Hal tersebut di dalam studi perilaku menyimpang diidentifikasikan sebagai penyimpangan tersembunyi atau penyimpangan terselubung. Penyimpangan
tersembunyi atau terselubung tersebut adalah perilaku seseorang dalam melakukan perbuatan tercela akan tetapi tidak ada yang bereaksi atau melihatnya,
sehingga oleh masyarakat dianggap seolah-olah tidak ada masalah Soekanto dalam Soetomo, 2008:95.
2.4.2. Wujud Perilaku Kekerasan dalam Rumah Tangga
Berdasarkan uraian diatas, maka tindakan kekerasan dalam rumah tangga termasuk ke dalam suatu perilaku yang menyimpang. Kekerasan dalam rumah
tangga dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Kekerasan secara fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit atau luka berat.
2. Kekerasan secara seksual, yaitu setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar danatau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk
tujuan komersial danatau tujuan tertentu.
3. Kekerasan secara psikologis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, danatau penderitaan psikis berat pada seseorang.
4. Penelantaran rumah tangga, yaitu menelantarkan anggota keluarga tanpa
memberikan kewajiban dalam hal perawatan ataupun pemeliharaan dan juga membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya kekerasan yang diderita oleh korban baik secara fisik maupun seksual bahkan penelantaran ekonomi terhadap dirinya akan berdampak
besar kepada kejiwaan atau psikis korban tindak kekerasan tersebut.
2.4.3. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga
Suatu hal pada dasarnya tidak akan terjadi apabila tidak ada faktor-faktor pendukung yang dapat menyebabkan kekerasan terjadi di dalam sebuah rumah
tangga, dalam hal ini kekerasan dalam rumah tangga dapat timbul dengan
beberapa faktor pendorongnya, antara lain :
1. Masalah komunikasi dan kepercayaan, hal ini sangat penting dalam suatu
hubungan dan tidak menutup kemungkinan jika komunikasi dan kepercayaan
tidak terbangun dengan baik akan menimbulkan suatu konflik.
2. Masalah kedudukan dari suami dan istri dalam suatu rumah tangga dimana hal
ini bukan tidak jarang merupakan salah satu faktor penyebab apalagi jika tidak
ada kesepahaman antar pasangan.
3. Masalah ekonomi, dimana kecenderungan jika sebuah keluarga sedang
terhimpit masalah keuangan akan mungkin menimbulkan tindakan-tindakan yang dapat berbentuk kekerasan dan juga tidak menutup kemungkinan bagi
keluarga yang dipandang cukup dari segi ekonomi bisa jadi jadi keegoisan
akan muncul.
4. Masalah psikologi dari pasangan, jika salah satu dari suami istri memiliki
tempramen yang tinggi emosional dan bahkan dengan mudah “main tangan”,
hal ini juga bisa menjadi pemicu.
Universitas Sumatera Utara
5. Masalah seksual, banyak orang beranggapan istri adalah pihak yang
subordinat terutama dalam hal urusan ranjang karena dianggap hanya sebagai pemuas, namun hal tersebut salah besar karena ada kesetaraan dalam hal ini.
Tapi pada kenyataan ada pasangan yang tidak puas sehingga akan
memunculkan kekerasan. 2.5. Kerangka Pemikiran
Rumah tangga merupakan suatu wadah yang di dalamnya terdiri dari keluarga yang umumnya memiliki pertalian darah antar anggotanya. Setiap
anggotanya memiliki peran dan fungsi masing-masing, seperti ayah umumnya adalah seorang yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga dan
paling bertanggung jawab terhadap anggota keluarga lainnya, ibu berperan sebagai pengatur keuangan rumah tangga dan melayani suami serta merawat
anak-anaknya, sedangkan anak sebagai anggota keluarga yang mendapatkan proses sosialisasi segala tindak-tanduk dari orang lain disekelilingnya sebagai
pembentukan tingkah laku anak tersebut. Secara umum, keluarga merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai
sarana pendidikan, perlindungan, sosialisasi, religius, rekreasi, ekonomi dan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu hal yang harus di
dapatkan setiap anggotanya, sehingga keharmonisan di dalam sebuah keluarga akan terwujud.
