BAB IV PENANGANAN ATAS KELUHAN-KELUHAN KONSUMEN
BERKAITAN DENGAN PRODUK PANGAN HASIL TEKNOLOGI REKAYASA GENETIKA
A. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK
Hubungan hukum antara pelaku usahapenjual dengan konsumen tidak tertutup kemungkinan timbulnya perselisihansengketa konsumen. Selama ini
sengketa konsumen dieselesaikan melalui gugatan di pengadilan, namun pada kenyataannya yang tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pengadilan pun tidak
akomodatif untuk menampung sengketa konsumen karena proses perkara yang terlalu lama dan sangat birokratis. Berdasarkan Pasal 45 UUPK setiap konsumen
yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan
yang berada di lingkungan peradilan umum. Di luar peradilan umum UUPK membuat terobosan dengan memfasilitasi para konsumen yang merasa dirugikan
dengan mengajukan gugatan ke pelaku usaha di luar peradilan, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Mekanisme gugatan dilakukan secara
sukarela dari kedua belah pihak yang bersengketa. Hal ini berlaku untuk gugatan secara perorangan, sedangkan gugatan secara kelompok class action dilakukan
melalui peradilan umum.
Universitas Sumatera Utara
BPSK adalah pengadilan khusus konsumen small claim court yang sangat diharapkan dapat menjawab tuntutan masyarakat agar proses beperkara berjalan
cepat, sederhana dan murah. Dengan demikian, BPSK hanya menerima perkara yang nilai kerugiannya kecil. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal dan
kehadiran penuh pihak ketiga pengacara sebagai wakil pihak yang bersengketa tidak diperkenankan. Putusan dari BPSK tidak dapat dibanding kecuali
bertentangan dengan hukum yang berlaku. Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 ayat 12, BPSK
adalah ”badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen”.
117
Di samping bertugas menyelesaikan masalah sengketa konsumen, BPSK juga bertugas memberikan konsultasi perlindungan konsumen. Bentuk
konsultasinya sebagai berikut:
118
1. Memberikan penjelasan kepada konsumen atau pelaku usaha tentang hak
dan kewajibannya masing-masing. 2.
Memberikan penjelasan tentang bagaimana menuntut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen dan juga pelaku usaha.
3. Memberikan penjelasan tentang bagaimana memperoleh pembelaan dalam
hal penyelesaian sengketa konsumen 4.
Memberikan penjelasan tentang bagaimana bentuk dan tata cara penyelesaian sengketa konsumen.
117
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
118
Happy Susanto, Op. cit., Hal. 83.
Universitas Sumatera Utara
BPSK dibentuk oleh pemerintah untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar pengadilan. Kedudukan badan ini berada di daerah tingkat II. Susunan
pengurus BPSK dibentuk oleh gubernur masing-masing provinsi dan diresmikan oleh Menteri Perdagangan. Anggota BPSK terdiri dari tiga unsur, yaitu
pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha. Masing-masing unsur tersebut terdiri dari minimal tiga orang dan maksimal lima orang. Pengangkatan dan
pemberhentian anggota BPSK ditetapkan oleh menteri. Keanggotaan BPSK terdiri dari ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota, dan anggota itu
sendiri.
119
Dalam hal ini penulis telah melakukan penelitian di BPSK Kota Medan dan telah mengetahui struktur keanggotaan di BPSK Kota Medan.
120
1. Warga negara Republik Indonesia WNI.
Persyaratan untuk menjadi anggota BPSK sebagai berikut:
2. Berbadan sehat.
3. Berkelakuan baik.
4. Tidak pernah dihukum karena kejahatan.
5. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang perlindungan konsumen.
6. Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun.
Dalam menjalankan tugasnya BPSK dibantu oleh sekretariat. Sekretariat BPSK terdiri dari ketua sekretariat dan anggota sekretariat. Pengangkatan dan
pemberhentian kepala sekretariatanggota sekretariat BPSK ditetapkan oleh menteri.
119
Ibid.
120
Lampiran
Universitas Sumatera Utara
Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 52, tugas dan wewenang BPSK sebagai berikut:
121
1. Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan
cara mediasi, konsiliasi, atau arbitrase. 2.
Memberikan konsultasi perlindungan konsumen. 3.
Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klusula baku. 4.
Melaporkan kepada penyidik umum jika terjadi pelanggaran ketentuan dalam undang-undang ini.
5. Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari konsumen
tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 6.
Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan konsumen. 7.
Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen.
8. Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli danatau setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini. 9.
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud di angka 7 dan 8, yang tidak
bersedia memenuhi panggilan BPSK. 10.
Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan.
11. Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen.
