pemeriksaan laboratorium yaitu Hb, ureum kreatinin. • Pemeriksaan BIA untuk mendapatkan nilai phase angle.

• Identifikasi sampel, Variabel bebas (Pasien PGK dengan HD), Variabel tergantung (Phase Angle, IDWG)

4.7Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(35)

4.8 Kerangka Operasional

4.9 Analisa Statistik

Analisis korelasi antar variabel menggunakan analisis korelasi Spearman.

Pasien

PGK dengan HD

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Antropometrik

IDWG

Pemeriksaan BIA

ANALISA STATISTIK


(36)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi Nefrologi dan Hipertensi RSUP H. Adam Malik Medan, selama periode Maret 2013 sampai dengan April 2013 dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 65 orang dari populasi dengan pasien gagal ginjal dengan hemodialisis reguler > 3 bulan. Subjek berjenis kelamin pria sebanyak 43 pasien ( 66.2%) dan wanita sebanyak 22 pasien ( 33.8 %), rentang usia antara 20-74 tahun dengan rerata (± SD) adalah 47.02 ± 11.6 tahun. Rerata lamanya hemodialisis 174.40 ± 19.19 minggu dan etiologi penyakit ginjal kronik terdiri dari DM 54 orang ( 83.1%) non DM 11 orang (16.9 %). Rerata Phase Angle 5.32 ± 1.33 dan berat kering 56.94 ± 12.17 kg. (Tabel 5.1)

Tabel 5.1 Data Karakteristik Dasar Subjek Penelitian

Variabel Rerata

Umur (Tahun) 47.02 ± 11.6

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

43 ( 66.2%) 22 ( 33.8 %)

Berat badan (Kg) 58.78 ± 12.1

IDWG (%) 1.938 ± 1.12

TB (cm) 163.28 ± 6.2

Hb (g%) 8.78 ± 1.41

Lama HD (minggu) 174.40 ± 19.19

Tekanan darah sistolik pre HD (mmHg) 137.23 ± 15.259 Tekanan darah diastolik pre HD (mmHg) 82.77 ± 7.80 Tekanan darah sistolik post HD (mmHg) 132.31 ± 15.28 Tekanan darah diastolik post HD ((mmHg) 80.00 ± 5.59 Etiologi

DM Non DM

54 ( 83.1%) 11 ( 16.9 %)

Phase Angle 5.32 ± 1.33


(37)

Dalam penelitian ini kami memakai nilai cut off IDWG 3.77% berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya (Gomez LJ, 2005), dimana kenaikan berat badan antar dialisis di bawah atau sama dengan 3,77 % memiliki resiko kardiovaskular lebih rendah dibanding IDWG > 3,77%. Kami dapatkan hasil IDWG ≤ 3,77% memiliki phase angle yang lebih tinggi dengan nilai rerata 5.40 ± 1.36 dan rerata berat badan kering yang lebih tinggi (57.87 ± 12.56 kg) dibanding IDGW > 3,77% memiliki nilai rerata phase angle 5.28 ± 1.33 dan rerata berat badan kering 55.44 ± 11.60 kg. (Tabel 5.2)

Tabel 5.2 Karakteristik pasien berdasarkan IDWG ≤ 3.77% dan IDWG > 3.77% Variabel IDWG ≤ 3.77 (n=40) IDWG > 3.77 (n=25)

Hb (g%) 8.72 ± 1.37 8.88 ± 1.50

Phase Angle 5.40 ± 1.36 5.28 ± 1.33

Dry Weight (kg) 57.87 ± 12.56 55.44 ± 11.60

Dengan metode student t-test, kami menganalisa secara keseluruhan antara variabel Hb, phase angle, dan dry weight pada pasien-pasien dengan IDWG ≤ 3,77% dan IDWG > 3,77%, didapatkan hasil tidak ada korelasi yang bermakna antar variabel dengan nilai (hb, p = 0,667; phase angle, p =0,727; dry weight, p =0,437 ). (Tabel 5.3)

Tabel 5.3 Perbandingan nilai p pada IDWG ≤ 3,77% dan IDWG > 3,77%

Variabel IDWG < 3,77 IDWG > 3,77 p.

