Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

(1)

THE INFLUENCE OF DUE PROFESSIONAL CARE AND

AUDITOR DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR ON AUDIT QUALITY

(The Research on Accountant Public Firm in Bandung that Listed in

BAPEPAM-LK)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Jenjang Sarjana (S1) Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Oleh :

NAMA : DIAN PRATIWI NIM : 21110007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 5

1.2.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Maksud Penelitian ... 6

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 7


(3)

ix

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Due Professional Care ... 10

2.1.1.1 Pengertian Due Professional Care ... 10

2.1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Due Professional Care ... 11

2.1.2 Perilaku Disfungsional Auditor ... 13

2.1.2.1 Pengertian Perilaku Disfungsional Auditor ... 13

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Disfungsional Auditor ... 13

2.1.3 Kualitas Audit ... 15

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Audit ... 15

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Audit ... 16

2.2 Kerangka Pemikiran ... 17

2.2.1 Pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit .. 19

2.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit... 20

2.3 Penelitian Sebelumnya ... 21


(4)

x

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Objek Penelitian ... 25

3.2 Metode Penelitian ... 25

3.2.1 Desain penelitian ... 27

3.3 Operasionalisasi Variabel ... 29

3.4 Sumber Data ... 32

3.5 Alat Ukur Penelitian ... 33

3.5.1 Uji Validitas ... 33

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 35

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel... 36

3.6.1 Populasi ... 36

3.6.2 Sampel ... 37

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8 Metode Pengujian Data ... 39

3.8.1 Rancangan Analisis ... 39

3.8.2 Uji Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1 Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 55

4.1.1.1 Sejarah Akuntan publik ... 55

4.1.1.2 Struktur Organisasi Kantor Akuntan Publik ... 59

4.1.1.3 Deskripsi Jabatan ... 61


(5)

xi

4.1.2.2 Hasil pengujian Reliabilitas ... 72

4.1.3 Analisis Deskriptif Tanggapan Responden ... 74

4.1.3.1 Analisis Deskriptif Due Professional Care ... 74

4.1.3.2 Analisis Deskriptif Perilaku Disfungsional... 76

4.1.3.3 Analisis Deskriptif Kualitas Audit ... 77

4.1.4 Analisis Verifikatif ... 78

4.1.4.1 Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 78

4.1.4.2 Uji Hipotesis ... 88

4.2 Pembahasan ... 92

4.2.1 Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit . 92 4.2.2 Pengaruh Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit 93 4.2.3 Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

5.2.1 Saran Praktis ... 98

5.2.2 Saran Akademis ... 99


(6)

xii

LAMPIRAN ... 105 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 137


(7)

100

quality, in Small and Medium-Sized Entities (SMEs). 1st Edition, LAP Lambert Gmbh &co. KG, Germany.

Abdul, Halim. 2008. Auditing : Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.

Achmat, Badjuri. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol. 3, No. 2. ISSN : 1979-4878. Akuntan Online. 2013. AP Harus Lebih Teliti Mengaudit Laporan LKS. Diakses

pada 28 April 2014, dari World Wide Web: akuntanonline.com

Andi Supangat. 2007. “Statistika: Dalam Kajian Deskriptif, Inferensial, dan Nonparametik. Edisi 1, Kencana : Jakarta.

Arens, Alvin A. James L. Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu,

Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Arens, A.A., Elder, R.J., and Beasley, m.s. 2012. “Auditing and Assurance

Service An Integrated Approach”. 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.

Bapepam. 2014. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik Di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Diakses pada 6 April 2014, dari World Wide Web: Bapepam.co.id

Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical Psychology. John Wiley & Sons Ltd. England.

Bisnis Indonesia. 2006. Taspen Beri Waktu Akuntan 1 pekan. Diakses pada 24 Maret 2014, dari World Wide Web: bumn.go.id

Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).Jakarta: Erlangga.

Boon, K., J. McKinnon dan P.Ross. 2008. Audit Service Quality in Compulsory Audit Tendering: Preparer Perceptions and Satisfaction. Accounting Research Journal 21(2); 93-122.


(8)

101

Candra Setya Santoso. 2009. Izin Tiga Akuntan Publik Ditetapkan Menkeu.

Diakses pada 29 April 2014, dari World Wide Web: okezone.com Danang, Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen, (2005), Management Accounting 7th

edition, Thomson Learning, Singapore.

Donnelly D.P., Quirin J.J., David O’Bryan. 2003. “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditor’s Personal Characteristics”. Behavioral Research In Accounting. Vol 15, 87.

Donnelly, James H., Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Konopaske, Robert. 2006. Organization : Behavior, Structure, Prosses. Twelfth edition, Singapore: McGraw - Hill. New York.

Edy Sujana, Tjiptohadi Sawarjuwono. 2006. Perilaku Disgungsional Auditor:Perilaku yang Tidak Mungkin Dihentikan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.8 No.3.

Fitrini Mansyur, dkk. 2010. Pengaruh Time Budget Pressure dan Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Jambi.

Gustati. 2012. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol.7. No. 2.

Husein Umar. 2008. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP). Jakarta :SalembaEmpat.

Indra, Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Ikhsan, Arfan, Muhammad Ishak, 2008, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta.

Iriayadi, dan Vannywati. 2011. Pengaruh Professionalisme Auditor dan Etika Profesi Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Jurnal Ilmiah Ranggagading Vol 11 No 2. Hal 75-81.


