berupa dan berisi apa saja atau tentang apa saja dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang.
C. Sifat-Sifat Dan Cara Penyerahan Objek Perjanjian
Penyerahan sebagai perbuatan pengalihan hak milik atas suatu benda dari seseorang pemilik semula kepada orang lain dalam sistim hukum perdata
Indonesia dapat ditemukan dasar hukumnya dalam Pasal 584 KUHPerdata. Pasal 584 KUHPerdata menyatakan :
“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena daluwarsa,
karena pewarisan baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dan karena penunjukan atau penyerahan atas suatu peristiwa
perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu”.
Dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas jelas mengatur
bahwa penyerahan levering adalah salah satu cara memperoleh hak milik atas sesuatu benda, di samping cara-cara lainnya yang telah diatur secara limitatif cara
perolehan hak milik atas sesuatu benda tersebut. Bahkan dari cara-cara perolehan hak milik yang diatur dalam Pasal 584 KUHPerdata tersebut maka yang
terpenting dan bahkan yang sering terjadi di masyarakat cara perolehan hak milik itu adalah dengan cara penyerahan levering.
Vollmar berpendapat bahwa cara-cara untuk mendapatkan eigendom dalam Pasal 584, yang terpenting adalah penyerahan dan diatur dalam Pasal 612-
618 KUHPerdata.
22
22
H.F.A.Vollmar I., Hukum Benda, Bandung: Tarsito, 1987, hlm. 98.
Universitas Sumatera Utara
Subekti mengemukakan penyerahan yang sering juga disebut dengan istilah “levering” atau “overdracht” mempunyai dua arti.Pertama perbuatan yang
berupa penyerahan kekuasaan belaka “feitelijke levering”. Kedua perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain juridische
levering”.
23
a. bahwa penyerahan itu haruslah berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik dan Kedua pengertian tersebut akan tampak lebih jelas dalam
pemindahan hak milik atas benda tak bergerak, karena pemindahan hak milik atas benda itu tak cukup hanya dilakukan dengan pengalihanpengoperan kekuasaan
atas bendanya tetapi harus dibuat surat penyerahan yang disebut akte van transport dan harus didaftar di lembaga pendaftaran yang diperuntukkan untuk
itu. Perbuatan penyerahan atas sesuatu benda bukanlah suatu perbuatan yang
berdiri sendiri melainkan merupakan suatu perbuatan yang mengikuti perbuatan yang mendahuluinya yang disebut sebagai peristiwa perdata untuk memindahkan
hak milik.Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 584 KUHPerdata tersebut di atas yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk
memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.
Dari ketentuan pasal tersebut di atas jelas disyaratkan ada 2 dua hal yang menjadi syarat utama dari penyerahan tersebut yaitu :
b. dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas atas kebendaan itu.
23
R.Subekti I., Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT.Intermasa, 1980, hlm. 71.
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik tersebut dimaksudkan adalah perbuatan-perbuatan hukum berupa perjanjian yang bermaksud untuk
memindahkan hak milik seperti perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian hibah.Perbuatan-perbuatan hukum yang demikian inilah yang menjadi
dasar atau alas hak pemindahan hak milik.Penyerahan itu dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas dimaksudkan bahwa orang yang akan menyerahkan
atau mengalihkan hak milik atas sesuatu benda tersebut harus orang yang berkuasa atau berhak untuk memindahkanmengalihkan yaitu sebagai seorang
pemilik ataupun seorang yang diberi kuasa untuk itu. Subektimenyatakan bahwa menurut sistem KUHPerdata, suatu
pemindahan hak terdiri atas dua bagian.Pertama suatu “obligatoire overeenkomst” dan kedua suatu “zakelijke overeenkost”.Yang dimaksud dengan yang pertama,
ialah tiap perjanjian yang bertujuan memindahkan hak itu, misalnya perjanjian jual beli atau pertukaran, sedangkan yang kedua, ialah pemindahan hak itu
sendiri.
