Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

(1)

Andasasmita, Komar. 1990. Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya.Cetakan 2. Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1986. Hukum Perikatan dengan Penjelasannya.Bandung: Citra Aditya Bhakti.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1993. KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya. Bandung: Alumni.dan

Fuady, Munir. 2001 Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis).Bandung: Citra Aditya Bakti.

Girsang, Ridwan Sarwedy. 2012. Tanggung Jawab Ekspeditur Pengangkutan Barang Melalui Darat Dari Segi Keperdataan. Skripsi. Pematangsiantar: Fakultas Hukum Universitas Simalungun.

H.S, Salim. 2006. Hukum Kontrak, Teori Teknik Penyusunan Kontrak. Cetakan Ketiga. Jakarta: Sinar Grafika.

Mahdi, Sri Soesilowati, et.al. 2005.Hukum Perdata (Suatu Pengantar). Jakarta : CV. Gitama Jaya.

Maschoen, Sofwan Sri Soedewi. 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok- Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty. Maschoen, Sofwan Sri Soedewi. 1981. Hukum Benda. Yogyakarta: Liberty. Mertokusumo, Sudikno. 2006. Penemuan Hukum Sebuah Pengantar.

Muhammad, Abdul Kadir. 1990. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: Cipta Aditya Bhakti.

Muhammad, Abdul Kadir. 2000. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni.

Muljadi, Karitini dan Widjaja, Gunawan. 1997.Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(2)

Prodjodikoro, R. Wirjono. 1991.Asas-asas Hukum Perjanjian. Bandung: Subur Prodjodikoro, R. Wirjono. 1991.Hukum Perdata Tentang Persetujuan

Tertulis.Bandung: Subur.

Roestamy, Martin & Lukmanul Hakim, Aal.Bahan Kuliah Hukum Perikatan. Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor.

R. Saliman, Abdul, et. al. 2004.Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Prenada.

Subekti, R. 1980. Pokok-Pokok Hukum Perdata Jakarta: PT.Intermasa. Subekti, R. 1994. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa.

Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sunggono, Bambang. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tjakranegara, Soegijatna. 1995. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang. Jakarta: Rineka Cipta.

Uli, Sinta. 2006. Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut Angkutan Darat Dan Angkutan Udara. Medan: USU Press. Vollmar, I H.F.A. 1987.Hukum Benda. Bandung: Tarsito.

B. Peraturan Per Undang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Kontrak Perjanjian Pengangkutan.


(3)

C. Data Lapangan

Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014.

D. Internet

Ha

Hukum Peroranga

M. Harianto, Asas-Asas Dalam Perjanjian,

diakses tanggal 10 Maret 2014.

Pengertian & Contoh dari Etika Teleologi, Deontologi, Teori Hak,

Teori Keutam

terakhir diakses tanggal 22 maret 2014.

Perjanjian,


(4)

43

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN ANGKUTAN DANPENGIRIM

A. Pengertian Perjanjian, Perjanjian Angkutan Darat dan Pengaturannya Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata hanya terjadi atas izin atau kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan itu.

Perjanjian pengangkutan adalah sutau perjanjian dimana suatu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari sutu tempat ketempat lainnya, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.Menurut undang-undang sorang juru pengangkut hanya menyanggupi untuk melaksanakan pengangkutan saja, jadi tidaklah perlu pengangkut sendiri mengusahakan sebuah alat pengangkutan, meskipun pada umumnya pengangkut sendiri yang mengusahakannya.Selanjutnya menurut undang-undang ada perbedaan seorang pengangkut dengan seorang ekspeditur.Yang terakhir ini hanya memberikan jasa-jasanya dalam soal pengiriman barang saja dan pada hakekatnya hanya memberikan perantaraan antara pihak yang hendak mengirimkan barang dan pihak yang mengangkut barang itu.

Karena mengenai pengangkutan ini termasuk dalam hukum perikatan, maka berlakulah ketentuan yang diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata yang menjelaskan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat


(5)

sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Untuk itu diperlukan suatu hukum yang mengatur tentang pengangkutan.Defenisi dari hukum pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik pada mana pihak pengangkut mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang ketempat tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan itu.32

Hukum pengangkutan ditinjau dari segi keperdataan mengandung arti bahwa baik dalam KUHPerdata maupun KUHD, yang berdasarkan atas dan tujuan untuk mengatur hubungan-hubungan hukum yang terbit karena keperluan pemindahan barang-barang dan atau orang-orang dari suatu tempat ke lain tempat untuk memenuhi perikatan yang lahir dan perjanjian-perjanjian tertentu, termasuk didalamnya perjanjian untuk memberikan perantaraan mendapatkan pengangkutan. Jadi, terlihat suatu kemungkinan untuk membuka suatu agen perantaraan.33

Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya. Sebagaimana halnya dengan perjanjian-perjanjian lainnya, kedua belah pihak diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal mengenai pengangkutan yang akan diselenggarakan itu. Apabila terdapat kelalaian pada salah satu pihak, maka akibat-akibatnya ditetapkan sebagaimana berlaku untuk perjanjian-perjanjian pada umumnya dalam Buku III dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

32 Sution Usman Adji, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Rineka Cipta, 1990, hlm. 6. 33Ibid., hlm. 5.


(6)

Dalam perjanjian pengangkutan itu pengangkut dapat dikatakan sudah mengakui menerima barang-barang dan menyanggupi untuk membawanya ketempat yang telah ditunjuk dan menyerahkannya kepada orang yang dialamatkan.Kewajiban yang terakhir ini dapat dipersamakan dengan kewajiban seorang yang harus menyerahkan suatu barang berdasarkan suatu perikatan sebagaimana dimaksudkan dlam pasal 1235 KUHPerdata dimana dalam perikatan mana termaktub kewajiban untuk menyimpan dan memelihara barang tersebut sebagai seorang bapak rumah yang baik. Apabila sipengangkut melalaikan kewajibannya, maka pada umumnya akan berlaku peraturan-peraturan yang itu telah ditetapkan dalam Buku III dari KUHPerdata pula, yaitu dalam Pasal 1423 dan selanjutnya.34

Perjanjian pengangkutan ini, adalah consensual (timbal balik) dimana pihak pengangkut mengikatkan diri untuk menyelanggarakan pengangkutan barang dari tempat tujuan tertentu, dan pengirim barang (pemberi order) membayar biaya atau ongkos angkutan sebagaimana yang telah disetujui bersama.Dalam hal ini antara pengangkut barang dan pengirim barang mempunyai kewajiban yang harus dilaksanakan.35

Hubungan kerja antara pengirim dan pengangkut, sebgai pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan adalah consensual yang berdiri sama tinggi (gecoordineerd) bukan merupakan (gecoordineerd) karena disini tidak terdapat hubungan kerja antara buruh dan majikan dan tidak terdapat pula hubungan pemborongan menciptakan hal-hal baru mengadakan benda-benda baru, dimana

34 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hlm. 70.

35 Soegijatna Tjakranegara, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Jakarta:


(7)

dalam Pasal 1617 KUH Perdata yang merupakan penutup dari bagian ke 6 titel VII a, yang isinya kewajiban juru pengangkut dan nahkoda. Adapun sebagai jenis perjanjian campuran dalam perjanjian pengangkutan yaitu antara melakukan pekerjaan pengangkutan dan penyimpanan, oleh karena tersebut dalam KUH Perdata sehubungan dengan pengangkutan barang tersebut maka:36

1. Pasal 468 Ayat 1 menetapkan bahwa pengangkut wajib menjaga keselamatan barang yang diangkut.

2. Pasal 1706 KUHPerdata menerima titipan wajib merawat barang yang dititpkan untuk diangkut dan diserahkan ketempat tujuan.

3. Pasal 1714 KUHPerdata sipenerima titipan untuk diangkut dan diserahkan wajib merawat barang, mengembalikan dalam jumlah nilai yang sama . Dalam perjanjian pengangkutan menurut kebiasaan dan yang dirumuskan dalam pasal 90 KUHD, merupakan suatu perjanjian persetujuan antar pihak pengangkuta dan pengirim barang, waktu pengiriman, pemuatan ganti rugi dimuat dalam akta yang dinamakan surat muatan (vrachtbrief) yang memuat:

a. Nama barang, berat, ukuran, bilangan, merek pembungkus. b. Nama orang penerima atau kepada siapa barang itu diserahkan.

c. Nama tempat pengangkut atau juragan perahu, pengemudi, pengangkutan truk bus dan lain-lain.

d. Jumlah upah pengangkut, dan tanda tangan pengirim dan surat angkutan itu harus dicatat dalam buku register.

36Ibid., hlm. 68.


(8)

Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbalbalik antara pengangkut dan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk meyelenggarakan pengangkutan barang/orang dari suatu tempat ketempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengiriman mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.37

B. Para Pihak Dalam Angkutan Antara CV. Isma Karya Medan Medan Dengan Pengirim

Pengangkutan bersumber pada persetujuan pengangkutan yang dalam dunia perdagangan paling banyak dijumpai disamping persetujuan jual beli.Perundang-undangan tidak banyak mengatur soal pengangkutan orang, lain halnya dengan pengangkutan barang yang bersumber pada persetujuan yang lazim disebut persetujuan muatan. Hal ini disebabkan antara lain bahwa dalam pengangkutan barang selalu terdapat tiga pihak dalam persetujuan yang diadakan itu, kecuali pihak pengiriman dan pengangkut, masih terdapat pula pihak penerima yang kadang-kadang pihak ini sama dengan pihak pengirim, tetapi pada umumnya pihak yang mempunyai kedudukan tersendiri.

Istilah subyek hukum berasal dari terjemahan rechtsubject atau law of subject.Pada umumnya rechtsubject diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban.Pengertian subyek hukum rechtsubject adalah setiap orang yang mempunyai hak dan kewajiban, jadi mempunyai wewenang hukum

(rechtbevoegheid) dan kewajiban hukum.Pengertian wewenang hukum

37 Sinta Uli, Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut


(9)

(rechtbevoegheid) adalah kewenangan untuk mempunyai hak dan kewajiban untuk menjadi subjek dari hak-hak.