(9)

102

Kadous, K., S. J. Kennedy, and M. E. Peecher. 2000. The effect of quality assessmentand directional goal commitment on auditors’ acceptance of client-preferred accounting methods. The Accounting Review 78(3): 759-778.

Kane, Gregory D., Uma Velury. 2005. "The Impact of Managerial Ownership on the Likelihood of Provision of High Quality Auditing Services", Review of Accounting and Finance, Vol. 4, Number 2. 2005 ABI/ INFORM Global, pp. 86-106.

Kusnendi, 2005. ANALISIS JALUR Konsep dan Aplikasi dengan Program SPSS dan LISREL 8, Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI.

Louwers, Timothy J., Elaine Henry., Brad J, Reed., & Elizabeth, A, Gordon. 2008. Deficiencies in Auditing Related-Party Transactions: Insights from AAERs. Current Issues in Auditing, Vol 2, Issue 2. A10–A16.

Mansur, Tubagus. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan Kemahiran Profesional. Tesis Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada.

Mashuri Maschab. 2008. Kekuasaan Eksekutif di Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Moch.Nazir. 2003. Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta,63.

Mulyadi dan Puradiredja, K. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Salemba Empat, Jakarta. Pierce, B, and Sweeney, B. 2004. “Cost-Quality Conflict in Audit Firms: An

Empirical Investigation”. Europan Accounting Review. Vol. 13. No. 1. pp. 415-441

PPAJP. 2010. Kasus Pelanggaran oleh KAP yang terjadi di Indonesia Tahun 2010. Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan, Press Release

Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Rahman, A. T. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit.


(10)

103

Rita Yuniarti. 2012. The Effect of Tenure Audit and Dysfuntional Behavior on Audit Quality. International Conference on Economics, Business and Marketing Managemen IPEDR vol.29 (2012) IACSIT Press, Singapore.

Rosita, Amilin. , Dewi. (2008). Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Publik dengan Role Stres sebagai Variabel Moderating. JAAI, 12(1), 13-24.

Rr Putri Arsika Nirmala, Nur Cahyonowati. 2013. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care , Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTINGVolume 2, Nomor 3, Tahun 2013,ISSN.

Samuel, H.N. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results. Proceedings of 8th Asian Business Research Conference 1 - 2 April 2013, Bangkok, Thailand, ISBN: 978-1-922069-20-7.

Saripudin Netty Herawaty, Rahayu. 2012. Pengaruh independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. e-Jurnal BINAR AKUNTANSI Vol.1 No 1.September 2012

Sarwono, Jonathan, 2007 Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS,. Yogyakarta.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Singgih, Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT. Alex Media Komputindo, Jakarta

Simamora, Jenry. 2002. Auditing. Jilid I. UPP AMP YKPN

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep dasar dan pedoman pemeriksaan akuntan publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Smith, Gerald. 1995. Statistical Process Control and Quality Improvement (2nd Edition). Prentice Hall, New Jersey.

Sofyan Syafri Harahap. 2007. “Teori Akuntansi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


(11)

104

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media. Umi, Narimawati. 2010. Metodelogi Penelitian : Dasar Penyusunan Penelitian

Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.

Zainal Mustafa, 2009, Mengurai Variabel hingga Instrumentasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Zerni, Mikko. 2009. Essay on Audit Quality. Arta Univ. Oul. G 39, 2009. ISBN 978-951-42-9292-7


(12)

137

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Dian Pratiwi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 11 Oktober1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : JL Bojongkoneng Atas No.43 RT. 03 RW.

19 Bandung 40191

Telephone : 087824305257

II. Latar Belakang Pendidikan a. Formal

1998– 2004 : SD NegeriTikukur 1

2004– 2007 : SMP Negeri 16 Bandung

2007 – 2010 : SMA Sumatra 40-1 Bandung

2010 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia b. Non Formal


(13)

138 dan Internet.)

d. Pengalaman Kerja

Praktek Kerja di Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Bandung.


(14)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul,

Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit” sesuai dengan yang direncanakan.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh jenjang Strata 1 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. Dalam penyajian Skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati kesempurnaan. Namun penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan. Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak Selaku Ketua Program Studi Akuntansi , Dosen Pembimbing & Dosen Wali Kelas Akuntansi 1 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia & Dosen Penguji.


(15)

vii

7. Kepada kedua Orang Tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan banyak dukungan, doa, motivasi serta kasih sayang yang tidak pernah surut yang diberikan kepada penulis.

8. Hery Wijaya terimakasih untuk bantuan, dukungan dan motivasi serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku Anni Suryani, Evi Setiowati, Futri Marita Sari, Riska Mutiara Dewi terimakasih dukungan, saran dan telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada teman-teman Ak 1 dan rekan-rekan di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi terimakasih atas kebersamaannya.

11.Semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Wasalamu’alaikumWr.Wb.

Bandung, Juli 2014 Penulis

Dian Pratiwi NIM : 21110007


(16)

25 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Definisi objek penelitian menurut Menurut Sugiyono (2012:38) pengertian objek penelitian yaitu :

“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang objektif, valid dan realible. Dan juga digunakan untuk sasaran ilmiah yaitu siapa, apa dan dimana dan mempunyai variasi yang ditetapkan oleh peneliti. Objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah Due Professional Care, Perilaku Disfungsional dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Sebelum menjelaskan kedua metode tersebut penulis akan menjelaskan pengertian metode penelitian secara umum terlebih dahulu.