24
Mengingat dalam suatu pemindahan hak milik atas sesuatu benda ada 2 dua tahap atau perbuatan yang dilakukan yaitu tahap yang disebut sebagai
obligatoire overemkomst dimana pada tahap ini baru menimbulkan melahirkan hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak misalnya dalam perjanjian jual beli
pihak penjual berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dijualnya kepada si pembeli.Hak milik atas barang itu belum berpindah kepada sipembeli sepanjang
belum dilakukan penyerahan oleh penjual kepada pembeli.Hal ini ditegaskan
24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dalam Pasal 1459 KUHPerdata.Pasal 1459 KUHPerdata yang menyebutkan “Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada sipembeli, selama
penyerahannya belum dilakukan menurut Pasal 612,613 dan 616”.Tahap selanjutnya adalah perbuatan pemindahan hak milik yang disebut penyerahan
levering.Pada tahap ini pihak-pihak seolah-olah bersepakat lagi yaitu untuk memindahkan hak milik, tahap ini disebut perjanjian kebendaan zakelijke
overemkomst. Mengingat penyerahan levering tersebut adalah suatu perbuatan hukum
yang mengalihkan hak milik atas sesuatu barang, maka persoalan penyerahan levering menjadi sesuatu hal yang sangat essensial terutama menyangkut
keabsahannya, selain itu bahwa penyerahan levering adalah merupakan perbuatan lanjutan dari perbuatan yang bermaksud memindahkan hak milik yaitu
berupa perjanjian seperti jual-beli, tukar-menukar dan penghibahan, maka keabsahan dari penyerahan itu sendiri sudah barang tentu terkait dengan
keabsahan perjanjian dimaksud. Penyerahan adalah merupakan cara memperoleh hak milik yang penting
dan yang paling sering terjadi di masyarakat. Penyerahan ini merupakan lembaga hukum yang hanya dikenal khusus dalam sistem hukum perdata.H.F.A.Vollmar
mengemukakan arti dari perkataan penyerahan yang dipergunakan oleh undang- undang, dibedakan atas penyerahan nyata feitelijke levering yaitu penyerahan
pengusaan nyata atas suatu benda.Selain penyerahan nyata terdapat penyerahan
Universitas Sumatera Utara
yuridis juridische levering yaitu perbuatan hukum pada mana atau dengan mana hak eigendom diserahkan.
25
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan menyebutkan yang dimaksud dengan penyerahan itu adalah penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya
kepada orang lain, sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu.
26
Berdasar pada Pasal 584 KUHPerdata disebut bahwa dalam sistem KUHPerdata penyerahan levering itu merupakan lembaga hukum ataupun
merupakan suatu perbuatan hukum memindahkan hak milik. Dalam sistem hukum perdata yang lain misalnya Perancis tidak mengenal lembaga penyerahan ini.
Sistem hukum yang terbanyak diikuti ialah yang menganut sistem Code Civil, Dengan demikian penyerahan menurut sistem KUHPerdata adalah
merupakan suatu perbuatan hukum untuk memindahkan hak milik, namum perbuatan hukum penyerahan ini haruslah didasarkan atas suatu peristiwa perdata
untuk memindahkan hak milik yang disebut alas hak, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan bahwa berdasar atas suatu
peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik dan dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dan yang merupakan alas hak yang
bermaksud memindahkan hak milik tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar dan perjanjian hibah.memindahkan hak milik
tersebut menurut KUHPerdata adalah perjanjian jual beli, tukar-menukar dan perjanjian hibah.
25
H.F.A.Vollmar I., op-cit, hal 93.
26
Sri soedewi Maschoen Sofwan., Hukum Benda, Yogyakarta: Liberty, 1981, hlm. 67.
Universitas Sumatera Utara
yaitu perpindahan hak atas barang itu terjadi pada saat penutupan perjanjian sedangkan penyerahan merupakan suatu feitelijk-daad saja.
Bahwa apa yang diserahkan itu adalah benda dalam arti kepemilikan atas suatu benda beralih dari seseorang kepada orang lain yang menerimanya. Adapun
yang dimaksud dengan hak milik menurut KUHPerdata adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas
terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu
kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak
itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi Pasal 570 KUHPerdata.
D. Hal-Hal Yang Membatalkan Perjanjian