N x±SD n x±SD

Hb (gr%) 40 8,723 ±1,379 25 8,880 ±1,506 0,667 Phase Angle 40 5,280 ±1,332 25 5,400 ±1,358 0,727 Dry Weight (kg) 40 57,879 ±

12,568

25 55,445 ± 11,604

0,437

Dengan analisis pearson korelasi kami dapatkan hasil korelasi negatif bermakna antara IDGW ≤ 3,77% dengan phase angle { -0.327 (p=0.04)}, tetapi tidak berkorelasi

dengan phase angle > 3,77%, {-0.303 (p=0.141) } dan tidak berkorelasi dengan kadar Hb. (Tabel 5.4) dan (Gambar 7)

Tabel 5.4 Korelasi IDWG% dengan Phase Angle dan Hb


(38)

r (p) r (p)

Phase Angle r = - 0,327 ; p. = 0,040 r = - 0,303 ; p. = 0,141 Hb r = - 0,066 ; p. = 0,688 r = - 0,025 ; p. = 0,907

Ket : Uji Spearman Signifikan (p< 0,05)

Gambar 7. Korelasi IDWG% dengan Phase Angle

Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara phase angle dan Hb. Nilai yi =4,328+0,109(Hb)

% IDWG

4.0 3.0

2.0 1.0

0.0

P

hase

A

ngl

e

8.00

6.00

4.00

2.00

R Sq Linear = 0.107

) ( 403 , 0 147 ,

6 Hb


(39)

Gambar 8. Korelasi Hb dan Phase Angle

5.2. Pembahasan

Interdialytic Weight Gain merupakan penambahan berat badan akibat penambahan volume cairan tubuh diantara dua sesi hemodialisis, peningkatan IDWG menunjukkan banyaknya air yang diminum dan makan makanan tinggi garam. Hal ini akan mengakibatkan kelebihan volume cairan tubuh yang merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi dan hipertropi ventrikel kiri pada pasien HD reguler. (Zadeh KK, 2009) (Holmberg B and Stegmayr BG, 2009).

Peningkatan IDWG berhubungan langsung dengan peningkatan penarikan cairan (ultrafiltrasi) saat HD untuk mengembalikan berat badan pasien ke berat kering sebelumnya. Tingginya kecepatan ultrafiltrasi sering mengakibatkan terjadinya hipotensi intradialisis akibat adanya hipovolemia akut, disebabkan kegagalan mekanisme kompensasi tubuh seperti disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri dan kanan, ketidak seimbangan pengisian kembali volume arteri atau vena. Hipotensi intradialisis merupakan faktor resiko independen terhadap peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pada pasien HD reguler. Disamping itu hipotensi intradialisis juga menyebabkan penghentian tindakan HD dan penurunan kualitas HD. (Lai CT, 2012) (Flythe JE, 2011).

HB

12.0 10.0

8.0 6.0

P

hase

A

ngl

e

8.00

6.00

4.00

2.00

R Sq Linear = 0.013

) ( 109 , 0 328 ,

4 Hb


(40)

Penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan adanya hubungan antara ultrafiltrasi ≥ 10 ml/BB/jam dengan tingginya angka kejadian hipotensi intradialisis dan mortalitas kardiovaskular. (Flythe JE, 2012).

Parameter phase angle merupakan indikator kesehatan sel-sel tubuh, hidrasi sel dan integritas membran sel. Penelitian pada pasien HD menunjukkan adanya hubungan positif linier antara phase angle dengan status nutrisi dan angka harapan hidup pasien. Nilai phase angle yang rendah menunjukkan ketidak mampuan sel untuk menyimpan energi dan penanda kerusakan sel. (Dumler FA, 2010).

Penelitian ini menilai hubungan antara IDWG% dengan phase angle pada pasien-pasien HD reguler, kami dapatkan hasil adanya korelasi antara IDWG% dengan phase angle. Hal ini menunjukkan makin rendah IDWG% makin tinggi phase angle yang menunjukkan status nutrisi makin baik, resiko kardiovaskular rendah dan kualitas hidup yang lebih baik, sedang kan makin tinggi IDWG% menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada penelitian ini kami dapatkan korelasi negatif bermakna antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle {-0.327 (p=0.04)}, tetapi kami tidak mendapatkan hubungan IDWG > 3,77% dengan phase angle, hal ini kemungkinan karena jumlah sampel dengan IDWG > 3,77% sedikit hanya 25 orang. Kami juga mendapatkan pada pasien-pasien dengan IDWG ≤ 3,77% memiliki rerata berat badan kering yang lebih tinggi 57.87 ± 12.56 dibanding IDWG > 3,77% dengan rerata berat badan kering 55.44 ± 11.60, yang menunjukkan status nutrisi pasien dengan IDWG ≤ 3,77% yang lebih baik.