Namun, apabila fungsi-fungsi tersebut tidak dapat di jalankan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya penyimpangan di dalam sebuah keluarga sangatlah
besar. Salah satu contoh adalah apabila seorang ayah menyalahgunakan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, tetapi lebih menganggap dirinya adalah penguasa
Universitas Sumatera Utara
yang harus ditakuti dan dituruti setiap kehendaknya oleh setiap anggota keluarga lainnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan potensi yang ada dalam diri anggota
keluarga lainnya tidak berkembang. Selain itu, penyalahgunaan kekuasaan tersebut dapat berakhir dengan
tindak kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan, seorang kepala keluarga memiliki hak untuk menghukum setiap tindakan yang dianggap tidak
sesuai oleh kepala keluarga. Hukuman yang biasanya diberikan berupa hukuman fisik yang mengakibatkan luka maupun kata-kata penghinaan yang dapat
berakibat terhadap psikologi korbannya. Tindakan kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan
pengaruh sosial ekonomi di dalam sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang berasal dari keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah, biasanya sering
terjadi konflik antara suami-istri. Hal tersebut biasanya disebabkan tuntutan pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh anggota keluarga sulit untuk terpenuhi
akibat semakin tingginya harga kebutuhan pokok, sehingga menyebabkan kepala keluarga yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi keluarga
mendapatkan tekanan dari anggota keluarganya dan pada akhirnya menimbulkan pertengkaran antara suami dan istri bahkan berakhir dengan kekerasan fisik. Tidak
tertutup kemungkinan akan terjadi penelantaran ekonomi oleh suami terhadap
keluarganya.
Tidak hanya terjadi pada rumah tangga sosial ekonomi rendah. Kekerasan rumah tangga juga terjadi pada tingkatan sosial ekonomi tinggi. Bentuk kekerasan
yang terjadi dalam rumah tangga tingkatan sosial ekonomi tinggi pada umumnya adalah kekerasan bersifat psikis yang dilakukan suami terhadap istri dan anak-
Universitas Sumatera Utara
anaknya. Salah satu contoh kasus adalah terjadi perselingkuhan yang dilakukan suami. Hal tersebut terjadi karena suami menganggap dapat melakukan tindakan
sesuai dengan kehendaknya karena memiliki materi yang berlebih. Selain itu, Tindakan tersebut dapat terjadi akibat terlalu banyak aktivitas suami maupun istri
sehingga komunikasi antara kedua belah pihak tidak terjalin dengan baik.
Bagan Alur Kerangka Pemikiran
Rumah Tangga Fungsi Keluarga
- Fungsi pendidikan
- Fungsi sosialisasi
- Fungsi religius
- Fungsi rekreasi
- Fungsi perlindungan
- Fungsi ekonomi
Keluarga
Rumah Tangga Sosial Ekonomi Tinggi
- Pemenuhan kebutuhan
dapat terpenuhi dengan mudah
- Sangat bergantung terhadap
kepala keluarga -
Tingkat pendidikan pada umumnya tinggi
Rumah Tangga Sosial Ekonomi Rendah
- Pemenuhan kebutuhan sulit
untuk dipenuhi -
Tidak terlalu bergantung kepada kepala keluarga
- Tingkat pendidikan pada
umumnya rendah
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- Kekerasan secara fisik -
Kekerasan secara seksual -
Kekrasan secara psikologis -
Penelantaran ekonomi
Universitas Sumatera Utara
2.6. Hipotesa
Hipotesa adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran bilamana setelah diuji ternyata
fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan sesuai dengan dugaan tersebut Nawawi, 1983:161
Berdasarkan pengertian di atas Ha : Ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam rumah
tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Ho : Tidak ada pengaruh sosial ekonomi terhadap tindakan kekerasan dalam
rumah tangga di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, kota Medan.
2.7. Definisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1. Definisi Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu Singarimbun, 1989:34. Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah:
a. Pengaruh adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu keadaan atau kondisi.
b. Sosial ekonomi rumah tangga adalah keadaan atau kedudukan suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan anak yang diatur dalam posisi
tertentu dalam struktur mayarakat yang menentukan hak dan kewajiban seseorang di dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
c. Kekerasan dalam Rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis, danatau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
2.7.2. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi
operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama Singarimbun, 2006:46.