Dalam pengertian ini subyek hukum memiliki wewenang, wewenang subyek hukum ini dibagi menjadi dua yakni wewenang untuk mempunyai hak (rechtsbevoegdheid) dan wewenang untuk melakukan/menjalankan perbuatan hukum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Namun dalam pengertian ini subyek hukum hanya terbatas pada orang saja, padahal selain orang ada subyek hukum lainnya yaitu badan hukum.

1. Manusia sebagai subyek hukum (natuurlijk persoon)

Ada dua pengertian manusia dalam artian biologis dan yuridis. Di dalam KBBI disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yg berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain. Pengertian ini difokuskan pada pengertian manusia secara biologis dimana manusia mempunyai akal yang membuatnya berbeda dengan mahluk lain. Namun secara yuridis para ahli berpendapat bahwa manusia sama dengan orang (persoon) dalam hukum. Ada dua alasan manusia disebut dengan orang (persoon) yaitu manusia mempunyai hak-hak subyektif dan kewenangan hukum.Dalam hal ini kewenangan hukum berarti kecakapan untuk menjadi subyek hukum, yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Pada dasarnya manusia mempunyai hak sejak dalam kandungan (Pasal 2 KUHPerdata), namun tidak semua manusia mempunyai kewenangan dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.Orang yang dapat melakukan perbuatan adalah orang yang telah dewasa dan atau sudah kawin.Ukuran kedewasaan adalah sudah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin. Sedangkan


(10)

orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang berada dibawah pengampunan atau pengawasan,orang yang kurang cerdas, dan orang yang sakit ingatan.38

2. Badan hukum sebagai subyek hukum (recht persoon)

Badan hukum dalam bahasa belanda disebut rechtpersoon.Menurut soemitro berarti suatu badan yang dapat mempunyai harta kekayaan, hak serta kewajiban seperti orang-orang pribadi. Pendapat lain berpendapat bahwa badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang bersama-sama bertujuan untuk mendirikan suatu badan yaitu berwujud himpunan, dan ada harta kekayaan yang disendirikan untuk tujuan tertentu, dan ini dikenal dengan yayasan.39

38Pasal 1331 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kalau dilihat dari pendapat tersebut badan hukum dapat dikategorikan sebagai subjek hukum sama dengan manusia disebabkan karena badan hukum itu mempunyai kekayaan sendiri, selain itu badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dan badan hukum dapat menggugat dan digugat di muka pengadilan serta ikut serta dalam lalu lintas hukum misalnya melakukan jual beli.

Perjanjian pengangkutan melalui darat merupakan salah satu alternatif bagi konsumen/pengirim barang unutk memanfaatkan jasa pengiriman barang agar dapat dikirim ke suatu alamat yang ingin dituju.Dalam perjanjian pengangkutan barang tentu ada para pihak yang saling mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang kesuatu alamat yang dituju. Adapun pihak-pihak tersebut yakni:

39 Hukum Perorangan,


(11)

1. Pihak Pengangkut CV. Isma Karya Medan merupakan sebuah perusahaan yang beregerak dibidang pengiriman dan pengangkutan barang yang dimana CV. Isma Karya Medan ini mendapatkan ijin pengangkutan atau ekspedisi pengiriman barang dari dinas perhubungan kota medan. CV. Isma Karaya ini menyediakan jasa pengiriman barang baik pengiriman dari dalam daerah maupun luar daerah. Dalam melaksanakan pengangkutan CV. Isma Karya Medan menggunakan alat transportasi berupa kendaraan truck untuk menyampaikan barang yang diangkut kealamat yang dituju oleh pengirim dan kemudian diserahkan kepada penerima barang.

2. Pengirim, yakni orang perseorangan atau badan hukum yang melakukan perjanjian dengan CV. Isma Karya Medan dalam hal menyelenggarakan pengangkutan barang menuju tempat tujuan yang dialamatkan oleh pengirim barang.

C. Para Pihak dan Hak/Kewajiban Perusahaan Angkutan Barang dan Pengirim

Pelaksanaan atau penyelenggaraan perjanjian pengangkutan sudah tentu terdapat hak dan kewajiban antara pengangkut barang dan pengirim barang.Hak dan kewajiban lahir karena suatu akibat dari adanya kesepatan antara satu pihak dengan pihak lainnya.Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari


(12)

teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban.40

Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant yang sudah kita kenal sebagai orang yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu tujuan pada dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain.

Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan yang lain.

41

Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk

40Pengertian & Contoh dari Etika Teleologi, Deontologi, Teori Hak,

Teori Keutamaa


(13)

menuntut sesuatu, derajat atau martabat.42

Terkadang kita sering mendengar kata hak dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari. hak seorang manusia merupakan fitrah yang ada sejak mereka lahir.Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan kewajiban. Tiap manusia mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan atau kedudukan dalam masyarakat.Artinya adalah hak dilihat sebagai keseluruhan undang-undang, aturan-aturan dan lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan masyarakat demi kepentingan umum.Pada akhir abad pertengahan ius dalam arti subjektif, bukan benda yang dimiliki seseorang, yaitu kesanggupan seseorang untuk sesuka hati menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu.Akhirnya hak pada saat itu merupakan hak yang subjektif merupakan pantulan dari hukum dalam arti objektif.Hak dan kewajiban mempunyai hubungan yang sangat. Kewajiban dibagi atas dua macam, yaitu kewajiban sempurna yang selalu berkaitan dengan hak orang lain dan kewajiban tidak sempurna yang tidak terkait dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna mempunyai dasar keadilan, sedangkan kewajiban tidak sempurna berdasarkan Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan). Dalam perjalanan sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema kewajiban, walaupun sebelumnya telah lahir. Tema hak baru lahir secara formal pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui ajaran agama di mana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik terhadap sesama.

42 Pusat Bahasa, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan


(14)

moral.hak merupakan sesuatu yang urgen dalam kehidupan ini.setiap orang berhak mendapatkan hak setelah memenuhi kewajiban.43

Masalah angkutan selalu berkaitan dengan politik, sosial dan ekonomi.Oleh sebab itu perlu adanya pengaturan tentang kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab seorang pengangkut baik dalam menyelenggarakan pengangkutan orang maupun barang.

Mengenai pengangkutan ini ada yang diatur dalam KUHD maupun KUHPerdata, yang diatur dalam KUHD yaitu hanya pengangkutan dengan kapal laut, sedangkan mengenai pengangkutan dengan kereta api, kendaraan bermotor, maupun pengangkutan udara diatur dalam pengaturan tersendiri, kalau dilihat dalam KUHD hanya dijumpai ketentuan mengenai angkutan dilaut, dimana hal ini diatur dalam Buku II nya sebagai bagian dari hukum laut.

44

Pengusaha pengangkutan menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994 adalah pengusaha kendaraan umum yang berupa pengusaha bis umum untuk pengangkutan orang berdasarkan izin yang diberikan oleh yang berwenang menurut undang-undang tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994 terdapat ketentuan bahwa:45

1. Pengusaha kendaraan umum bertanggung jawab terhadap kerugian-kerugian yang diderita oleh penumpang serta kerusakan-kerusakan barang yang berada didalam kendaraan tersebut, kecuali jika ia dapat membuktikan, bahwa kerugian itu terjadi diluar kesalahannya atau kesalahan pegawainya.

43

Hak,

44 Ridwan Sarwedy Girsang, Tanggung Jawab Ekspeditur Pengangkutan Barang Melalui

Darat Dari Segi Keperdataan, Skripsi, Pematangsiantar: Fakultas Hukum Universitas

Simalungun, 2012, hlm. 18.


(15)

2. Ketentuan dalam ayat 1 tidak berlaku, jika kerugian dan kerusakan tersebut terjadi karena tidak sempurna pembungkusan barang yang diangkut, dengan ketentuan bahwa hal tersebut telah diberitahukan kepada si pengirim sebelum pengangkutan dimulai.

Menurut penjelasan Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994, ketentuan tersebut berlaku bagi semua pengusaha kendaraan umum baik kendaraan bermotor maupun tidak seperti gerobak, kereta dan becak. Selanjutnya dijelaskan bahwa pengertian pembungkusan termasuk cara mengikat, menutup, cara membungkus dan sebagainya. Jika dilihat ketentuan Pasal 24 Undang-Undang ini jelaslah bahwa seorang pengangkut bertanggung jawab atas para penumpang serta barang-barang yang diserahkan padanya sejak barang itu diterima sampai barang itu diserahkan ditempat tujuan tertentu kepada si penerimanya.Segala kerusakan atas barang atau kerugian itu terjadi diluar kesalahannya atau kesalahan para karyawan yang bekerja padanya. Akan tetapi, kerugian-kerugian ataupun kerusakan-kerusakan yang terjadi karena tidak sempurnanya pembungkusan barang yang diangkut atau kurang baiknya cara mengikat barang, cara menutup botol atau cara membungkus yang tidak baik dan sebagainya tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pengangkut asal saja hal ini telah diberitahukan terlebih dahulu kepada si pengirim barang.

Kewajiban si pengangkut diatur dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994 yang menetapkan bahwa pengusaha kendaraan umum dan pegawainya harus mengangkut orang dan barang setelah dinyatakan keinginan untuk diangkut dengan pembayaran biaya menurut tarif yang telah ditetapkan


(16)

menurut undang-undang. Mengenai kewajiban-kewajiban dari pengusaha pengangkutan serta kewajiban penumpangnya dan juga cara mengangkut orang dan barang dengan kendaraan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994.

Kewajiban pengangkut menurut Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1995 dalam Pasal 3 disebutkan:

1. Iuran wajib harus dibayar bersama dengan pembayaran biaya pengangkutan penumpang kepada pengusaha alat angkutan penumpang umum yang bersangkutan.