Pada praktek sehari-hari ada dua cara untuk menurunkan kecepatan ultrafiltrasi yaitu membatasi minum dan memperpanjang waktu dialisis. Dengan pemanjangan waktu dialisis akan mengakibatkan penurunan kecepatan ultrafiltrasi cairan tiap jam selama dialisis. (Flythe JE, 2012).

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu, jumlah sampel yang masih sedikit (n= 65), menggunakan metode cross sectional study, dimana perjalanan penyakit dan hasil akhir dari pasien-pasien, dan status nutrisi pasien secara keseluruhan tidak dilakukan.


(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini serta pembahasannya, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara penurunan IDWG dengan kenaikan phase angle, dimana semakin rendah IDWG, semakin tinggi phase angle.

2. Terdapat hubungan negatif bermakna antara IDWG ≤ 3,77% dengan phase angle pada kelompok pasien-pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.

3. IDWG ≤ 3,77% umumnya dijumpai pada pasien-pasien dengan berat badan yang lebih tinggi yang menunjukkan status nutrisi yang lebih baik. 4. Dari 65 pasien yang diteliti terdapat 61,5% pasien hemodialisis dengan

IDWG ≤ 3,77% dan 38,5% dengan IDWG > 3,77% 6.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan bersifat prospektif untuk mendapatkan hubungan yang lebih sesuai dan agar dapat diaplikasikan secara klinis di unit-unit dialisis

2. Pemeriksaan BIA dianjurkan pada pasien HD reguler untuk menilai phase angle di samping juga untuk menilai status nutrisi dan komposisi cairan tubuh untuk evaluasi dan tindakan terapi selanjutnya.

3. Dalam praktek sehari-hari, pasien-pasien dengan IDWG > 3.77% untuk mengurangi resiko kadiovaskuler diperlukan perpanjangan durasi HD atau penambahan frekwensi HD, disamping nasehat pada pada pasien untuk membatasi minum dan konsumsi garam.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Balbino Vanessa, Silva Orlando de C., Nutritional assessment of cirrhotic patients: A new approach based on electrical bioempedance, Medicina (Ribeirao Preto) 2012; 45(1): 1-4.

Bots CP, et al, Interdialytic weight gain in patients on hemodialysis is associated with dry mouth and thirst, Kidney International, 2004;66:1662–1668 Chazot C., Jean G., The advantages and challenges of increasing the duration and

frequency of maintenance dialysis sessions, Nature Clinical Practice Nephrology, 2009;5(1).

Dumler FA, Low Bioimpedance Phase Angle Predicts A Higher Mortality And Lower Nutritional Status In Chronic Dialysis Patients. J. Phys 2010;224. Effendi I., et al, Edema Patofisiologi dan Penanganan, Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam, 2010; 5:946-951

Flythe JE, Kimmel SE and Brunelli SM, Rapid Fluid Removal During Dialysis Is Associated With Cardiovascular Morbidity And Mortality, Kidney international 2011; 79: 250-257

Flythe JE, Curhan GC, and Brunelli SM, Shorter length dialysis sessions are associated with increased mortality, independent of body weight. Kidney International 2012; 83: 104-113

Flythe JE, Curhan GC, and Brunelli SM, Shorter length dialysis sessions are associated with increased mortality, independent of body weight, Kidney International 2012; 83: 104-113

Gomez LJ, et al, Interdialytic Weight Gain as a Marker of Blood Pressure, Nutrition, and Survival in Hemodialysis Patients, Kidney Int 2005;67;suppl 93.

Gupta Digant, et al., Bioelectrical impedance phase angel in clinical practice: implication for prognosis in advanced colorectal cancer, Am J Clin Nutr

2004; 80:1634-8.

Gupta Digant, et al., Bioelectrical impedance phase angle in clinical practice: implication for prognosis in stage IIIB and IV non-small cell lung cancer,


(43)

Gupta Digant, et al., The relationship between bioelectrical impedance phase angle and subjective global assement in advanced colorectal cancer,

Nutrition Journal 2008; 7:19

Gupta Digant, et al., Bioelectrical impedance phase angle as prognosis indicator in advanced pancreatic cancer”, British Journal of Nutrition 2004; 92: 957-962.

