62
b. Lingkungan Pergaulan
Lingkungan di sekitar rumah dimana dia melakukan interaksi sosial, bermain dan berkembang sering terjadi pertengkaran.
Keluarga satu dengan keluarga yang lain saling menyerang baik secara verbal maupun non verbal. Secara verbal biasa dilakukan
dengan mendatangi rumah tetangga yang bersangkutan kemudian memakinya, berteriak yang tak jarang menggunakan kata-kata
kasar. Sedangkan secara non verbal biasanya dilakukan dengan melempar barang-barang, menggunakan gerakan tubuh menunjuk-
nunjuk, mendorong, memelototi tetangga yang bersangkutan. Hal tersebut telah biasa terjadi di lingkungan dimana mereka tinggal.
Bahkan dapat dikatakan hal tersebut telah menjadi kebiasaan di lingkungan tersebut.
Kebiasaan lain di lingkungan tersebut yaitu kurang terbangun rasa saling menghormati antar anggota masyarakatnya. Mulai yang
muda hingga tua sering memanggil nama seseorang dengan julukannya. Seperti saat ayah
“H” memanggil anak kecil yang lewat depan rumahnya dengan sebutan „mendem‟ padahal namanya
adalah Nita. Begitu pula dengan anak kecil, memanggil orang yang lebih tua terbiasa dengan memanggil julukannya yang sudah
dikenal di desanya. Hal tersebut telah terbiasa bahkan membudaya di lingkungan.
63
Selain itu, ia sering bergaul dengan anak-anak yang usianya jauh di atasnya dimana mereka sering bertindak kasar baik fisik
maupun lisan. Perlakuan kasar sering diterimanya ketika bermain bersama mereka. Ia sering dipukul kepalanya, ditendang, bahkan
dijambak jika tidak menuruti kehendak mereka. Tak hanya itu, kata-kata kasar pun sering mereka dengar.
“H” dan juga beberapa temannya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar mengaku
jika sering dipaksa untuk merokok, minum bir oleh mereka. Tak jarang mereka dimaki-maki dan dipukul jika tidak menurut dengan
permintaan temannya tersebut. Mereka mengatakan bahwa perlakuan tersebut tidak hanya sekali atau dua kali dapat terbilang
sering. Biasanya mereka disuruh datang di rumah kosong dekat sawah untuk melakukan hal tersebut. Terkadang di rumah kosong
tersebut juga mereka ditontoni video yang tidak senonoh yang mereka sebut dengan „sepep‟. Selain itu, ia juga sering meniru apa
yang dilakukan oleh temannya tersebut seperti mewarnai rambutnya yang dilakukan setiap libur puasa.
c. Tayangan atau Media