Subdirektorat  Statistik  Harga Perdagangan  Besar, BPS.
3
a  Salah  satu  kegunaan  indikator  IHPB  adalah  sebagai  deflator  PDB. Tahun  dasar  IHPB  2010  dipilih  agar  sesuai  dan  konsisten  dengan
penghitungan PDBPDRB. b  Sumber  data  untuk  penyusunan  diagram  timbang  atau  bobot
komoditas  seperti  nilai  impor,  nilai ekspor, tabel input-output, total nilai produksi tersedia.
1.2. Landasan Teori
IHPB  dihitung  berdasarkan  formulasi  Laspeyres.Formulasi Laspeyres  lebih  mudah  diaplikasikan.  Hal  ini  disebabkan  karena
pengumpulan  data  harga  relatif  lebih  mudah  dibandingkan  kuantitas sehingga penghitungan indeks lebih cepat dan mudah.
Indeks Laspeyers :
100
1 1
 
 
j i
i i
j i
i ni
n
Q P
Q P
I
Selanjutnya  Indeks  Laspeyers  dimodifikasi  untuk  mempermudah penghitungan, yaitu sebagai berikut :
100
1 1
1 1
Q P
Q P
P P
I
i j
i i
j i
i i
n i
n ni
ni
 
 
 
Keterangan :
I
ni
= Indeks HPB komoditi i pada periode berlaku bulan ke-n
P
ni
= Harga komoditi i pada periode yang berlaku bulan ke-n
P
i n
1 
= Harga komoditi i pada periode sebelumnya bulan ke-n-1
Subdirektorat  Statistik  Harga Perdagangan  Besar, BPS.
4
P P
i n
ni 1
= Rasio harga jenis barang i bulan ke-n terhadap bulan ke-n- 1
P
i n
1 
Q
i
= Nilai
marketed surplus
NMS komoditi
i yang
diperdagangkan pada periode n-1 atau penimbang berjalan periode n-1
Q P
i i
=  Nilai  marketed  surplus  komoditi  i  yang  diperdagangkan pada tahun dasar atau penimbang tahun dasar
Formula Laspeyres
modifikasi dapat
digunakan untuk
penghitungan  IHPB  dengan  pengelompokan  apapun  seperti  IHPB menurut kelompok jenis barang, sub sektor, sektor, maupun umum.
1.3. Sumber Data Penimbang
Indeks  Harga  Perdagangan  Besar  IHPB  yang  disajikan selayaknya  menggambarkan  perubahan  harga  komoditas  barang
secara  umum  pada  level  pedagang  besar  grosir.  Komoditas  yang banyak  diperdagangkan  seharusnya  mempunyai  andil  lebih  besar
untuk  menentukan  pergerakan  indeks,  walaupun  harganya  hanya berubah  sedikit,  jika  dibandingkan  dengan  komoditas  yang  sedikit
diperdagangkan, dan harganya berubah signifikan. Contohnya  sebagai  berikut.  Rata-rata  harga  beras  IR-64  pada
bulan  September  2012,  Rp  325.000,-50  Kg  dan  naik  pada  bulan Oktober 2012 menjadi Rp 327.000,-50 Kg. Sementara itu, harga mobil
Avanza  Veloz  tahun  2012  mengalami  penurunan  harga  dari  Rp 160.000.000,-unit  pada  September  2012  menjadi  Rp  150.000.000,-
unit  pada  Oktober  2012.Pada  contoh  di  atas,  beras  mengalami kenaikan  sebesar  Rp  2.000,-  0,61  sedangkan  mobil  mengalami
Subdirektorat  Statistik  Harga Perdagangan  Besar, BPS.
5
penurunan  harga  sebesar  Rp  10.000.000,-  6,25. Jika kita misalkan IHPB  hanya  disusun  oleh  dua  komoditas  tersebut,  seakan-akan  IHPB
akan  mengalami  deflasi  sebesar  2,82  yaitu  senilai  dengan  rata-rata perubahan  kedua  komoditas  tersebut.  Akan  tetapi,  efek  perubahan
harga beras dan mobil pada masyarakat berbeda.Kenaikan harga beras, walaupun  sedikit,  dirasakan  oleh  hampir semua masyarakat Indonesia
karena  hampir  semua  masyarakat  Indonesia  menjadikan  nasi  sebagai makanan  utamanya.Berbeda  halnya  dengan  perubahan  harga
mobil.Walaupun  penurunan  harganya  cukup  besar  lebih  dari  6, tetapi
hanya segelintir
masyarakat saja
yang merasakan
dampaknya.Yaitu  hanya  orang-orang  yang  ingin  membeli  mobil  pada bulan tersebut. Jadi seharusnya IHPB bukan menampilkan deflasi yang
lebih  kecil  dari  2,82  persen atau bahkan mungkin saja menjadi inflasi tergantung seberapa besar share beras dan mobil pada perekonomian.
Dari  contoh  di  atas,  jelas  terlihat  bahwa  apabila  penghitungan rata-rata  antar  komoditas  dilakukan  tanpa  adanya  pembobotan,
penghitungan  indeks  akan  menghasilkan  angka  yang  bias  dan menyesatkan.  Dengan  alasan  demikian,  tiap-tiap  komoditas  diberikan
penimbang  secara  proporsional  berdasarkan  besar  kecilnya  andil komoditas  tersebut  pada  total  nilai  perdagangan  besar  pada  wilayah
Indonesia dan selama periode tertentu tahun dasar. Cara  ideal  untuk  menentukan  besarnya  penimbang  untuk
masing-masing  komoditas  melalui  survei  langsung untuk menentukan nilai  perdagangan  besar  untuk  setiap  komoditas.  Akan  tetapi,  karena
kendala  sumber  daya,  biaya  dan  tenaga,  sampai  saat  ini  belum  ada surveiuntuk mengetahui total nilai perdagangan besar setiap komoditas.
Oleh  sebab  itu,  untuk  menentukan  penimbang  setiap komoditas pada IHPB digunakan beberapa data sekunder antara lain:
1.  Tabel input output updating 2010 Tabel IO updating 2010
Subdirektorat  Statistik  Harga Perdagangan  Besar, BPS.
6
Tabel  IO  yang  digunakan  adalah  tabel  IO  atas  dasar  harga pembeli  at  purchaser  price  192  sektor.  Namun,  IHPB  hanya
mencakup  sektor  1  sampai  dengan  154  karena  IHPB  hanya mengukur  perubahan  harga  barang,  tidak  termasuk  jasa.  Sektor
pertanian  mencakup  sektor  1  sampai  dengan  38,  sektor pertambangan  mencakup  sektor  42  sampai  dengan  54,  dan  sektor
industri pengolahan mencakup sektor 55 sampai dengan 154. 2.  Rasio Marketed Surplus RMS untuk setiap jenis barang
Rasio  marketed  surplus  adalah  suatu  faktor  pengali  yang menunjukkan  besarnya  perbandingan nilai barang yang diproduksi
dengan  nilai  barang  yang  diperdagangkan.  RMS  bernilai  1 menunjukkan semua barang yang diproduksi akan diperdagangkan,
sedangkan  RMS  bernilai  0  menunjukkan  semua  barang  yang diproduksi  tidak  diperdagangkan.RMS  yang  digunakan  pada  IHPB
2010=100 berasal dari tabel RMS dari Direktorat Neraca Produksi. 3.  Raw  data  hasil  produksi  komoditas  barang  untuk  sektor  pertanian,
pertambangan dan penggalian, dan sektor industri.
1.4. Tahapan Membangun Penimbang