Hecking M., et al, Dialysate Sodium Concentration and the Association with Interdialytic Weight Gain, Hospitalization, and Mortality, Clinical Journal of American Society of Nephrology, 2012;7: 92-100

Heimbϋrger O. et al, Nutritional Effects & Nutritional Management of Chronic Peritoneal Dialysis, Kopple and Massry’s Nutritional Management of Renal Disease, 2012:477-480,

Holmberg Benny, Stegmay Bernd G., Cardiovascular conditions in hemodialysis patients may be worsened by extensive interdialytic weight gain,

Hemodialysis International 2009;13:27–31.

Jaeger JQ, Mehta RL, Assessment of Dry Weight in Hemodialysis: An Overview,

Journal of American Society of Nephrology, 1999; 10:392–403

K/DOQI Clinical Practice Guidelines and Clinical Practice Recommendations, Updates Hemodialysis adequacy Peritoneal Dialysis Adequacy Vascular Access, Am J Kidney Dis 2006; 48

Lai CT, et al. Absolute interdialytic weight gain is more important than percent weight gain for intradialytic hypotension in heavy patients. Nephrology 2012; 17: 230-236

Norman Kristina, et al, Bioelectrical phase angle and impedance vector analysis-clinical relevance applicability of impedance parameters, Clinical Nutrition

xxx (2012): 1-8, Article in press.

Paiva Silvana Iturriet, et al., Standardized phase angle from bioelectrical impedance analysis as prognosis factor for survival in patient cancer,

Support Care Cancer ,2011;19:187-192

Rahardjo P. et al, Hemodialisis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2010;5: 1050-1052

Stegmay Bernd G., Ultrafiltration and Dry Weight -- What Are the Cardiovascular Effects? Artificial Organs 2003; 27(3):227–229.


(44)

S. Abad, et al, The phase angle of electrical impedance is a predictor of long-term survival in dialysis patients, Nefrologia 2011;31(6):670-6.

Suwitra, K., Penyakit Ginjal Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2010;5;1035-1036

Walter-Kroker Anja, et al., A practical guide to bioelectrical impedance analysis using the example of chronic obstructive pulmonary disease, Nutrition Journal 2010; 10:35.

Wong H.S., et al, Body composition by bioelectrical impedance analysis ini renal transplant recipients, Transplantation Proceeding 2004;36, 2186-2187. Zadeh KK, Kople JD, Nutritional Management of patients undergoing

maintenance hemodialysis, Kopple and Massry’s Nutritional Management of Renal Disease,2012: 433-466

Zadeh KK, et al. Fluid Retention Is Associated With Cardiovascular Mortality in Patients Undergoing Long-Term Hemodialysis. Circulation 2009; 119: 671-679


(45)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Table

NPar Tests (% IDWG <= 3.77)

Frequencies

Frequency Table

One-S ample Kolm ogorov-Sm irnov Test

40 49.98 11.859 .061 .061 -.059 .386 .998 40 59.65 12.671 .092 .082 -.092 .583 .886 40 1.250 .6602 .223 .223 -.222 1.407 .038 40 163.55 6.218 .109 .073 -.109 .690 .729 40 8.723 1.3792 .125 .125 -.111 .789 .562 40 143.78 171.243 .312 .312 -.242 1.975 .001 40 21.670 3.8026 .114 .114 -.092 .719 .680 40 2.150 1.0792 .135 .077 -.135 .851 .464 40 136.75 16.391 .185 .185 -.103 1.169 .130 40 82.75 7.841 .312 .312 -.238 1.974 .001 40 131.75 15.834 .194 .194 -.106 1.227 .098 40 80.25 5.768 .342 .342 -.333 2.165 .000 40 5.2800 1.33218 .106 .055 -.106 .670 .760 40 57.8793 12.56814 .079 .079 -.072 .499 .965 Umur (tahun) Berat badan (K g) IDW G TB HB Lama HD IMT % IDW G TDS pre TDD pre TDS post TDD post Phase Angle Dry W eight

N Mean St d. Deviat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most E xtreme Differenc es

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Test distribution is Normal. a.

Calculated from dat a. b.

