Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pendekatan Pembelajaran Socioscientific Issues

Pendekatan pembelajaran yaitu pangkal dan titik tekan yang mendapat perhatian utama dalam penyelenggaraan pembelajaran. Dari faktor yang dijadikan perhatian utama ini selanjutnya ditentukan oleh prosedur seperti apa yang akan dilakukan dan sestem pendukung apa saja yang harus ada. Pendekatan lahir dari pandangan dan pemahaman yang dianut filosofi pendidikan sekaitan dengan belajar itu sendiri. Ada pendekatan filosifis terdapat macam-macam aliran filsafat, pendekatan psikologis teori-teori belajar dan tugas-tugas perkembangan siswa, pendekatan berorientasi siswa, pendekatan materi pelajaran, pendekatan penggunaan media, pendekatan berdasarkan aktivitas pembelajaran dan pendekatan berdasarkan pengolahan pesan Kurniawan, 2011. Pendekatan dalam bahasa inggris dikenal sebagai approach, kata ini berarti penghampiran, jalan, tindakan mendekati. Sedangkan pembelajaran dalam bahasa inggris dikenal sebagai instruction yang berarti pengajaran atau pembelajaran. Dengan begitu pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai jalan yang digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana yang dapat memungkinkan siswa belajar Setiono, 2010. Berdasarkan pengertian di atas, pendekatan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru guna mendekatkan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Melalui pendekatan siswa akan lebih mudah untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran yang akan dipelajari karena guru berusaha mecari hal dapat mendekatkan siswa terhadap materi pelajaran. Pendekatan bermacam-macam tergantung guru dan materi pelajaran yang akan disampaikan. 6 7 Kurniawan 2011 menyatakan bahwa secara bahasa pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction Inggris. Kata pembelajaran itu sendiri memiliki variasi pemaknaan. Meskipun demikian, dari variasi pemaknaan kata pembelajaran kebanyakan menunjukkan pada upaya untuk membelajarkan siswa. Saylor, et al Kurniawan, 2011 menyatakan”instruction is the actual engagement of the learner with planned learning opportunities”. Gagne, et al Kurniawan, 2011 menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga terjadi belajar secara optimal. Romizowski Kurniawan, 2011 menjelaskan bahwa pembelajaran itu memiliki dua ciri yaitu aktivitas yang berorientasi pada tujuan yang spesifik serta adanya sumber dan aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan, sumber dan aktivitas belajar yang ditetapkan sebelum proses belajar mengejar terjadi inilah yang terpenting. Apakah tujuan itu ditetapkan oleh guru atau pihak luar lainnya instructional designer, apakah kegiatan itu menggunakan variasi yang unik atau hanya satu metode dan apakah metode itu diputuskan oleh guru atau siswa. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas perencanaan yang dilakukan oleh guru meliputi perencanaan tujuan, sumber, dan aktivitas yang akan membelajrakan siswa. Dalam pembelajaran aktivitas siswa dirancang sedemikian rupa oleh guru guna mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping aktivitas siswa, kondisi lingkungan pun direncanakan oleh guru karena keduanya saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Socioscientific Issues SSI adalah strategi yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran perihal hubungan antara sains dengan kehidupan sosial Zeidler, et al., 2005; Nuang-chalerm, 2010. SSI merupakan representasi isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial yang secara 8 konseptual berkaitan erat dengan sains Anagun Ozden, 2010 dengan solusi jawaban yang relatif atau tidak pasti Topcu, et al, 2010. Menurut Sadler dalam Subiantoro, 2013, SSI merujuk pada persoalan sosial yang dilematis berkaitan dengan sains secara konseptual, prosedural maupun teknologik. SSI merupakan topik-topik sains dimana subjek didik dalam masyarakat tertentu berhadapan langsung dengan situasi konflik yang menyangkut sains dan kehidupan sosialnya Subiantoro dkk, 2012. Situasi konflik ini dapat berimplikasi terhadap aspek sosial, etika budaya, politik serta ekonomi dalam kehidupan siswa Dawson dan Venville, 2010. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Socioscientific issues merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang mengorientasikan pembelajaran pada konteks sains dan hubungannya dengan kehidupan sosial menggunakan isu-isu yang ada di masyarakat yang berdampak pada nilai dan moral siswa. SSI memuat isu-isu krusial yang berkaitan dengan sains secara baik secara konseptual, prosedural maupun teknologik. Disamping itu SSI menghadapkan siswa pada situasi konflik yang ada dalam kehidupannya. Zeidler dkk 2005 menyatakan bahwa dalam pembelajaran SSI mempunyai beberapa manfaat yaitu, 1 menumbuhkan literasi sains pada peserta didik sehingga dapat menerapkan pengetahuan sains berbasis bukti dalam kehidupan sehari-hari, 2 terbentuknya kesadaran sosial dimana peserta didik dapat melakukan refleksi mengenai hasil penalaran mereka, 3 mendorong kemampuan argumentasi terhadap proses berpikir dan bernalar ilmiah terhadap suatu fenomena yang ada di masyarakat, dan 4 meningkatkan keterampilan berpikir kritis yang meliputi menganalisis, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan, mengevaluasi, menginterpretasi, dan melakukan self-regulation. SSI sangat berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis karena dalam proses pembelajarannya siswa diharuskan secara aktif mulai dari 9 menganalisis isu-isu yang ada di masyarakat sampai membuat kesimpulan. Merujuk pada Callahan 2009 dan Zeidler et al. 2009, target kemampuan IPA berbasis SSI yang dapat dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis critical thinking dan berpikir kreatif creative thinking yang menunjukkan tingkat perkembangan literasi seseorang dalam hal mengumpulkan dan menganalisis informasi atau data dari berbagai sumber. Hal ini sesuai dengan salah satu hakikat IPA, bahwa IPA sebagai dimensi cara berpikir a way of thinking yang menjadi substansi yang mendasar pentingnya pembelajaran IPA yang mengembangkan proses ilmiahnya untuk pembentukan pola pikir peserta didik Widhy H. dkk, 2013. Menurut Gutierez 2015 salah satu tujuan dasar dari pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan keterampilan mengambil keputusan siswa. Keterampilan-keterampilan ini dapat ditingkatkan melalui integrasi SSI dalam kelas IPA karena penerapan pengetahuan saintifik merupakan salah satu perhatian utama dari pokok masalah. Disamping itu menurut Zeidler et al. Gutierez, 2015 menyatakan bahwa socio-scientific memiliki serangkaian tujuan utama dalam mendorong pengembangan moral judgment dan nilai etika siswa terutama selama pembelajran secara terbimbing. Levinson Gutierez, 2015 mengajukan sebuah kerangka three- stranded untuk guru dalam mengajar SSI: 1 kategori perbedaan pendapat yang masuk akal; 2 komunikasi yang bersifat baik atau sifat- sifat penting untuk terlibat dalam perbedaan pendapat yang masuk akal; 3 ide dan pengalaman yang bersifat naratif yang dapat menjelaskan perbedaan pendapat paling baik. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajran SSI. Menurut Gutierez 2015 metode pembelajaran yang dapat digunakan dalama pembelajaran SSI diantaranya argumentasi, analisis kasus, workshop, dan debat. Menurut Lathifah Susilo 2015 pembelajaran SSI dapat diterapkan dengan menggunakan metode 8 pembelajaran simposium. Metode simposium mengetengahkan sauatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu Hadisoewito, 2009. Lathifah Susilo 2015 dan Herlanti dkk 2012 dalam penelitiannya menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran SSI. Menurut Cross et al. Herlanti, dkk: 2012 diskusi di kelas sangat efektif dalam mengkonstruksi pengetahuan, karena para pelajar mengemukakan idenya, bertanya, memberikan umpan balik, dan mengevaluasi idenya. Menurut Herlanti, dkk 2012 diskusi sosiosaintifik dapat berupa isu dan nonisu, isu dalam hal ini adalah permasalahan atau konsep sains yang menimbulkan kontroversi di masyarakat karena dipengaruhi oleh sudut pandang sosial politik. Menurut Yamin Lathifah Susilo: 2015 metode simposium adalah metode yang memaparkan suatu seri pembicara dalam berbagai kelompok topik dalam bidang materi tertentu. Materi-materi tersebut disampaikan oleh ahli dalam bidangnya, setelah itu peserta dapat menyampaikan pertanyaan dan sebagainya kepada pembicara. Sebuah simposium hampir menyerupai panel, karena simposium harus pula terdiri atas pembicara, sedikitnya dua orang. Tetapi simposium berbeda dengan panel di dalam cara membahas persoalan. Sifatnya lebih formal. Seorang anggota simposium terlebih dahulu menyiapkan pembicaraanya menurut satu titik pandangan tertentu terhadap sebuah persoalan yang sama diadakan pembahasan dari berbagai sudut pandangan dan disoroti dari titik tolak yang berbeda-beda. Menurut Heuer dalam Gutierez, 2015 menyatakan bahwa analisis kasus merupakan pendekatan lain untuk mengintegrasikan isu- isu socioscientific dalam kelas sains karena ini sering berpasangan dengan moral dan isu-isu legal yang secara langsung berhubungan dengan kehidupan siswa. Sering kali kasus-kasus ini ini akan melibatkan teknologi dan penemuan saintifik terdepan yang harus diddiskusikan di publik. Menurut Hessler dalam Gutierez, 2015 metode studi kasus ini merupakan sebuah alternatif yang berguna untuk 9 metode pembelajaran karena metode ini memberi