Implementasi Visi dan Misi Televisi Lokal di Kota Medan (Studi Analisis Isi DAAI TV Dalam Program-Program Siaran)

(1)

IMP

( Stud

LEMENT

di Analisi

UN

FAKULT

DE

TASI VIS

K

is Isi DAA

NIVERSIT

TAS ILMU

EPARTEM

SI DAN M

KOTA ME

AI TV Me

Lokal

SKRIP

TRYA A

090904

TAS SUM

U SOSIAL

MEN ILMU

MEDA

2014

MISI TEL

EDAN

edan Dala

l )

PSI

DHA

003

MATERA U

L DAN IL

U KOMU

AN

4

LEVISI LO

am Progr

UTARA

LMU POL

UNIKASI

OKAL D

ram Siara

LITIK

I


(2)

IMP

( Stud

Diajuk

Program

Il

LEMENT

di Analisi

kan sebaga

m Strata 1

lmu Sosial

UN

FAKULT

DE

TASI VIS

K

is Isi DAA

ai salah sat

( S-1 ) pad

l dan Ilmu

NIVERSIT

TAS ILMU

EPARTEM

SI DAN M

KOTA ME

AI TV Me

Lokal

SKRIP

tu syarat u

da Depart

u Politik U

TRYA A

090904

TAS SUM

U SOSIAL

MEN ILMU

MEDA

2014

MISI TEL

EDAN

edan Dala

l )

PSI

untuk mem

temen Ilm

Universitas

DHA

003

MATERA U

L DAN IL

U KOMU

AN

4

LEVISI LO

am Progr

mperoleh g

u Komuni

s Sumatera

UTARA

LMU POL

UNIKASI

OKAL D

ram Siara

gelar sarja

ikasi Faku

a Utara

LITIK

I

an

ana

ultas


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Implementasi Visi dan Misi Televisi Lokal di Kota Medan (Studi Analisis Isi DAAI TV Dalam Program-Program Siaran)” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa syukur dan bangga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Dasrul dan Ibu Harita yang selalu memberikan dukungan yang begitu besar, serta doa dan semangatnya. Serta kedua kakak saya Maulia Oktaviani dan Vika Syafitri, dan kedua adik saya Hazra Ristia dan M. Aufar Zhafari yang selalu menjadi saudara terbaik dan sumber semangat untuk segera menyelesaikan pendidikan Sarjana ini.

2. Bapak Haris Wijaya, M. Comm selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua dan Ibu Dra. Sayana, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu, semangat, nasehat, motivasi dan arahannya kepada saya selama proses belajar mengajar.

5. Seluruh Staff Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu saya selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

6. Ibu Khairiah Lubis yang telah memberikan data-data yang saya dibutuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini


(4)

7. Aditya Saputra atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan selama proses perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

8. Seluruh teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu persatu untuk selalu menyuport saya dalam hal perkuliahan dan pembuatan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Januari 2014

Penulis,


(5)

ABSTRAKSI

Salah satu fungsi televisi sebagai media massa adalah menyampaikan suatu ideologi yaitu ide, nilai dan kepercayaan tertentu yang dianut atau dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu yang tergambar melalui visi dan misinya. Bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokalnya adalah fokus masalah dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui implementasi visi dan misi DAAI TV dan mengetahui makna dari sebuah teks media dan menemukan pesan yang tersembunyi di dalam teks program acara DAAI TV.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan implementasi visi dan misi DAAI TV Medan pada program siaran lokalnya dan mengetahui makna tersembunyi pada teks program siaran lokal DAAI TV. Objek penelitian adalah program siaran lokal DAAI TV yaitu Bingkai Sumatera (tiga judul) dan Selasar Budi (1 judul). Data dikumpul melalui teknik studi dokumenter, observasi dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis wacana dari Teun A. Van Dijk yang terdiri dari struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), struktur mikro (semantik, dan retoris).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Bingkai Sumatera dan Selasar Budi semua segmennya telah menerapkan visi dan misi DAAI TV. Sedangkan makna tersembunyi pada program Bingkai Sumatera yaitu: 1)“Hikmah Sosial Prayugo”, yaitu seharusnya orang tua berada di tengah-tengah keluarganya (anak-anaknya) bukan dititipkan di panti jompo dan melalui program ini DAAI TV ingin memotivasi masyarakat untuk tetap menyayangi orang tua yang telah membesarkannya; 2) “Sanggar Seni Karo Sora Siluro”, yaitu suatu kebudayaan tetap ada jika kita sendiri sebagai masyarakatnya sadar dengan kebudayaan yang dimiliki, selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan karena banyak masyarakat sekarang malah mengadopsi kebudayaan dari luar sehingga kebudayaan sendiri terlupakan; 3) “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman”, yaitu walaupun sudah tinggal di negara asing, kebudayaan yang kita miliki harus selalu kita bawa dan jaga agar kita tidak melupakan kebudayaan asli yang kita miliki. And makna tersembunyi pada program Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, yaitu tidak seharusnya anak-anak diasuh dan dibesarkan oleh orang lain karena anak-anak masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya.


(6)

ABSTRACT

One function of television as a mass medium is conveying an ideology that is the idea, certain values and beliefs held or owned by a particular group or class that is reflected through its vision and mission. How to implement the vision and mission of DAAI TV in its programs is focus problem in this study in order to determine the implementation of the vision and mission DAAI TV and to know the meaning of text and to find the hidden message in that text.

The kind of research is a qualitative descriptive research to know and describe the implementation of the vision and mission of DAAI TV in local broadcast programs and to know the hidden meanings in the text of local broadcast programs. The object of research is local broadcast programs of DAAI TV namely Bingkai Sumatra consists of 3 topics and Selasar Budi consists of 1 topic. Data gathered through documentary research techniques, observation and study of literature. Analysis of the data used is a discourse analysis of Teun A. Van Dijk which consists of the macro structure (thematic), superstructure (schematic), microstructure (semantic, and rhetorical).

The results showed that Bingkai Sumatra and Selasar Budi programs both have implemented the vision and mission of DAAI TV. The hidden meanings in Bingkai Sumatra programs are: 1) “Hikmah Sosial Prayugo”, that parents should be in the middle of her family (her children) not deposited in nursing homes and through this program DAAI TV wants to motivate people to remain loving parents who has been taking care of her children before; 2)“Sanggar Seni Karo Sora Siluro”, that a culture still exist if people always keep and preserve the culture because many people now instead adopt the culture from the outside and ignoring his own culture; 3) “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman”, despite living in a foreign country, we should always take along our culture and do not forget the original culture that we have. And the hidden meanings in Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, that children should not be nurtured and brought up by someone else because the kids still need love and guidance of their parents.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/ Paradigma Kajian ... 8

2.2 Kajian Pustaka ... 9

2.3 Model Teoretis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 23

3.2 Objek Penelitian ... 23

3.3 Subjek Penelitian ... 25

3.4 Kerangka Analisis ... 26

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.6 Teknik Analisa Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 29

4.2 Pembahasan ... 93

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 103

5.2 Saran ... 104


(8)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Teoretik ... 22

4.1 Logo DAAI TV ... 35

4.2 Struktur Organisasi DAAI TV Medan ... 36

4.3 Capture Bingkasi Sumatera edisi 151 “Hikmah Sosial Prayugo” ... 46

4.4 Capture Bingkai Sumatera edisi 151 “Sanggar Seni Karo Sora Siluro” .... 58

4.5 Capture Bingkai Sumatera edisi 151 “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman” 72 4.6 Caapture Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri” ... 93


(9)

DAFTAR TABEL

3.1 Kerangka Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 27

4.1 Bingkai Sumatera edisi 151 “Hikmah Sosial Prayugo” ... 38

4.2 Bingkai Sumatera edisi 151 “Sanggar Seni Karo Sora Siluro” ... 47

4.3 Bingkai Sumatera edisi 151 “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman” ... 59


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

- Skrip Bingkai Sumatera edisi 151 “Hikmah Sosial Prayugo”

- Skrip Bingkai Sumatera edisi 151 “Sanggar Seni Karo Sora Siluro” - Skrip Bingkai Sumatera edisi 151 “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman” - Skrip Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”

- Surat Keterangan Penelitian - Biodata Peneliti


(11)

ABSTRAKSI

Salah satu fungsi televisi sebagai media massa adalah menyampaikan suatu ideologi yaitu ide, nilai dan kepercayaan tertentu yang dianut atau dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu yang tergambar melalui visi dan misinya. Bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokalnya adalah fokus masalah dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui implementasi visi dan misi DAAI TV dan mengetahui makna dari sebuah teks media dan menemukan pesan yang tersembunyi di dalam teks program acara DAAI TV.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan implementasi visi dan misi DAAI TV Medan pada program siaran lokalnya dan mengetahui makna tersembunyi pada teks program siaran lokal DAAI TV. Objek penelitian adalah program siaran lokal DAAI TV yaitu Bingkai Sumatera (tiga judul) dan Selasar Budi (1 judul). Data dikumpul melalui teknik studi dokumenter, observasi dan studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan adalah analisis wacana dari Teun A. Van Dijk yang terdiri dari struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), struktur mikro (semantik, dan retoris).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program Bingkai Sumatera dan Selasar Budi semua segmennya telah menerapkan visi dan misi DAAI TV. Sedangkan makna tersembunyi pada program Bingkai Sumatera yaitu: 1)“Hikmah Sosial Prayugo”, yaitu seharusnya orang tua berada di tengah-tengah keluarganya (anak-anaknya) bukan dititipkan di panti jompo dan melalui program ini DAAI TV ingin memotivasi masyarakat untuk tetap menyayangi orang tua yang telah membesarkannya; 2) “Sanggar Seni Karo Sora Siluro”, yaitu suatu kebudayaan tetap ada jika kita sendiri sebagai masyarakatnya sadar dengan kebudayaan yang dimiliki, selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan karena banyak masyarakat sekarang malah mengadopsi kebudayaan dari luar sehingga kebudayaan sendiri terlupakan; 3) “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman”, yaitu walaupun sudah tinggal di negara asing, kebudayaan yang kita miliki harus selalu kita bawa dan jaga agar kita tidak melupakan kebudayaan asli yang kita miliki. And makna tersembunyi pada program Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, yaitu tidak seharusnya anak-anak diasuh dan dibesarkan oleh orang lain karena anak-anak masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya.