Statistics

40 40 40

0 0 0

Valid Missing N

Jenis k elamin % IDW G Et iologi

Jenis kelamin

26 65.0 65.0 65.0

14 35.0 35.0 100.0

40 100.0 100.0 Laki-laki

Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(46)

Correlations

% IDWG

40 100.0 100.0 100.0 <= 3.77

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Etiologi

34 85.0 85.0 85.0

6 15.0 15.0 100.0

40 100.0 100.0 DN

NON DN Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Correl ations

1 -.327* -.066 .040 .688

40 40 40

-.327* 1 .113

.040 .488

40 40 40

-.066 .113 1

.688 .488

40 40 40

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

% IDW G

Phase Angle

HB

% IDW G Phase Angle HB

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(47)

NPar Tests (% IDWG > 3.77)

Frequencies

Frequency Table

One-S ample Kolm ogorov-Sm irnov Test

25 42.28 9.663 .113 .113 -.089 .566 .906

25 57.40 11.505 .100 .100 -.065 .502 .963

25 3.040 .7762 .241 .241 -.239 1.203 .111

25 162.84 6.375 .113 .112 -.113 .563 .909

25 8.880 1.5055 .122 .122 -.092 .610 .851

25 223.40 215.727 .260 .260 -.178 1.302 .067

25 20.416 3.4624 .144 .100 -.144 .721 .676

25 5.696 1.5834 .154 .154 -.116 .771 .591

25 138.00 13.540 .163 .163 -.132 .813 .522

25 82.80 7.916 .318 .318 -.242 1.591 .013

25 133.20 14.640 .176 .176 -.159 .882 .418

25 79.60 5.385 .370 .350 -.370 1.848 .002

25 5.4000 1.35774 .105 .105 -.101 .527 .944

25 55.4448 11.60430 .100 .100 -.061 .498 .965

Umur (tahun) Berat badan (K g) IDW G TB HB Lama HD IMT % IDW G TDS pre TDD pre TDS post TDD post Phase Angle Dry W eight

N Mean St d. Deviat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most E xtreme Differenc es

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Test distribution is Normal. a.

Calculated from dat a. b.

Statistics

25 25 25

0 0 0

Valid Missing N

Jenis k elamin % IDW G Et iologi

Jenis kelamin

17 68.0 68.0 68.0

8 32.0 32.0 100.0

25 100.0 100.0 Laki-laki

Perempuan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

% IDWG

25 100.0 100.0 100.0 > 3.77

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(48)

Correlations

Nonparametric Correlations

NPar Tests

Etiologi

20 80.0 80.0 80.0

5 20.0 20.0 100.0

25 100.0 100.0 DN

NON DN Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Correl ations

1 -.303 -.025 .141 .907

25 25 25

-.303 1 .208

.141 .318

25 25 25

-.025 .208 1

.907 .318

25 25 25

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

% IDW G

Phase Angle

HB

% IDW G Phase Angle HB

Correl ations

1.000 -.310 .029

. .131 .892

25 25 25

-.310 1.000 .254

.131 . .221

25 25 25

.029 .254 1.000

.892 .221 .

25 25 25

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N % IDW G

Phase Angle

HB Spearman's rho


(49)

Correlations (IDWG <= 3,77)

Correlations (IDWG > 3,77)

[

One-S ample Kolm ogorov-Sm irnov Te st

40 40 40

2.150 5.2800 8.723

1.0792 1.33218 1.3792

.135 .106 .125

.077 .055 .125

-.135 -.106 -.111

.851 .670 .789

.464 .760 .562

N

Mean St d. Deviat ion Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most E xtreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

% IDW G Phase Angle HB

Test distribution is Normal. a.

Calculated from dat a. b.

Correl ations

1 -.066 -.327*

.688 .040

40 40 40

-.066 1 .113

.688 .488

40 40 40

-.327* .113 1

.040 .488

40 40 40

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

% IDW G

HB

Phase Angle

% IDW G HB Phase Angle

Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correl ations

1 -.025 -.303

.907 .141

25 25 25

-.025 1 .208

.907 .318

25 25 25

-.303 .208 1

.141 .318

25 25 25

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

% IDW G

HB

Phase Angle


(50)

Regression

Variables Entered/Removedb

% IDWGa . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Phase Angle b.

Model Summary

.327a .107 .083 1.27561 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), % IDWG

a.

ANOV Ab

7.381 1 7.381 4.536 .040a 61.833 38 1.627

69.214 39 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), % IDWG a.

Dependent Variable: Phase Angle b.

Coeffi cientsa

6.147 .454 13.534 .000

-.403 .189 -.327 -2. 130 .040 (Const ant)

% IDW G Model

1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: Phase Angle a.