(17)

Menurut Umi Narimawati (2010 : 127) mendefinisikan metode penelitian adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriftif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono (2010:14) mendefinisikan metode deskriptif adalah sebagai berikut :

“Statistika yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya”.

Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode Deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah point pertama, kedua, dan ketiga.


(18)

27

Sedangkan Medote Verifikatif menurut Mashuri (2008:45) mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagai berikut :

“Metode Verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Penelitian sendiri dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak. Dengan menggunakan metode penelitian, maka akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang akan memperjelas dalam penelitian ini.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono (2006:27) mendefinisikan desain penelitian adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan alat penuntun bagi peneliti dalam melakukan proses penentuan instrumen pengambilan data, penentuan sampel, koleksi data dan analisisnya”.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut:


(19)

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain Penelitian Jenis Penelitian Metode Yang Digunakan Unit Analisis Time Horizon T – 1 Verificative Decriptive dan

Verificative

KAP di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK

Cross Sectional

T – 2 Verificative Decriptive dan

Verificative

KAP di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK

Cross Sectional

T – 3 Verificative Descriptive dan

Verificative

KAP di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK

Cross Sectional

Sumber : Sugiyono (2008:13)

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

due professional care terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif


(20)

29

serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.

2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku disfungsioanl terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.

3. Tujuan penelitian ketiga adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit pada KAP di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, metode yang digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah untuk memudahkan penelitian untuk mendapatkan penilaian dari apa yang diteliti. Untuk itu penulis terlebih dahulu harus menentukan operasional variabel, untuk mempermudah proses penelitian ini dengan masalah-masalah yang ada. Menurut Sugiyono (2010:38), menyatakan bahwa variabel adalah sebagai berikut:


(21)

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas / Independent

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Due Professional care dan Perilaku Disfungsional.

2. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini variabel yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah Kualitas Audit.

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Zainal Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :

”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai atau skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala ordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal.


(22)

31

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala No

Kuesio ner Due

Professional Care

Due professional care

adalah penggunaan kemahiran

professional dengan cermat dan seksama menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:42)

1.Skeptisme professional 2. Keyakinan yang memadai

Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:42)

Ordinal 1-2 3-4

Perilaku Disfungsion al Auditor

A dysfuntional conflict is any confrontation or interaction between groups that harms the organization or hinders the achieve -ment organizational goals (Donelly,et al, 2006:266) 1.Replacing and altering original audit procedures 2.Premature signing-off of audit steps without

completion of the procedure

3.Underreporting of audit time

(Donelly, et al, 2006: 266) Ordinal 5-6 7-8 9-10 Kualitas Audit

Audit quality means how tell an audit detects and report material

misstatements in financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while repoiting is a

reflection of ethics or

1.Competence 2.Ethics 3.Integrity 4.Independence

Arens, et al, (2012 :105)

Ordinal 11-12 13-15 16-18 19-20


(23)

auditor integrity, particularly independence.

Arens, et al, (2012 :105)

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif).

Tabel 3.3

Scoring Untuk Jawaban Kuesioner

Jawaban Responden Skor Positif Skor Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Pernah 2 4

Tidak Pernah 1 5

(Sugiyono 2010: 94)

3.4 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dengan cara menyebarkan kuesioner.

Data primer menurut Umi Narimawati (2007:76) adalah :

“Data yang diperoleh dari responden secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data tertentu yang dibuat secara khusus untuk itu.”

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden yang menjadi sample untuk mengetahui tanggapan tentang penelitian yang akan diteliti, responden dalam penelitian ini adalah auditor partner dan auditor senior pada Kantor Akuntan Publik di wilayah kota


(24)

33

Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.dan melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu data primer juga meliputi dokumen-dokumen kantor akuntan publik berupa sejarah perkembangan KAP, struktur organisasi, dan data-data statistik mengenai jumlah pegawai dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5Alat Ukur Penelitian

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010:2) valid adalah:

“Menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.”

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.


(25)

Seperti yang telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi .

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing - masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson.

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 14.0for windows dengan metode korelasi. Adapun rumus dari pada korelasi adalah sebagai berikut :

(Sumber: Nazir 2003: 464)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson

X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan


(26)

35

3.5.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah derajad konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu.

Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode split-half dari Spearman-Brown menurut Sugiono (2009:126)dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Butir-butir instrument di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrument ganjil dan genap.

2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. 3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan analisis

korelasi

4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:


(27)

Sumber: Sugiyono (2010:131)

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Selain valid instrumen penelitian juga harus andal, keandalan instrumen menjadi indikasi bahwa responden konsisten dalam memberikan tanggapan atas pernyataan yang diajukan. Seperti yang dikemukakan Barker et al (2002:70) sekumpulan butir pernyataan yang mengukur variabel dapat diterima jika memilki koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70.

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel 3.6.1 Populasi

Adapun pengertian populasi menurut Sugiyono (2009:115) mengemukakan bahwa :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.


(28)

37

Tabel 3.4

Daftar Nama Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK

No Nama Kantor

Akuntan Publik Alamat Kantor Akuntan Publik Responden

1 Af. Rachman & Soetjipto

WS.