(12)

ABSTRACT

One function of television as a mass medium is conveying an ideology that is the idea, certain values and beliefs held or owned by a particular group or class that is reflected through its vision and mission. How to implement the vision and mission of DAAI TV in its programs is focus problem in this study in order to determine the implementation of the vision and mission DAAI TV and to know the meaning of text and to find the hidden message in that text.

The kind of research is a qualitative descriptive research to know and describe the implementation of the vision and mission of DAAI TV in local broadcast programs and to know the hidden meanings in the text of local broadcast programs. The object of research is local broadcast programs of DAAI TV namely Bingkai Sumatra consists of 3 topics and Selasar Budi consists of 1 topic. Data gathered through documentary research techniques, observation and study of literature. Analysis of the data used is a discourse analysis of Teun A. Van Dijk which consists of the macro structure (thematic), superstructure (schematic), microstructure (semantic, and rhetorical).

The results showed that Bingkai Sumatra and Selasar Budi programs both have implemented the vision and mission of DAAI TV. The hidden meanings in Bingkai Sumatra programs are: 1) “Hikmah Sosial Prayugo”, that parents should be in the middle of her family (her children) not deposited in nursing homes and through this program DAAI TV wants to motivate people to remain loving parents who has been taking care of her children before; 2)“Sanggar Seni Karo Sora Siluro”, that a culture still exist if people always keep and preserve the culture because many people now instead adopt the culture from the outside and ignoring his own culture; 3) “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman”, despite living in a foreign country, we should always take along our culture and do not forget the original culture that we have. And the hidden meanings in Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, that children should not be nurtured and brought up by someone else because the kids still need love and guidance of their parents.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Konteks Masalah

Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, pendidikan, maupun kontrol sosial dan bahkan gabungan keempat unsur tersebut. Penyampaian isi atau pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan pun mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.

Dunia pertelevisian tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat beberapa tahun belakangan ini. Awalnya Indonesia mempunyai satu stasiun televisi dan itu pun dimiliki oleh pemerintah yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pada tahun 1989, lahirlah stasiun televisi swasta pertama di Indonesia dengan nama Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) dan kemudian berturut-turut lahirlah stasiun-stasiun televisi swasta lainnya.

Maraknya komunitas televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif maupun negatif. Kehadiran televisi pun juga sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran televisi yang menayangkan program-program hiburan dan memberikan informasi, namun di sisi lain televisi juga tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat karena tayangan-tayangan yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu.

Penyiaran saat ini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Stasiun televisi lokal pun ikut menyemarakkan dunia pertelevisian tanah air. Televisi lokal mulai bermunculan pada tahun 2000. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Hingga April 2007, permintaan izin pendirian televisi lokal yang masuk ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) mencapai angka 100 stasiun (Usman, 2009: 1).


(14)

Kehadiran televisi lokal di belantika penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang terampung dalam tayangan televisi. Banyak masalah yang dihadapi oleh industri televisi lokal menuntut perhatian dan upaya untuk mengatasinya. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab regulator penyiaran, melainkan juga menjadi tanggung jawab pengelola televisi lokal itu sendiri. Dari sudut regulator diharapkan ada regulasi atau kebijakan yang memihak terhadap tumbuh kembangnya televisi lokal.

Televisi berlangganan atau televisi berbayar (pay per view) juga turut mewarnai perkembangan jagad pertelevisian Indonesia. Hingga tahun 2008, paling tidak terdapat 13 stasiun televisi berlangganan yang beroperasi di Indonesia. Televisi berlangganan kini tidak hanya menyediakan jasa siaran stasiun televisi asing ataupun nasional, tetapi juga memproduksi sendiri program-program mereka.

Stasiun televisi asing juga banyak beroperasi di Indonesia. Siaran mereka bisa ditangkap di Indonesia, atara lain melalui televisi berlangganan. Mereka bahkan menanamkan modalnya di stasiun televisi Indonesia.

Diperkirakan di masa mendatang bakal bermunculan lagi stasiun televisi berjaring. Itu artinya mulai terjadi desentralisasi penyiaran. Penyiaran yang awalnya terpusat di Jakarta, pada stasiun televisi nasional, akan menyebar ke daerah-daerah. Televisi berjaringan atau desentralisasi penyiaran sesuai dengan amanat UU Penyiaran No. 32 tahun 2002. Undang-undang ini mengharuskan televisi nasional yang ingin bersiaran di daerah memiliki stasiun televisi lokal atau menjalin jaringan dengan stasiun televisi lokal yang sudah ada (Usman, 2009: 2).

Sejak tumbangnya Orde Baru dan munculnya gerakan reformasi di Indonesia, masyarakat merasakan arus deras kebebasan pers yang disertai dengan munculnya berbagai media massa baru, termasuk stasiun televisi. Sebagian media massa tersebut cenderung menekankan pada berita-berita sensasional dan kurang menghormati kode etik. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan yang tegas di bidang pertelevisian yang dapat digunakan sebagai kode etik, setidaknya hingga disahkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Morissan, 2004: 289).


(15)

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, stasiun radio dan televisi dikategorikan sebagai lembaga penyiaran, yaitu penyelenggaraan penyiaran. Sedangkan yang dimaksud dengan penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui pemancaran dan/ atau sarana transmisi yang dapat diterima secara serentak oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran (Morissan, 2004: 300-301)

Realitas tersebut merupakan angin surga bagi kehidupan media massa di tanah air. Setidaknya, media massa pada orde ini dapat lebih memberdayakan dirinya sembari tetap mempertahankan empat fungsi pokoknya, yakni memberikan informasi (to inform), menjadi media pendidikan (to educate), sarana hiburan bagi masyarakat (to entertain), dan kontrol sosial (social control). Keempat fungsi pokok tersebut harus dilakukan dalam bingkai-bingkai norma yang berlaku, baik norma hukum, norma agama, norma susila, maupun norma kesopanan.

Pada masa kebebasan pers sebagaimana yang dialami Indonesia saat ini, jumlah stasiun penyiaran televisi diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Berbagai stasiun televisi, baik yang berskala nasional maupun lokal, bersaing satu sama lainnya untuk menarik sebanyak mungkin perhatian penonton. Dalam suasana persaingan, stasiun televisi harus mengatur sumber daya manusia yang dimiliki seefektif mungkin untuk dapat memenangkan persaingan.

Pada pasal 7 undang-undang penyiaran disebutkan, untuk penyelenggaraan penyiaran dibentuk sebuah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang merupakan lembaga negara yang bersifat independen. Televisi sebagai media massa, memiliki fungsi yang sama dengan media massa lainnya dan harus dijalankan secara ideal. Fungsi media massa menurut Onong Uchjana Effendy (2005: 149-150) antara lain:

a. Menginformasikan (to inform)

Fungsi ini adalah fungsi yang pertama dan utama, yaitu di mana media massa berfungsi untuk menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai peristiwa yang terjadi atau tentang gagasan orang lain.


(16)

b. Mendidik (to educate)

Sebagai sarana pendidikan, media massa banyak menyajikan pengetahuan sehingga pengetahuan masyarakat luas bertambah. Media massa berfungsi mencerdaskan masyarakat, menawarkan nilai-nilai etika dan menuntun masyarakat ke arah perilaku yang lebih baik.

c. Menghibur (to entertain)

Dalam menjalankan fungsi ini, media massa menampilkan hal-hal yang bersifat ringan dan menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berat dan berbobot.

d. Mempengaruhi (to influence)

Media massa dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan image yang positif maupun negatif terhadap suatu hal, melalui apa yang ditulis dan disiarkan.

Dalam menjalankan fungsinya, televisi bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas dan independen. Ini karena sebuah stasiun televisi tidak sekedar dibentuk untuk menjalankan fungsinya sebagai media massa, tetapi juga untuk menyampaikan suatu ideologi yaitu ide, nilai dan kepercayaan tertentu yang dianut atau dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu (Eriyanto, 2001: 87). Ideologi yang dimiliki media massa ini berusaha disebarkan pada pihak lain, termasuk audience.

Ideologi inilah yang mempengaruhi tujuan sebuah media massa dan akhirnya menjadi dasar dalam menentukan visi dan misi sebuah stasiun televisi. Visi dan misi diperlukan karena sebuah stasiun televisi juga merupakan organisasi yang harus memiliki tujuan dan arah, di mana semua kebijakan dan keputusan perusahaan diambil dalam rangka untuk mencapai visi.

