makalah hadis

(1)

Mata Kuliah : Dosen pengampu : Hadis Tarbawi Dra. Zalayana

Hadist Tentang Keutamaan Belajar dan Ancaman bagi yang

menyembunyikan Ilmu

Oleh:

1. Suci Oktavia (11314203709) 2. Ayu Alviani (11314200446)

3. Imam Raharjo ()

PBI / IV / C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan dan limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang berjudul “Hadis tentang keutamaan Belajar dan Ancaman bagi yang menyembunyikan Ilmu”.

Shalawat serta salam akan selalu terucap dan terkirimkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, segenap keluarga, para sahabat, serta umatnya yang konsisten menjalankan dan mendakwahkan ajaran-ajaran yang telah dibawanya. Karena berkat kegigihan dan perjuangan beliau kita semua dapat merasakan nikmat Islam, iman, dan indahnya ilmu pengetahuan sebagaimana yang dapat kita rasakan pada saat ini.

Didalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam tatanan bahasa maupun dalam penulisan kata ,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun dari para pembaca agar pembuatan makalah berikutnya bisa menjadi lebih baik.

Semoga makalah penulis ini dapat menjadi media bagi kita semua dalam penambahan pengetahuan , khususnya bagi para pembaca.

Pekanbaru, April 2015


(3)

BAB 1 PENDAHULUAN


(4)

BAB II PEMBAHASAN

A.

KEUTAMAAN BELAJAR

نببب مببصاع انثدح ،ديذي نب دمحم انثدح : دمحا ماملا لاق

لها نم لجر مدق :لاق ريثك نب سيق نع ةويح نب ءاجر

قببشمدب وببه و هببنع هببللا يببضر ءادردببلا يبأ ىلا ةنيدملا

ثدببحت كنا ينغلب ثيدح :لاق ؟يخأ يأ كمدقا ام :لاقف

تمدق امأ :لاق .ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع هب

:لاببق ،ل :لاببق ؟ةببجحل تمدق امأ :لاق ،ل :لاق ؟ ةراجتل

لابق ،مبعن :لابق ؟ثيدببحلا اذبه ببلط يبف لإ تمدبق ام

هيلع هللا ىلص هللا لوسر تعمس ينإف : هنع هللا يضر

هللا كلس ،املع هيف بلطي اقيرط كلس نم :لوقي ملسو

اببهتحنجأ عببضتل ةببكائلملا نإ و ،ةببنجلا ىلإ قيرط هب ىلعت

يببف نببم ملاببعلل رفغتببسيل هببنإ و ،مببلعلا بلاببطل اببضر

ملاببعلا لضف و ،ءاملا يف ناتيحلا ىتح ضرلاو تاومسلا

نإ ،بكاوببكلا ريعببس ىببلع راببمقلا لببضفك دببباعلا ىببلع

امنإ و ،امهرد لو ارانيد اوثري مل ،ءايبنلا ةثر و مه ءاملعلا

رفاو ظحب ذخأ هب ذخأ نمف ملعلا اوثرو.

Terjemahan:

Imam Ahmad berkata: Muhammad bin Yazid menceritakan kepada kami, Ashim bin Raja’ bin Haiwah menceritakan kepada kami dari Qais bin Katsir, ia berkata, seseorang dari penduduk madinah datang menemui Abu Darba’RA ketika ia berada di damaskus. Abu darba bertanya, ‘Apa gerangan yang membuatmu datang kemari wahai saudaraku?’ orang itu menjawab, satu hadist yang telah sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatkannya dari rasullah SAW.Abu Darba’ bertanya lagi,’ apakah engkau datang untuk berniaga? Tidak.’ Jawabnya, apakah engkau datang untuk satu keperluan?, Tanya Abu Darba’. “Tidak ” apakah engkau datang untuk mencari hadist ini saja?’ ya. Jawab orang itu. Lalu Abu Darba RA berkata: ‘sesungguhnya aku mendengar Rasullah SAW bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk menutntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan bahwasannya malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha dengan orang


(5)

ampun bagi orang yang berilmu,hingga ikan-ikan paus didalam kedalaman air.dan keutamaan seseorang yang berilmu dengan seorang ahli ibadah layaknya keutamaan bulan dibanding seluruh bintang.dan seseungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar,tidak juga dirham,melainkan mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil bagian ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang besar.”

