Arbitrase Syariah Melalui Non Litigasi 1. Musyawarah

penandatanganan akta kesepakatan. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang 30 hari kerja berikutnya berdasarkan kesepakatan nasabah dan bank yang dituangkan secara tertulis.

3. Arbitrase Syariah

Dalam perspektif islam, arbitrase dapat disepadankan dengan isitilah takhim. Takhim berasal dari kata takaham, secara etimologis berarti menjadikan seseorang sebagai pencegah suatu sengketa. Pengertian tersebut erat kaitannya dengan pengertian menurut terminologisnya. Ini merupakan suatu lembaga yang telah ada sejak zaman pra-islam dan pada masa itu pula apabila ada permasalahan yang muncul akan diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-masing pihak yang berselisih. Hadirnya lembaga-lembaga keuangan yang menjalankan prinsip syariah, maka dianggap perlu untuk mendirikan suatu lembaga yang mana tujuannya sebagai media penyelesaian sengketa. Sejak didirkannya tahun 2003, BASYARNAS belum cukup dikenal. Terhitung hanya belasan sengketa yang diselesaikan. Prosedur beracara dalam proses pemeriksaan sengketa di BASYARNAS ini telah ditetapkan oleh institusi tersebut yang pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan mekanisme beracara di peradilan umum atau peradilan agama, sebagaimana diatur dalam HIRRBg atau dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agam sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang no. 3 tahun 2006. Prosedur beracara BASYARNAS juga hampir sama dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Universitas Sumatera Utara Arbitrase syariah memiliki kewenagan untuk memberikan suatu rekomendasi atau pendapat hukum, yaitu pendapat hukum yang mengikat tanpa adanya suatu persoalan tertentu yang berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian yang sudah barang tentu atas permintaan para pihak yang mengadakan perjanjian untuk diselesaikan 19 . Proses beracara dalam proses pemeriksaan sengketa di BASYARNAS ini telah ditetapkan oleh institusi tersebut yang pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan mekanisme beracara di Pengadilan Umum ataupun di Pengadilan Agama. Sebagaimana diatur dalam HIRRBg atau dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2006. Prosedur beracara BASYARNAS juga hampir sama dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Terdapat beberapa hal penting yang telah diatur dalam BASYARNAS sebagai prosedur beracara, diantaranya tentang yuridiksi atau kewenangan, yaitu: a. Penyelesaian sengketa yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain. Para pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaian sengketa kepada BASYARNAS sesuai peraturan prosesur yang berlaku b. Memberikan pendapat yang mengikat tanpa adanya suatu sengketa mengenai suatu persoalan yang berkenaan dengan perjanjian permintaan para pihak. Kesepakatan klausula seperti itu dicantumkan dalam perjanjian atau dalam suatu akta tersendiri setelah sengketa timbul. 19 Rachmad Usman. 2002. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya. Halaman 105; dalam Op. Cit. Suahartono. Halaman 105. Universitas Sumatera Utara HIR Pasal 130 ayat 1 atau RBg Pasal 154 ayat 1 menyebutkan para piihak yang berpekara hadir pada persidangan pertama yang ditentukan, hakim diwajibkan untuk mengusahakan perdamaian. Dan apabila berdamai maka akan dituangkan dalam perjanjian dibawah tangan antara pihak-pihak yang berpekara, berdasarkan hal itu hakim menjatuhkan putusan yang isinya menghukum pihak-pihak yang berpekara tersebut untuk melaksanakan isi perjanjian perdamaian yang diamksud. Putusan yang diambil hakim tersebut telah membuat perkara itu berakhir dengan adanya perdamaian. Putusan itu mempunyai kekuatan hukum tetap dan terhadapnya tidak dapat dimintakan banding. Prosedur pemeriksaan yang berlaku di BASYARNAS juga berlaku demikian. Arbiter akan mengusahakan perdamaian di antara kedua belah pihak yang bersengketa. Apabila upaya itu berhasil maka akan dibuat akta perdamaian. Namun jika tidak berhasil, arbiter akan melanjutkan proses pemeriksaan atas sengketa tersebut. Pencabutan permohonan dan gugat balik rekovensi juga diatur dalam proses pemeriksaan sengketa di BASYARNAS. Demikian juga proses pembuktian, baik saksi- saksi maupun ahli. Namun perbedaan yang ada dalam BASYARNAS adalah pembuktiannya bersifat tertutup berbeda dengan di pengadilan yang bersifat terbuka. Proses pemeriksaan dalam hal pembuktian, di BASYARNAS lebih ditekankan pada saksi dan ahli saja. Hira-hira dalam BASYARNAS juga berbeda dengan pengadilan umum atau abiter, yaitu dengan menggunakan kalimat “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”. Berikut prosedur beracara dalam BASYARNAS: a. Pendaftaran 1. Sebelum sengketa, dengan mencantumkan “Arbitrase Clause” atau perjanjian arbitrase yang terpisah dari perjanjian pokok Universitas Sumatera Utara 2. Setelah sengketa b. Prosedur penyelesaian 1. Pendaftaran surat permohonan arbitrase yang memuat nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak, uraian singkat tentang sengketa dan tuntutan 2. Dengan melampirkan perjanjian khusus yang menyerahkan penyelesaian sengketa kepada basyarnas atau perjanjian pokok yang memuat arbitration clause 3. Penetapanpenunjukan arbiter tunggalmajelis 4. Penawaran perdamaian yang apabila diterima maka arbiter membuat akta perdamaian dan apabila tidak diterima maka dilanjutkan dengan pemeriksaan 5. Pemeriksaan sengketa 6. Putusan arbitrase c. Eksekusi putusan arbitrase 1. Putusan yang sudah ditandatangani arbiter bersifat final 2. Salinan otentik putusan diserahkan dan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan tingkat pertama 3. Bilamana putusan tidak dilaksanakan secara sukarela maka dilaksanakan berdasarkan perintah ketua pengadilan tingkat pertama. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERAN ARBITRASE SYARIAH DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

A. Sejarah Badan Arbitrase Syariah di Indonesia