DAAI TV merupakan stasiun televisi yang memfokuskan diri dalam bidang kemanusiaan yang menitikberatkan pada penyebaran cinta kasih lintas agama, suku, bangsa, dan negara. Siarannya terdiri dari drama, anak, talk show, motivasi dan spiritual, feature dan magazine, dokumenter, dan lingkungan (www.daaitv.co.id).

DAAI TV senantiasa mengangkat cerita nyata yang digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih antar manusia untuk memberikan inspirasi


(17)

serta mencerminkan keindahan dan kehangatan hidup. Nilai-nilai ini lah yang kemudian disampaikan melalui program-program siarannya. Waktu siaran tayang DAAI TV adalah setiap hari mulai pukul 05:30 sampai 00:00 WIB dan mengudara selama 19,5 jam. DAAI TV menjangkau siaran dari Jabodetabek dengan jangkauan transmisi 40 kw dari Kebon Jeruk Jakarta dan Medan dengan jangkauan siaran transmisi berkekuatan 20 kw dari Sibolangit, Deli Serdang, Medan.

Sebagai sebuah stasiun televisi, DAAI TV juga memiliki kewajiban untuk menjalankan fungsinya sebagai media massa. Untuk menjalankan fungsinya, DAAI TV memerlukan visi dan misi yang jelas karena visi dan misi membuat sebuah perusahaan tetap fokus dalam mengambil tindakan, apakah keputusan yang diambil memenuhi visi perusahaan tersebut, selain itu juga memberikan pengarahan yang jelas tentang apa yang dilakukan dan tidak dilakukan. Visi dan misi yang dijalankan oleh DAAI TV akan mempengaruhi semua bagian perusahaan secara menyeluruh dan pada akhirnya akan mempengaruhi bentuk dan content dari semua produknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa penerapan atau implementasi visi dan misi akan dapat terlihat pada output atau hasil dari program siarannya.

Dengan berfokus pada visi dan misinya, DAAI TV menyiarkan berbagai program yang didominasi oleh tayangan-tayangan positif dan bermanfaat bagi masyarakat untuk mencapai visinya yaitu “menjernihkan hati manusia, mencerahkan dunia”. Sementara misi dari DAAI TV, seperti yang dikutip dari www.daaitv.co.id, yaitu “menjadi stasiun televisi berbudaya humanis terfavorit bagi seluruh keluarga”. Ada juga misi yang menjadi konsentrasi isu program yaitu “kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan budaya kemanusiaan/ sosial kemanusiaan”. Moto dari DAAI TV yaitu:

a. Kebenaran

Menyajikan fakta yang benar-benar terjadi di dalam kehidupan. b. Kebajikan


(18)

c. Keindahan

Menyajikan tayangan yang dikemas dengan keindahan estetika dan keindahan hidup yang dapat dinikmati oleh pemirsa.

Visi dan misi adalah elemen mutlak yang harus dimiliki setiap perusahaan, karena ini mengutarakan tujuan, impian, perilaku, budaya dan strategi perusahaan. Namun hal ini tidaklah cukup, yang jauh lebih penting adalah visi dan misi harus diimplementasikan atau diterapkan dalam setiap bagian perusahaan, karena visi dan misi yang benar-benar diterapkan akan membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Pada DAAI TV, visi dan misi harus diimplementasikan secara nyata dalam program-program siarannya, artinya setiap program siaran DAAI TV harus benar-benar berfokus dan bertujuan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Sebuah pernyataan visi dan misi hanya akan menjadi kata-kata indah yang tidak bermakna, apabila tidak diterapkan atau terjadi kesalahan dalam penerapannya.

Adapun program-program siaran DAAI TV yang terdiri dari drama, anak, motivasi dan spiritual, lingkungan, talk show, feature dan magazine, dokumen. DAAI TV mempunyai program siaran lokal di mana program tersebut merupakan bagian dari program siaran feature dan magazine yaitu Bingkai Sumatera, dan talk show yaitu Selasar Budi.

Program Bingkai Sumatera menyajikan berbagai kisah tentang keberagaman aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyakarat daerah Sumatera. Program Bingkai Sumatera ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 18.30 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Sabtu pukul 23.00 WIB, Minggu pukul 07.00 WIB, Senin pukul 06.30 WIB dan 11.00 WIB, Kamis pukul 11.30 WIB, dan Jumat 07.30 WIB.

Program Selasar Budi merupakan program talk show inspiratif yang membahas tentang orang-orang yang melakukan kebajikan sehingga bisa menjadi sebuah jalinan cinta kasih tidak terputus yang selalu menebarkan nilai kebaikan disetiap lini kehidupan. Program Selasar Budi ditayangkan setiap hari Minggu pukul 17.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Kamis pukul 11.30 WIB.


(19)

1.2Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti lebih lanjut adalah sebagai berikut:

“Bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokal?”

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokal.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari sebuah teks media dan menemukan pesan yang tersembunyi di dalam teks tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian diharapkan berguna dalam memperluas pengetahuan mengenai ilmu komunikasi khususnya analisis wacana.

2. Secara akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah referensi dan memperkaya khazanah penelitian di bidang komunikasi terutama yang berkaitan dengan analisis wacana di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 3. Secara praktis, diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk menambah

pengetahuan mengenai implementasi visi dan misi DAAI TV Medan terhadap program siaran lokal dan makna apa yang terkandung di balik program siaran tersebut.


(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Salah satu dari banyak hal yang sangat mempengaruhi dan membentuk ilmu dan teori adalah paradigma (paradigm). Thomas Khun dikenal sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah paradigma. Paradigma dalam bidang keilmuan sering juga disebut sebagai perspektif (perspective) atau mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kaca mata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata.

Perspektif penelitian dalam hal ini adalah cara pandang peneliti dalam memberikan tingkat kebebasan kepada responden dalam memberikan data atau informasi yang hendak disajikan. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang berperspektif emik, yaitu pendekatan penelitian yang perolehan datanya dalam bentuk narasi, cerita detail, ungkapan dan bahasa asli hasil konstruksi para responden atau informan, tanpa ada evaluasi dan interpretasi dari peneliti. Data dalam bentuk cerita detail tersebut hanya dapat diperoleh, karena teknik pengumpulan datanya adalah wawancara mendalam dan atau observasi, bukan kuesioner. Dengan demikian tingkat kebebasan perspektif emik yang diberikan kepada responden atau informan sangat tinggi (Hamidi, 2010: 124-125).

Perspektif atau paradigma sangat penting perannya dalam mempengaruhi teori, analisis maupun tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada dasarnya tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif, melainkan salah satu di antaranya sangat tergantung pada paradigma yang digunakan. Menurut Thomas Khun, paradigma menentukan apa yang tidak kita pilih, tidak ingin kita lihat, dan tidak ingin kita ketahui. Paradigma pula yang mempengaruhi pandangan seseorang apa yang baik dan buruk, adil dan yang tidak adil (Mulyana, 2001: 10).

Perspektif atau paradigma penelitian yang peneliti gunakan adalah kualitatif yang memiliki tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau


(21)

fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2008: 6).

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu itu yang memaksa manusia perlu berkomunikasi.

Komunikasi terjadi sejak manusia hidup lebih dari seorang karena komunikasi merupakan sarana interaksi manusia. Tidak mungkin ada interaksi tanpa adanya komunikasi, baik dengan cara sederhana maupun dengan sarana canggih, bahkan kelompok hewan juga berkomunikasi dengan sesamanya, menggunakan bahasa yang mereka mengerti.

Istilah komunikasi (communication) berasal dari kata: common, yang berarti “sama”, dengan maksud sama makna, sehingga secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran dan rasa antara komunikator dengan komunikan (Mondry, 2008: 1).

Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: “komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku (Cangara, 2012: 21-22).

Everett M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka” (Cangara, 2006: 22).


(22)

Supaya komunikasi berlangsung baik, setiap unsur harus berperan dengan baik. Salah satu saja dari unsur tersebut tidak berjalan dengan baik, tentuk komunikasi tersebut akan terganggu. Unsur-unsur komunikasi tersebut diantaranya (Mondry, 2008: 7-9):

a. Komunikator b. Pesan

c. Saluran d. Komunikan

e. Efek/Dampak (Effect) f. Umpan Balik (Feedback)

Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut dengan komponen atau elemen komunikasi (Cangara, 2012: 24).

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi cukup didukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain dari kelima unsur yang telah disebutkan (Cangara, 2012: 24).

Manusia berkomunikasi untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang-orang di sekitarnya, juga untuk mempengaruhi orang lain, untuk merasa, berpikir atau berperilaku seperti yang diinginkan. Akan tetapi, secara individu, tujuan seseorang berkomunikasi adalah guna mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis dirinya.

Verdeber, 1978 (dalam Mondry, 2008: 9-10) mengemukakan bahwa komunikasi memiliki dua fungsi yaitu, fungsi sosial dan pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukkan ikatan, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Pengambilan keputusan adalah berupa memutuskan melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu. Keputusan yang diambil seseorang sebagian ditetapkan sendiri, sebagian lagi diputuskan setelah orang itu berkonsultasi/ membicarakannya dengan orang lain.