A. Variabel Bebas Independent Variabel
Variabel bebas x adalah segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur
kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini, maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau bahkan
sama sekali tidak ada yang muncul Nawawi, 1991:56. Variabel bebas x dalam penelitian ini yaitu kondisi sosial ekonomi
rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut: 1.
Pendidikan suami-istri. 2.
Pekerjaan suami-istri. 3.
Penghasilan rumah tangga. 4.
Pengeluaran rumah tangga.
Universitas Sumatera Utara
B. Variabel Terikat Dependent Variabel
Variabel terikat y adalah sejunlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas danbukan
karena adanya variabel lain Nawawi, 1991:57. Variabel terikat y dalam penelitian ini yaitu tindakan kekerasan dalam
rumah tangga. Indikatornya sebagai berikut: 1.
Kekerasan secara fisik. 2.
Kekerasan secara seksual. 3.
Kekerasan secara psikis 4.
Kekerasan secara ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi. Penelitian eksplanasi adalah penelitian yang digunakan untuk menguji
hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas akan ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan dua atau lebih variabel, untukmengetahui apakah suatu variabel disebabkandipengaruhi atau tidak oleh variabel lainnya Faisal,
2005:21.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena daerah tersebut merupakan
lokasi yang masyarakatnya terdiri dari berbagai tingkatan sosial ekonomi dan juga kondisi masyarakat yang heterogen dengan perbedaan suku maupun etnis
sehingga nantinya hasil dari penelitian tersebut dapat mendukung bagi peneliti.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu objek yang akan diteliti Soehartono, 2008:57. Maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah seluruh rumah tangga yang berjumlah 2.147 kepala keluarga.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu Nawawi, 2004:144. Adapun populasi di
Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur terbagi ke dalam 12 lingkungan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No. Lingkungan
Jumlah Kepala Keluarga 1
Lingkungan I 189
2
Lingkungan II 132
3
Lingkungan III 101
4
Lingkungan IV 326
5
Lingkungan V 214
6 Lingkungan VI
185
7 Lingkungan VII
192
8 Lingkungan VIII
117
9 Lingkungan IX
105
10 Lingkungan X
173
11 Lingkungan XI
193
12
Lingkungan XII 220
Total
2.147 Sumber: Profil Kelurahan
Jika populasi mencapai ribuan, maka untuk mendapatkan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus dari Taro Yamane sebagai berikut:
n = ___ N.d² + 1
N___
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: n
: Jumlah sampel N
: Jumlah populasi d
: Presisi 10 = 0,1 Bungin, 2005:105 Maka :
n = ___ N.d² + 1
N___
n = ____ 2147.0,1² + 1
2147____
n = ____ 2147.0,01 + 1
2147_____
n = ___ 21,47 + 1
2147___
n = _ 22,47
2147_
n= 95,5 = 95 Agar memudahkan pengambilan sampel, maka peneliti menetapkan tiga
lingkungan dari 12 lingkungan yang ada sebagai tempat pengambilan sampel, yaitu lingkungan IV, lingkungan V dan lingkungan XI. Peneliti memilih 3
lingkungan tersebut karena kondisi sosial ekonomi masyarakat yang heterogen.
3.4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan data-data melalui:
1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut
masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti.
Universitas Sumatera Utara
2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mempelajari fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu: a. Kuesioner, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
menyebarkan angket berupa daftar pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang harus diisi oleh responden.
b. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang
diperoleh. 3. Data Sekunder
Data yang bersumber dari instansi pemerintah terkait
3.5. Tehnik Analisis Data
Penelitian ini akan mengguanakan metode pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan wawancara, kemudian di tabulasikan dalam
bentuk frekuensi. Data yang telah terkumpul akan diolah dengan menggunakan rumus Product moment dari Pearson Azwar, 1997
Rumus Product moment adalah sebagai berikut: n.