121
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
12. Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen. 13.
Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Dalam menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, BPSK membentuk majelis. Jumlah anggota majelis harus ganjil dan sedikit-dikitnya tiga
orang yang mewakili unsur pemerintah, konsumen, dan pelaku usaha dibantu oleh seorang panitera.
122
Konsumen yang merasa hak-haknya telah dirugikan bisa mengajukan permohonan penyelesaian sengketa konsumen ke sekretariat BPSK. Pelaku usaha
juga bisa melakukan hal yang sama. Surat permohonan tersebut bisa berupa permohonan secara tertulis atau secara lisan. Permohonan tersebut juga bisa
diajukan oleh ahli waris dan kuasanya jika ternyata konsumen yang bersangkutan telah meninggal dunia, sedang sakit, telah lanjut usia, belum dewasa, atau orang
yang berkewarganegaraan asing. Permohonan yang dibuat secara tertulis akan diberikan bukti tanda terima oleh sekretariat BPSK, sedangkan permohonan yang
dibuat secara lisan akan dicatatkan dalam suatu format yang telah disediakan dengan dibubuhi tanda tangan atau cap jempol konsumen yang bersangkutan atau
yang mewakilinya. Berkas permohonan yang telah dicatatkan oleh sekretariat BPSK kemudian ditulis tanggal dan nomor registrasi. Permohonan penyelesaian
sengketa konsumen sebaiknya memang diajukan secara tertulis dengan memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditetapkan, karena bisa dijadikan tanda bukti
122
Happy Susanto, Ibid., Hal. 86
Universitas Sumatera Utara
bahwa permohonan sudah diajukan. Jika permohonan tidak memenuhi persyaratan, BPSK bisa menolak permohonan tersebut. Persyaratan yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
123
1. Nama dan alamat lengkap konsumen bisa ahli waris atau kuasanya yang
disertai dengan surat kuasa bermaterai. 2.
Nama dan alamat pelaku usaha. 3.
Rincian barangjasa yang diadukan. 4.
Bukti perolehan barangjasa seperti bon, faktur, kuitansi, dan dokumen pembuktian lainnya jika ada.
5. Keterangan tempat, waktu, dan tanggal diperolehnya barangjasa tersebut.
6. Saksi yang mengetahui barangjasa tersebut diperoleh jika ada.
7. Foto-foto barang dan kegiatan pelaksanaan jasa jika ada.
BPSK wajib mengeluarkan putusan paling lambat dalam waktu 21 hari kerja setelah gugatan diterima. Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 56
mengatur lebih lanjut hal-hal yang berkaitan dengan hasil putusan yang dikeluarkan oleh BPSK sebagai berikut:
124
1. Dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja sejak menerima putusan BPSK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 pelaku usaha wajib melaksanakan putusan tersebut.
2. Para pihak bisa mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri paling
lambat 14 hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan tersebut.
123
Lampiran
124
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
3. Pelaku usaha yang tidak mengajukan keberatan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dianggap menerima putusan BPSK. 4.
Jika ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 3 tidak dijalankan oleh pelaku usaha, BPSK menyerahkan putusan tersebut kepada
penyidik untuk melakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
5. Putusan BPSK sebagaimana dimaksud pada ayat 3 merupakan bukti
permulaan yang cukup bagi penyidik untuk melakukan penyidikan. Tentang pengajuan keberatan sebagaimana disebutkan pada poin ayat 2
Pasal 56 tersebut, pengadilan negeri wajib mengeluarkan putusan atas keberatan dalam waktu paling lambat 21 hari sejak diterimanya keberatan. Terhadap putusan
pengadilan negeri tersebut, para pihak dalam waktu paling lambat 14 hari bisa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia MA. Mahkamah
Agung wajib mengeluarkan putusan dalam waktu paling lambat 30 hari sejak menerima permohonan kasasi.
125
Dari keseluruhan proses persidangan berdasarkan ketentuan Undang- Undang Perlindungan Konsumen, terlihat setidak-tidaknya dari sudut biaya dan
waktu penyelenggaraan keadilan itu, pihak konsumen dan pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab dimudahkan dan dipercepat. Dalam menghadapi situasi
sekarang, konsumen mengharapkan pelayanan birokrasi menjadi lebih baik, paling tidak beberapa indikator atau kriteria yang ditawarkan di atas semaksimal
mungkin dipenuhi. Abdi negara sudah seharusnya melayani kepentingan
125
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan bukan dilayani oleh masyarakat. Mengingat salah satu tolak ukur dari majunya suatu negara adalah nilai dari pelayanan terhadap masyarakat oleh
aparatur negara.
B. Instansi Pemerintah