Jl. Pasir Luyu Raya No.36 Bandung 42254

2

2

Djoemarma, Wahyudin & Rekan

Jl. Dr. Slamet No.55 Bandung 40161 2

3 Dr. H.E.R.

Suhardjadinata & Rekan

Metro Trade Center Blok C No.5 Jl.

Soekarno – Hatta Bandung 40286

2

4 Drs. Sanusi & Rekan Jl. Surya Sumantri No.76 C, Bandung. 2

5 Doly, Bambang, Sulistyo,

Dadang & Ali

Jl. Jakarta, Ruko Kota Baru Permai kav 10

2

6 Roebiandini & Rekan Jl. Sidoluhur No.26 RT 004 / 007 Kel.

Sukaluyu Kec. Cibeunying Kaler

2

7

Prof. Dr. H. Tb Hasanuddin, Msc & Rekan

Metro Trade Center Blok F No.29 Jl.

Soekarno – Hatta Bandung 40286

2

TOTAL 14

Sumber: bapepam.co.id, 2014

3.6.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2011:85) menjelaskan bahwa :

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi reratif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi menjadi sampel”.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampling jenuh atau sensus karena penulis menggunakan seluruh populasi yaitu 7 Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK untuk dijadikan sampel dari penelitian itu sendiri.


(29)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara :

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

a. Metode pengamatan (Observasi), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti, diamati atau kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penulisan laporan ini, penulis mengadakan pengamatan langsung pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung.

b. Wawancara (Interview), yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti yaitu dengan salah satu auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Wilayah Kota Bandung.

c. Kuesioner, teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tetutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah auditor Kantor Akuntan Publik Wilayah Kota Bandung dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.


(30)

39

2. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengancara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkanakan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

3.8 Metode Pengujian Data 3.8.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41), rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.


(31)

1. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana pengaruh due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.

2. Penelitian verifikatif adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel

dependent (Y) yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Kualitatif

Menurut Sugiyono (2009:14) menerangkan bahwa analisis kualitatif adalah sebagai berikut:

“Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.”

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :


(32)

41

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel/subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor. d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel yang diambil

m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Untuk menetapkan peringkat dalam setiap variabel penelitian, dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dan ideal. Skor aktual diperoleh melalui hasil perhitungan seluruh pendapat responden, sedangkan skor ideal diperoleh dari prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner dikalikan dengan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:


(33)

Keterangan:

a. Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan

b. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

Prinsip pengklasifikasian persentase skor jawaban responden diadopsi dari buku Metode Penelitian Bisnis karangan Sugiyono dengan kriteria pengklasifikasian sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual

No Persentase Skor Kategori Skor

1 20,00 – 36,00 Sangat Rendah/ Sangat Tinggi 2 36,01 – 52,00 Rendah/ Tinggi

3 52,01 – 68,00 Cukup Tinggi/ Sedang 4 68,01 – 84,00 Tinggi/ Rendah

5 84,01 – 100 Sangat Tinggi/ Sangat Rendah

Sumber: Umi Narimawati (2007)

2. Analisis Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2010:8) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut : “Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dimana variabel X1 (due professional care) dan X2 (perilaku disfungsional) dipasangkan dengan data variabel Y (kualitas audit) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum diolah data ordinal


(34)

43

terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan Methode Succesive Internal (MSI).

Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu :

a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan.

b. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban responden.

c. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

d. Menetukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

e. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

f. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

g. Menggunakan skala dengan rumus.

Keterangan :

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah

h. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:


(35)

Sebelum kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan/pernyataan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan diatas adalah sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisienregresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal.

Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut


(36)

45

berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

Menurut Singgih Santoso (2005:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu :

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

b. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga

Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variable Independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF).

(Danang Sunyoto 2013 : 88 )

Jika nilai tolerance (α) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10

maka tidak memiliki masalah multikolinearitas diantara kedua variabel bebasnya, sehingga model memenuhi salah satu asumsi untuk dilakukan pengujian regresi linier berganda (Danang Sunyoto, 2013: 88).


(37)

c. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi.

Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan metode grafik/scatterplot yaitu metode yang digunakan dengan cara melihat grafik

scatterplot antara standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED (Danang Sunyoto, 2013:90).

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2010:149) analisis linier regresi digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila nilai variable independen dinaikan/diturunkan.

Penjelasan garis regresi menurut Andi Supangat (2007:325)yaitu:

“Garis regresi (regression line/line of the best fit/estimating line) adalah suatu garis yang ditarik diantara titik-titik (scatter diagram) sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menaksir besarnya variabel yangsatu berdasarkan variabel yang lain, dan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui macam korelasinya (positif atau negatifnya).”

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional terhadap kualitas audit pada KAP di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.


(38)

47

Analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variable dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2). Persamaan regresinya sebagai berikut:

Dimana:

Y = variabel tak bebas (kualitas audit) A = bilangan berkonstanta

b1,b2 = koefisien arah garis

X1 = variabel bebas (Due Professional Care). X2 = variabel bebas (Perilaku Disfungsional).

Syarat untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu.

3. Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:


(39)

a. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X1 terhadap Y, bila X2 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

b. Koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1 dianggap konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

c. Koefisien korelasi secara simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1 dan X2 terhadap Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Besarnya koefisien korelasi adalah -1≤ r≤1 : a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif. b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif. Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

a. Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

b. Apabila r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variable X dan variabel Y dan hubungannya searah.

r =�1 ∑ X1� + �2 ∑ X2Y


(40)

49

Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut :

Tabel 3.6

Pedoman untuk memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Sumber: Sugiono (2006:183)

4. Koefisien Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase.

Menurut Kusnendi (2005:17) untuk mengetahui besar kontribusi pengaruh secara parsial diperoleh dari hasil perkalian antara nilai Beta dengan Zero-Order.

Beta merupakan koefisien regeresi yang sudah tersetandarkan (Unstandardized Coefficients), sedangkan Zero-Order merupakan korelasi parsial dari masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat.

Besarnya koefisien determinasi secara simultan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

Kd = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X r² = Kuadrat koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(41)

3.8.2 Uji Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independent (X) yaitu due professional care (X1) dan perilaku disfungsional (X2) terhadap kualitas audit (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a. Hipotesis parsial antara variabel bebas due professional care terhadap variable terikat kualitas audit.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care terhadap kualitas audit.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care

terhadap kualitas audit.

b. Hipotesis parsial antara variabel bebas perilaku disfungsional terhadap variabel terikat kualitas audit.


(42)

51

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku disfungsional auditor terhadap kualitas audit.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.

c. Hipotesis secara keseluruhan antara variabel bebas due professional care dan perilaku disfungsional terhadap variabel terikat kualitas audit Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional

care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care

dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit.

2. Menetukan Tingkat Signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

a. Menghitung nilai nilaithitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :

Sumber : Suharyadi dan Purwanto (2004:525) Dimana :

t = Nilai uji t

bi = koefisien regresi

s(bi)=standar error dari koefisien regresi

t =

��


(43)

b. Selanjutnya menghitung nilai Fhitung sebagai berikut:

Dimana :

R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel

3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

1. Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a. Jika thitung ≥ t tabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha

diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya. b. Jika thitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha

ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya. c. thitung ; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan

d. ttabel; dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan

sebagai berikut, α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau 14-2-1=11 2. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a. Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif. b. Tolak Ho jika Fhitung < Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien negatif.


(44)

53

Gambar 3.1

Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Simultan

Gambar 3.2

Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Parsial (Koefisien Positif)

Gambar 3.3

Uji daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Secara Parsial (Koefisien Negatif)

Daerah penolakan Ho

thitung = -

ttabel=

Daerah Penerimaan Ho

0 Ftabel

0

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

Fhitung

Daerah

penolakan Ho

thitung

ttabel

Daerah Penerimaan H0


(45)

4. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya, due professional care dan perilaku disfungsional berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap kualitas audit. Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95%, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya (tidak adanya) pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.


(46)

97 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis mengenai pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK, maka di bab ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan due professional care memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti independensi, pengalaman, akuntabilitas, objektivitas dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang positif antara due professional care dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila due professional care meningkat maka kualitas auditnya pun akan meningkat pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

2. Hasil penelitian menunjukan perilaku disfungsional auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti time budget pressure, audit tenure

dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang negatif antara perilaku disfungsional dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila perilaku disfungsional meningkat maka kualitas auditnya akan menurun pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.


(47)

3. Secara simultan due professional care dan perilaku disfungsional auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Due professional care dan perilaku disfungsional memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa due professional care memberikan kontribusi pengaruh paling kuat terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan mengenai due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan kepada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK sebagai berikut:

1. Sikap due professional care pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK berada dalam kategori yang baik. Namun pada indikator sikap skeptis berada dalam kategori yang cukup baik. Agar dalam pelaksanaan audit memperoleh bukti yang memadai, maka auditor perlu melakukan pelatihan-pelatihan dan pengendalian diri untuk menerapkan sikap skeptis agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Dan kekeliruan atau


(48)

99

kecurangan dapat terdeteksi oleh auditor sehingga menghasiklan kualitas audit yang baik.

2. Perilaku Disfungsional pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK untuk berada dalam kategori rendah. Namun pada indikator premature sign off berada dalam kategori sedang. Agar memperoleh kualitas audit yang baik maka perlunya KAP melakukan pengawasan atas program audit. Dan perlunya auditor melaksanakan keseluruhan perencanaan audit, memperoleh bukti audit yang kompeten dan melakukan pengujian pengendalian intern serta melakukan penetapan resiko dan materialitas. Dengan pengawasan dan pemahaman yang efektif dalam pelaksanaan program audit dapat mengurangi kecenderungan auditor melakukan perilaku disfungsional sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.


(49)

(50)

(51)

1

(The Research on Accountant Public Firm in Bandung that Listed in BAPEPAM-LK)

Dian Pratiwi 21110007

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Abstract

The research was conducted In Accountant Public Firm in Bandung that Listed in

BAPEPAM-LK. Audit quality means how tell an audit detects and report material misstatements

in financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor competence, while repoiting is a reflection of ethics or auditor integrity and independence.The purpose of this study is to determine how much influence of Due Professional Care and Dysfunctional Behavior Auditor to Audit Quality.

The method used in this study is a descriptive analysis method and verificative method. To know how much the effect of the Due Professional Care and Dysfunctional Behavior Auditor to Audit Quality using statistical tests. The test statistic used is use the multiple linear regression, Pearson correlation coefficient, coefficient of determination, and to test the hypothesis used is the F test and t test using SPSS 17.0 for Windows software.