2. Pengusaha/ pemilik alat angkutan penumpang umum yang bersangkutan wajib memberi pertanggungjawaban seluruh hasil pungutan iuran wajib para penumpangnya dan menyetorkan nya kepada perusahaan, setiap bulan selambat-lambatnya pada tanggal 27 secara langsung atau melalui bank atau pun badan asuransi lain yang ditunjuk oleh Menteri menurut cara yang ditentukan oleh Direksi Perusahaan.

Dalam Pasal 24 ayat 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994 ditetapkan bahwa pengusaha kendaraan umum bertanggung jawab terhadap kerugian-kerugian yang diderita oleh penumpang serta kerusakan-kerusakan barang yang berada didalam kendaraan tersebut, kecuali jika pengusaha kendaraan umum / pengangkut dapat membuktikan bahwa kerugian itu terjadi diluar kesalahannya atau pegawainya. Kejadian-kejadian yang dapat dibuktikan disini adalah kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang merupakan kesalahan dari pihak


(17)

lainmisalnya kesalahan expeditur, cacat pada barang itu sendiri maupun keadaan memaksa (overmacht).

Jika kesalahan / kelalaian yang terjadi karena kesalahan expeditur atupun pegawai dari expeditur, maka expeditur kiranya sendiri yang harus bertanggung jawab atas segala kerusakan dan kerugian.Sedangkan mengenai cacat ini dimaksudkan disini adalah sifat pembawaan (eigenschap) dari barang itu sendiri, yang menyebabkan rusak, terbakarnya barang dalam perjalanan maupun busuk sebelum sampai ditempat tujuan.

Unsur ketiga yang dapat dipakai sebagai alasan bagi pengusaha kendaraan umum untuk menolak tuntutan pemilik/pengirim barang adalah keadaan memaksa (overmacht, force majeure). Mengenai pengertian overmacht tidak duraikan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1994, maka untuk itu kita dapat lihat dalam Pasal 91 dan 92 KUH Dagang dan juga dalam rumusan Pasal 1244 KUH Perdata yang menggunakan istilah “sebab yang tidak diduga semula” (vreemde oorzaak). Bila sebab yang tidak dapat diduga semula itu berhasil dibuktikan, maka pengusaha kendaraan umum atau pengangkut dibebaskan dari tanggungjawabnya.

Melihat banyaknya resiko dalam melaksanakan pengangkutan, seringkali pengangkut mengasuransikan barang muatannya, ataupun dapat diadakan pembatasan-pembatasan sehubungan dengan tanggung jawab pengangkut yang begitu besar. Tetapi bila dilihat dari Pasal 470 KUH Dagang, yang menyatakan bahwa pengangkut dilarang memperjanjikan bahwa dia sama sekali tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang terjadi. Adanya pembatasan ini


(18)

menurut undang-undang tidak dilarang karena ketentuan ini bukan ketentuan yang bersifat memaksa (dwingendrecht).

Oleh sebab lahirnya hak dan kewajiban sebagai akibat adanya orang yang mengikatkan diri dalam perjanjian pengangkutan antara pengangkut barang dan pengirim, maka adapun hak dan kewajiban masing-masing pihak yakni:

1. Hak pengangkut barang46

a. Menerima pembayaran dari pengirim atas penyelenggaraan pengangkutan barang ke alamat yang dituju.

b. Menerima informasi yang jelas dan disertai dokumen pendukung mengenai jenis, berat, barang yang akan dimuat dan dikirim ke alamat yang dituju.

c. Pengangkut barang berhak memeriksa kelebihan muatan dan meminta biaya tambahan apabila terdapat kelebihan muatan (tonase).

d. Pengangkut barang berhak menolak pengiriman barang apabila barang yang akan dikirim melanggar ketentuan undang-undang, misalkan terdapat dokumen pendukung yang tidak lengkap yang patut diduga merupakan hasil kejahatan.

2. Kewajiban pengangkut barang47

a. Perusahaan pengangkut barang wajib memberikan surat angkutan kepada pengirim yang dilengkapi dengan hari, tanggal, bulan, tahun, jumlah muatan, jenis muatan, rincian biaya yang ditandatangani oleh

46 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014. 47 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014.


(19)

pengirim dan diberikan cap atau stempel, sebagai bukti telah disetujuinya pelaksanaan pengangkutan barang.

b. Pengangkut barang berkewajiban memeriksa kelengkapan dokumen pendukung dari barang yang akan dikirim pada saat memuat barang kedalam kendaraan dan memeriksa ulang barang yang dikirim ketika sudah sampai ketempat tujuan atau pada saat bongkar barang.

c. Pengangkut barang berkewajiban memeriksa kondisi kendaraan pengangkut dalam keadaan baik atau tidak. Ketika dijumpai kendaraan tidak layak jalan maka pengangkut barang wajib memperbaiki kendaraan baik dari segi keadaan mesin, bahan bakar, pelumas, dan alat-alat penggerak lainnya sehingga kendaraan pengangkut tersebut dalam keadaan layak jalan.

d. Perusahaan pengangkut diwajibkan memeriksa keadaan dan kondisi pengemudi baik secara jasmani maupun rohani. Dalam arti lain perusahaan pengangkut diwajibkan memantau pengemudinya apakah pengemudi tersebut mabuk, mengantuk, keletihan, atau dalam pengaruh obat-obatan terlarang.

e. Pengangkut barang dalam perjalanan berkewajiban menjaga barang yang akan dikirim dalam keadaan baik, tidak ada yang hilang atau rusak, dan sampai dengan selamat pada alamat yang ditujukan.

f. Perusahaan pengangkut wajib memberikan ganti rugi jika dalam perjalanan pengiriman barang terdapat kerusakan, kehilangan,


(20)

musnahnya barang baik dari akibat kelalaian pengemudi maupun karena hal-hal diluar dugaan.

3. Hak pengirim barang48

a. Menerima tanda bukti pengiriman barang yang dilengkapi dengan hari, tanggal, bulan, tahun, jumlah muatan, jenis muatan, rincian biaya yang ditandatangani oleh pengirim dan diberikan cap atau stempel, sebagai bukti telah disetujuinya pelaksanaan pengangkutan barang.

b. Pengirim berhak menerima informasi mengenai berapa lama barang yang dikirim akan sampai, jenis kendaraan yang digunakan dalam pengiriman barang, dan berapa rincian biaya yang dikenakan.

c. Pengirim barang berhak mendapati barang yang akan dikirimnya tetap dalam keadaan baik, tidak ada yang hilang atau rusak dan barang yang dikirim selama dalam perjalanan dan barang tersebut selamat sampai kepada alamat yang dituju oleh pengirim.

d. Pengirim barang berhak menuntut ganti rugi atas kehilangan, kerusakan, atau musnahnya barang yang dikirim selama dalam perjalanan yang disebabkan oleh kelalaian pengemudi atau sebab-sebab lain.

4. Kewajiban pengirim49

a. Memberikan uang kepada perusahaan pengangkut dengan segala rincian biayanya sebesar Rp. 2.500.000, sebagai biaya pengangkutan barang ke alamat yang dituju oleh pengirim.

48 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014. 49 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014.


(21)

b. Memberikan dokumen pendukung dari barang-barang yang akan dikirim ke alamat tujuan.

c. Memberikan informasi yang jelas mengenai jenis barang, berat barang yang akan dikirim

d. Pengirim juga berkewajiban memeriksa ulang apakah keadaan barang masih dalam keadaan baik, utuh tidak ada yang hilang ketika proses pemuatan barang yang akan dikirim ketempat tujuan.

Hak dan kewajiban diatas merupakan implementasi dari sebab akibat adanya persetujuan pelaksanaan pengangkutan barang antara pengangkut barang dengan pengirim barang.Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya para pihak diharuskan lebih memperhatikan bagian atau porsinya masing-masing, agar dalam pelaksanaannya nanti terciptalah rasa keadilan dan keseimbangan antara para pihak yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian pengangkutan tersebut.


(22)

61

ANALISIS HUKUM TERHADAP PERJANJIAN ANGKUTAN ANTARA PERUSAHAAN ANGKUTAN BARANG DENGAN PENGIRIM MELALUI

ANGKUTAN DARAT (STUDI PADA CV. ISMA KARYA MEDAN MEDAN)

A. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Antara Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Medan Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat

CV. Isma Karya Medan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengangkutan barang.Perusahaan CV. Isma Karya Medan ini sudah berdiri selama 15 tahun dan sudah dipercaya keamanan dan kinerjanya di kalangan pedagang dan pengusaha.CV. Isma Karya Medan merupakan perusahan yang menyelenggarakan pengangkutan barang secara pribadi dan bukan sebagai perantara (ekspeditur).CV. Isma Karya Medan sebagai penyedia jasa pengangkutan barang sudah tentu memiliki SOP (standart operatianal procedure) dalam menyelenggarakan pengangkutan barangnya.50

Pada dasarnya dalam melakukan perjanjian pengangkutan pihak pengangkut hanya menunggu konsumen atau order dari pengirim untuk mengangkut barang yang akan dikirim kealamat tujuan. Para calon konsumen atau pengirim akan datang ke CV. Isma Karya Medan untuk melakukan perjanjian penyelenggaraan pengiriman barang yang akan diangkut melalui jalur darat.


(23)

Kebanyakan dari calon konsumen menggunakan jasa pengangkutan barang CV. Isma Karya Medan untung mengangkut barang dagangan atau barang kelontong mereka dari kota besar menuju kota kecil.

Pengirim atau konsumen jasa pengangkutan ini mendatangi CV. Isma Karya Medan untuk meminta CV. Isma Karya Medan menyelenggarakan pengangkutan barang kelontongnya, dengan dilakukannya persetujuan pengiriman dan pengangkutan barang maka timbullah hak dan kewajiban antara pengangkut dan pengirim barang. Adapun prosedur pengangkutan barang yang ada pada CV. Isma Karya Medan yakni:51

1. Calon konsumen jasa pengangkutan atau pengirim barang mendatangi CV. Isma Karya Medan dengan menyampaikan maksud pengiriman barang yang akan diselenggarakan.

