33
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.
Dengan demikian, berdasarkan dari beberapa pandangan diatas, motivasi itu sangat penting baik untuk siswa ataupun murid itu
sendiri. Karena, beriringan dengannya masalah siswa dalam hal minat belajar dapat teratasi, dan guru dapat melangsungkan proses kegiatan
belajar mengajar di kelas dengan lancar.
e. Indikator Motivasi Belajar
Dalam Syamsuddin 2009. hlm. 40 Indikator motivasi yang dipakai dalam pendekatan Pakem adalah :
1 Durasi kegiatan berapa lama kemampuan penggunaan waktunya
untuk melakukan kegiatan; 2
Frekuensinya kegiatan berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu;
3 Persistensinya ketepatan dan kelekatannya pada tujuan kegiatan;
4 Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi
rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan; 5
Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran, bahkan jiwanyanyawanya untuk mencapai tujuan;
6 Tingkatan aspirasinya maksud, rencana, cita-cita, sasarantarget,
dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7 Tingkatan kualifikasi prestasi produk output yang dicapai dari
kegiatannya berapa banyak, memadai tidak, memuaskan tidak. 8
Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan like or dislike : positif negatif.
f. Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam Dimyati dan Mudjiono 2009, hlm. 97, unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar:
a. Ciri-ciri atau Aspirasi Siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, berebut
permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-lain selanjutnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan
kemauan bergiat, bahkan di kemudian hari menimbulkan cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-
nilai
kehidupan. Timbulnya
cita-cita juga
dibarengi oleh
perkembangan kepribadian. b.
Kemampuan Siswa
34
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi dengan
kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi huruf-huruf. Kesukaran mengucapkan huruf “r” misalnya, dapat diatasi dengan
drill melatih ucapan “r” yang benar. Latihan berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan mengucapkan “r”.
Dengan didukung kem ampuan mengucapka “r”, atau kemampuan
mengucapkan huruf-huruf yang lain, maka keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan
akan menambah kekayaan pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan menyenangkan hatinya.
Secara perlahan-lahan terjadilah kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan huruf “r” yang benar. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. Monks, 1989: 21;
Singgih Gunarsa, 1990: 49. c.
Kondisi Siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menggangggu perhatian belajar.
Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar.
Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada motivasi belajar.
d.
Kondisi Lingkungan Siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, linkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian antarsiswa, akan mengganggu kesungguhan
belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu,
kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu dipertinggi mutunya. Dengn lingkungan yang aman,
tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e.
Unsur-unsur dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran
yan mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku
belajar.
Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan
budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut
mendinamiskan motivasi belajar. Guru profesional diharapkan mampu
35
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.
f. Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut : i
menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, ii membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan
pemeliharaan fasilitas sekolah, iii membina belajar tertib pergaulan, dan iv membina belajar membina tertib lingkungan sekolah.
Disamping penyelenggaraan tertib yang umum tersebut, maka secara individual tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran
tersebut meliputi : i pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban tertib belajar, ii pemanfaatan penguatan berupa hadiah,
kritik, hukuman secara tepat guna, dan iii mendidik cinta belajar.
Upaya pembelajaran guru di sekolah tidak terlepas dari kegiatan luar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting
adalah keluarga, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam
pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profeesional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidikan tersebut. Upaya
mendidikkan belajar “tertib hidup” merupakan kera sama sekolah dan luar sekolah.
Berdasarkan uraian unsur diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa unsur yang dapat mempengaruhi motivasi
seseorang dalam belajar. Aspirasi, kondisi, kemampuan, cara guru membelajarkan kepada siswa, dan lainnya termasuk ke dalam unsur
tersebut. Dengan naik atau turunnya unsur yang tertera di atas dalam diri anak, akan mempengaruhi tingkat motivasi anak. Guru dapat
memerhatikan unsur-unsur tersebut jika ingin meningkatkan motivasi belajar siswanya.
g. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Dalam Dimyati dan Mudjiono 2009, hlm. 100 upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar, sebagai berikut:
1 Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
2 Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar dan Pembelajaran
36
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3 Optimalisasi Pemanfaatan Pengalaman dan Kemampuan Siswa
4 Pengembangan Cita-cita dan Aspirasi Belajar
Psikologi Perkembangan
Menurut Yusuf 2011, hlm. 3 mengemukakan bahwa psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan
kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi pra-natal sampai mati.
Menurut Yusuf 2011, hlm. 4-11 mengemukakan bahwa ada tiga teori atau pendekatan mengenai perkembangan, yaitu pendekatan-
pendekatan perkembangan kognitif, belajar atau lingkungan, dan etnologis. Disamping itu, dikemukakan juga pendekatan dari Imam Al-
Ghazali. 1.
Pendekatan Perkembangan Kognitif Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan
bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci untuk
memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai
aspeknya.