The results showed that simultaneously Due Professional Care and Dysfunctional Auditor Behavior has effects on audit quality. Due Professional Care and Dysfunctional Auditor Behavior have a strong correlation with audit quality. The result showed too that Due Professional Care have a most powerful effect to audit quality on Accountant Public Firm in

Bandung that Listed in BAPEPAM-LK

Keyword : Due Professional Care, Dysfunctional Behavior Auditor and Audit Quality

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di Indonesia bidang akuntansi baru dikenal tahun 1950an sejalan dengan mulai tumbuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan bisnis maka perekonomian mendorong berdirinya organisasi profesi akuntansi yang dikenal dengan sebutan “Ikatan Akuntansi Indonesia” (IAI) pada tanggal 23 Desember 1957 (Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, 2010 : 17). Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3).

Laporan Keuangan merupakan output dan hasil dari proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan (Sofyan Syafri Harahap, 2007:201). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan, kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya (Mulyadi dan Puradiredja,1998:3).

Kane (2005), mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk penyimpangan lainnya. Pemeriksaan oleh eksternal auditor yang akan memberikan opini terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan


(52)

2

dilakukan untuk mengetahui apakah laporan telah disusun dengan wajar sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut Boynton dan Kell (2003) kualitas jasa sangat penting untuk meyakinkan bahwa profesi bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum, dan aturan-aturan. Sedangkan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), dinyatakan bahwa kriteria atau ukuran mutu mencakup mutu profesional auditor.

Dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2009) mampu memberikan

bukti empiris bahwa due professional care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

kualitas audit, serta penelitian Louwers dkk (2008) yang menyimpulkan bahwa kegagalan audit

dalam kasus fraud transaksi pihak-pihak terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan

due professional care auditor daripada kecurangan dalam standar auditing.

Seperti kasus yang menyangkut penerapan PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah berlaku efektif sejak tahun 2007, namun masih banyak LKS (lembaga keuangan syariah) seperti perbankan asuransi syariah tidak menerapkannya. Karena itu, para akuntan publik (AP) perlu lebih teliti dalam mengaudit laporan keuangan LKS. Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS-IAI) Yusuf Wibisana mengakui penerapan PSAK 102 tentang Akutansi Murabahah di lapangan sangat lemah."PSAK 102 versi 2007 ternyata tidak sesuai dengan praktek di industri secara mayoritas," (Rabu, 23/10/2013). Selama ini, industri keuangan syariah lebih memilih penerapan pedoman akuntansi lainnya yang mengatur transaksi murabahah dan menerapkan pedoman lain dengan acuan bermacam macam. "Banyak yang menggunakan PSAK 55 tentang Instrument Keuangan, tapi itu pun hanya diambil satu-dua yang menguntungkan perusahaannya. Jadi tidak seluruhnya diterapkan," katanya. Kondisi tersebut sayangnya tidak terdeteksi AP yang melakukan audit laporan keuangan tahunan entitas dari sektor lembaga keuangan syariah. "Walau banyak yang tidak menerapkan PSAK tsb, namun setahu saya tidak ada opini AP terhadap mereka yang disclaimer atau tidak memberikan pendapat. Sebenarnya jika mereka tidak menerapkan, merupakan temuan materiil, "ujarnya (Akuntanonline.com, 2013).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah perilaku disfungsional. Perilaku disfungsional auditor merupakan perilaku yang membenarkan terjadinya penyimpangan dalam penugasan audit, yang mengakibatkan penurunan kualitas laporan audit baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga, para pengguna laporan mengalami krisis kepercayaan atas hasil laporan audit yang dihasilkan oleh auditor (Donelly, 2003).

Seperti kasus pelanggaran oleh Kantor Akuntan Publik dan Akuntan Publik yang tercatat oleh PPAJP yaitu pada tahun 2010 KAP ABC diberikan sanksi berupa peringatan karena

menurut pemeriksaan yang dilakukan oleh PPAJP dan BAPEPAM-LK Akuntan Publik “A”

ditemukan melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT PB tahun buku 2010. Kasus ini terungkap setelah PPAJP dan BAPEPAM-LK melihat ketidakberesan dalam laporan audit independen KAP yang bersangkutan. Pelanggaran yang dilakukan antara lain belum sepenuhnya melakukan perencanaan audit secara memadai sesuai SA seksi 311 dan belum sepenuhnya memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk menyimpulkan kewajaran laporan keuangan sesuai SA seksi 326 serta tidak terdapat pengujian pengendalian intern, penetapan resiko audit, materialitas sesuai SA seksi 312 dan SA seksi 319 (Sumber: PPAJP, 2010).

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional

auditor terhadap kualitas audit, maka penulis memberi judul penelitian ini “Pengaruh Due

Professional care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung Yang Terdaftar di BAPEPAM-LK”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh Due Professional Care terhadap Kualitas Audit Pada Kantor


(1)

10

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi perilaku disfungsional memberikan pengaruh sebesar 38,1% terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK sementara sisanya sebesar 61.9% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti time budget pressure (Fitrini Mansyur, 2010), audit tenure (Rita Yuniarti, 2012)dan lainnya.