2. Customer service mencatat maksud dan tujuan serta alamat pengiriman barang yang akan dituju dalam buku manifest atau buku register pengiriman juga dilengkapi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun pengiriman.

3. Customer service juga mencatat mengenai berat tonase barang, jenis barang yang akan dikirim, apakah berupa benda cair padat atau gas.

4. Setelah surat angkutan telah dicatat dan dimuat dalam buku register maka customer service memberikan salinan surat angkutan kepada pengirim dan memberikan kuitansi pembayaran atau biaya pengangkutan.


(24)

5. Pengirim melunasi biaya pengiriman dan menandatangani bukti surat angkutan yang akan dialamatkan ketempat tujuan kemudian CV. Isma Karya Medan memberikan cap tanda atau stempel sebagai tanda bukti bahwa pengirim mengunakan jasa pengangkutan tersebut.

6. Kemudian setelah perjanjian pengangkutan disepakati maka CV. Isma Karya Medan akan mengirimkan barang milik pengirim kealamat yang akan dituju dengan selamat.

7. Setelah sampai ditempat atau di alamat yang dituju maka penerima barang akan menerima tanda bukti dan menandatangani surat tanda terima barang sebagai tanda bahwa barang yang diangkut telah sampai dialamat yang ditujukan.

B. Pelaksanaan Pengiriman Barang Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Medan

CV. Isma Karya Medan dalam menyelenggarakan pengangkutan barang kealamat tujuan menggunakan ketentuan yang ditentukan juga dalam peraturan perundang-undangan.CV. Isma Karya Medan menggunakan kendaraan darat berupa truck tronton untuk mengangkut barang kiriman yang di alamatkan ketempat tujuan. Setelah pengirim mendaftarkan ke customer service mengenai barang yang kan dikirimkan ketempat tujuan maka customer service mengatur jadwal keberangkatan truck pengangkut barang ketempat tujuan.

Sebelum truck pengangkut barang melakukan pengiriman barang ketempat tujuan, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemuatan barang


(25)

kiriman kedalam bak truck tronton yang dimana dalam pemuatan pihak CV. Isma Karya Medan melakukan pengecekan kelengkapan dokumen-dokumen dari barang yang akan dikirim. Pengecekan kelengkapan dokumen-dokumen penyerta ini merupakan salah satu antisipasi pencegahan dari terlanggarnya syarat objektif dari suatu perjanjian yakni suatu sebab tertentu dan suatu sebab yang halal. Suatu sebab tertentu maksudnya dalam pengecekan muatan barang diketahui maksud pengiriman barang di tujukan untuk apa, karena umumnya CV. Isma Karya mengangkut barang kelontong maka unsur suatu sebab tertentu dari pengiriman yang akan dilakukan adalah sebagai langkah pendistribusian bahan-bahan kelontong dari kota besar kekota kecil. Kemudian suatu sebab yang halal maksudya dalam pengecekan kelengkapan dokumen barang sebelum dimuat agar diketahui apakah barang yang akan dikirim tidak melanggar ketentuan undang-undang seperti, barang tersebut merupakan barang hasil kejahatan, narkoba maupun minuman keras, apabila dalam pengecekan kelengkapan dokumen barang ternyata ditemukan ketidak lengkapan dokumen pendukung, maka CV. Isma Karya Medan berhak melakukan penolakan atau mempertanyakan dari objek yang akan dikirimkan.

Setelah barang dimuat kedalam truck muatan maka CV. Isma Karya Medan memerintahkan kepada supir (driver) truck pengangkut untuk melakukan pengiriman kedaerah tujuan yang dialamatkan oleh pengirim. Daerah tujuan pada umumnya berada dalam wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan


(26)

berbagai kota tujuan yang ada di Provinsi tersebut dengan jarak tempuh yang berbeda pula seperti:52

a. Tujuan Kota Banda Aceh ditempuh dalam waktu 2 Hari b. Tujuan Kota Meulaboh ditempuh dalam waktu 3 Hari c. Tujuan Kota Takengon ditempuh dalam waktu 2 Hari d. Tujuan Kota Lhokseumawe ditempuhwaktu 12 Jam e. Tujuan Kota lainnya tergantung jarak tempuh

Biaya yang diperlukan dalam sekali pengiriman atau pengangkutan barang adalah sebesar Rp. 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah) keseluruhan biaya tersebut sudah termasuk uang jalan, uang minyak, ongkos muat, ongkos bongkar, dan provit buat perusahaan, dan termasuk juga gaji supir. Namun biaya tersebut hanya diperuntukkan untuk muatan seberat 10 Ton, kelebihan muatan dikenakan biaya tambahan sebesar 20.000 per ton nya.CV. Isma Karya Medan sendiri melakukan pengangkutan barang setiap harinya dan setiap hari libur maupun hari besar. Setelah barang dimuat dan dicek kelengkapan dokumen pendukungnya maka truck pengangkut berangkat menuju tempat tujuan yang dialamatkan pengirim dengan membawa surat perintah jalan dan surat kelengkapan dokumen barang dan dokumen perjalanan dari CV. Isma Karya Medan.53

Dalam perjalanan menuju tempat tujuan yang dialamatkan pengirim CV. Isma Karya Medan wajib menjaga keselamatan barang yang akan dikirim dari kerusakan dan kehilangan selama dalam perjalanan. Setelah sampai pada alamat yang dituju maka dimulailah proses bongkar muat barang dan kembali melakukan

52 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014. 53 Hasil Wawancara Pada CV. Isma Karya Medan, tanggal 25 Februari 2014.


(27)

pengecekan atas kerusakan atau kehilangan barang yang telah dikirim oleh pengirim dari tempat asal. Jika ada kerusakan atau ketidak lengkapan barang yang dikirim maka pihak pengangkut bertanggung jawab untuk mengganti kerugian tersebut. Jika tidak ada barang yang hilang atau rusak selama dalam perjalananan maka diserahkanlah bukti atau tanda terima bahwa barang yang diangkut tersebut telah sampai dengan selamat ketempat atau alamat yang dituju pengirim, kemudian tanda bukti tersebut ditandatangani oleh penerima arang ditempat tujuan, dengan demikian setelah terjadi penyerahan barang muatang yang diangkut maka selesailah kewajiban CV. Isma Karya Medan dalam melaksanakan dan menyelenggarakan perjanjian pengangkutan barang melalui darat ketempat tujuan yang dialamatkan oleh pengirim.

C. Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Medan Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Medan Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat

Pengusaha pengangkutan adalah (transport ordemener) ialah perusahaan yang mengusahakan pekerjaannya untuk menyelenggarakan pengengkutan barang dengan kendaraan umum keseluruhan dari tempat barang itu dimuat atau diterima dari tangan pengirim atau pemilik barang yang diangkut sampai tempat tujuan dengan bertanggung jawab sepenuhnya dengan memperhitungkan biaya pengangkutan.


(28)

Tanggung jawab pengusaha pengangkutan atas keselamatan barang, kelambatan datangnya barang, baik kerusakan dan kehilangan barang yang diangkut, dengan demikian posisi pengusaha pengangkutan sama dengan pengangkutan yang dimaksud dalam Pasal 91 KUHD. Dalam arti lain kedudukan hukum pengusaha pengangkutan sama dengan pengangkut. Tanggung jawab pengangkut ditentukan dalam pasal 1236 dan pasal 1246 KUH Perdata.Pasal 1236, pengangkut wajib member ganti rugi atas biaya dan rugi bunga yang layak harus diterima, bila pengangkut tidak dapat menyerahkan atau tidak merawat sepantasnya untuk menyelamatkan barang-barang angkutan. Dalam pasal 1246, biaya kerugian bunga itu terdiri dari kerugian yang telah dideritanya dan laba yang sedianya akan diperoleh, yang harus diganti ialah misalnya:

a. Harga pembelian

b. Biaya pengiriman dan laba yang layak diharapkan

Batas tanggung jawab pengangkut dibatasi dengan ketentuan pasal 1247 dan 1248 KUHD, kerugian penerimaan dan pengiriman barang menjadi beban pengangkut yang dibatasi dengan syarat sebagai berikut:

a. Kerugian dapat diperkirakan secara layak, pada saat timbulnya perikatan. b. Kerugian itu harus merupakan akibat langsung dari tidak terlaksananya

perjanjian pengangkutan.

Meskipun pengangkut debitur menjalankan penipuan yang merugikan penerima pengirim beban tanggung jawab pengganti kerugian dari pengangkut atau debitur tetap terbatas kepada ketentuan yang dimaksud diatas.


(29)

Surat angkutan (vrachtbriof) Pasal 90 KUHD ayat 1 mengikat pengangkutan setelah surat itu ditandatangani dan dicap pengengkut dan dibubuhi tanggal pengiriman dan tidak mengikat pengangkut sekedar hanya ditandatangani oleh pengirim/ekspeditur saja. Rumusan pasal 90 KUHD merupakan perjanjian antara pengirim dan pengangkut setelah ada persetujuan tentang pengiriman, ganti rugi karena keterlambatan, dimana surang angkutan ini juga memuat:

a. Nama berat ukuran barang, merek, jumlah bilangan yang diangkut. b. Nama orang kepada siapa barang tersebut akan dikirim

c. Jumlah upah pengangkut

d. Tanggal, hari, bulan barang tersebut diangkut/dikirim

e. Tanda tangan ekspeditur, dan surat angkutan tersebut harus dicatat dalam manifest setiap surat angkutan dan nomornya sebagai registrasi muatan angkutan umum, yang diselenggarakan perusahaan. Dengan adanya surat angkutan terdapat faedah dalam surat angkutan. Faedah tersebut yakni: a) Terhadap pengangkut sebagai pihak dalam persetujuan berhak

meminta kepada pengirim barang mengenai dokumen-dokumen sehubungan barang yang akan diangkut seperti surat keterangan mengenai berat barang, surat keterangan pembungkus, ukuran-ukuran yang dipakai dalam pembungkusan baik panjang, lebar dan tinggi. Oleh karena pengangkut dapat melihat dari luar dan tidak mempunyai hak untuk melihat sedalam-dalamnya mengenai barang yang akan diangkut oleh karena itu barang yang akan dikirim tersebut harus disertakan dokumen-dokumen penyerta barang yang diangkut.


