Tayangan atau Media Faktor-faktor yang mempengaruhi memicu perilaku bullying

63 Selain itu, ia sering bergaul dengan anak-anak yang usianya jauh di atasnya dimana mereka sering bertindak kasar baik fisik maupun lisan. Perlakuan kasar sering diterimanya ketika bermain bersama mereka. Ia sering dipukul kepalanya, ditendang, bahkan dijambak jika tidak menuruti kehendak mereka. Tak hanya itu, kata-kata kasar pun sering mereka dengar. “H” dan juga beberapa temannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar mengaku jika sering dipaksa untuk merokok, minum bir oleh mereka. Tak jarang mereka dimaki-maki dan dipukul jika tidak menurut dengan permintaan temannya tersebut. Mereka mengatakan bahwa perlakuan tersebut tidak hanya sekali atau dua kali dapat terbilang sering. Biasanya mereka disuruh datang di rumah kosong dekat sawah untuk melakukan hal tersebut. Terkadang di rumah kosong tersebut juga mereka ditontoni video yang tidak senonoh yang mereka sebut dengan „sepep‟. Selain itu, ia juga sering meniru apa yang dilakukan oleh temannya tersebut seperti mewarnai rambutnya yang dilakukan setiap libur puasa.

c. Tayangan atau Media

Tayangan televisi yang sering dilihatnya bersama kedua orang tuanya banyak mengandung unsur-unsur kekerasan di dalamnya. Biasanya ia hanya mengikuti apa yang dilihat oleh orang tuanya khusunya ibunya. Tayangan televisi kegemaran sang ibu adalah sinetron dimana setelah mengamati tayangan tersebut 64 sangat menonjolkan adegan kekerasan di sekolah, makian, ejekan, pembunuhan, dan kejahatan. Selain itu ia juga sering menonton acara televisi yang ditayangkan hingga larut malam dimana terdapat adegan-adegan kekerasan seperti memukul, menembak, bahkan membunuh. Hal tersebut sangat disukai oleh “H” bahkan ia rela begadang hanya untuk menonton acara tersebut. Dia juga sering memainkan games yang mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Dia mendatangi penyewaan play station yang berada dekat rumahnya untuk memainkan game kesukaannya. Games tersebut antara lain GTA, smack down, warrior, dan bully. Games seperti itulah yang menjadi kegemarannya saat bermain play station baik sendiri ataupun dengan teman-temannya dimana terdapat adegan seperti memukul, menembak, membunuh, dan menyakiti orang lain. Games tersebut merupakan permainan yang bagus, seru, dan mengasyikkan untuk dimainkan. Ia dan teman- temannya sangat begitu antusias dan bersemangat ketika menceritakan mengenai games yang sering dimainkannya tersebut. Selain itu, “H” juga sering melihat jathilan dimana dalam jathilan banyak sekali adegan kekerasan yang dilakukan para pemainnya. Adegan kekerasan tersebut seperti: adegan perang sesama pemain, adegan mengamuk, dan juga adegan-adegan nekad para pemainnya berjalan di atas bara api, menusuk-nusuk badan dengan keris. Ia sangat menyukai pertunjukan jathilan terbukti 65 dimana saja ada pertunjukkan jathilan, ia tak pernah absen melihat pertunjukkan tersebut. Selain itu, ia juga sering memperagakan adegan-adegan tersebut bersama teman-temannya saat berada di sekolah. Pertunjukan lain yang sering dilihat dan digemarinya yaitu konser musik dangdut. Dalam konser musik dangdut tersebut menghadirkan para penyanyi wanita dengan berbusana mini dan sering melakukan goyangan erotis. Selain itu, di setiap konser dangdut pun sering terjadi perkelahian antar penonton yang kebanyakan mereka dalam kondisi mabuk. “H” merasa senang ketika melihat perkelahian tersebut bahkan hal tersebut merupakan hal yang paling ditunggu-tunggunya saat melihat konser dangdut. Pertemanannya dengan remaja di lingkungan rumahnya berdampak negatif baginya karena ia sering menonton video porno bersama mereka. Awal mulanya memang ia dipaksa oleh temannya tersebut untuk melihat video porno. Ia mengaku sering melihat video porno bersama temannya tersebut. Kini ia sudah mulai mengambil video-video yang mengandung unsur-unsur seksual dari handphone ayahnya yang kemudian dipindahkan ke handphone miliknya. “H” juga sering mempraktikkan adegan yang mungkin terdapat pada video porno tersebut. Terbukti, saat di depan kelas “H” tiba-tiba bercerita kepada peneliti bahwa temannya pernah melakukan hubungan intim dengan meja jika dia 66 sedang marah. Tak hanya itu, ia pun sempat mempratikkan gerakan tersebut sambil menghadap ke meja. Ketika peneliti mencari tahu kebenaran dari perkataan “H” tersebut, teman-temannya menjawab bahwa “H”lah yang sering melakukan hal tersebut di dalam maupun di luar kelas.

d. Iklim Sekolah