Berdasarkan hasil analisis verifikatif dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional auditormemiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Arens (2008:43) yang menyatakan bahwa perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu Gustati (2012) juga menyatakan bahwa perilaku professional auditor/akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior) dalam bentuk manipulasi, kecurangan ataupun penyimpangan terhadap standar audit. Perilaku ini bisa mempengaruhi kualitas audit baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akan tetapi pada indikator Perilaku Disfungsional mengenai premature sign-off menjawab fenomena dimana masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kantor akuntan publik dan akuntan publik karena mengubah prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan dan melakukan premature sign-off hal ini tentunya mengindikasikan bahwa auditor belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SPAP) dalam pelaksanaan audit.

b. Pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional Auditor Terhadap Kualitas Audit

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara due professional care dan perilaku disfungsional auditor dengan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi yang diperoleh untuk due professional care adalah sebesar 39,4% sedangkan perilaku disfungsional auditor sebesar 38,1%. Sehingga nilai yang diperoleh sebesar 77,5%. Dari nilai tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara due professional care dan perilaku disfungsional auditor sebesar 77,5% terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK dan sebanyak 22,5% sisanya merupakan besar kontribusi pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti seperti independensi dan pengalaman (Elisha Muliani, 2010), akuntabilitas (Saripudin, 2012), objektifitas (Samuel H.N, 2013), time budget pressure (Fitrini Mansyur, 2010), audit tenure (Rita Yuniarti, 2012)dan lainnya.

Dari hasil tersebut, terlihat bahwa due professional care memberikan kontribusi pengaruh paling kuat terhadap kualitas audit dengan kontribusi pengaruh yang diberikan adalah sebesar 39,4%.

Berdasarkan hasil analisis verifikatif dapat disimpulkan bahwa due professional care dan perilaku disfungsional auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Akan tetapi masih ada auditor yang tidak menerapkan sikap skeptisnya dalam pelaksanaan audit dan masih ada pula beberapa kantor akuntan publik dan akuntan publik yang melakukan perilaku disfungsional sehingga hal tersebut dapat menurunkan kualitas audit.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan penulis mengenai pengaruh Due Professional Care dan Perilaku Disfungsional terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK, maka di bab ini penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian menunjukan due professional care memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain


(2)

11

seperti independensi, pengalaman, akuntabilitas, objektivitas dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang positif antara due professional care dengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila due professional care meningkat maka kualitas auditnya pun akan meningkat pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

2. Hasil penelitian menunjukan perilaku disfungsional auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti time budget pressure, audit tenure dan lainnya. Terdapat hubungan kuat yang negatif antara perilaku disfungsionaldengan kualitas audit. Hal ini berarti apabila perilaku disfungsional meningkat maka kualitas auditnya akan menurun pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

3. Secara simultan due professional care dan perilaku disfungsional auditor memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK. Due professional care dan perilaku disfungsional memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa due professional care memberikan kontribusi pengaruh paling kuat terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan mengenai due professional care dan perilaku disfungsional terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan dapat dijadikan masukan kepada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK sebagai berikut:

1. Sikap due professional care pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK berada dalam kategori yang baik. Namun pada indikator sikap skeptis berada dalam kategori yang cukup baik. Agar dalam pelaksanaan audit memperoleh bukti yang memadai, maka auditor perlu melakukan pelatihan-pelatihan dan pengendalian diri untuk menerapkan sikap skeptis agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Dan kekeliruan atau kecurangan dapat terdeteksi oleh auditor sehingga menghasiklan kualitas audit yang baik.

2. Perilaku Disfungsional pada Kantor Akuntan Publik yang berada di kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK untuk berada dalam kategori rendah. Namun pada indikator premature sign off berada dalam kategori sedang. Agar memperoleh kualitas audit yang baik maka perlunya KAP melakukan pengawasan atas program audit. Dan perlunya auditor melaksanakan keseluruhan perencanaan audit, memperoleh bukti audit yang kompeten dan melakukan pengujian pengendalian intern serta melakukan penetapan resiko dan materialitas. Dengan pengawasan dan pemahaman yang efektif dalam pelaksanaan program audit dapat mengurangi kecenderungan auditor melakukan perilaku disfungsional sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.

DAFTAR PUSTAKA

Akuntan Online. 2013. AP Harus Lebih Teliti Mengaudit Laporan LKS. Diakses pada 28 April 2014, dari World Wide Web: akuntanonline.com

Arens, Alvin A. James L. Loebbecke. 2008. Auditing Pendekatan Terpadu, Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf, Buku Dua, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.

Arens, A.A., Elder, R.J., and Beasley, m.s. 2012. “Auditing and Assurance Service – An Integrated Approach”. 14th Edition. Pearson Education Limited, Edinburg UK.


(3)

12

Boynton, W.C., Johnson, R.N., Kell, G.W. 2003. Modern Auditing. (edisi 7).Jakarta: Erlangga.

Danang, Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Donnelly D.P., Quirin J.J., David O’Bryan. 2003. “Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditor’s Personal Characteristics”. Behavioral Research In Accounting. Vol 15, 87.

Donnelly, James H., Gibson, James L., Ivancevich, John M., dan Konopaske, Robert. 2006. Organization : Behavior, Structure, Prosses. Twelfth edition, Singapore: McGraw - Hill. New York.

Fitrini Mansyur, dkk. 2010. Pengaruh Time Budget Pressure dan Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Jambi.

Gustati. 2012. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vol.7. No. 2.

