Prinsip Pengembangan Kurikulum PENDAHULUAN

12a KTSP PLK Terpencil Batu-Jatim 12 ƒ Mengembangkan potensi dan keterampilan peserta didik terutama yang terkait dengan keterampilan vokasional ƒ Meningkatkan kemampuan bersosialisasi bagi peserta didik. ƒ Menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien .

G. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum SDN Gunungsari 4 dikembangkan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Pengembangan kurikulum ini berdasarkan prinsip- prinsip sebagai berikut : 1. Berpusat kepada kebutuhan siswa. Setiap siswa berbeda. Di dalam kelas kebutuhan siswa sangat beragam, baik dari sisi akademik maupun non akademik. Setiap siswa adalah unik. 2. Memperhatikan kondisi sekolah dan lingkungan. Kondisi setiap sekolah memiliki permasalahan yang berbeda. Apa yang dimiliki oleh setiap sekolah dapat dijadikan sebagai karakteristik dari sekolah tersebut dan menjadi kekuatan yang mungkin tidak dimiliki oleh sekolah lain. 3. Dinamis dalam memperhatikan perkembangan pendidikan. Pendidikan selalu berkembang. Setiap sekolah selayaknya selalu mengikuti perkembangan pendidikan yang terus menerus berkembang setiap waktu. 4. Bebas gender Memberlakukan keadilan terhadap siswa laki-laki dan perempuan di dalam pembelajaran. 5. Berkesinambungan Setiap materi diperhatikan urutannya sesuai dengan kebutuhan, baik dari sisi isi maupun tingkat kesulitan. 12a KTSP PLK Terpencil Batu-Jatim 13

BAB II PROFIL DAN POTENSI SEKOLAH

A. Profil Sekolah

Selama ini kota Batu, Jawa Timur dikenal sebagai kota pegunungan yang indah dan banyak tempat-tempat wisatanya. Dusun Brau tempat di mana SDN Gunungsari 4 berada, terletak di lembah yang dikelilingi oleh dua gunung yaitu Gunung Banyak dan Gunung Goweng. Jarak jangkau dan beratnya jalan tempuh menuju Dusun Brau, Desa Gunungsari ini, serta sulitnya transportasi tidak ada tranportasi umum dan komunikasi membuat daerah ini dikategorikan oleh pemerintah sebagai daerah terpencil pegunungan. Untuk mencapai Dusun Brau harus menempuh jalan perbukitan hutan pohon pinus yang menanjak-menurun dan persawahan sayuran dengan jarak antara dusun Brau dan pusat Desa Gunungsari + 15 km. Namun, dengan panorama alam dan petak-petak sawah pertanian yang indah, serta udara yang sejuk perjalanan menuju dusun ini dapat dinikmati dan tidak terasa berat. Sekolah di Dusun Brau, Desa Gunungsari dirintis sejak tahun 1986. Semula sekolah ini merupakan SD guru kunjung, di mana secara rutin guru mengunjungi ke lokasi peserta didik. Tempat kegiatan pembelajarannya di rumah masyarakat dan berpindah- pindah tempat belajar untuk mencari lokasi yang tidak terlalu jauh jarak tempuhnya ke sekolah bagi siswa. Mengingat kondisi jalanan tanah merah dan bebatuan, di mana anak berjalan kaki tanpa alas kaki ke sekolah. Jalanan seperti ini sangat berat di saat musim hujan. Listrik pada saat ini baru masuk Desa Gunungsari. Jumlah guru hanya satu, tetapi dibantu oleh masyarakat setempat sebagai tutor lokal. Pada saat ini, animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sangatlah rendah. Mengatasi keadaan ini, tanpa mengenal lelah dan secara rutin guru mengadakan pendekatan ke masyarakat dengan ramah dan kekeluargaan dalam menyadarkan orangtua akan pentingnya pendidikan bagi anak dan memotivasi para orangtua untuk mengantarkan anaknya bersekolah. Penekanan pembelajaran terutama pada membaca, menulis, dan berhitung. Pada tahun 1988 SD Kunjung ini memiliki tempat Kegiatan Belajar dan berkembang menjadi SD Kecil. Tempat Kegiatan Belajarnya sangat sederhana. Lokasi sekolah ditetapkan di lembah gunung yang merupakan tempat paling strategis bagi seluruh penduduk Dusun Brau, dengan pertimbangan pada keadaan populasi penduduk yang tersebar dan berjauhan. Masyarakat membagi Dusun Brau menjadi tiga wilayah yaitu Brau Bawah di lembah, Brau Tengah + 3 km dari Brau Bawah menanjak ke pegunungan dan Brau Atas + 5 km dari Brau Bawah menanjak ke pegunungan. Adapun persebaran penduduk sebanyak 45 KK 1 RT berada di Brau Bawah, 33 KK 1 RT berada Brau Tengah dan ada 2 RT yang masing-masing 35 KK berada di Brau Atas. Pada masa ini pun, usaha guru dalam membimbing dan memotivasi masyarakat untuk bersekolah masih dengan kerja keras. Hal ini disebabkan karena jarak tempuh ke sekolah + 3 km – 5 km menanjak dan menurun terasa berat bagi siswa yang selalu berjalan kaki ke sekolah. Namun, peserta didik pada saat ini sudah