(30)

b) Pasal 90 ayat 2 menetukan ekspeditur berkewajiban mendaftarkan surat angkutan tersebut dalam buku register/manifest muatan. Jika dalam surat angkutan tidak terdapat catatan-catatan mengenai barang maupun pembungkusnya yang rusak, disebut surat muatan bersih. c) Surat angkutan atas pengganti (aan order) dapat juga diperdagangkan

seperti halnya Bill Of Lading dapat diperalihkan sebelum delivery order dari pihak pengangkut Vide pasal 5171 KUHPerdata surat angkutan atas pengganti baru yang diserahkan setelah penyerahan (delivery) ditempat tujuan.

Tanggung jawab pengusaha pengangkut akibat perbuatan atau kelalaian karyawan bawahannya. Menurut ketentuan pasal 1637 KUHPerdata, bahwa pengusaha pengangkutan bertanggung jawab atas akibat dari perbuatan buruk/karyawannya, misalnya,54

54Soegijatna Tjakranegara,Op.Cit., hlm. 81.

pengemudi kendaraan truck umum/pembantu perusahan pengangkut dalam mengemudikan kendaraannya teledor dan mengantuk hingga kendaraan yang dikemudikan menabrak kendaraan lain dan masuk selokan atau jurang, kemudian cacat yang diderita, membuat barang atau orang yang diangkut meninggal (Pasal 1365 KUHPerdata), sebagai analogi Pasal 1602 ayat 2 KUHPerdata yang berbunyi apaila majikan tidak memenuhi kewajiban dan kelalaian yang mengakibatkan kerugian bagi buruh, maka majikan wajib memberikan ganti rugi, terkecuali bilamana majikan dapat membuktikan


(31)

bahwa kerugian itu merupakan akibat langsung dari wanprestasi majikan sebagai pengusaha angkutan yaitu dalam hal:55

1. Tidak menyiapkan kendaraan yang layak angkut, dalam arti kendaraan sanggup melayani rute (regular service) dalam cukum peralatan perawatan dan memenuhi syarat dan ketentuan-ketentuan peraturan lalu lintas jalan, antara lain:

a. Keadaan alat mekanis penggerak (mesin) dalam keadaan baik yang mampu melayani rute yang ditempuh dalam segala macam cuaca. b. Cukup mempunyai bahan bakar dan pelumas untuk mesin dan onderdil

penggerak.

c. Tersedia alat-alat cadangan beserta perlengkapannya, termasuk persediaan kotak PPPK (P3K).

d. Mempunyai surat-surat kendaraan lengkap, termasuk surat uji kendaraan.

Terkecuali kerugian akibat kecelakaan itu merupakan kelalaian dari pihak buruh sendiri dalam arti tidak siap menghadapi tugas mengemudi karena terlalu lelah atau mengantuk dan dalam hal ini menjadi beban-beban pembuktian pengangkut. Mengenai penetapan besarnya ganti rugi, berlaku asas yang tercantum dalam pasal 1246, 1247, dan 1248 KUH Perdata, yang pada pokoknya mengganti apa yang hilang, rusak dan laba yang tidak jadi diperoleh yang

55Ibid.


(32)

diperkirakan ada pada saat perjanjian itu dibuat, termasuk juga kerugian yang tidak dapat dinilai dengan uang, seperti:56

a. Barang yang musnah, laba yang tidak jadi diperoleh terhadap barang yang diangkut, hingga harga eceran tertinggi.

b. Cacat badan penumpang sejak dirawat dirumah sakit hingga selesai dan terdapat cacat badan hingga tidak dapat bekerja dengan sempurna atau baik, dan

c. Jiwa yang meninggal dunia.

CV. Isma Karya Medan dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan pengangkutan barang ketempat yang dialamatkan oleh pengirim, jika dalam perjalanan terdapat kelalaian yang menyebabkan kecelakaan yang membuat barang yang dikirim menjadi rusak, hilang atau bahkan musnah sama sekali, maka disini CV. Isma Karya Medan memberikan ganti kerugian sepenuhnya sesuai dengan jumlah barang yang dikirim dari tempat asalnya ditambah dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan pengirim dan juga keuntungan-kentungan yang tidak jadi diperoleh oleh pengirim.57

56Ibid., hlm. 82.


(33)

A. Kesimpulan

1. CV. Isma Karya Medan sebagai penyedia jasa pengangkutan barang sudah tentu memiliki SOP (standart operatianal procedure) dalam menyelenggarakan pengangkutan barangnya. Adapun prosedur pengangkutan barang yang ada pada CV. Isma Karya Medan yakni:

1) Calon konsumen jasa pengangkutan atau pengirim barang mendatangi CV. Isma Karya Medan dengan menyampaikan maksud pengiriman barang yang akan diselenggarakan.

2) Customer service mencatat maksud dan tujuan serta alamat pengiriman barang yang akan dituju dalam buku manifest atau buku register pengiriman juga dilengkapi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun pengiriman.

3) Customer service juga mencatat mengenai berat tonase barang, jenis barang yang akan dikirim, apakah berupa benda cair padat atau gas. 4) Setelah surat angkutan telah dicatat dan dimuat dalam buku register

maka customer service memberikan salinan surat angkutan kepada pengirim dan memberikan kuitansi pembayaran atau biaya pengangkutan.

5) Pengirim melunasi biaya pengiriman dan menandatangani bukti surat angkutan yang akan dialamatkan ketempat tujuan kemudian CV. Isma


(34)

Jaya memberikan cap tanda atau stempel sebagai tanda bukti bahwa pengirim mengunakan jasa pengangkutan tersebut.

6) Kemudian setelah perjanjian pengangkutan disepakati maka CV. Isma Karya Medan akan mengirimkan barang milik pengirim kealamat yang akan dituju dengan selamat.

7) Setelah sampai ditempat atau di alamat yang dituju maka penerima barang akan menerima tanda bukti dan menandatangani surat tanda terima barang sebagai tanda bahwa barang yang diangkut telah sampai dialamat yang ditujukan.

2. CV. Isma Jaya menggunakan kendaraan darat berupa truck tronton untuk mengangkut barang kiriman yang di alamatkan ketempat tujuan. Setelah pengirim mendaftarkan ke customer service mengenai barang yang kan dikirimkan ketempat tujuan maka customer service mengatur jadwal keberangkatan truck pengangkut barang ketempat tujuan. Sebelum truck pengangkut barang melakukan pengiriman barang ketempat tujuan, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemuatan barang kiriman kedalam bak truck tronton yang dimana dalam pemuatan pihak CV. Isma Karya Medan melakukan pengecekan kelengkapan dokumen-dokumen dari barang yang akan dikirim. Dalam perjalanan menuju tempat tujuan yang dialamatkan pengirim CV. Isma Jaya wajib menjaga keselamatan barang yang akan dikirim dari kerusakan dan kehilangan selama dalam perjalanan. Setelah sampai pada alamat yang dituju maka dimulailah proses bongkar muat barang dan kembali melakukan


(35)

pengecekan atas kerusakan atau kehilangan barang yang telah dikirim oleh pengirim dari tempat asal.

3. CV. Isma Karya Medan dalam pelaksanaan atau penyelenggaraan pengangkutan barang ketempat yang dialamatkan oleh pengirim, CV. Isma Karya Medan bertanggung jawab sepenuhnya jika dalam perjalanan terdapat kelalaian yang menyebabkan kecelakaan yang membuat barang yang dikirim menjadi rusak, hilang atau bahkan musnah sama sekali, maka disini CV. Isma Karya Medan memberikan ganti kerugian sepenuhnya sesuai dengan jumlah barang yang dikirim dari tempat asalnya ditambah dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan pengirim dan juga keuntungan-kentungan yang tidak jadi diperoleh oleh pengirim.

B. Saran

1. Sebaiknya ada keseragaman prosedur standart operasional perusahaan pengangkutan barang yang ditetapkan pemerintah dalam melakukan pengangkutan barang khususnya pengangkutan melalui jalur darat, agar para konsumen tidak bingung karena antara satu perusahaan pengangkutan lainnya belum tentu sama standart operasional pengangkutan barangnya. 2. Sebaiknya dalam melakukan penyelenggaraan pengangkutan barang ada

pengawasan dari pemerintah ditiap-tiap kota yang dilalui truck perusahaan pengangkut, misalanya pengecekan kelebihan muatan barang, kelayakan dan kesehatan pengemudi, agar barang yang dikirim sampai ditempat tujuan dengan selamat.


(36)

3. Sebaiknya tanggung jawab perusahaan bukan hanya dari segi ganti rugi barang yang hilang atau rusak saja, tetapi juga pemberian ganti rugi pada nilai keuntungan yang tidak jadi didapat karena kehilangan, kerusakan atau musnahnya barang, namun kenyataan dilapangan hanya pemberian ganti rugi barang saja yang diberikan perusahaan.


(37)

A. Pengertian Perjanjian Dan Syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian atau persetujuan (overeenkomst) yang dimaksud dalam Pasal 1313 KUHPerdata hanya terjadi atas izin atau kehendak (toestemming) dari semua mereka yang terkait dengan persetujuan itu, yaitu mereka yang mengadakan persetujuan atau perjanjian yang bersangkutan.3

Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula terlalu luas.4

Menurut R. Wirjono Projodikoro, suatu perjanjian diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak dalam

Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja.Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam KUH Perdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materil, dengan kata lain dinilai dengan uang.

3 Komar Andasasmita, Notaris II Contoh Akta Otentik Dan Penjelasannya, Cetakan 2,

(Bandung: Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Barat, 1990), hlm. 430.

4Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan


(38)

mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.5R. Wirjono Prodjodikoro, juga mendefinisikan perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.6

Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.7

5 R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertulis, Bandung:

Subur,1991, hlm.1.