(23)

2.2.2 Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa telah banyak dikemukakan oleh para ahli komunikasi. Menurut Tan dan Wright (dalam Liliweri, 1991), komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara masal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2004: 3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Menurut Gerbner komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2004: 4).

Ahli psikologi sosial mengatakan, komunikasi massa tidak selalu dengan menggunakan media massa. Berpidato di lapangan yang disaksikan banyak orang, asal menunjukkan perilaku massa (mass behavior), sudah dapat dikatakan komunikasi massa. Namun, ahli komunikasi juga berpendapat bahwa komunikasi massa (mass communication) merupakan komunikasi melalui media massa (cetak dan atau elektronik). Jelasnya, komunikasi massa menurut ahli komunikasi merupakan singkatan dari komunikasi media massa (mass media communication). Meskipun berbeda-beda, ternyata komunikasi massa memiliki kesamaan, walaupun terdapat perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan ahli komunikasi dalam masalah komunikasi tersebut (Mondry, 2008: 13).

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses komunikasi yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat yang berjumlah besar, yang bertempat tinggal jauh (terpencar), dan menimbulkan efek.

Menurut Effendi, 1986 (dalam Mondry, 2008: 14), komunikasi massa memiliki ciri khusus, yaitu:

1. berlangsung searah 2. komunikator melembaga


(24)

3. pesan bersifat umum

4. menimbulkan keserempakan 5. komunikan heterogen.

Assegaff, 1983 (dalam Mondry, 2008: 16) mengungkapkan bahwa media massa memiliki ciri-ciri yang umum, meliputi:

1) Komunikasi massa bersifat komunikasi searah.

2) Menyajikan aneka atau rangkaian pilihan informasi yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang ingin menjadi sasaran maupun dari sisi pilihan isi yang diberikan kepada khalayak “pembaca” (namun, kini semakin banyak media yang mengembangkan spesialisasi atau segmentasi).

3) Sifat media massa dapat menjangkau khalayak yang besar dan tersebar karena jumlah media massa lebih sedikit dibandingkan khalayak yang memanfaatkan.

4) Karena sifat media massa menarik perhatian khalayak luas dan besar, berarti media itu harus mampu mencapai tingkat intelek umum (rata-rata).

5) Organisasi penyelenggara komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat yang harus peka terhadap berbagai hal, seperti lingkungannya, termasuk lingkungan masyarakatnya.

Meskipun memiliki ciri yang sama seperti yang diungkapkan tersebut, namun pesan yang diterima khalayak dari media cetak dan elektronik, menurut Effendy (1986), memiliki perbedaan: pesan-pesan yang disampaikan media elektronik harus lebih mudah dicerna pendengar atau pemirsa karena pesan media elektronik hanya sekilas dan “mengharuskan” khalayak selalu berada dekat dengan pesawat radio atau televisi, sedangkan berbagai pesan yang disampaikan melalui media cetak dapat disimpan lebih lama, dikaji ulang dan dipelajari atau dibaca tiap kesempatan. Karena itu pula, pesan-pesan yang disampaikan media massa cetak dapat ditulis dengan lebih canggih dan ilmiah (Mondry, 2008: 17).

2.2.3 Media Massa

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, maka media yang paling dominan dalam


(25)

berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima pancaindera selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara, 2012: 122).

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara, 2012: 125).

Menurut Cangara (2012: 125) karakteristik media massa adalah:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,

karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan mekanis atau teknis seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5. Bersifat terbuka, artinya pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

Fungsi media massa menurut Onong Uchjana Effendy (2005: 149-150) antara lain:

e. Menginformasikan (to inform)

Fungsi ini adalah fungsi yang pertama dan utama, yaitu di mana media massa berfungsi untuk menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai peristiwa yang terjadi atau tentang gagasan orang lain.

f. Mendidik (to educate)

Sebagai sarana pendidikan, media massa banyak menyajikan pengetahuan sehingga pengetahuan masyarakat luas bertambah. Media massa berfungsi


(26)

mencerdaskan masyarakat, menawarkan nilai-nilai etika dan menuntun masyarakat ke arah perilaku yang lebih baik.

g. Menghibur (to entertain)

Dalam menjalankan fungsi ini, media massa menampilkan hal-hal yang bersifat ringan dan menghibur untuk mengimbangi berita-berita yang berat dan berbobot.

h. Mempengaruhi (to influence)

Media massa dapat mempengaruhi masyarakat untuk memberikan image yang positif maupun negatif terhadap suatu hal, melalui apa yang ditulis dan disiarkan.

2.2.4 Visi dan Misi Media

Menurut Wibisono, visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Visi mencanangkan masa depan perusahaan untuk mencapai 3 sampai dengan 10 tahun ke depan, yang merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang (Wibisono, 2006: 43).

Sedangkan misi menurut Wheelen (dalam Wibisono, 2006: 46) merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi, yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun jasa. Tujuan dari pernyataan misi adalah mengkomunikasikan kepada semua pihak yang terkait di dalam maupun luar organisasi, tentang alasan pendirian perusahaan dan ke arah mana perusahaan akan menuju. Oleh karena itu, rangkaian kalimat dalam misi sebaiknya dinyatakan dalam suatu bahasa dan komitmen yang dapat dimengerti dan dirasakan hasilnya oleh semua pihak yang terkait.

Berkaitan dengan media massa, sesuai dengan visi dan misi sebuah media massa, dalam visi dan misi media terdapat tiga tujuan penyiaran yang penting dan harus tercapai (Morissan, 2008: 132-133), yaitu:

a.Tujuan ekonomi mencakup hal-hal yang terkait dengan posisi keuangan media penyiaran bersangkutan dengan perhatian utamanya tertuju pada target


(27)

pendapatan, target pengeluaran, target keuntungan, target rating yang ingin dicapai.

b.Tujuan pelayanan mencakup kegiatan penentuan program yang dapat menarik audiens, penentuan program yang dapat memenuhi minat dan kebutuhan audiens sekaligus kegiatan penentuan peran media penyiaran di tengah masyarakat.

c.Tujuan personal adalah tujuan individu yang bekerja pada media penyiaran bersangkutan. Pada umumnya, individu bekerja untuk satu tujuan, yaitu mendapatkan penghasilan namun tidak setiap individu menjadikan penghasilan sebagai satu-satunya tujuan karena mereka menginginkan tujuan lain, misalnya: mendapatkan pengalaman, keahlian, kepuasan kerja, dan sebagainya.

Maksud penetapan tujuan pada penyiaran adalah agar terdapat koordinasi dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh departemen dan individu dengan tujuan utama media penyiaran. Pada saat tujuan media penyiaran ditetapkan, maka tujuan dari berbagai departemen dan tujuan personal yang bekerja pada departemen bersangkutan dapat direncanakan dan dikembangkan. Seluruh tujuan harus dicapai, terukur, memiliki tenggat waktu (deadline) serta dapat diawasi. Sekali tujuan ditetapkan maka rencana atau strategi dapat disusun untuk mencapainya.

Untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, program-program yang ada di media harus dilihat implementasinya agar tercapainya visi dan misi yang telah dibuat. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan atau yang diterapkan adalah visi dan misi yang telah dirancang/ didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.


(28)

2.2.5 Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisi merupakan media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangansecara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi di rumah dengan menggunakan ware atau microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi tambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcast Satellite (DBS). (Ardianto, 2004: 125)

Kini sedikitnya terdapat lima tahap metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan (Ardianto, 2004: 125-126):

- Over the air reception of network and local station program. Kualitas gambar yang masih kuno ditingkatkan dengan High Density Television (HDTV).

- Cable. Program disampaikan melalui satelit ke sistem kabel lokal, kemudian didistribusikan ke rumah-rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel, sistem cablestandard dilakukan pada tahun 1990-an. - Digital Cable. Ini merupakan bagian dari information super highway.

Sistem kabel lokal dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar, dulu menggunakan kabel kuno sekarang diganti dengan kabel serat optik yang ditanam di bawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Kabel serat optik dapat memuat 500 lebih saluran. Sistem ini memungkinkan terjadinya komunikasi televisi dua arah. Instalasi kabel serat optik termasuk dalam progaram nasional yang memerlukan biaya sangat besar.

- Wireless cable. Sejumlah sistem kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan trnasmisi microwave (gelombang pendek) meski pun kabel di bawah tanah. Metode ini mengurangi biaya instalasi serat optik, tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program. - Direct Broadcast Satellite (DBS). Program-program ditransmisikan oleh

satelit langsung dengan menggunakan piringan yang berdiameter 18 inchi yang diletakkan di atap rumah atau di Indonesia dikenal dengan istilah


(29)

antena parabola. Metode ini merupakan terobosan dalam sistem kabel, yang dimulai di Amerika Serikat sejak tahun 1994.

Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular.

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2004: 128).

Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi, memerlukan pertimbangan-pertimbangan agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Ardianto (2004: 131) adalah:

a. Pemirsa b. Waktu c. Durasi

d. Metode Penyajian

Setiap jenis media massa memiliki kelebihan dan kekurangan. Lembaga pengelola media massa harus mengetahui kelebihan dan kekurangan media yang dikelolanya. Dengan pengetahuan tersebut, pengelola media dapat mencari solusi agar kelebihan dari media tersebut muncul, sedangkan kekurangannya dapat dihilangkan atau minimal dikurangi.