siswa kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui partisipasi aktif dalam interaksi kelas. D. Johnson R. Johnson dalam Gutierez, 2015 menyatakan bahwa dalam metode studi kasus, siswa memperoleh penguasaan dan daya ingat yang lebih besar serta mengembangkan kemampuan yang lebih besar untuk mengeneralisasikan prinsip yang mereka sudah pelajari. Metode argumentasi dalam kelas sains secara signifikan memberikan sebuah kesempatan untuk meningkatkan pemahaman konten kognitif dari sifat sains yang banyak akan argumen, ini merupakan sebuah hasil esensial dari pendidikan sains saat ini Osboorne, et al. dalam Gutierez, 2015. Menurut Bell Osborne dalam Gutierez, 2015 faktanya, argumentasi merupakan landasan dalam pengembangan keterampilan proses sains siswa yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran kolaboratif yang memfokuskan pada pembenaran dan klaim siswa pada isu-isu socioscientific. Hal ini karena menurut Chowning, Griswold, Kovarik, dan Collins 2012, pengggunaan SSI dalam proses argumentatif di dalam kelas tidak hanya menampakan siswa pada latar belakang saintifik dari data SSI tetapi juga pada perspektif dan prinsip etika pemangku kekuasaan. Sekolah menengah atas di Australia, guru menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan argumentasi untuk mengembangkan literasi sains mereka Dawson Venville, 2010. Workshop merupakan metode lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran SSI. Menurut Doenie Clarkeburn dalam Gutierez, 2015 metode ini menggunakan bermain peran dan teknik interaktif lainnya yang mungkin untuk dicapai walaupun dalam pengaturan kelas besar. Selain itu siswa diberi cukup waktu untuk mengkolaborasikan dengan satu sama lain dengan demikian memaksimalkan peers’ contribution dalam membentuk ide-ide mereka. 8 Debat merupakan metode lain yang bisa digunakan dalam pembelajaran SSI. Yazici Altiparmak dalam Gutierez, 2015 mencatat dalam penelitian mereka bahwa debat pada isu-isu bioetika dengan bantuan presentasi fiksi ilmiah bersamaan dengan metode watch-discuss-exhibit pembelajaran koperatif, brain storming, pameran poster dan grup penelitian diamati agar menjadi metode yang paling efektif dalam meningkatkan kesuksesan akademik siswa dan dalam mengembangkan keputusan mereka terhadap bioetika dan bioteknologi. Yacizi Altiparmak dalam Gutierez, 2015 menyatakan bahwa melalui presentasi fiksi ilmiah, siswa membayangkan dan membuat konstruksi baru selama diskusi etika sehingga mereka dapat memahami kedua isu secara teoritis dan eksperimen dengan siskap positif . Dari beberapa metode pembelajaran SSI yang telah dikemukakan oleh para ahli, dalam penelititan ini metode pembelajaran SSI yang digunakan yaitu diskusi. Metode ini digunakan karena memberikan kesempatan yang leluasa kepada siswa untuk saling menganalisis masalah, bertanya, memberikan umpan balik, menyampaikan ide, serta berargumentasi berdasarkan fakta dan pengetahuan baik yang sudah dimiliki maupun mencari sendiri. Metode ini bersifat student-centre sehingga akan melatih keterampilan berfikir siswa dengan saling bertukar informasi. Guru membimbing siswa selama berdiskusi untuk menjawab permasalah yang ada. Pendekatan pembelajaran SSI bisa dipadukan dengan model pembelajaran berbasis masalah. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Agung 2012 menggunakan model pembelajaran Problem-based Learning yang dipadukan dengan pendekatan SSI. Dalam penelitian ini juga model yang digunakan yaitu model pembelajaran Problem-based Learning karena model ini sangat sesuai jika dipadukan dengan pendekatan SSI. Untuk sintak-sintak pembelajaran mengadaptasi sintak dari Problem-based Learning namun untuk permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti isu-isu sosioscientific. 9 Adapun langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran PBL dengan Pendekatan SSI Fase . Indikator Perilaku Guru Kerangka SSI 1 Orientasi peserta didik kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan isu sosiosaintifik, menjelaskan logistik yg dibutuhkan serta memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih 2 Mengorganisasika n peserta didik Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Kategori perbedaan pendapat yang masuk akal 3 Membimbing penyelidikan individu dan kelompok Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Komunikasi yang bersifat baik atau sifat-sifat penting untuk terlibat dalam perbedaan pendapat yang masuk akal 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman Ide dan pengalaman yang bersifat naratif yang dapat menjelaskan perbedaan pendapat paling baik 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari meminta kelompok presentasi hasil kerja 8

2. Kemampuan Berpikir Kritis