6 R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Subur, 1991, hlm. 9. 7 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 1994, hlm. 1.

Dari pengertian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain hubungan hukum (rechtbetrekking) yang menyangkut hukum kekayaan antara dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi. Kalau demikian, perjanjian/verbintennis adalah hubungan hukum/ rechtbe-trekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perseorangan/person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum. Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam harta benda


(39)

Salah satu sumber perikatan adalah perjanjian.Perjanjian melahirkan perikatan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak dalam perjanjian tersebut. Adapun pengertian perjanjian menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Rumusan dalam Pasal 1313 KUHPerdata menegaskan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain.8

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa perjanjian menimbulkan prestasi terhadap para pihak dalam perjanjian tersebut. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh salah satu pihak (debitur)kepada pihak lain (kreditur) yang ada dalam perjanjian. Prestasi terdapat baik dalam perjanjian yang bersifat sepihak atau unilateral agreement, artinya prestasi atau kewajiban tersebut hanya ada pada satu pihak tanpa adanya suatu kontra prestasi atau kewajiban yang diharuskan dari pihak lainnya.

Ini berarti suatu perjanjian menimbulkan kewajiban atau prestasi dari satu orang kepada orang lainnya yang berhak atas pemenuhan prestasi tersebut. Dengan kata lain, bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana pihak yang satu wajib untuk memenuhi suatu prestasi dan pihak lain berhak atas prestasi tersebut.

9

8Karitini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. (Jakarta

:RajaGrafindo Perkasa), hlm. 92.

9 Sri Soesilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akhmad Budi Cahyono, Hukum

Perdata (Suatu Pengantar), (Jakarta : CV. Gitama Jaya, 2005), hlm. 150.

Prestasi juga terdapat dalam perjanjian yang bersifat timbal balik atau bilateral (or reciprocal agreement), dimana dalam bentuk perjanjian ini masing-masing pihak yang


(40)

berjanji mempunyai prestasi atau kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pihak yang lainnya.10

Pengaturan hukum perikatan menganut sistem terbuka.Artinya setiap orang bebas melakukan perjanjian, baik yang sudah diatur maupun belum diatur.Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkn bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaiundang-undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk:11

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya d. Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata dapat dibedakan syarat subjektif, dan syarat objektif. Dalam hal ini kita harus dapat membedakan antara syarat subjektif dengan syarat objektif.Syarat subjektif adalah kedua syarat yang pertama, sedangkan syarat objektif kedua syarat yang terakhir.12

Sedangkan Saliman menjelaskan tafsiran atas Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:13

a. Syarat subjektif dimana syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan, meliputi:

10Ibid.

11

Martin Roestamy & Aal Lukmanul Hakim, Bahan Kuliah Hukum Perikatan, Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor, hlm. 5.

12 Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., hlm. 98.

13 Abdul R. Saliman, et. al. Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Teori dan Contoh Kasus,


(41)

1) Kecakapan untuk membuat kontrak dimana para pihak diharuskan dewasa dan tidak sakit ingatan.

2) Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Syarat objektif dimana syarat ini apabila dilanggar maka kontraknya batal demi hukum meliputi:

1) Suatu hal (objek) tertentu.

2) Sesuatu sebab yang halal (kausa).

Untuk syarat sah yang khusus yang dikemukakan oleh Munir Fuady terdiri dari :14

a. Syarat tertulis untuk kontrak-kontrak tertentu. b. Syarat akta notaris untuk kontrak-kontrak tertentu.

c. Syarat akta pejabat tertentu (yang bukan notaris) untuk kontrak-kontrak tertentu

d. Syarat izin dari yang berwenang.

Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata bahwa untuk sahnya perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama dinamakan syarat subyektif karena syarat tersebut mengenai subyek perjanjian sedangkan dua syarat terakhir disebut syarat

14 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung: Citra


(42)

obyektif, karena mengenai obyek dari perjanjian.Perjanjian yang sah diakui dan diberi akibat hukum sedangkan perjanjian yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut tidak diakui oleh hukum. Tetapi bila pihak-pihak mengakui dan mematuhi perjanjian yang mereka buat, tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh undang-undang tetapi perjanjian itu tetap berlaku diantara mereka, namun bila sampai suatu ketika ada pihak yang tidak mengakui sehingga timbul sengketa maka hakim akan membatalkan atau menyatakan perjanjian itu batal.

Keempat syarat di atas merupakan syarat yang esensial dari suatu perjanjian, artinya syarat-syarat tersebut harus ada dalam suatu perjanjian, tanpa suatu syarat ini, perjanjian dianggap tidak pernah ada atau perjanjian itu tidak sah.Namun dengan diberlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak.Dengan kata sepakat suatu perjanjian sudah lahir. Sehubungan dengan syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri, dalam KUHPerdata dicantumkan beberapa hal yang merupakan faktor, yang dapat menimbulkan cacat pada kesepakatan tersebut, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

Adanya kata sepakat berarti terdapat suatu persesuaian kehendak diantara para pihak yang mengadakan perjanjian.Perjanjian sudah lahir pada saat tercapainya kata sepakat diantara para pihak, dikenal dengan asas konsensualisme yang merupakan asas pokok dalam hukum perjanjian.Menurut Abdul Kadir Muhammad persetujuan kehendak adalah kesepakatan seia-sekata. Pihak-pihak mengenai pokok perjanjian, apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga


(43)

dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Persetujuan itu sifatnya sudah mantap, tidak lagi dalam perundingan.15

Pernyataan kehendak atau persetujuan kehendak harus merupakan perwujudan kehendak yang bebas, artinya tidak ada paksaan dan tekanan (dwang) dari pihak manapun juga, harus betul-betul atas kemauan sukarela para pihak.Dalam pengertian kehendak atau sepakat itu termasuk juga tidak ada kekhilafan (dwaling) dan tidak ada penipuan (bedrog).Apabila ada kesepakatan terjadi karena kekhilafan, paksaan atau penipuan maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atau dapat dimintakan pembatalan kepada hakim (vernietigbaar). Hal ini sesuai dengan Pasal 1321 KUHPerdata yang bunyinya: “tidak ada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan”. Dikatakan tidak ada paksaan apabila orang yang melakukan kegiatan itu tidak berada di bawah ancaman, baik dengan kekerasan jasmani maupun dengan upaya menakut-takuti, sehingga dengan demikian orang itu tidak terpaksa menyetujui perjanjian (Pasal 1324 KUHPerdata).Dan dikatakan tidak ada kekhilafan atau kekeliruan mengenai pokok perjanjian atau sifat-sifat penting obyek perjanjian atau mengenai orang dengan siapa diadakan perjanjian itu.Dikatakan tidak ada penipuan apabila tidak ada tindakan penipuan menurut arti Undang-undang (Pasal 1328 KUHPerdata).Penipuan menurut arti Undang-undang ialah dengan sengaja melakukan tipu muslihat dengan memberikan keterangan palsu dan tidak benar untuk membujuk pihak lawannya supaya menyetujui.16

15 Abdul Kadir Muhammad. Hukum Perdata Indonesia. Bandung, Cipta Aditya Bhakti,

1990, hlm. 228-229.

16 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan dengan Penjelasannya, (Bandung,


(44)

2. Cakap untuk membuat suatu perikatan

Pada dasarnya semua orang cakap membuat perjanjian, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang Pasal 1329 KUHPerdata kecuali yang diatur dalam Pasal 1330 KUHPerdata. Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum termasuk pula membuat perjanjian ialah bila ia sudah dewasa yaitu berumur 21 tahun dan telah kawin. Ukuran orang dewasa 21 tahun atau sudah kawin, disimpulkan secara a contrario redaksi Pasal 330 KUHPerdata. Sedangkan mereka yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum, sebagaimana diatur Pasal 1330 KUHPerdata ialah:

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

c. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang telah ditetapkan oleh undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

3. Adanya suatu hal tertentu

Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam suatu perjanjian ialah objek perjanjian. Objek perjanjian adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Prestasi itu sendiri bisa berupa perbuatan untuk memberikan suatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Di dalam KUH Perdata Pasal 1333 angka 1 menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai suatu hal tertentu sebagai pokok perjanjian yaitu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya. Mengenai jumlahnya tidak masalah asalkan dikemudian hari di tentukan 4. Adanya suatu sebab/kausa yang halal


(45)

Yang dimaksud dengan sebab/kausa di sini bukanlah sebab yang mendorong orang tersebut melakukan perjanjian. Sebab atau kausa suatu perjanjian adalah tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para pihak, sedangkan adanya suatu sebab yang dimaksud tidak lain daripada isi perjanjian. Pada pasal 1337 KUH Perdata menentukan bahwa suatu sebab atau kausa yang halal adalah apabila tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umumdan kesusilaan. Perjanjian yang tidak mempunyai sebab yang tidak halal akan berakibat perjanjian itu batal demi hukum.17

B. Asas-Asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian

Asas hukum bukan merupakan hukum konkrit, melainkan pikiran dasar yang umum dan abstrak, atau merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif.Asas hukum dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.18

Menurut Maris Feriyadi setidaknya adalima asas yang harus diperhatikan dalam membuat perjanjian, yaitu:19

1. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:20

17Sri Soedewi Masjachan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan

dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberty, 1980, hal. 319

18Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, 2006

19 M. Harianto, Asas-Asas Dalam Perjanjian,


(46)

a. membuat atau tidak membuat perjanjian b. mengadakan perjanjian dengan siapapun

c. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya d. menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan 2. Asas konsensualisme

Dalam hukum perjanjian berlaku asas konsensualisme. Perkataan ini berasal dari perkataan latinconsensus yang berarti sepakat. Arti asas konsensualisme adalah perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.Perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok walaupun belum ada perjanjian tertulisnya sebagai sesuatu formalitas. Asas konsensualisme tersebut lazimnya disimpulkan dari pasal 1320 KUHPerdata, yang berbunyi untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Karena suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan,maka perjanjian itu lahir pada detik diterimanya suatu penawaran (offerte). Menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap lahir pada saat pihak yang melakukan penawaran (offerte) menerima jawaban yang termaktub dalam surat tersebut, sebab detik itulah yang dapat dianggap sebagai detik lahirnya

20Salim H.S, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Cetakan Ketiga,


(47)

kesepakatan. Karena perjanjian sudah lahir maka tak dapat lagi ia ditarik kembali jika tidak seizin pihak lawan.

