Kesimpulan Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Menurut Undangundang No.21 Tahun 2008.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengaturan penyelesaian sengketa perbankan syariah di Indonesia pada saat ini telah memiliki kejelasan. Tidak ada lagi keraguan bagi para pihak ketika terjadi sengketa pada mereka. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan titik terang atas penyelesaian sengketa yang dapat dipilih di luar pengadilan melalui Badan Arbitrase Syariah.Kemudian Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun Peradilan Agama ditujukan untuk penyelesaian sengketa di dalam peradilan khususnya Peradilan Agama. Peraturan ini juga memperjelas atas bagaimana pengeksekusian atas putusan badan arbitrase. Dengan itu jelaslah bahwa Peradilan Agama yang memiliki wewenang sebagai eksekutor. Kemudian Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah secara khusus mengatur mengenai Perbankan Syariah dan mengenai penyelesaian sengketa. Di dalam peraturan ini terdapat penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi dan non-litigasi; musyawarahnegosiasi, mediasi dan pengadilan negeri. 2. Mekanisme penyelesaian sengketa perbankan syariah tidak jauh berbeda dari bentuk acara yang dipergunakan lembaga-lembaga sebelumnya. Hukum acara yanng dipergunakan di pengadilan agama tetap menggunakan hukum acara perdata umumnya demikian juga dengan pengadilan negeri. Di jalur non-litigasi, musyawarahnegosiasi proses yang dipergunakan tetap sama. Proses mediasi sedikit berbeda dengan mediasi lainnya. Proses ini disebut mediasi perbankan yang pengaturannya melalui Peraturan Bank Indonesia dimana Bank Indonesia sebagai Universitas Sumatera Utara mediatornya. Dalam bentuk arbitrase, Badan Arbitrase Syariah lah yang dipergunakan. 3. Badan Arbitrase Syariah merupakan perubahan dari Badan Arbitrase Muamalat Indonesia. Badan ini merupakan badan permanen yang secara institusional dibentuk secara khusus menangani perkara ekonomi syariah di luar persidangan. Putusan yang dikeluarkan oleh Badan ini hanya dapat di lanjutkan pengeksekusiannya melalui ketua pengadilan agama.

B. Saran 1.