(51)

Graph

Regression

% IDWG 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 P hase A ngl e 8.00 6.00 4.00 2.00

R Sq Linear = 0.107

Variables Entered/Removedb

HBa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Phase Angle b.

Model Summary

.113a .013 -.013 1.34096 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), HB

a. ) ( 403 , 0 147 , 6 Hb


(52)

ANOV Ab

.883 1 .883 .491 .488a

68.330 38 1.798 69.214 39

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), HB a.

Dependent Variable: Phase Angle b.

Coeffi cientsa

4.328 1.374 3.149 .003

.109 .156 .113 .701 .488

(Const ant) HB Model 1

B St d. E rror Unstandardized

Coeffic ients

Beta St andardiz ed

Coeffic ients

t Sig.

Dependent Variable: Phase Angle a.


(53)

Graph

T-Test

HB 12.0 10.0 8.0 6.0 P hase A ngl e 8.00 6.00 4.00 2.00

R Sq Linear = 0.013

Group Statistics

40 8.723 1.3792 .2181

25 8.880 1.5055 .3011

40 5.2800 1.33218 .21064

25 5.4000 1.35774 .27155

40 57.8793 12.56814 1.98720 25 55.4448 11.60430 2.32086 % IDWG <= 3.77 > 3.77 <= 3.77 > 3.77 <= 3.77 > 3.77 HB Phase Angle Dry Weight

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Indepe nde nt S am ples Te st

.042 .838 -.432 63 .667 -.1575 .3642 -.8854 .5704

-.424 47.704 .674 -.1575 .3718 -.9051 .5901

.038 .846 -.351 63 .727 -.12000 .34214 -.80371 .56371

-.349 50.352 .728 -.12000 .34367 -.81015 .57015

.011 .916 .782 63 .437 2.43445 3.11294 -3. 78626 8.65516

.797 54.172 .429 2.43445 3.05538 -3. 69077 8.55967

Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed Equal variances as sumed Equal variances not ass umed HB

Phase Angle

Dry W eight

F Sig.

Levene's Test for Equalit y of Variances

t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

St d. E rror

Difference Lower Upper

95% Confidenc e Int erval of t he

Difference t-test for E quality of Means

) ( 109 , 0 328 , 4 Hb


(54)

Lampiran 2: LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya dr. Sumi Ramadani akan melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi antara Berat Badan Antar Dialisis dengan phase angle pada pasien gagal ginjal kronis dengan hemodialisis reguler”. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan pertambahan cairan tubuh dan status nutrisi yang dinilai dengan phase angle yang bersifat objektif. Phase angle merupakan suatu nilai yang diukur menggunakan suatu alat yang disebut Bioelectric impedance analysis atau BIA. Phase angle dalam hal ini menggambarkan keadaan tubuh pasien yang telah menjalani hemodialis sekian lama, baik itu tentang komposisi cairan tubuh, maupun nutrisinya. Alat BIA ini tidak bersifat invasif, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit pada bapak/ibu. Caranya, saya akan menempelkan dua kepingan logam sangat tipis pada salah satu kaki bapak/ibu selama lebih kurang 5-10 menit. Kepingan logam tersebut akan terhubung dengan alat BIA yang akan langsung mengambil pengukuran komposisi cairan tubuh, nutrisi dan nilai phase angle, tanpa rasa sakit pada kulit bapak/ibu.

Adapun manfaat dari data nilai phase angle yang diukur dengan alat BIA ini adalah dapat menggambarkan komposisi cairan tubuh dan status nutrisi pasien. Sehingga hasil penelitian nantinya diharapkan dapat memberikan nilai phase angle pasien-pasien yang menjani hemodialisis dan dapat membantu dalam kontrol cairan dan nutrisi, sehingga kualitas hidup pasien semakin baik.

Pada Bapak/Ibu yang bersedia mengikuti penelitian ini nantinya akan diharuskan mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengikuti wawancara singkat untuk pengambilan data, menjalani pemeriksaan fisik yang tidak invasif menggunakan alat BIA, pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah sebanyak 10 cc oleh ahlinya untuk menilai darah rutin, elektrolit, dan fungsi ginjal.