Mufradat:

Mencari

بلطي

Menempuh

كلس

Membentangkan

عضتل

Pewaris

ةثر

Biografi:

1. Imam Ahmad

Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan Nabi Ibrahim.

Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy dan Ayahnya Muhammad, Kakek beliau adalah Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa kakek imam ahmad ini dahulunya adalah seorang panglima.

Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur-tahun 164 H. Ayah imam ahmad ini wafat pada usia muda 30 masyhur-tahun, ketika beliau berumur 3 tahun.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan


(6)

beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh azzam yang tinggi dan tidak mudah goyah. Perhatian beliau saat itu memang tengah tertuju kepada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Beliau mengatakan bahwa orang pertama yang darinya beliau mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah.

Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.

Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”

Beliau baru menikah setelah berumur 40 tahun. Ada orang yang berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah, Anda telah mencapai semua ini. Anda telah menjadi imam kaum muslimin.” Beliau menjawab, “Bersama mahbarah (tempat tinta) hingga ke maqbarah (kubur). Aku akan tetap menuntut ilmu sampai aku masuk liang kubur.” Dan memang senantiasa seperti itulah keadaan beliau: menekuni hadits, memberi fatwa, dan kegiatan-kegiatan lain yang memberi manfaat kepada kaum muslimin. Sementara itu, murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) hadits, fiqih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur ‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Atsram, dan lain-lain.


(7)

Beliau menyusun kitabnya yang terkenal, al-Musnad, dalam jangka waktu sekitar enam puluh tahun dan itu sudah dimulainya sejak tahun tahun 180 saat pertama kali beliau mencari hadits. Beliau juga menyusun kitab tentang tafsir, tentang an-nasikh dan al-mansukh, tentang tarikh, tentang yang muqaddam dan

muakhkhar dalam Alquran, tentang jawaban-jawaban dalam Alquran. Beliau juga menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah (Bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah, kitab al-Wara‘ wa al-Iman, kitab

al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.

Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajal yang telah dientukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid‘ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami.”

Demikianlah gambaran ringkas ujian yang dilalui oleh Imam Ahmad. Terlihat bagaimana sikap agung beliau yang tidak akan diambil kecuali oleh orang-orang yang penuh keteguhan lagi ikhlas. Beliau bersikap seperti itu justru ketika sebagian ulama lain berpaling dari kebenaran. Dan dengan keteguhan di atas kebenaran yang Allah berikan kepadanya itu, maka madzhab Ahlussunnah pun dinisbatkan kepada dirinya karena beliau sabar dan teguh dalam membelanya. Ali bin al-Madiniy berkata menggambarkan keteguhan Imam Ahmad, “Allah telah mengokohkan agama ini lewat dua orang laki-laki, tidak ada yang ketiganya. Yaitu, Abu Bakar as-Shiddiq pada Yaumur Riddah (saat orang-orang banyak yang murtad pada awal-awal pemerintahannya), dan Ahmad bin Hanbal pada Yaumul Mihnah.”

2. Muhammad Bin Yazid

Nama beliau adalah Muhammad bin yazid bin majah al-qazwini. Atau ibnu majah yaitu laqab bapaknya (yazid). Kuniyah beliau adalah abu Abdullah. Nasab


(8)

beliau adalah Ar Rib’I; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab. Al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.

Beliau lahir pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau. Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin. Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya.

Di Qazwin beliau berguru kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika dia berumur dua puluh tahunan. Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut. Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî, Jabbarah bin AL Mughalla Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair, Suwaid bin Sa’îd, Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî, Muhammad bin Ramh, Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Hisyam bin ‘Ammar, Abu Sa’id Al Asyaj.

Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:

 Kitab as-Sunan yang masyhur

 Tafsîr al Qurân al Karîm

 Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.

Beliau wafat pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu


(9)

3. Ahsim Bin Raja’ Bin Haiwah 4. Qais Bin Katsir

5. Abu Darba RA

B. Ancaman bagi yang menyembunyikan ilmu

نع لئس نم : هللاا لوسر لاق : لاق ،ةريره يبا نع

ةم ايقلا موي ر ان نم ماجلب هللا همجلا ،همتكف ملع.