Indra, Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Johnstone Karla M, Audrey A. Gramling, Larry E. Rittenberg. 2013. Auditing: A Risk-Based Approach to Conducting Audit Quality. Ninth Edition. America: United State Copyright Act.

Kane, Gregory D., Uma Velury. 2005. "The Impact of Managerial Ownership on the Likelihood of Provision of High Quality Auditing Services", Review of Accounting and Finance, Vol. 4, Number 2. 2005 ABI/ INFORM Global,pp. 86-106.

Louwers, Timothy J., Elaine Henry., Brad J, Reed., & Elizabeth, A, Gordon. 2008. Deficiencies in Auditing Related-Party Transactions: Insights from AAERs. Current Issues in Auditing, Vol 2, Issue 2. A10–A16.

Mashuri Maschab. 2008. Kekuasaan Eksekutif di Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Mulyadi dan Puradiredja, K. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Salemba Empat, Jakarta.

PPAJP. 2010. Kasus Pelanggaran oleh KAP yang terjadi di Indonesia Tahun 2010. Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan, Press Release Kementrian Keuangan Republik Indonesia.

Rahman, A. T. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional Care terhadap Kualitas Audit. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Rita Yuniarti. 2012. The Effect of Tenure Audit and Dysfuntional Behavior on Audit Quality. International Conference on Economics, Business and Marketing Managemen IPEDR vol.29 (2012) IACSIT Press, Singapore.

Rr Putri Arsika Nirmala, Nur Cahyonowati. 2013. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care , Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTINGVolume 2, Nomor 3, Tahun 2013,ISSN.


(4)

13

Samuel, H.N. 2013. The Impact of Objectivity, Proficiency and due Professional Care of Auditors to Quality of Performance Audit Results. Proceedings of 8th Asian Business Research Conference 1 - 2 April 2013, Bangkok, Thailand, ISBN: 978-1-922069-20-7.

Saripudin Netty Herawaty, Rahayu. 2012. Pengaruh independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit. e-Jurnal BINAR AKUNTANSI Vol.1 No 1.September 2012.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Singgih, Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 12. PT. Alex Media Komputindo, Jakarta.

Siti Kurnia Rahayu, dan Ely Suhayati. 2010. Auditing: Konsep dasar dan pedoman pemeriksaan akuntan publik. Yogyakarta: Graha Ilmu..

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta.

Umi, Narimawati. 2007. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.

Umi, Narimawati. 2010. Metodelogi Penelitian : Dasar Penyusunan Penelitian Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.


(5)

14

LAMPIRAN

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala No

Kuesioner Due

Professional Care

Due professional care adalah penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menekankan tanggung jawab setiap professional yang

bekerja dalam

organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:42)

1.Skeptisme professional

2. Keyakinan yang memadai

Siti Kurnia dan Ely Suhayati (2010:42)

Ordinal 1-2

3-4

Perilaku Disfungsiona l Auditor

A dysfuntional

conflict is any

confrontation or

interaction between groups that harms the organization or hinders the achieve -ment organizational goals (Donelly,et al, 2006:266)

1.Replacing and altering original audit procedures 2.Premature signing-off of audit

steps without

completion of the procedure

3.Underreporting of audit time

(Donelly, et al, 2006: 266) Ordinal 5-6 7-8 9-10 Kualitas Audit

Audit quality means how tell an audit detects and report material

misstatements in

financial statements. The detection aspect is a reflection of auditor

competence, while

repoiting is a reflection of ethics or auditor integrity, particularly independence.

Arens, et al, (2012 :105)

1.Competence 2.Ethics 3.Integrity 4.Independence

Arens, et al, (2012 :105)

Ordinal 11-12 13-15 16-18 19-20


(6)

15

Lampiran Output SPSS Analisisi Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 22,039 5,897 3,737 0,00

3

(X1) Due Professional Care 1,285 0,399 0,52 3,220

0,00 8

(X2) Perilaku Disfungsional

Auditor -0,849 0,270 -0,508

-3,142

0,00 9 a Dependent Variable: (Y) Kualitas Audit

Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 22,039 5,897 3,737 ,003

(X1) Due Professional Care 1,285 ,399 ,520 3,220 ,008

(X2) Perilaku Disfungsional Auditor

-,849 ,270 -,508 -3,142 ,009

a. Dependent Variable: (Y) Kualitas Audit


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kompetensi Auditor Eksternal dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

0 5 2

Pengaruh Indepedensi dan Integritas Auditor terhadap Kualitas Audit (Penelitian pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK)

1 5 1

Pengaruh Integritas Dankompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang terdaftar di BAPEPAM-LK)

0 5 1

Pengaruh Kompetensi Auditor dan Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

1 8 32

Pengaruh Due Professional Care dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

1 32 67

Pengaruh Integritas Auditor Dan Due professional Care Terhadap Kualitas Audit (studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik KAP di Kota Bandung Yang terdaftar di BAPEPAM-LK)

3 23 90

Pengaruh Perilaku Disfungsional Auditor dan Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Kantor Akuntan Publik di Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

0 8 60

Pengaruh Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Survey Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Kota Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

6 36 66

Pengaruh Pengalaman dan Perilaku Disfungsional Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung yang Terdaftar di BAPEPAM-LK)

5 23 76

PENGARUH DUE PROFESSIONAL CARE TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KOTA BANDUNG.

1 9 53