Segala biaya pemeriksaan laboratorium dan penyediaaan obat menjadi tanggung jawab peneliti. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya :

Nama : dr. Sumi Ramadani

Alamat : Jl. Asrama, Komp. Bumi Asri Blok C-222, Medan. Telepon/ HP : (061)8470183/08137038989


(55)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCERN)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : ………

Alamat : ………

Umur : …………Tahun

Jenis Kalamin : Laki-laki/Perempuan

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan prosedur penelitian ini, saya menyatakan bersedia

Demikian surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

ikut serta dalam penelitian tentang “ Korelasi antara Berat Badan Antar Dialis dan Phase Angle pada penderita Gagal Ginjal Kronis dengan Hemodialisis Reguler”. Apabila sewaktu-waktu saya mengundurkan diri dari penelitian ini, kepada saya tidak dituntut apapun.

Medan,………..2013


(56)

Lampiran 4

STATUS PENDERITA PGK HD REGULER

Tanggal pemeriksaan : ……….

No M R : ……….

I.Data Demografi

Nama : ……….

Nama Suami/Istri/ortu : ………. Alamat lengkap : ……….

Telepon : ……….

Jenis kelamin : laki-laki/Perempuan

Pekerjaan : ……….

Umur : ……….

Suku : ……….

Riwayat/ Lama HD : ………. II.Anamnesis

1. Keluhan Saat Ini : 2. Keadaan asupan cairan: 3. Keadaan asupan makanan:

III.Pemeriksaan Umum

BB Post HD Sblmnya : ………. BB Pre HD Saat Ini : ………. BB Post HD Saat Ini : ………. Tinggi Badan :

Keadaan Umum :

Kesadaran: Tekanan darah: mmHg Nadi: x/menit Pernapasan : x/menit Suhu: 0C

Mata :

Leher : Thorax : Abdomen : Ekstremitas :


(57)

IV.Pemeriksaan Laboratorium: Darah Rutin :

RFT :

Elektrolit : V. Pemeriksaan Penunjang:

Foto Thorax : USG Ginjal : VII.Diagnosis:


(58)

Lampiran Daftar Riwayat Hidup

I. DATA PRIBADI

Nama : dr. Sumi Ramadani

Tempat/Tgl Lahir : Medan/4 Juli 1982 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Dokter PPDS

NIP : 198207042009122003

Pangkat/ Gol. : Penata Muda/IIIb

Suami : dr. Ahmad Brata Rosa

Anak : -

Alamat Pekerjaan : Fakultas Kedokteran USU Jl. dr. Mansyur no. 5 Medan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU RSUP. H. Adam Malik Medan

Jl. Bunga Lau no.17 Medan

Alamat Rumah : Jl. Asrama, Komp.Bumi Asri blok C-222 Medan

Telepon selular : (061)-8470183/ 081370389893

II. PENDIDIKAN

1. SD Harapan 2 (1988-1994) di Medan 2. SMP Negeri 1 (1994-1997) di Medan 3. SMU Negeri 1 (1997-2000) di Medan

4. Fakultas Kedokteran USU (2000-2006 ) di Medan

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2007 – sekarang) di Medan

III. RIWAYAT PEKERJAAN -


(1)

Lampiran 4

STATUS PENDERITA PGK HD REGULER

Tanggal pemeriksaan : ……….

No M R : ……….

I.Data Demografi

Nama : ……….

Nama Suami/Istri/ortu : ………. Alamat lengkap : ……….

Telepon : ……….

Jenis kelamin : laki-laki/Perempuan

Pekerjaan : ……….

Umur : ……….

Suku : ……….

Riwayat/ Lama HD : ………. II.Anamnesis

1. Keluhan Saat Ini : 2. Keadaan asupan cairan: 3. Keadaan asupan makanan: III.Pemeriksaan Umum

BB Post HD Sblmnya : ………. BB Pre HD Saat Ini : ………. BB Post HD Saat Ini : ………. Tinggi Badan :

Keadaan Umum :

Kesadaran: Tekanan darah: mmHg Nadi: x/menit Pernapasan : x/menit Suhu: 0C

Mata : Leher : Thorax : Abdomen : Ekstremitas :


(2)

IV.Pemeriksaan Laboratorium: Darah Rutin :

RFT :

Elektrolit : V. Pemeriksaan Penunjang:

Foto Thorax : USG Ginjal : VII.Diagnosis:


(3)

Lampiran Daftar Riwayat Hidup

I. DATA PRIBADI

Nama : dr. Sumi Ramadani

Tempat/Tgl Lahir : Medan/4 Juli 1982 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Dokter PPDS