Ada banyak kesamaan antara siaran radio dengan televisi, seperti cepat dan langsung, mudah, tanpa batas, akrab dan relatif lebih murah bila dibanding media cetak. Radio dan televisi cukup sekali membelinya dan kemudian dapat dipakai untuk jangka waktu yang panjang, sedangkan media cetak harus membeli terus atau berlangganan setiap hari atau minggu. Akan tetapi, sebagai media dan teknologi yang canggih dibanding media cetak dan radio, menurut Mondry (2006: 20-21), televisi memiliki keunggulan antara lain:


(30)

1) Lebih “Hidup”

Informasi televisi dapat dilihat dengan lebih lengkap dan lebih “hidup” karena adanya gambar (visual), sehingga pemirsa dapat melihat langsung informasi yang ditayangkan.

2) Lebih “Dekat”

Dengan visualisasi yang bagus dari tayangan televisi, pemirsa dapat merasa lebih “dekat” baik terhadap lokasi peristiwa maupun dengan”perasaan” sesuatu yang ditayangkan. Tanpa memerlukan banyak informasi tambahan, pemirsa sudah paham dengan apa yang tampil di layar televisi.

Selain memiliki kelebihan, setiap media massa juga memiliki kelemahan atau kekurangan, ketidaksempurnaan itulah yang dimanfaatkan masing-masing jenis media untuk tetap dapat bertahan dalam persaingan, khususnya persaingan bisnis. Maksudnya, setiap jenis media massa akan tetap bisa bertahan hidup bila dapat meningkatkan kelebihannya dan mengurangi atau mungkin menghilangkan kekurangannya.

Kelemahan televisi sama dengan kelemahan radio, ditambah kemungkinan terjadinya gangguan gambar. Seandainya terjadi gangguan gambar televisi, media tersebut hanya berfungsi layaknya radio (Mondry, 2006: 23).

2.2.6 Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi, yaitu melalui telaah aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Analisis wacana menekankan pada bagaimana signifikansi ideologis berita merupakan bagian dan menjadi paket metode yang digunakan untuk proses media (Sobur, 2001: 48).

Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Analisis wacana juga memfokuskan pada pesan tersembunyi karena makna pesan tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai apa yang nampak nyata dalam dalam teks, namun harus dianalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adalah pada muatan, nuansa dan makna yang laten dalam teks media (Sobur, 2001: 70).


(31)

Teun A. Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan (Eriyanto, 2001: 226), yaitu:

1. Struktur Makro

Struktur makro merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks (tematik). Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks, yang bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu teks. (Eriyanto, 2001: 229).

2. Superstruktur

Superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Kerangka teks terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Bagian ini disebut sebagai skematik, di mana teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Menurut Van Dijk, skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting (Eriyanto, 2001: 231-234).

3. Struktur Mikro

Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar. Secara lengkap bagian ini meneliti:

a. Semantik, yaitu makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain. Sematik meliputi:

1) Latar: latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika


(32)

menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa. Latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. Oleh karena itu, latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan (Eriyanto, 2001: 235).

2) Detil: Elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Hal yang menguntungkan komunikator/ pembuat teks akan diuraikan secara detil dan terperinci, sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan, detil informasi akan dikurangi. Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara implisit. (Eriyanto, 2001: 238).

3) Maksud: Informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, jika merugikan akan diuraikan secara tersamar, implisit dan tersembunyi (Eriyanto, 2001: 240). 4) Praanggapan: Pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna

suatu teks. Kalau latar berarti upaya mendukung pendapat dengan jalan memberi latar belakang, maka praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan (Eriyanto, 2001: 256). b. Sintaksis, yaitu bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.

Sintaksis meliputi:

1) Bentuk kalimat: berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Bentuk kalimat menentukan


(33)

apakah subjek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks (Eriyanto, 2001: 251-2520).

2) Koherensi: Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Sehingga fakta yang tidak terhubung sekalipun dapat menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa, apakan dipandang terpisah, berhubungan atau sebab akibat. Pilihan yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa (Eriyanto, 2001: 242).

3) Kata ganti: menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. c. Stilistik, yaitu bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita,

stilistik berkaitan dengan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.

d. Retoris, yaitu bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris meliputi:

1) Metafora: pemakaian metafora tertentu dipakai sebagai landasan berpikir dan alasan pembenar atas pendapat atau gagasan tertentu kepada publik. Seseorang menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.

2) Grafis: grafis merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam wacana berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain daripada tulisan yang lain seperti pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, termasuk pula pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau tabel untuk mendukung arti penting suatu pesan.


(34)

2.3 Model Teoretik

Berdasarkan kerangka konsep yang dikembangkan dari kerangka teori sebelumnya, maka peneliti membuat model teoritis. Model ini berguna untuk menggambarkan rencana atau strategi penelitian yang akan dilakukan kemudian. Model teoritisnya adalah:

Gambar 2.1 : Model Teoretik

Program Siaran Lokal DAAI TV Medan

Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

H A S I L

P E N E L I T I A N

P E M

B A H A S A N

Kesimpulan dan Saran


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti adalah analisis wacana dari Teun A. Van Dijk, yang menggunakan unsur struktur kebahasaan dalam teks untuk melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks. Menurut Alex Sobur, begitu banyak teks komunikasi disajikan secara implisit dan makna suatu pesan dengan demikian tidak bisa hanya ditafsirkan sebagai apa yang tampak dalam teks, namun harus dianalisis dari makna yang tersembunyi (Sobur, 2001: 70). Penelitian ini dianggap sebagai metode paling tepat untuk menggali dan mengungkap struktur, rasionalitas beserta ideologi yang tersembunyi dalam teks.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini hendak menggali makna tersembunyi dari teks, yaitu bagaimana (how) visi dan misi DAAI TV Medan diimplementasikan pada program siaran lokalnya. Dalam penggalian makna ini, sangat mungkin muncul banyak interpretasi, dan pendekatan kualitatif menjadi sangat tepat karena lebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Sedangkan penggunaan jenis penelitian deskriptif karena penelitian ini ingin memberikan gambaran yang bersifat mendalam tentang bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV Medan pada program siaran lokalnya.

3.2Objek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah program siaran lokal DAAI TV, Bingkai Sumatera dan Selasar Budi. Pada DAAI TV Medan, Bingkai Sumatera masuk ke dalam program Feature dan Magazine, dan Selasar Budi masuk ke dalam program Talk Show.

Program Bingkai Sumatera menyajikan berbagai kisah tentang keberagaman aktivitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat daerah Sumatera. Program Bingkai Sumatera ditayangkan setiap hari Sabtu pukul 18.30 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Sabtu pukul 23.00 WIB, Minggu pukul 07.00 WIB,


(36)

Senin pukul 06.30 WIB dan pukul 11.00 WIB, Kamis pukul 11.30 WIB dan Jumat pukul 07.30 WIB.

Program ini melibatkan reporter yang menjadi presenter, cameraman yang merangkap sebagai editor gambar, produser, asisten produser dan editor online yang bertugas mengedit seluruh gambar, tulisan dan audio hingga jadi sebuah tayangan yang utuh. Semua posisi memang bersinergi untuk menghasilkan sebuah tayangan yang layak untuk disajikan. Namun dibalik sebuah tayangan, tentu ada penampis informasi (gatekeeper) yang bertugas untuk menentukan mana informasi yang layak ditayangkan dan mana yang tidak layak.

Bingkai Sumatera adalah sebuah program siaran lokal televisi yang ditayangkan di DAAI TV yang menyajikan berbagai kisah tentang keberagaman, aktifitas kehidupan dan nilai inspiratif masyarakat Sumatera dengan empat tema besar, yaitu budaya, kesehatan, pendidikan dan lingkungan hidup. Program Bingkai Sumatera ini terdiri dari empat segmen, yaitu segmen pembuka, segmen isi tema yang diangkat dalam episode tersebut, segmen potret, dan yang terakhir adalah segmen penutup. Segmen potret sendiri dikemas dengan agak berbeda dari tema utama. Biasanya segmen potret membahas pariwisata atau sejarah yang dikemas dengan lebih ringan dan unik.

Target pemirsa pada program ini adalah dewasa umum, namun tidak menutup kemungkinan dapat menjaring pemirsa usia remaja, serta aman untuk ditonton oleh seluruh keluarga. Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pemirsa tentang hal-hal positif yang ada di sekelilingnya. Program ini diharapkan dapat memberikan edukasi, informasi, dan hiburan serta dapat menjadi inspirasi bagi pemirsanya.

Program Selasar Budi merupakan program talk show inspiratif yang membahas tentang orang-orang yang melakukan kebajikan sehingga bisa menjadi sebuah jalinan cinta kasih tidak terputus yang selalu menebarkan nilai kebaikan disetiap lini kehidupan. Program Selasar Budi ditayangkan setiap hari Minggu pukul 17.00 WIB dan tayangan ulangnya setiap hari Kamis pukul 11.30 WIB.

Program Selasar Budi tayang pertama kali pada tanggal 17 Maret 2013 silam lalu. Program bincang-bincang yang berdurasi 24 menit ini menghadirkan narasumber yang merupakan orang yang melakukan kebaikan atau yang


(37)

menerima kebaikan dari orang lain, dan kebaikan tersebut membawa manfaat dan perubahan positif bagi mereka. Narasumber yang dihadirkan biasanya adalah yang berkenaan dengan tema lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan budaya humanis. Program ini mencari potensi-potensi dari Sumatera Utara.

