9
hasil observasi 3.
Menyimpulkan
Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
Menginduksi dan mempertimbangkna
induksi
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
4. Memberikan
penjelasan lanjut
Mendefinisikan istilah
dan mempertimbangkan suatu definisi
dalam tiga dimensi
Mengindetifikasi asumsi 5.
Mengatur strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
Berinteraksi dengan orang lain
Sumber: Ennis Muhfahroyin, 2009 Menurut Ennis 1993 kemampuan berpikir kritis dapat diukur
dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis. Instrumen berpikir kritis dapat bertujuan untuk
mengukur satu aspek atau lebih dari satu aspek berpikir kritis. Dalam penelitian ini tidak akan digunakan semua indikator karena
waktu penelitian yang terbatas namun hanya menggunakan 5 indikator berpikir kritis yang berasal dari 2 aspek. Indikator-indikator tersebut
yaitu 1 memfokuskan pertanyaan, 2 menganalisis peretanyaan, 3 bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan, 4
mempertimbangkna apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, serta 5 mengobsaervasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
3. Analisis Materi
Materi fenomena gunung api pada penelitian ini terfokus pada isu erupsi gunung merapi yang terdapat di Jawa Tengah. Materi ini mencakup
kompetensi inti dan komnpetensi dasar yang ada pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas VII. Seperti dijabarkan pada tabel sebagi berikut:
Tabel 2.3 Penjabaran Kompetensi inti dan Kompetensi dasar
pembelajaran Socioscientific Issues
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
8
KI.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3.10 Mendeskripsikan tentang penyebabterjadinya pemanasan
global dan dampaknya bagi ekosistem.
KI.4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori.
4.13 Menyajikan data dan informasi tentang pemanasan
global dan memberikan usulan penanggulangan masalah.
Bahan kajian dalam penelitian ini adalah materi pemanasan global. Isu yang digunakan dalam materi ini yaitu isu kekeringan yang terjadi di
Sukabumi, Jawa barat. Isu ini sesuai dengan pembelajaran SSI karena bersifat lokal dan merupakan permasalahan yang dapat dilihat bahkan
dirasakan dalam kehidupan siswa. Isu ini menyajikan hubungan antara konsep biologi yakni pemanasan global dengan kehidupan yang ada di
masyarakat. Adapun isi materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni sebagi berikut.
a. Pemanasan Global Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C 1.33 ± 0.32°F
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC menyimpulkan bahwa, sebagian besar
peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca Wahono dkk, 2014.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi turunnya air dari atmosfer,
9
misal hujan, salju. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan
punahnya berbagai jenis hewan. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca
Wahono dkk, 2014 .
Protokol Kyoto adalah kesepakatan internasional Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim UNFCCC atau
FCCC, yang ditujukan untuk melawan pemanasan global. UNFCCC adalah perjanjian lingkungan hidup internasional dengan
tujuan mencapai “stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang akan mencegah gangguan antropogenik
yang berbahaya dengan sistem iklim.” Protokol Kyoto awalnya diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997 di Kyoto, Jepang, dan
mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005. Pada April 2010, 191 negara telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto
Wahono dkk, 2014 .
b. Mekanisme dan Penyebab Pemanasan Global Penyebab dari pemanasan global yaitu gas rumah kaca memalui
efek rumah kaca seperti yang disajikan pada Gambar 2.1.
Sumber: http:campaign-pelangi.or.id
8
Gambar 2.1 Efek Rumah Kaca green house
Atmosfer bumi terdiri atas bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan
bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di
atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah
kaca tetap hangat. Dengan begitu, tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang
cukup. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon dioksida CO
2
, metana CH
4
, Nitrogen Oksida NO dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan CFC. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda
Wahono dkk, 2014. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari
CO. Contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO
2
. Molekul NO menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO. Gas-gas lain seperti
chlorofluorocarbons CFC ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO
2
Wahono dkk, 2014 .
Tabel 2.4 Jenis-jenis gas rumah kaca dan sumbernya Gas Rumah Kaca
Sumber
Karbohidrat CO
2
Pembakaran bahan bakar fosil di sektor energi, industri,
transportasi, deforestasi, dan pertanian.
Metana CH
4
Pertanian, perubahan tata lahan, pembakaran biomassa,
tempat pembuangan akhir sampah.
Nitroksida N
2
O Pembakaran bahan bakar
fosil, industri, pertanian. Hidrofluorokarbon HFC
Industri manufaktur, industri
9
pendingin freon,
penggunaan aerosol. Perfluorokarbon PFC
Industri manufaktur, industri pendingin
freon, penggunaan aerosol.
Sulfurheksaflourida SF
6
Transmisi listrik, manufaktur, industri pendingin freon,
penggunaan aerosol. Sumber:
Wahono dkk, 2014 c. Dampak Pemanasan Global
1 Mencairnya Es di Kutub Pemanasan global berdampak langsung pada terus
mencairnya es di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19
juta ton Volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya Baru-
baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008,
sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi hampir 1,5 kali luas kota Surabaya di Antartika runtuh
Wahono dkk, 2014
. 2 Meningkatnya Level Permukaan Laut
Mencairnya es di Kutub Utara dan Kutub Selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air
laut. Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair, level permukaan laut akan naik
sampai dengan 7 meter cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di
seluruh dunia Wahono dkk, 2014
. 3 Perubahan Iklim yang Makin Ekstrim
Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat,
8
tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan
makin lama makin kuat. Kita tentu menyadari betapa panasnya suhu di sekitar kita belakangan ini. Kita juga
dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang
mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim
kemarau ternyata malah hujan Wahono dkk, 2014
. 4 Gelombang Panas yang Makin Meningkat
Pemanasan global mengakibatkan gelombang panas menjadi makin sering terjadi dan makin kuat.
Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata
Wahono dkk, 2014
. 5 Habisnya Gletser sebagai Sumber Air Bersih
Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih dan pada jangka panjang akan turut
menyumbang peningkatan level air laut dunia. Gletser- gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang
mengkhawatirkan. NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan
dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 m
3
. Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya
es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut
merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas
Wahono dkk, 2014 .
9
B. Kerangka Berpikir