Tabel 2.2 Perkembangan Kognitif Periode
Usia Deskripsi Perkembangan
1. Sensorimotor 0-2 tahun
Pengetahuan anak diperoleh melalui interaksi fisik, baik
dengan orang atau objek benda. Skema-skemanya baru
berbentuk refleks-refleks sederhana, seperti:
menggenggam atau menghisap.
2. Praoperasional 2-6 tahun
Anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk
merepresentasi dunia lingkungan secara kognitif.
Simbol-simbol itu seperti: kata- kata dan bilangan yang dapat
menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan tingkah laku yang
tampak.
3. Operasi Konkret 6-11 tahun Anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental
atas
37
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pengetahuan yang
mereka miliki.
Mereka dapat
menambah, mengurangi
dan mengubah.
Operasi ini
memungkinkannya untuk dapat memecahkan masalah secara
logis.
4. Operasi Formal 11
tahun sampai
dewasa. Periode ini merupakan operasi
mental tingkat tinggi. Di sini anak remaja sudah dapat
berhubungan dengan peristiwa- peristiwa hipotesis atau abstrak,
tidak hanya dengan objek-objek konkret. Remaja sudah dapat
berpikir
abstrak dan
memecahkan masalah melalui pengujian semua alternatif yang
ada.
2. Pendekatan Belajar atau Lingkungan
Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak diperoleh melalui pengkondisian
conditioning dan prinsip-prinsip belajar. Ada empat tipe cara pengkondisian dalam kegiatan belajar:
a. Habituasi, yaitu bentuk belajar sederhana yang melibatkan tingkah laku responden dan terjadi ketika respons refleks
menghilang karena diperolehnya stimulus yang sama secara berulang.
b. Respondent Conditioning Classical, merupakan salah satu bentuk belajar yang netral, melibatkan refleks dimana stimulus
memperoleh kekuatan untuk mendapatkan respons reflektif respons tak bersyarat sebagai hasil asosiasi dengan stimulus
tak bersyarat. Stimulus netral kemudian menjadi stimulus bersyarat.
c. Operant Conditioning, bentuk belajar dimana tingkah laku belajar operan berubah karena dipengaruhi oleh dampak
tingkah laku tersebut. Dampak yang membuat suatu respons terjadi kembali disebut “reinfocer”.
38
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
d. Discriminating Learning, tipe belajar yang sangat erat dengan”operant conditioning”. Kadang-kadang tingkah laku
yang sama dari anak yang sama menghasilkan dampak yang berbeda, bergantung pada keadaan.
3. Pendekatan Etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari perspektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinip
evolusi yang diajukan pertama kalinya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk kepada asal usul biologis atau evolusioner
tentang tingkah laku sosial. Para etologis menggambarkan bagaimana uruta-urutan
yang kompleks dari respon bawaan pola-pola kegiatan dipicu oleh stimulasi dalam lingkungan dan bagaimana mekanisme
bawaan seperti “imprinting” proses dimana berbagai jenis spesies yang baru lahir membentuk ikatan emosional dengan
induknya mempengaruhi proses belajar. 4. Pendekatan Imam Al-Ghazali
Al-Ghazali berpendapat dalam Yusuf, 2012, hlm. 10 bahwa anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang
dan sehat.
Kedua orangtuanyalah
yang memberikan
agamakepada mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk. Ia mempelajari sifat-sifat yang buruk
lingkungan yang dihidupinya. Dalam upaya mengembangkan akhlakul karimah akhlak mulia
anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu : a.
menjauhkan anak dari pergaulan yang tidak baik; b.
membiasakannya untuk bersopan santun; c.
memberikan pujian kepada anak yang melakukan amal shaleh;
d. membiasakannya mengenakan pakaian yang putih bagus,
bersih dan rapi; e.
mencegah anak untuk tidur di siang hari; f.
menganjurkan mereka untuk berolah raga; g.
menanamkan sikap sederhana;
39
Syifaur Rahmah, 2016 PENERAPAN PAKEM MELALUI STRATEGI MASTER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
h. mengizinkannya bermain setelah belajar.
Gaya Belajar
Menurut Colin Nicholl 2015, hlm. 130-131 mengatakan bahwa sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan
oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti,
Richard Bandler,
John Grinder,
dan Michael
Grinder, telah
mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda: a. Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar
atau diagram. Kita suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.
b. Auditori. Belajar
melalui mendengar
sesuatu. Kita
suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan
intruksi perintah verbal. c. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.
Kita suka
“menangani”, bergerak,
menyentuh dan
merasakanmengalami sendiri. Menurut Colin 2015, hlm. 131 mengatakan bahwa suatu studi
yang dilakukan terhadap lebih dari 5.000 siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan
belajar berikut: Visual
: 29 Auditori
: 34 Kinestetik
: 37 Namun, pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada gaya
belajar visual ternyata lebih mendominasi, menurut Lynn O’Brien, direktur Studi Diagnostik Spesifik Rockville, Maryland, yang melakukan
studi tersebut.
7. Menghitung penilaian motivasi belajar