Harapan yang ingin dicapai pada program Selasar Budi ini adalah bisa menjadi stimulan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan setelah menonton program Selasar Budi ini. Setidaknya mendukung setiap perilaku yang bajik. Dalam program ini, narasumber juga akan lebih banyak bercerita tentang perubahan, manfaat dan berbagai hal yang dirasakan akibat dari perbuatan bajik tersebut.

3.3Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah stasiun televisi lokal DAAI TV.DAAI TV Medan terletak pada channel 49 UHF. DAAI TV Medan beralamat di Wisma BII Lt.8 suite 801 Jl. Diponegoro No. 18 Medan.

DAAI TV Medan merupakan anak dari DAAI TV Jakarta yang merupakan bagian dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dengan mengikuti perkembangan zaman, Yayasan Buddha Tzu Chi menciptakan sebuah media cetak dan media elektronik. Media cetak Tzu Chi berupa tabloid majalah dan buletin yang diterbitkan secara periodik untuk para relawan dan masyarakat. Sedangkan media elektronik Tzu Chi berupa sebuah stasiun televisi Cinta Kasih atau lebih dikenal dengan sebutan DAAI TV (www.tzuchi.or.id).

Hadirnya DAAI TV di tengah kancah perindustrian televisi, dimaksudkan untuk menggugah kesadaran batin dan mengetuk pintu hati masyarakat agar memiliki semangat kerelawanan dalam membantu sesama dan peduli pada masalah pelestarian lingkungan. Hal ini karena di era zaman modern sekarang, media massa seringkali menampilkan tayangan yang kurang mendidik, mengumbar kekerasan dan mendorong masyarakat untuk cenderung konsumtif. Oleh karena itu, DAAI TV Indonesia hadir dengan aneka program unggulan yang dikategorikan dalam tujuh genre: drama, anak, talk show, motivasi dan spiritual,

feature dan magazine, dokumenter, dan lingkungan. DAAI TV senantiasa mengangkat cerita nyata dan digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih


(38)

antar manusia untuk memberikan inspirasi serta mencerminkan keindahan dan kehangatan hidup.

Berdirinya DAAI TV bukan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan komersial atau memberikan hiburan semata. Sebaliknya, DAAI TV berupaya menghadirkan tayangan-tayangan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006, DAAI TV sebagai stasiun TV swasta di Indonesia mulai mengudara secara terrestrial di Jakarta dan Medan. DAAI TV senantiasa mengangkat cerita nyata yang digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih antar manusia untuk memberikan inspirasi serta mencerminkan keindahan dan kehangatan hidup (www.daaitv.co.id).

3.4Kerangka Analisis

Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini menganalisis tekspada program siaran Bingkai Sumatera dan Selasar Budi di stasiun televisi lokal DAAI TV dengan menggunakan Analisis Wacana Teun A. Van Dijk. Sebelumnya teks akan ditabulasi terlebih dahulu dalam sebuah tabel, kemudian dianalisis dengan kerangka analisis wacana Teun A. Van Dijk yang terdiri dari tiga struktur/ tingkatan, yaitu struktur makro (tematik), superstruktur (skematik), struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris). Tetapi untuk struktur mikro hanya dipilih elemen semantik dan retoris saja.


(39)

Tabel 3.1: Kerangka Analisis WacanaTeun A. Van Dijk STRUKTUR METODE

Teks

Menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan suatu kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu. Critical Linguisitics STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN Struktur Makro Tematik

Apa yang dikatakan?

Topik Superstruktur Skematik Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai? Skema Struktur Mikro Semantik

Apa arti pendapat yang ingin disampaikan? Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Sintaksis Bagaimana pendapat disampaikan? Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Stilistik

Pilihan kata apa yang dipakai?

Kata kunci (keywords), pemilihan kata Retoris

Dengan cara apa penekanan dilakukan? Gaya, interaksi, ekspresi, metafora, visual image Sumber: Eriyanto, 2008: 275

3.5Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

- Studi dokumenter di mana unit analisis dikumpulkan dengan cara meminta dan mengumpulkan data dari bagian database DAAI TV.

- Observasi, yaitu metode penelitian di mana peneliti mengamati langsung objek yang diteliti, yaitu siaran lokal DAAI TV “Bingkai Suamtera dan Selasar Budi”.

- Studi kepustakaan yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini, penelitian kepustakaan dilakukan


(40)

dengan membaca buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3.6Teknik Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh tersebut akan dianalisis dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mengumpulkan rekaman program siaran Bingkai Sumatera dan Selasar Budi.

b. Membuat transkrip dengan melihat dan mendengarkan rekaman program siaran yang telah dikumpulkan sebelumnya.

c. Transkrip dianalisis dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk yang meliputi struktur makro (tema), superstruktur (skema), struktur mikro (semantik dan retoris).

d. Dengan unit analisis tersebut, kemudian diinterpretasikan bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV dalam program siaran yang diteliti. e. Setelah dianalisis dan diinterpretasikan, akan ditarik suatu kesimpulan.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1.1Sejarah Singkat DAAI TV

DAAI TV Indonesia didirikan pada Oktober 2006, dengan semangat cinta kasih dan tidak ternoda, menyebarkan informasi yang baik, mengajak para aktifis media massa untuk bersama-sama menciptakan sebuah arus segar dengan aliran yang deras, agar arus segar ini dapat mengelilingi bumi ini, dan menjernihkan hati umat manusia. DAAI TV Indonesia dimulai pada Februari 2006 dengan siaran uji coba. Pada bulan Oktober 2006 mulai siaran percobaan 24 jam. Pada bulan Mei 2007 siaran DAAI TV Medan diresmikan. Pada bulan Agustus 2008 siaran DAAI TV Jakarta diresmikan.

Sejak 1 Oktober 2006, kanal 59 UHF wilayah Jakarta tidak lagi kosong. Sebuah stasiun televisi baru memulai uji coba secara resmi pada hari itu juga. Hampir setahun kemudian, tepatnya 25 Agustus 2007, DAAI TV melakukan soft launching di Jakarta. Namun DAAI TV justru lebih dahulu mengudara di Medan sejak 30 Mei 2007 pada kanal 51 UHF.

Soft launching ditandai dengan penambahan jangkauan siaran, dari yang semula radiusnya 10 km ditambah menjadi 80 km dan menjangkau seluruh wilayah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi). Lokasi pemancar pun berpindah dari Roxy (Jakarta Pusat) ke Joglo (Jakarta Barat) kawasan tinggi yang selama ini menjadi lokasi favorit pemancar stasiun televisi di Jakarta.

Berdirinya DAAI TV bukan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan komersial atau memberikan hiburan semata. Sebaliknya, DAAI TV berupaya menghadirkan tayangan-tayangan yang yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. DAAI TV senantiasa mengangkat cerita nyata yang digali dari kisah perjuangan hidup dan jalinan kasih antar manusia untuk memberikan inspirasi serta mencerminkan keindahan dan kehangatan hidup.


(42)

Kehadiran DAAI TV semakin menambah semarak stasiun TV yang kini telah menjamur. DAAI TV memiliki cita-cita untuk menjadi aliran jernih yang menyucikan hati manusia. Cita-cita ini tergambar dari nama DAAI TV yang berasal dari bahasa mandarin yaitu “Da” yang berarti Besar dan “Ai” yang berarti Cinta Kasih, dan jika digabungkan menjadi “cinta kasih yang besar”.

Di DAAI TV, kita tidak akan pernah menemukan gosip, kekerasan, pornografi, ataupun tayangan-tayangan yang menawarkan mimpi yang tidak realistis. Yang terlihat adalah nilai-nilai luhur universal seperti cinta kasih, tata krama, sopan santun, gotong royong, ataupun kepedulian.

Benar (cen), bajik (shan), dan indah (mei) itulah prinsip DAAI TV. Benar berarti setiap tayangan selalu berdasarkan kisah yang nyata dan bisa dipertanggungjawabkan, termasuk untuk program siaran drama. Bajik berarti tidak hanya mengulas dan memberitakan, tapi juga mengandung nilai-nilai positif yang bisa memberi inspirasi kepada penonton untuk berbuat kebajikan. Sedangkan indah memiliki arti tayangan yang ditampilkan dengan penuh keindahan sehingga enak ditonton. Prinsip tersebut dijalankan dengan cara meliput contoh positif yang nyata yang ada di dalam masyarakat.

Berbeda dengan stasiun televisi lain yang saling berlomba untuk berebut iklan, DAAI TV justru tidak menayangkan ilkan-iklan komersial. DAAI TV hidup dari donasi masyarakat yang dikumpulkan melalui 2 program yaitu friend of DAAI dan Public Service Advertisement (PSA). Keduanya merupakan pengumpulan dana dari masyarakat. Friend of DAAI ditujukan untuk donasi perseorangan, sedangkan PSA ditujukan untuk dana korporasi berupa penayangan ucapan terima kasih di televisi.

Sesuai dengan motto DAAI TV yaitu “Benar, Bajik dan Indah” semua elemen yang terlibat di DAAI TV harus berpedoman pada 3 faktor ini. Intinya setiap program yang ditayangkan DAAI TV memikul tanggung jawab yang amat besar yaitu menyucikan hati manusia. Selain diwujudkan dalam bentuk isi yang bermutu, dituturkan dengan bahasa yang santun, juga dikemas dalam tampilan yang indah.