Pengecualian terhadap asas konsensualisme yaitu penetapan formalitas-formalitas tertentu untuk beberapa macam perjanjian, atas ancaman batalnya perjanjian tersebut apabila tidak menuruti bentuk cara yang dimaksud, misalnya perjanjian penghibahan, jika mengenai benda tak bergerak harus dilakukan dengan akta notaris dan perjanjian perdamaian harus dilakukan secara tertulis, dan lain sebagainya. Perjanjian yang memerlukan formalitas tertentu dinamakan perjanjian formil.21

a. Teori Pernyataan (utingstheorie), kesepakatan (toesteming) terjadi pada saat yang menerima penawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu. Jadi dilihat dari pihak yang menerima, yaitu pada saat menjatuhkan ballpoint untuk menyatakan menerima, kesepakatan sudah terjadi. Kelemahan teori ini adalah sangat teoritis karena dianggap kesepakatan terjadi secara otomatis.

Asas konsensualisme berhubungan dengan saat lahirnya suatu perjanjian yang mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian, mengenai saat terjadinya kesepakatan dalam suatu perjanjian, yaitu antara lain:

diakses tanggal 10 Maret 2014.


(48)

b. Teori Pengiriman (verzendtheorie), kesepakatan terjadi apabila pihak yang menerima penawaran mengirimkan telegram.

c. Teori Pengetahuan (vernemingstheorie), kesepakatan terjadi apabila yang menawarkan itu mengetahui adanya penerimaan, tetapi penerimaan itu belum diterimanya atau tidak diketahui secara langsung.

d. Teori Penerimaan (ontvangstheorie), kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan.

3. Asas pacta sunt servanda

Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.Artinya bahwa kedua belah pihak wajib mentaati dan melaksanakan perjanjian yang telah disepakati sebagaimana mentaati undang-undang. Oleh karena itu, akibat dari asas pacta sunt servanda adalah perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali tanpa persetujuan dari pihak lain. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata yaitu suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

4. Asas itikad baik

Di dalam hukum perjanjian itikad baik itu mempunyai dua pengertian yaitu:

a. itikad baik dalam arti subyektif, yaitu kejujuran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap


(49)

batin seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Itikad baik dalam arti subyektif ini diatur dalam Pasal 531 Buku II KUHPerdata.

b. itikad baik dalam arti obyektif, yaitu pelaksanaan suatu perjanjian harus didasarkan pada norma kepatutan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, dimana hakim diberikan suatu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian agar jangan sampai pelaksanaannya tersebut melanggar norma-norma kepatutan dan keadilan. Kepatutan dimaksudkan agar jangan sampai pemenuhan kepentingan salah satu pihak terdesak, harus adanya keseimbangan. Keadilan artinya bahwa kepastian untuk mendapatkan apa yang telah diperjanjikan dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku.

5. Asas kepribadian(personality)

Asas ini berhubungan dengan subyek yang terikat dalam suatu perjanjian.Asas kepribadian dalam KUHPerdata diatur dalam pasal 1340 ayat 1 yang menyatakan bahwa suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.Pernyataan ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan mengenai hal ini ada pengecualiannya, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1337 KUHPerdata yaitu, dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu. Pasal ini memberi pengertian bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang telah ditentukan.Sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata,


(50)

tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak dari padanya.

Hukum benda mempunyai sistem tertutup, sedangkan hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Artinya macam-macam hak atas benda adalah terbatas dan peraturan-peraturan yang mengenai hak-hak atas benda itu bersifat memaksa, sedangkan hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar undang-ndang, ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap (optional law), yang berarti bahwa pasal-pasal itu boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat suatu perjanjian. Mereka diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian dan diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka adakan itu. Apabila pihak-pihak yang membuat perjanjian-perjanjian itu tidak mengatur sendiri sesuatu soal, maka berarti mengenai soal tersebut akan tunduk kepada undang-undang. Karena itu hukum perjanjian disebut hukum pelengkap, karena fungsinya melengkapi perjanjian-perjanjian yang dibuat secara tidak lengkap.

Sistem terbuka, yang mengandung asas kebebasan membuat perjanjian, dalam KUHPerdata lazimnya disimpulkan dalam pasal 1338 ayat (1), yang berbunyi demikian:“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Penekanan pada perkataan semua menyatakan bahwa masyarakat diperbolehkan membuat perjanjian yang


(51)

berupa dan berisi apa saja atau tentang apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang.

C. Sifat-Sifat Dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian

Penyerahan sebagai perbuatan pengalihan hak milik atas suatu benda dari seseorang pemilik semula kepada orang lain dalam sistim hukum perdata Indonesia dapat ditemukan dasar hukumnya dalam Pasal 584 KUHPerdata.

Pasal 584 KUHPerdata menyatakan :

“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu”.

Dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas jelas mengatur bahwa penyerahan (levering) adalah salah satu cara memperoleh hak milik atas sesuatu benda, di samping cara-cara lainnya yang telah diatur secara limitatif cara perolehan hak milik atas sesuatu benda tersebut. Bahkan dari cara-cara perolehan hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata tersebut maka yang terpenting dan bahkan yang sering terjadi di masyarakat cara perolehan hak milik itu adalah dengan cara penyerahan (levering).

Vollmar berpendapat bahwa cara-cara untuk mendapatkan eigendom dalam Pasal 584, yang terpenting adalah penyerahan dan diatur dalam Pasal 612-618 KUHPerdata.22


(52)

Subekti mengemukakan penyerahan yang sering juga disebut dengan istilah “levering” atau “overdracht” mempunyai dua arti.Pertama perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka (“feitelijke levering”). Kedua perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain (juridische

levering”).23

a. bahwa penyerahan itu haruslah berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan

Kedua pengertian tersebut akan tampak lebih jelas dalam pemindahan hak milik atas benda tak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda itu tak cukup hanya dilakukan dengan pengalihan/pengoperan kekuasaan atas bendanya tetapi harus dibuat surat penyerahan yang disebut akte van transport dan harus didaftar di lembaga pendaftaran yang diperuntukkan untuk itu.

Perbuatan penyerahan atas sesuatu benda bukanlah suatu perbuatan yang berdiri sendiri melainkan merupakan suatu perbuatan yang mengikuti perbuatan yang mendahuluinya yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik.Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.

Dari ketentuan pasal tersebut di atas jelas disyaratkan ada 2 (dua) hal yang menjadi syarat utama dari penyerahan tersebut yaitu :

b. dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas atas kebendaan itu.


(53)

Peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik tersebut dimaksudkan adalah perbuatan-perbuatan hukum berupa perjanjian yang bermaksud untuk memindahkan hak milik seperti perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian hibah.Perbuatan-perbuatan hukum yang demikian inilah yang menjadi dasar atau alas hak pemindahan hak milik.Penyerahan itu dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas dimaksudkan bahwa orang yang akan menyerahkan atau mengalihkan hak milik atas sesuatu benda tersebut harus orang yang berkuasa atau berhak untuk memindahkan/mengalihkan yaitu sebagai seorang pemilik ataupun seorang yang diberi kuasa untuk itu.

Subektimenyatakan bahwa menurut sistem KUHPerdata, suatu pemindahan hak terdiri atas dua bagian.Pertama suatu “obligatoire overeenkomst” dan kedua suatu “zakelijke overeenkost”.Yang dimaksud dengan yang pertama, ialah tiap perjanjian yang bertujuan memindahkan hak itu, misalnya perjanjian jual beli atau pertukaran, sedangkan yang kedua, ialah pemindahan hak itu sendiri.24

Mengingat dalam suatu pemindahan hak milik atas sesuatu benda ada 2 (dua) tahap atau perbuatan yang dilakukan yaitu tahap yang disebut sebagai obligatoire overemkomst dimana pada tahap ini baru menimbulkan/ melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak misalnya dalam perjanjian jual beli pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya kepada si pembeli.Hak milik atas barang itu belum berpindah kepada sipembeli sepanjang belum dilakukan penyerahan oleh penjual kepada pembeli.Hal ini ditegaskan

24Ibid.


(54)

dalam Pasal 1459 KUHPerdata.Pasal 1459 KUHPerdata yang menyebutkan “Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada sipembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,613 dan 616”.Tahap selanjutnya adalah perbuatan pemindahan hak milik yang disebut penyerahan (levering).Pada tahap ini pihak-pihak seolah-olah bersepakat lagi yaitu untuk memindahkan hak milik, tahap ini disebut perjanjian kebendaan (zakelijke overemkomst).

Mengingat penyerahan (levering) tersebut adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan hak milik atas sesuatu barang, maka persoalan penyerahan (levering) menjadi sesuatu hal yang sangat essensial terutama menyangkut keabsahannya, selain itu bahwa penyerahan (levering) adalah merupakan perbuatan lanjutan dari perbuatan yang bermaksud memindahkan hak milik yaitu berupa perjanjian seperti jual-beli, tukar-menukar dan penghibahan, maka keabsahan dari penyerahan itu sendiri sudah barang tentu terkait dengan keabsahan perjanjian dimaksud.