∑xy-∑x.∑y Rxy =
√{n∑x²-∑x²}{n∑y²-∑y²} Dimana:
Rxy = Korelasi x dan y
∑x = Jumlah skor total x
∑y = Jumlah skor total y
Universitas Sumatera Utara
∑xy = Jumlah perkalian skor butir ∑x² = jumlah kuadrat skor x
∑y² = Jumlah kuadrat skor y n
= Jumlah subjek
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI LOKASI
Letak Kelurahan Durian
Kelurahan Durian berada di Kecamatan Medan Timur dan merupkan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kelurahan Durian berada di ketinggian
1200 m di atas permukaan laut dan merupakan daerah dataran rendah dengan temperatur udara sekitar 30ºC-33C. Daerah tersebut merupakan daerah yang yang
tingkat ekonomi masyarakatnya beraneka ragam. Kelurahan Durian mempunyai batas-batas wilayah, yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Glugur Darat I.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gaharu.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Glugur Kota.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan
Medan Perjuangan. Kelurahan Durian ini terdiri dari 12 lingkungan yang masing-masing
dipimpin oleh seorang kepala lingkungan. Sementara itu, wilayah Kelurahan Durian sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal pemukiman dan yang lainnya
adalah luas taman serta perkantoran. Untuk lebih jelasnya luas Kelurahan Durian dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
TABEL 1 LUAS KELURAHAN DURIAN
No. Pemanfaatan Tanah
Luas km² 1
Luas Pemukiman 0,38
2 Luas Kuburan
-
3 Luas Pekarangan
0,01
4 Luas Taman
0,004
5 Perkantoran
0,05
6
Luas Prasrana umum lainnya 0,10
Total Luas 0,54
Sumber: Profil Kelurahan 2010
4.2. Keadaan Demografi
Kelurahan Durian mempunyai jumlah penduduk sebanyak 11.771 jiwa yang terdiri dari 2.147 Kepala Keluarga KK. Jadi, terdapat jumlah rata-rata per
KK adalah 5,48 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Durian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh adanya angka kelahiran dan
adanya penduduk perantauan yang datang ke daerah ini. Penduduk kelurahan ini terdiri dari berbagai suku bangsa, namun mayoritas penduduknya adalah Cina
sekitar 3.133 jiwa. Selain itu, di kelurahan ini juga terdapat penduduk dari suku Simalungun, Tapanuli, Karo, Jawa dan lain-lain. Berikut ini tabel komposisi
penduduk Kelurahan Durian.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT SUKU BANGSA
No. Suku
Orang 1
Simalungun 1.447
2 Tapanuli
2.574
3 Karo
224
4 Minang
1.611
5 Nias
178
6
Melayu 784
7 Aceh
154
8 Jawa
1.286
9
China 3.133
10 India
70
11
Manado 310
Total
11.771 Sumber: Profil Kelurahan 2010
4.2.1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 3 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN
No. Jenis Kelamin
Jumlah 1
Laki-laki 5.859
2 Perempuan
5.912
Total 11.771
Sumber: Profil Kelurahan 2010 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perbedaan jumlah penduduk
perempuan lebih besar dari pada laki-laki. Perbandingannya adalah penduduk perempuan berjumlah 5.912 jiwa sedangkan penduduk laki-laki berjumlah sekitar
5.859 jiwa.
4.2.2. Komposisi Penduduk Menurut Usia
Penduduk Kelurahan Durian terdiri dari berbagai kelompok usia yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 4 KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT USIA
No. Golongan Usia
Jumlah 1
0-12 bulan 93
2 1-4 tahun
550
3 5-8 tahun
668
4 9-12 tahun
661
5 13-15 tahun
501
6
16-18 tahun 531
7 19-25 tahun
1.422
8 26-35 tahun
1.923
9
36-45 tahun 2.169
10 46-50 tahun
771
11
51-58 tahun 1.180
12 Lebih dari 59 tahun
1.302
Total 11.771
Sumber: Profil Kelurahan 2010 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa golongan usia penduduk di
Kelurahan Durian tersebut di dominasi oleh penduduk berusia 19-45 tahun yaitu sekitar 5.514 orang. Golongan usia 51-58 tahun ada sekitar 1.302 orang.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa tingkat kelahiran di Kelurahan Durian jumlahnya relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel golongan usia penduduk
0-12 bulan berjumlah 93 orang. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana KB sangat minim.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3. Komposisi Penduduk Menurut Agama