Waktu siaran tayang DAAI TV adalah setiap hari mulai pukul 05:30 sampai 00:00 WIB dan mengudara selama 19,5 jam. DAAI TV menjangkau


(43)

siaran dari Jabodetabek dengan jangkauan transmisi 40 kw dari Kebon Jeruk Jakarta dan Medan dengan jangkauan siaran transmisi berkekuatan 20 kw dari Sibolangit, Deli Serdang, Medan.

4.1.1.2Ideologi DAAI TV

Dalam menjalankan fungsinya, televisi bukanlah sesuatu yang benar-benar bebas dan independen. Ini karena sebuah stasiun televisi tidak sekedar dibentuk untuk menjalankan fungsinya sebagai media massa, tetapi juga untuk menyampaikan suatu ideologi yaitu ide, nilai dan kepercayaan tertentu yang dianut atau dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu.

Ideologi inilah yang mempengaruhi tujuan sebuah media massa dan akhirnya menjadi dasar dalam menentukan visi dan misi sebuah stasiun televisi. Visi dan misi diperlukan karena sebuah stasiun televisi juga merupakan organisasi yang harus memiliki tujuan dan arah, di mana semua kebijakan dan keputusan perusahaan diambil dalam rangka untuk mencapai misi.

Ideologi DAAI TV bukan hanya tercermin dari sumber penghidupan medianya, tapi juga dari tayangan-tayangan yang ada. Pada DAAI TV tidak ada menyajikan tayangan-tayangan seperti sinetron yang mengumbar kekerasan dan kemewahan, melainkan menyajikan tayangan-tayangan seperti drama yang berkaitan dengan motivasi hidup dan menghargai sesama. DAAI TV juga tidak ada menayangkan infotaiment seperti di stasiun-stasiun televisi lainnya. DAAI TV memperbanyak acara talkshow atau news magazine yang mengangkat budaya humanis, lingkungan hingga motivasi dan spiritual. Tayangan-tayangan seperti ini sering muncul di televisi mainstream yang benar-benar mementingkan sisi ekonomi.

Ideologi yang dimiliki oleh DAAI TV tersebut dituangkan dalam bentuk visi dan misi perusahaan. Visi DAAI TV adalah “Menjernihkan Hati Manusia, Mencerahkan Dunia”. Dalam menjalankan visi, DAAI TV menetapkan misinya yaitu “Menjadi Stasiun Televisi Berbudaya Humanis Terfavorit Bagi Seluruh Keluarga”. Ada juga misi yang menjadi konsentrasi isu program yaitu “kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan budaya kemanusiaan / sosial kemanusiaan”. DAAI TV juga mempunyai motto, yaitu:


(44)

a. Kebenaran

Menyajikan fakta yang benar-benar terjadi di dalam kehidupan. b. Kebajikan

Menyajikan tayangan positif dan bermanfaat bagi pemirsa. c. Keindahan

Menyajikan tayangan yang dikemas dengan keindahan estetika dan keindahan hidup yang dapat dinikmati oleh pemirsa.

Visi dan misi DAAI TV di atas, harus diimplementasikan dalam produk yang dihasilkan yaitu dalam program siaran Bingkai Sumatera Dan Selasar Budi. Melalui penelitian ini yang ingin dianalisa adalah bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV dalam program siarannya. Penerapan atau implementasi visi dan misi ini diteliti melalui transkrip program siaran Bingkai Sumatera dan Selasar Budi.

4.1.1.3Visi dan Misi DAAI TV

Visi yang dimiliki dari DAAI TV yaitu menjernihkan hati manusia, mencerahkan dunia. Sementara misi yang dimiliki DAAI TV untuk mencapai visinya adalah menjadi stasiun televisi berbudaya humanis terfavorit bagi seluruh keluarga.

Berkaitan dengan media massa, sesuai dengan visi dan misi sebuah media massa, dalam visi dan misi DAAI TV juga terdapat tiga tujuan penyiaran yang penting dan harus tercapai, yaitu:

1. Tujuan Ekonomi

DAAI TV tidak mencantumkan tujuan ekonomi di dalam visi dan misinya karena DAAI TV bukan merupakan televisi yang komersial. DAAI TV merupakan salah satu televisi swasta yang terikat dalam status PT (Perseroan Terbatas), yaitu sebuah lembaga usaha yang harus menghasilkan keuntungan dari produknya. Tetapi berbeda dengan PT (Perseroan Terbatas) yang lain, DAAI TV tidak menghasilkan keuntungan dari produk-produk yang dihasilkannya. Karena tujuan ekonomi tidak tercantum dalam visi dan misi ekonomi dan dalam program siaran yang menjadi objek penelitian, maka


(45)

peneliti tidak akan membahas lebih lanjut dalam implementasi visi dan misi ini.

2. Tujuan Pelayanan

Tujuan ini merupakan bentuk kontribusi dari DAAI TV bagi kehidupan masyarakat.

DAAI TV mencantumkan tujuan pelayanan ini di dalam pernyataan visi dan misinya, bahwa DAAI TV :

a. Menjadi stasiun televisi yang berbudaya humanis

b. Menyajikan tayangan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat c. Memberikan informasi mengenai pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan

budaya kemanusiaan/ sosial kemanusiaan.

Visi dan misi DAAI TV sebagai stasiun televisi berbudaya humanis tidak hanya berlangsung dalam program siaran saja, melainkan juga diwujudkan dalam berbagai program non siaran. Program non siaran ini merupakan wujud nyata dari program siaran yang berbudaya humanis.

Berbagai bentuk program non siaran tersebut antara lain membuat kegiatan talkshow mengenai lingkungan, mengadakan lomba dan pameran produk kerajinan daur ulang, mengadakan pelatihan membuat kerajinan daur ulang, dan terdapat terstimoni dari sejumlah pemirsa DAAI TV tentang DAAI TV dan perubahan perilaku menjadi lebih baik, dan ada juga penampilan dari anak-anak jalanan dan penampilan soyi (gerakan isyarat tangan) oleh remaja Budha Tzu Chi.

Kegiatan off air tersebut diselenggarakan oleh DAAI TV dalam rangka HUT ke-4 DAAI TV Medan pada bulan Juli 2011 silam. Kegitan tersebut mengundang sejumlah masyarakat dan tokoh atau narasumber dalam bidang lingkungan khususnya dalam bidang mendaur ulang sampah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengajak masyarakat ikut menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitarnya.

Sementara tujuan diadakannya kegiatan off air tersebut adalah:

a. Lebih mendekatkan DAAI TV Medan dengan pemirsa dan juga masyarakat Medan.


(46)

b. Menyebarluaskan pemahaman tentang televisi cinta kasih yang menjernihkan hati.

c. Mengajak masyarakat ikut melestarikan lingkungan melalui kegiatan daur ulang.

d. Memberikan kesempatan kepada perajin daur ulang untuk memamerkan produk mereka

e. Mengajak masyarakat berkreasi menciptakan kerajinan dari bahan daur ulang.

Tujuan kegiatan off air yang telah diselenggarakan tersebut menunjukkan bahwa melalui berbagai kegitan tersebut, dapat memunculkan masyarakat yang sadar dengan lingkungan dan dapat melestarikan lingkungan di sekitarnya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa melalui program-program off air tersebut, DAAI TV mengimplementasikan visi dan misinya yaitu dalam memberikan informasi mengenai pendidikan dan lingkungan, yang memberikan informasi kepada masyarakat dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak mampu menjadi mampu.

Bagian ini hanya menekankan bahwa visi dan mmisi juga diterapkan dalam bentuk program non siaran, namun hal ini tidk akan dibahas tentang bagaimana implementasi visi dan misi DAAI TV dalam program non siaran karena akan keluar dari konteks permasalahan di dalam penelitian ini.

3. Tujuan Personal

Pada visi dan misi DAAI TV, tujuan personal tidak tergambar secara langsung pada program siarannya. Namun tujuan ini tidak berhubungan secara langsung dengan program siaran lokal DAAI TV, melainkan lebih bersifat kepada manajerial sehingga dalam penelitian ini, tidak diteliti secara mendalam.


(47)

4.1.1.4Logo DAAI TV

Gambar 4.1 : Logo DAAI TV

Kata DAAI berasala dari bahasa Mandarin, yaitu DA berarti besar dan AI yang berarti cinta kasih. Jadi bila digabungkan, DAAI TV berarti stasiun televisi yang menyebarkan cinta kasih yang besar.

