yang mengatakan bahwa pemberian obat-obat antioksidan mencegah hemolisis oksidatif dari membran eritrosit, sehingga dapat menunjukkan mekanisme lain
bahwa antioksidan dapat memperbaiki respon terhadap ESA.
20,24
2.5 PROTEIN ENERGY MALNUTRITION PADA PASIEN-PASIEN
DIALISIS
Malnutrisi merupakan masalah yang serius pada pasien-pasien gagal ginjal kronik yang diterapi dengan dialisis. Hal ini berhubungan dengan malnutrisi yang
akan memberikan outcome yang buruk pada pasien.
26
a. Penyebab Malnutrisi pada pasien dialisis
Malnutrisi tidak jarang terjadi pada pasien-pasien dialisis dan penyebabnya bermacam-macam. Prosedur dialisis sendiri menyebabkan hilangnya nutrisi-nutrisi
kedalam dialisat dan efek dari hilangnya nutrisi-nutrisi ini menyebabkan peningkatan katabolisme selama hemodialisis. Timbulnya asidosis metabolik yang biasa terjadi
pada pasien-pasien dengan gagal ginjal mungkin berhubungan dengan peningkatan katabolisme pada pasien-pasien ini.
27,28
Asam amino hilang melalui dialisat dan dengan aliran dialiser yang kuat, hilangnya vitamin melalui dialisat juga terjadi. Gejala uremia seperti anoreksia,
nausea dan muntah dan gejala-gejala ini tidak selalu terkontrol pada pasien-pasien dialisis reguler, menyebabkan terjadinya pengurangan ambilan protein dan energi.
Falken-hagen dkk meneliti bahwa pasien gagal ginjal yang diterapi dengan hemodialisis ataupun peritoneal dialisis menunjukkan pola konsumsi makanan yang
berbeda-beda. Penyebab dari berkurangnya nafsu makanan tidak sepenuhnya diketahui, namun peningkatan leptin serum atau faktor lainnya yang menekan nafsu
makan mungkin terlibat.
26-30
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Penyebab anoreksia pada pasien-pasien hemodialisis regular
27
b. Diagnosis Malnutrisi pada Pasien Dialisis
Adanya malnutrisi tidaklah diketahui hanya dengan satu tes saja atau dievaluasi hanya pada satu waktu saja, sehingga penting untuk menskrining pasien apakah
dijumpai adanya malnutrisi dengan beberapa pemeriksaan dan dilakukan secara reguler. Penting juga untuk melakukan pemeriksaan status protein dan komposisi
tubuh sama seperti ambilan nutrisi, untuk mengidentifikasi adanya malnutrisi.
26, 29
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Evaluasi nutrisi pada pasien dialysis
27
Albumin serum, sering digunakan untuk mengukur cadangan protein, dapat terganggu dengan adanya proses akut, infeksi yang sering terjadi pada pasien-pasien
dialisis. Adanya infeksi akses yang kronis atau infeksi lainnya dapat mengurangi konsentrasi serum albumin oleh karena berkurangnya sintesa albumin di hati sebagai
respon terhadap peningkatan produksi fase akut reaktan. Yeu dan Kaysen menunjukkan bahwa konsentrasi serum albumin merupakan petunjuk hilangnya
albumin melalui dialisat, begitu juga produksi CRP yang berkitan dengan inflamasi. Hal ini menunjukkan bahwa serum albumin tidak selalu dipercaya dalam menilai
status nutrisi.
29
Pada populasi pre gagal ginjal terminal, serum transferin tampaknya sangat berguna dalam menilai status nutrisi, namun serum transferin terganggu pada
keadaan defisiensi besi, dan keadaan defisiensi besi yang sering terjadi ini
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan penggunaan ESA dalam pengobatan anemia pada pasien-pasien hemodialisis reguler menyebabkan pengukuran ini kurang diandalkan.
Pengukuran komposisi tubuh seperti antropometri, Bioelectrical Impedance Analysis BIA, dan Subjective Global Assessment SGA, telah semua dilaporkan
berguna untuk menilai satus nutrisi pada pasien dengan gagal ginjal terminal yang didialisis reguler. Antropometri telah digunakan bertahun-tahun pada subjek yang
sehat, sama seperti pada pasien gagal ginjal dengan dialisis reguler, dan antropometri telah sering digunakan pada pasien-pasien tersebut.
29
Subjective Global Assessment awalnya dikembangkan untuk digunakan pada keadaan akut di rumah sakit, namun juga berguna untuk mengukur status nutrisi pada
populasi CAPD.
30
Kesemua alat pengukuran komposisi tubuh ini memiliki keterbatasan. Antropometri sangat dipengaruhi kesalahan operator dan juga dipengaruhi turgor
kulit. Untuk menghindarinya gunakalah kaliper kulit dengan kualitas yang baik. BIA ternyata tidak terlalu berguna dikarenakan BIA lebih signifikan untuk pengukuran
komposisi tubuh dan komposisi air tubuh. Dual energy x ray absorptiometry dapat membedakan lemak dengan massa non lemak namun ketersediaanya tidak sellau
dapat diharapkan. Karena antropometri cukup banyak tersedia dan cukup simpel, ia bersifat aplikatif pada berbagai klinik dialisis dan merupakan alat yangpaling
berguna untuk mengukur komposisi tubuh.
12
Status nutrisi harus dianalisa secara teratur pada semua pasien-pasien dialisis, sehingga jika terjadi sedikit penurunan pada status nutrisi dapat segera diketahui.
Protein serum harus dimonitor setiap 1-3 bulan, antropometri dimonitor setiap 6 bulan dan daftar makanan apa saja yang dikonsumsi juga harus selalu dicatat.
29,30
30
c. Penatalaksanaan Malnutrisi pada Pasien Dialisis