NIP : 198207042009122003

Pangkat/ Gol. : Penata Muda/IIIb Suami : dr. Ahmad Brata Rosa

Anak : -

Alamat Pekerjaan : Fakultas Kedokteran USU Jl. dr. Mansyur no. 5 Medan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU RSUP. H. Adam Malik Medan

Jl. Bunga Lau no.17 Medan

Alamat Rumah : Jl. Asrama, Komp.Bumi Asri blok C-222 Medan

Telepon selular : (061)-8470183/ 081370389893

II. PENDIDIKAN

1. SD Harapan 2 (1988-1994) di Medan 2. SMP Negeri 1 (1994-1997) di Medan 3. SMU Negeri 1 (1997-2000) di Medan

4. Fakultas Kedokteran USU (2000-2006 ) di Medan

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2007 – sekarang) di Medan

III. RIWAYAT PEKERJAAN


(4)

IV. KEANGGOTAAN PROFESI 1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

2. Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

V. KURSUS PENATARAN

USG Tahap I PUSKI USG Tahap II PUSKI

VI. KARYA ILMIAH

1. Sumi Ramadani, Dede Moeswir, Syafrizal Nasution, Salli R. Nasution, Zulhelmi Bustami, Abdurrahim R. Lubis, Harun R. Lubis, Perbandingan antara Rasio Albumin-Kreatinin pada Pasien dengan Hipertensi Terkontrol dan Tidak Terkontrol. Kongres Nasional PERNEFRI X 2008, Bandung, 28-30 November 2008.

2. Sumi Ramadani, Anita R. Dalimunthe, Wika H. Lubis, Habibah H. Nasution, Depresi pada Penderita PGK yang Menjalani Hemodialisis Reguler. Kongres Nasional XV Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (KOPAPDI XV) 2012, Medan, 12-15 Desember 2012

VII. PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. Peserta dan Panitia Simposium New Era in Therapeutic Options

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan, 17-19 April 2008.

2. Peserta Simposium “Penanganan Thalassemia secara Menyeluruh” dalam rangka hari ulang tahun ke-56 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 24 Mei 2008

3. Peserta Workshop Hepatitis C Gastroentero-Hepatologi Update VI 2006, Convention Hall Hotel Danau Toba Medan, 16 Oktober 2008 4. Peserta Simposium Gastroentero-Hepatologi Update VI 2006,


(5)

5. Peserta Konas X Pernefri & Annual Meeting 2008 Bandung, 28-30 Nopember 2008

6. Peserta Expert Meeting “New Paradigm in Maintenance Fluid

Therapy” Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara/RSUP. Dr. Adam Malik Medan, 18 Maret 2009

7. Peserta Simposium “Landmark Trial in The Management of Hypertension & Diabetes” . PAPDI Sumut. Hotel JW Mariot Medan, 7 Maret 2009

8. Peserta Workshop “Update from Clinical to Application in Internal

Medicine”. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) X 2009 Departemen

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan 20-22 April 2009

9. Peserta Simposium “Update from Clinical to Application in Internal

Medicine”. Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) X 2009 Departemen

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan 23-25 April 2009

10. Peserta Simposium An Approach to Hemodialysis Patients and What

Modality Choice we have Today, JW Marriott Medan, 9 Agustus 2009

11. Peserta Simposium “Acute Coronary Syndrome and Antibiotics”, JW Marriott Medan, 14-15 Agustus 2009

12. Panitia dan peserta Gastroentero-Hepatologi Update VII 2009. Medan, 9-10 Oktober 2009

13. Peserta Workshop Ultrasonography 11th Annual Scientific Meeting Internal Medicine Depatrment of Internal Medicine , Medan 1-3 April 2010

14. Peserta Pelatihan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Ultrasonografi Tahap Pertama bagi PPDS Penyakit Dalam. Departemen Penyakit Dalam FK USU dan PUSKI. Medan 23-26 September 2010

15. Peserta Pelatihan Program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan Ultrasonografi Tahap Kedua bagi PPDS Penyakit Dalam. Departemen Penyakit Dalam FK USU dan PUSKI. Medan


(6)

8-16. Peserta dan panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan XII 2011, JW Marriott International Hotel Medan, 28-30 April 2011

17. Peserta Rheumatologi Update Departemen Penyakit Dalam FK USU, Medan, 9-10 Juli 2011

18. Panitia dan Peserta KONAS PAPDI XV, Medan, 12-15 Desember 2012