Penyerahan adalah merupakan cara memperoleh hak milik yang penting dan yang paling sering terjadi di masyarakat. Penyerahan ini merupakan lembaga hukum yang hanya dikenal khusus dalam sistem hukum perdata.H.F.A.Vollmar mengemukakan arti dari perkataan penyerahan yang dipergunakan oleh undang-undang, dibedakan atas penyerahan nyata (feitelijke levering) yaitu penyerahan pengusaan nyata atas suatu benda.Selain penyerahan nyata terdapat penyerahan


(55)

yuridis (juridische levering) yaitu perbuatan hukum pada mana atau dengan mana hak eigendom diserahkan.25

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan menyebutkan yang dimaksud dengan penyerahan itu adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu.26

Berdasar pada Pasal 584 KUHPerdata disebut bahwa dalam sistem KUHPerdata penyerahan (levering) itu merupakan lembaga hukum ataupun merupakan suatu perbuatan hukum memindahkan hak milik. Dalam sistem hukum perdata yang lain misalnya Perancis tidak mengenal lembaga penyerahan ini. Sistem hukum yang terbanyak diikuti ialah yang menganut sistem Code Civil,

Dengan demikian penyerahan menurut sistem KUHPerdata adalah merupakan suatu perbuatan hukum untuk memindahkan hak milik, namum perbuatan hukum penyerahan ini haruslah didasarkan atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik yang disebut alas hak, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dan yang merupakan alas hak yang bermaksud memindahkan hak milik tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar dan perjanjian hibah.memindahkan hak milik tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar dan perjanjian hibah.

25 H.F.A.Vollmar I., op-cit, hal 93.


(56)

yaitu perpindahan hak atas barang itu terjadi pada saat penutupan perjanjian sedangkan penyerahan merupakan suatu feitelijk-daad saja.

Bahwa apa yang diserahkan itu adalah benda dalam arti kepemilikan atas suatu benda beralih dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Adapun yang dimaksud dengan hak milik menurut KUHPerdata adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570 KUHPerdata).

D. Hal-Hal Yang Membatalkan Perjanjian

Perjanjian atau kesepakatan dari masing-masing pihak itu harus dinyatakan dengan tegas, bukan diam-diam. Perjanjian itu juga harus diberikan bebas dari pengaruh atau tekanan yaitu paksaan.Suatu kesepakatan dikatakan mengandung cacat, apabila kehendak-kehendak itu mendapat pengaruh dari luar sedemikian rupa, sehingga dapat mempengaruhi pihak-pihak bersangkutan dalam memberikan kata sepakatnya.Misalnya karena ditodong, dipaksa atau karena kekeliruan mengenai suatu sifat dari pada benda yang diperjanjikan dan dapat pula karena penipuan.Pendek kata ada hal-hal yang luar biasa yang mengakibatkan salah satu pihak dalam perjanjian tersebut telah memberikan perizinannya atau


(1)

6. Ibu Sinta Uli Pulungan, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis selama proses penulisan skripsi.

7. Ibu Aflah, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan Penulis selama proses penulisan skripsi.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mengajar dan membimbing Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Staf Tata Usaha dan Staf Administrasi Perpuastakaan serta para pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Daman Huri dan seluruh pegawai CV. Isma Karya Medan yang telah membantu Penulis dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis hukum terhadap perjanjian angkutan antara perusahaan angkutan barang dengan pengirim melalui angkutan darat.

11. Kepada Ayahanda Husni Thamrin dan ibunda Nuryati yang selalu memberikan dukungan moral dan materiil serta doa dan kasih sayang yang sedari kecil diberikan. Tanpa cinta, dukungan dan doanya sangat sulit bagi Penulis untuk mencapai cita-citanya. Skripsi ini Penulis persembahkan buat Ayahanda dan Ibunda.

12. Kepada Abang-abang Penulis, yaitu Zulkifli, Ashadi S.R, Amd, Budi Sunanda, SH, Murtala Buddin, SE yang sangat peduli serta memberikan perhatian dan semangat untukku agar terus maju. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.


(2)

13. Kepada Kakak-kakak Penulis, yaitu Maisyura, Amd dan Hariyanti M.S.U, Amd yang sangat peduli serta memberikan perhatian, nasihat, dan semangat untuk ku juga seluruh keluarga besarku terima kasih atas doa, dukungan, dan bantuannya.

14. Kepada Soulmate yang Penulis sayangi : Andi Reza Putra, Sarah Sylviana, SH, Marco Tanteri, Didi Rizaldhi, Fadly Ar Razi, Frans WS, Suma Wijaya, SE, Meutia Sri Rejeki, Rahma Isnaini, SE. Terimakasih atas doa, dukungan dan bantuannya selama ini.

15. Kepada Sahabat-sahabat yang Penulis sayangi : Sumanggam Wahyu, SH, Dila Kristy Sitepu, SH, Milyadri Gagah D, Abdul Hadi Putra, Reza Surya, James RNP, Dewi Ratih, SH, Rafika Mayasari S, SH, Amalia Geralda, SH, Windha Auliana Yusra, SH. Terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

16. Kepada teman-teman seperjuangan Penulis : Surya P, Maulana Syahputra, M. Yogi HS, SH, Daniel Sitorus, SH, Monica Sylvana, SH, Fauzul Asyura, SH, M. Subhi Sholih, SH, Novanema Duha, SH, Rizki Tambunan, SH. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

17. Kepada seluruh teman-teman stambuk 2009 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

18. Kepada Rekan-rekan Penulis di PT. Melia Sehat Sejahtera yaitu Adri Syahrul Nugraha, Izmu, Fahmi, Helmy, Ramadhan dan teman-teman yang tergabung didalamnya. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini.

19. Kepada Rekan dan Teman Penulis yang tergabung dalam Organisasi Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB).


(3)

Demikianlah Penulis sampaikan, Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan hendaknya.

Medan, April 2014 Hormat Penulis


(4)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... ... 7

E. Keaslian Penulisan ... 8

F. Metode Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II PERJANJIAN MENURUT KUHPERDATA DAN PERJANJIAN MENURUT PENGANGKUTAN A. Pengertian Perjanjian Dan Syarat Sahnya Perjanjian... 14

B. Asas-asas Hukum Dalam Suatu Perjanjian ... 22

C. Sifat-sifat dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian ... 28

D. Hal-hal yang Membatalkan Perjanjian ... 33

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN ANGKUTAN DAN PENGIRIM A. Pengertian Perjanjian, Perjanjian Angkutan Darat dan Pengaturannya ... 42

B. Para Pihak Dalam Angkutan Antara CV. Isma Karya Medan Dengan Pengirim ... 46


(5)

vi

C. Para Pihak dan Hak/Kewajiban Perusahaan Angkutan Barang dan Pengirim ... 49

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERJANJIAN ANGKUTAN ANTARA PERUSAHAAN ANGKUTAN BARANG DENGAN PENGIRIM MELALUI ANGKUTAN DARAT (STUDI PADA CV. ISMA KARYA MEDAN)

A. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Antara Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat ... 60 B. Pelaksanaan Pengiriman Barang Yang Dilakukan Oleh

Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan ... 62 C. Tanggung Jawab Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya

Medan Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang CV. Isma Karya Medan Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

vii

ABSTRAK

Try Purnomo* Sinta Uli P, SH.M.Hum**

Aflah, SH.M.Hum***

Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa yang dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara untuk mengangkut orang dan barang. Dalam skripsi ini hanya akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan pengangkutan darat saja, khususnya pada hal-hal-hal-hal yang menjadi aspek hukum perjanjian terhadap barang antara angkutan barang dengan pengirim di dalam pengangkutan melalui darat. Juga dalam rangka perlindungan hukum bagi pemakai jasa pengangkutan darat adalah masalah tanggung jawab atau liabilitas pihak penyelenggara pengangkutan darat.Permasalahan yang diangkat dalam skripsi iniadalah bagaimana prosedur pelaksanaan perjanjian, pelaksanaan pengiriman barang, dan tanggung jawab perusahaan angkutan antara perusahaan angkutan barang CV. Isma Karya Medan Medan dengan pengirim melalui angkutan darat.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yaitu dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research),penelitian lapangan, dan wawancara. Data yang digunakan adalah data primer dan skunder. Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada yang berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan yang ada tersebut.

Kesimpulan dalam skripsi ini, bahwa CV. Isma Karya Medan sebagai penyedia jasa pengangkutan barang sudah tentu memiliki SOP (standart operatianal procedure) dalam menyelenggarakan pengangkutan barangnya.CV. Isma Karya Medan menggunakan kendaraan darat berupa truck tronton untuk mengangkut barang kiriman yang di alamatkan ketempat tujuan. Dalam pemuatan pihak CV. Isma Karya Medan melakukan pengecekan kelengkapan dokumen-dokumen dari barang yang akan dikirim. Dalam perjalanan menuju tempat tujuan yang dialamatkan pengirim CV. Isma Karya Medan wajib menjaga keselamatan barang yang akan dikirim dari kerusakan dan kehilangan selama dalam perjalanan. CV. Isma Karya Medan bertanggung jawab sepenuhnya jika dalam perjalanan terdapat kelalaian yang menyebabkan kecelakaan yang membuat barang yang dikirim menjadi rusak, hilang atau bahkan musnah sama sekali, maka disini CV. Isma Karya Medan memberikan ganti kerugian sepenuhnya sesuai dengan jumlah barang yang dikirim dari tempat asalnya ditambah dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan pengirim dan juga keuntungan-kentungan yang tidak jadi diperoleh oleh pengirim

.

Kata Kunci:Pengangkutan, Perjanjian Pengangkutan, Tanggung Jawab Pengangkutan


Dokumen yang terkait

Aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan Barang Dalam Penyelenggaraan Angkutan Darat (Studi Pada PT Bintang Rezeki Utama Jakarta)

5 109 87

Pelaksanaan Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Perusahaan Angkutan Darat Di Kota Medan (Studi Di Perusahaan Pengangkutan Barang CV. Asi Murni)

1 37 159

Analisis Yuridis Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing Ditinjau Dari Aspek Hukum Perikatan (Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)

9 94 142

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

0 0 9

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

0 0 1

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

0 0 14

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

0 0 28

Analisis Hukum Terhadap Perjanjian Angkutan Antara Perusahaan Angkutan Barang Dengan Pengirim Melalui Angkutan Darat (Studi Pada CV. Isma Karya Medan)

0 0 3

ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG DALAM PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DARAT (

0 2 9