Keluarga Faktor-faktor yang mempengaruhi memicu perilaku bullying

59 asyik bermain di luar kelas. Kadang dia juga keluar kelas hanya sekedar melihat teman-temannya yang sedang bermain dan bercanda.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi memicu perilaku bullying

Perilaku bullying dipengaruhi empat faktor, yaitu: a keluarga, b lingkungan pergaulan, c tayangan atau media, dan d Iklim sekolah. Hasil temuan tersebut, peneliti jabarkan satu persatu sebagai berikut:

a. Keluarga

Keluarga “H” merupakan keluarga yang kurang harmonis dimana orang tuanya sering bertengkar. Dalam pertengkaran tersebut, ayahnya sering memukul ibunya, melempar dan merusak barang-barang, bahkan memaki dengan kata-kata kasar. Pertengkaran tersebut seolah telah menjadi makanan sehari-hari baginya dan bagi para tetangganya. Bahkan pertengkaran pun tidak hanya di dalam keluarganya saja, kedua orang tuanya pun sering terlibat pertengkaran dengan tetangga di sekitar rumahnya. Kedua orang tuanya juga sering bertindak kasar baik secara fisik maupun lisan tidak hanya saat terjadi pertengkaran saja tetapi dalam kesehariaannya pun sering terjadi. Berbagai alasan dijadikan oleh orang tuanya untuk melakukan hal tersebut kepadanya. Masalahsepele saja dapat memicu terjadinyaperlakuan kasar yang dilakukan orang tua kepadanya. Seperti saat belajar bersama ibunya, “H” mengaku kerap dipukul dan dibentak jika ia tidak 60 paham apa yang diterangkan oleh ibunya. Selain itu, ia juga sering mendapatkan perlakuan kasar dari Sang Ayah dimana perlakuan tersebut tidak hanya dilakukan di rumah namun juga di lingkungan sekolah. Hal ini terjadi ketika dia duduk di kelas 2, ayahnya menarik telinganya jewer dari sekolah hingga sampai rumah karena dia marah di sekolah, ayahnya yang kesal mendengar jika anaknya marah di sekolah lantas datang dan melakukan hal tersebut kepadanya. Sewaktu duduk di kelas 3, dia pernah marah kepada guru karena ia memasukkan sampah ke tas “R”, guru yang mengetahuinya lantas marah dan menghukumnya untuk berdiri di depan kelas. Dia tidak mau menjalankan hukuman tersebut lantas berlari meniggalkan kelas dan pulang ke rumah. Guru dan siswa yang lain lantas mendatangi rumahnya, ia justru dipukuli oleh Ayahnya. Berbagai tindakan dan perkataan kasar yang sering dilihat dan diterima dalam keluarga membentuk ingatan yang kuat pada anak. Pada masa perkembangannya, anak akan meniru dan mempraktikkan apa yang sering dilihatnya di rumahnya. Tak heran jika anak sering berkata kasar terhadap kedua orang tuanya. Ketika marah anak sering menendang pintu, melempar buku, dan memukul lemari. Sikap orang tua juga sering membiarkan anaknya melakukan kesalahan tanpa diberi teguran, nasihat serta pengarahan sehingga hal tersebut menjadi suatu perilaku yang 61 membudaya pada diri anak. Seperti ketika keinginannya tidak dituruti oleh orang tuanya, ia akan menendang pintu, lemari dan melempar buku. Hal lain yang dilakukannya yang jauh lebih parah yaitu ia berani kabur dari rumah karena tidak dituruti keinginannya. Melihat apa yang dilakukan anaknya, orang tua sering menuruti semua yang diinginkannya agar dia tidak lagi kabur dari rumah. Namun jika ayahnya telah kehabisan kesabaran ia lebih memilih untuk melakukan tindakan fisik untuk menunjukkan letak kesalahan si anak. Orang tua pun kurang memberikan perhatian terhadap anaknya. Seperti saat si anak mengendarai motor Megi pro dengan kencang di jalan desa, orang tua tidak menasihatinya. Selain itu ketika “H” melihat ayahnya bermain kartu dengan temannya hingga larut malam baik ayah ataupun ibunya tidak menegurnya dan menyuruhnya untuk segara tidur padahal keesokkan harinya harus bersekolah. Kedua orang tuanya pun tidak pernah membatasi jam bermainnya. Dia juga dibiarkan untuk bermain dengan siapa saja dan kapan saja. Terbukti, dia pernah pulang bermain hingga larut tidak ditegur oleh orang tuanya. Orang tua sering tidak mengetahui apa saja yang dilakukan oleh anaknya. 62

b. Lingkungan Pergaulan