Terjemahan:

Dari Abu Hurairah, ia berkata:Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka allah akan mencambuknya dengan cambuk dari api neraka”.(H.R.At-Tirmidzi).

Mufradat:

Menyembunyikan :

همتكف

Cambuk :

ماجلب


(1)

BAB II PEMBAHASAN

A.

KEUTAMAAN BELAJAR

نببب مببصاع انثدح ،ديذي نب دمحم انثدح : دمحا ماملا لاق

لها نم لجر مدق :لاق ريثك نب سيق نع ةويح نب ءاجر

قببشمدب وببه و هببنع هببللا يببضر ءادردببلا يبأ ىلا ةنيدملا

ثدببحت كنا ينغلب ثيدح :لاق ؟يخأ يأ كمدقا ام :لاقف

تمدق امأ :لاق .ملسو هيلع هللا ىلص هللا لوسر نع هب

:لاببق ،ل :لاببق ؟ةببجحل تمدق امأ :لاق ،ل :لاق ؟ ةراجتل

لابق ،مبعن :لابق ؟ثيدببحلا اذبه ببلط يبف لإ تمدبق ام

هيلع هللا ىلص هللا لوسر تعمس ينإف : هنع هللا يضر

هللا كلس ،املع هيف بلطي اقيرط كلس نم :لوقي ملسو

اببهتحنجأ عببضتل ةببكائلملا نإ و ،ةببنجلا ىلإ قيرط هب ىلعت

يببف نببم ملاببعلل رفغتببسيل هببنإ و ،مببلعلا بلاببطل اببضر

ملاببعلا لضف و ،ءاملا يف ناتيحلا ىتح ضرلاو تاومسلا

نإ ،بكاوببكلا ريعببس ىببلع راببمقلا لببضفك دببباعلا ىببلع

امنإ و ،امهرد لو ارانيد اوثري مل ،ءايبنلا ةثر و مه ءاملعلا

رفاو ظحب ذخأ هب ذخأ نمف ملعلا اوثرو.

Terjemahan:

Imam Ahmad berkata: Muhammad bin Yazid menceritakan kepada kami, Ashim bin Raja’ bin Haiwah menceritakan kepada kami dari Qais bin Katsir, ia berkata, seseorang dari penduduk madinah datang menemui Abu Darba’RA ketika ia berada di damaskus. Abu darba bertanya, ‘Apa gerangan yang membuatmu datang kemari wahai saudaraku?’ orang itu menjawab, satu hadist yang telah sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatkannya dari rasullah SAW.Abu Darba’ bertanya lagi,’ apakah engkau datang untuk berniaga? Tidak.’ Jawabnya, apakah engkau datang untuk satu keperluan?, Tanya Abu Darba’. “Tidak ” apakah engkau datang untuk mencari hadist ini saja?’ ya. Jawab orang itu. Lalu Abu Darba RA berkata: ‘sesungguhnya aku mendengar Rasullah SAW bersabda, “Barang siapa menempuh jalan untuk menutntut ilmu, maka Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan bahwasannya malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridha dengan orang yang mencari ilmu. Bahwasannya siapa saja dilangit dan dibumi akan memintakan


(2)

ampun bagi orang yang berilmu,hingga ikan-ikan paus didalam kedalaman air.dan keutamaan seseorang yang berilmu dengan seorang ahli ibadah layaknya keutamaan bulan dibanding seluruh bintang.dan seseungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar,tidak juga dirham,melainkan mereka mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil bagian ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang besar.”

Mufradat:

Mencari

بلطي

Menempuh

كلس

Membentangkan

عضتل

Pewaris

ةثر

Biografi:

1. Imam Ahmad

Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan Nabi Ibrahim.

Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy dan Ayahnya Muhammad, Kakek beliau adalah Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa kakek imam ahmad ini dahulunya adalah seorang panglima.

Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur-tahun 164 H. Ayah imam ahmad ini wafat pada usia muda 30 masyhur-tahun, ketika beliau berumur 3 tahun.

Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan


(3)

beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.

Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh azzam yang tinggi dan tidak mudah goyah. Perhatian beliau saat itu memang tengah tertuju kepada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Beliau mengatakan bahwa orang pertama yang darinya beliau mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah.

Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.

Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”

Beliau baru menikah setelah berumur 40 tahun. Ada orang yang berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah, Anda telah mencapai semua ini. Anda telah menjadi imam kaum muslimin.” Beliau menjawab, “Bersama mahbarah (tempat tinta) hingga ke maqbarah (kubur). Aku akan tetap menuntut ilmu sampai aku masuk liang kubur.” Dan memang senantiasa seperti itulah keadaan beliau: menekuni hadits, memberi fatwa, dan kegiatan-kegiatan lain yang memberi manfaat kepada kaum muslimin. Sementara itu, murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) hadits, fiqih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur ‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Atsram, dan lain-lain.


(4)

Beliau menyusun kitabnya yang terkenal, al-Musnad, dalam jangka waktu sekitar enam puluh tahun dan itu sudah dimulainya sejak tahun tahun 180 saat pertama kali beliau mencari hadits. Beliau juga menyusun kitab tentang tafsir, tentang an-nasikh dan al-mansukh, tentang tarikh, tentang yang muqaddam dan

muakhkhar dalam Alquran, tentang jawaban-jawaban dalam Alquran. Beliau juga menyusun kitab al-Manasik ash-Shagir dan al-Kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-Zindiqah (Bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah, kitab al-Wara‘ wa al-Iman, kitab

al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.

Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajal yang telah dientukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid‘ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami.”

Demikianlah gambaran ringkas ujian yang dilalui oleh Imam Ahmad. Terlihat bagaimana sikap agung beliau yang tidak akan diambil kecuali oleh orang-orang yang penuh keteguhan lagi ikhlas. Beliau bersikap seperti itu justru ketika sebagian ulama lain berpaling dari kebenaran. Dan dengan keteguhan di atas kebenaran yang Allah berikan kepadanya itu, maka madzhab Ahlussunnah pun dinisbatkan kepada dirinya karena beliau sabar dan teguh dalam membelanya. Ali bin al-Madiniy berkata menggambarkan keteguhan Imam Ahmad, “Allah telah mengokohkan agama ini lewat dua orang laki-laki, tidak ada yang ketiganya. Yaitu, Abu Bakar as-Shiddiq pada Yaumur Riddah (saat orang-orang banyak yang murtad pada awal-awal pemerintahannya), dan Ahmad bin Hanbal pada Yaumul Mihnah.”

2. Muhammad Bin Yazid

Nama beliau adalah Muhammad bin yazid bin majah al-qazwini. Atau ibnu majah yaitu laqab bapaknya (yazid). Kuniyah beliau adalah abu Abdullah. Nasab


(5)

beliau adalah Ar Rib’I; merupakan nisbah wala` kepada Rabi’ah, yaitu satu kabilah arab. Al Qazwînî adalah nisbah kepada Qazwîn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di kawasan ‘Iraq.

Beliau lahir pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti, di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin. Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau. Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin. Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan beliau memulai menuntut ilmunya.

Di Qazwin beliau berguru kepada Ali bin Muhammad at Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits. Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar dan berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah menuntut ilmu adalah ketika dia berumur dua puluh tahunan. Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut. Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah ‘Ali bin Muhammad ath Thanâfusî, Jabbarah bin AL Mughalla Mush’ab bin ‘Abdullah az Zubair, Suwaid bin Sa’îd, Abdullâh bin Muawiyah al Jumahî, Muhammad bin Ramh, Ibrahîm bin Mundzir al Hizâmi, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Hisyam bin ‘Ammar, Abu Sa’id Al Asyaj.

Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita. Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:

 Kitab as-Sunan yang masyhur

 Tafsîr al Qurân al Karîm

 Kitab at Tarîkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahâbah sampai masa beliau.

Beliau wafat pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.


(6)

3. Ahsim Bin Raja’ Bin Haiwah 4. Qais Bin Katsir

5. Abu Darba RA

B. Ancaman bagi yang menyembunyikan ilmu

نع لئس نم : هللاا لوسر لاق : لاق ،ةريره يبا نع

ةم ايقلا موي ر ان نم ماجلب هللا همجلا ،همتكف ملع.

Terjemahan:

Dari Abu Hurairah, ia berkata:Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu dia menyembunyikannya, maka allah akan mencambuknya dengan cambuk dari api neraka”.(H.R.At-Tirmidzi).

Mufradat:

Menyembunyikan :

همتكف

Cambuk :

ماجلب