4.1.1.5Program DAAI TV

Program-program DAAI TV meliputi: a. Drama, terdiri dari:

1. Drama DAAI 2. Behind The Scene b. Anak, terdiri dari:

1. Ayo Tanya Profesor Junius 2. Cerita Kita

3. Liputan Cilik

4. Children Of The World 5. Petualangan Xiao Li Zi 6. Koki Kecil

7. Rumah Dongeng c. Talk Show, terdiri dari:

5 Ruang Keluarga 6 Dunia Sehat 7 Meniti Harapan 8 Selasar Budi

d. Motivasi dan Spiritual, terdiri dari: 1. Sanubari Teduh


(48)

2. Lentera Kehidupan 3. DAAI Inspirasi e. Feature dan Magazine

1. Mata Hati

2. Bingkai Sumatera 3. DAAI Mandarin 4. Jurnal DAAI

5. Buletin Internasional 6. House & Living 7. Kreasi Dapur Sehat f. Dokumenter, terdiri dari:

1. DAAI Refleksi g. Lingkungan, terdiri dari:

1. Sahabat Alam 2. Bumiku Satu

4.1.1.6Susunan Organisasi DAAI TV Medan

Gambar 4.2 : Struktur Organisasi DAAI TV Medan Commisioner

Board of Directors

Director Branch Relation

& Developments GM

HRD & Secretaries Finance

Operations Tranmission

Enginering YBTC

Relations

Production / Producer


(1)

Pembahasan ini juga didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (2005) dalam fungsi media massanya yaitu mempengaruhi masyarakat untuk memberikan image yang positif maupun negatif terhadap suatu hal, melalui apa yang ditulis dan disiarkan. Hasil pembahasan ini didukung juga oleh teori menurut Morissan (2008: 133), yang menyatakan Tujuan pelayanan mencakup kegiatan penentuan program yang dapat menarik audiens, penentuan program yang dapat memenuhi minat dan kebutuhan audiens sekaligus kegiatan penentuan peran media penyiaran di tengah masyarakat.

4.2.1.3Memberikan informasi mengenai pendidikan, lingkungan, kesehatan dan budaya kemanusiaan/ sosial kemanusiaan

Media massa termasuk DAAI TV memiliki peran untuk menyediakan informasi bagi masyarakat, karena fungsi informasi (to inform) menjadi salah satu fungsi media massa, selain fungsi hiburan (to entertain), fungsi pendidikan (to educated), dan fungsi mempengaruhi (to influence). Sebagai stasiun televisi yang berformat informasi, maka fungsi informasi di DAAI TV sangat dominan, karena sebagian besar inti program siarannya adalah memberikan informasi. Informasi yang dihadirkan oleh DAAI TV banyak mengandung unsur pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan budaya kemanusiaan/ sosial kemanusiaan.

Pada program lokal DAAI TV yaitu program Bingkai Sumatera dan Selasar Budi juga diterapkan visi dan misi yang ada di DAAI TV. Tujuan pelayanan yang ketiga ini membahas tentang salah satu fungsi media massa yaitu fungsi informasi. Pada program Bingkai Sumatera topik pertama yang membahas tentang Hikmah Sosial Prayugo, yang memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh prayugo untuk dapat dicontoh oleh masyarakat agar dapat lebih sering peduli dan berbagi kepada sesama.

Pada topik yang kedua Bingkai Sumatera yaitu mengenai sanggar seni karo sora siluro, memberikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan oleh sanggar seni karo sora siluro untuk mengembalikan kebudayaan karo yang sudah mulai dilupakan oleh masyarakatnya. Kegiatan yang dilakukan oleh sanggar seni karo sora siluro ini memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan yang kita miliki.


(2)

Segmen potret Bingkai Sumatera kali ini mengangkat topik yaitu tentang kuil shri raja rajeswari amman yang merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di langkat, sumatera utara. Dari tayangan segmen potret kali ini, DAAI TV memberikan informasi mengenai pendidikan yaitu tentang sejarah awal mula masuknya kebudayaan india ke sumatera. Kuil shri raja rajeswari amman awalnya dibangun untuk tempat ibadah para buruh india yang bekerja di perkebunan sumatera timur pada masa kolonialisme. Kuil tersebut menjadi salah satu bangunan bersejarah yang menyimpan banyak nilai-nilai sejarah pada awal mula masuknya kebudayaan india.

Pada program Selasar Budi yang mengangkat tema Mengabdi Pada Anak Negeri juga memberikan banyak informasi kepada masyarakat. Informasi yang disajikan oleh DAAI TV melalui program Selasar Budi ini adalah tentang pengabdian seseorang kepada anak negeri. Orang tersebut mengabdikan dirinya untuk anak-anak yang ada disekitar tempat tinggalnya untuk mengasuh dan mendidik mereka secara gratis, tidak dipungut biaya apapun. Katrina yang menjadi narasumber pada program Selasar Budi kali ini membuat suatu TPA, PAUD, dan PKBM dengan uang pesangon yang diterimanya di tempat kerjanya terdahulu. Katrina membangun semua itu untuk anak-anak yang disekitar tempat tinggalnya dan yang tidak mampu untuk merasakan pendidikan, dan ia lakukan dengan iklas tanpa pamrih apapun.

Hasil pembahasan ini didukung oleh teori komunikasi massa yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy (2005: 149-150) yaitu menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai peristiwa yang terjadi atau tentang gagasan orang lain. Hal ini di dukung juga oleh teori menurut Morissan (2008: 133), yang menyatakan Tujuan pelayanan mencakup kegiatan penentuan program yang dapat menarik audiens, penentuan program yang dapat memenuhi minat dan kebutuhan audiens sekaligus kegiatan penentuan peran media penyiaran di tengah masyarakat.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Setelah mekakukan analisa dengan menggunakan metode analisis wacana, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi visi dan misi DAAI TV dalam program siaran lokalnya, dan untuk mengetahui makna dari sebuah teks media dan menemukan pesan yang tersembunyi di dalam teks tersebut. Program siaran lokal yang dimiliki oleh DAAI TV ada dua yaitu program Bingkai Sumatera dan program Selasar Budi. Jumlah video yang dianalisis dari masing-masing program yaitu hanya 1 video. Pada program Bingkai Sumatera terdapat 3 judul yang masing-masing judul berbeda topik yang diangkat.

Berdasarkan hasil analisis data yang ada dalam bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi visi dan misi DAAI TV Medan dalam program siaran lokalnya memiliki semua fungsi visi dan misi yang dijalankan oleh DAAI TV. Pada program Bingkai Sumatera edisi 151 dan program Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, semua tayangannya mengandung semua unsur visi dan misi yang telah diterapkan oleh DAAI TV. Pada program Bingkai Sumatera semua segmennya telah diterapkan visi dan misi DAAI TV, begitu juga program Selasar Budi, juga telah diterapkan visi dan misi DAAI TV.

2. Pesan tersembunyi yang ditemukan ditemukan pada teks teks program lokal DAAI TV Medan yaitu:

a. Bingkai Sumatera: 1) “Hikmah Sosial Prayugo”, yaitu bahwa seharusnya orang tua berada di tengah-tengah keluarganya (anak-anaknya) bukan dititpkan di panti jompo dan melalui program ini DAAI TV ingin memotivasi masyarakat untuk tetap menyayangi orang tua yang telah membesarkannya; 2) “Sanggar Seni Karo Sora Siluro”, yaitu suatu


(4)

kebudayaan tetap ada jika kita sendiri sebagai masyarakatnya sadar dengan kebudayaan yang dimiliki, selalu menjaga dan melestarikan kebudayaan karena banyak masyarakat sekarang malah mengadopsi kebudayaan dari luar sehingga kebudayaan sendiri terlupakan; 3) “Kuil Shri Raja Rajeswari Amman”, yaitu walaupun sudah tinggal di negara asing, kebudayaan yang kita miliki harus selalu kita bawa dan jaga agar kita tidak melupakan kebudayaan asli yang kita miliki.

b. dan Selasar Budi “Mengabdi Pada Anak Negeri”, yaitu tidak seharusnya anak-anak diasuh dan dibesarkan oleh orang lain karena anak-anak masih membutuhkan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti melihat pada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan positif demi kebaikan bersama. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

a. DAAI TV diharapkan tetap mempertahankan prestasi dan kegiatan yang sudah ada sekarang, dengan mempertahankan fungsi kontrol terhadap program siarannya agar semakin berkualitas.

b. DAAI TV juga diharapkan dapat mengembangkan kreativitas bentuk-bentuk siaran-siaran yang baru supaya tidak jenuh.

c. Dalam kaitan akademis diharapkan mahasiswa khususnya dalam bidang ilmu komunikasi dapat melanjutkan penelitian sejenis dengan sudut pandang yang berbeda dan mendapatkan kesimpulan yang berbeda pula yang akan memperkaya khasanah penelitian dibidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai implementasi visi dan misi media terhadap produk yang dihasilkan.

d. DAAI TV juga diharapkan terus meng-update pengetahuan para kru yang terlibat dalam proses produksi. Hal ini sangat penting agar kru-kru yang terlibat dalam proses produksi dapat mengendalikan acara dengan baik dan pada akhirnya bisa mencapai sesuatu yang diinginkan secara maksimal.


(5)

Daftar Referensi

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.

Foss, Karen A & Stephen W Littlejohn. 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.

Hamidi. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Bandung: UMM Press.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Ks, Usman. 2009. Television News Reporting & Writing. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Masa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia


(6)

. 2008. Manajemen media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana.

Mufid, Muhamad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Singarimbun, Masri & Sofyan Effensi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Stokes, Jane. 2006. How to do Media and Cultural Studies. Diterjemahkan oleh Santi Indra Astuti. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Wibowo, Fred. 1997. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: Grasindo. Wibisono, Dermawan. 2006. Konsep, Desain, dam Teknik Meningkatkan Daya

Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo.

Sumber Lain

id.wikipedia.org/wiki/DAAI_TV  www.daaitv.co.id 

www.Youtube.com