Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sektor Industri di Sumatera Utara.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH INVESTASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB SEKTOR INDUSTRI DI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Esra Frantino B 040501002

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

ABSTRACT

The aim of this research is to the analyze the factors which influence to Gross Regional Domestic Product of sub sector industry in North Sumatera. Independent variable are foreign investment, domestic investment and labour. This research use data secondary in the form of time series with period 1986-2006. In analysing the level of independent variable influence to devendent variable, this research use Ordinary Least Square by using E-views 4.1 program.

From result of research by using E-views 4.1, can known that of independent variable is foreign investment has negative effect (not signicant) on Gross Regional Domestic Product of sub sector industry, meanwhile variable domestic investment and labour have positive effect (significant) on Gross Regional Domestic Product of sub sector industry.

Keywords:Foreign Investment, Domestic Investment, Labour, Gross Regional Domestic Product of sub sector industry, North Sumatera.


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri di Sumatera Utara. Variabel independennya adalah investasi asing, investasi dalam negeri dan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series dengan priode 1986-2006. Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini mengggunakan metode Ordinari Least Squere (OLS), dengan menggunakan program E-views 4.1.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan program E-views 4.1 maka dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu, investasi asing berpengaruh negatif (tidak signifikan) terhadap PDRB sektor industri, sedangkan variabel investasi dalam negeri dan tenaga kerja berpengaruh positif (signifikan) terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

Kata kunci: investasi asing, investasi dalam negeri, tenaga kerja ,PDRB sektor industri


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sektor Industri di Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan, Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Prof. DR Syaad Afifuddin, MSi selaku dosen pembanding I 5. Ibu Dra. Raina Linda S, MSi, selaku dosen pembanding II

6. Bapak DR. Irsyad Lubis, Msoc, Sc, Phd, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen wali penulis.

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendukung, mendidik, dan membimbing penulis dengan baik.

8. Kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu setia mendoakan penulis, dan memberikan dukungan baik moril maupun material

9. Buat kak Eva, kak Irma, adek Firman, adek Omri yang selalu menjadi motivasi bagi penulis


(5)

10. Buat my friends: Chandra, Pian, Toto, Marwan, Edy, Suby, Niel, Deon yang merupakan teman-teman seperjuangan penulis dalam suka dan duka

11. Teman-teman seperjuangan penulis lainnya yang tetap selalu memberikan motivasi dan pihak-pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya dengan keterbatasan waktu, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki pada penulisan skripsi ini yang tidak terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari semua pihak yang berkompeten dalam bidang ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 2008

(Esra Frantino B)


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... .. i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produk Domestik Regional Bruto ... 7

2.1.1 Pengertian PDRB ... 7

2.2.2 Metode Perhitungan PDRB ... 8

2.2.3 Teori-Teori PDRB ... 12

2.2 Industri ... 14

2.2.1 Pengertian Industri ... 14

2.2.2 Klasifikasi Industri ... 15

2.2.3 Teori Perrtumbuhan Industri... 17

2.2.4 Peranan Sektor Industri... 19


(7)

2.3.1 Pengertian Investasi ... 23

2.3.2 Jenis-Jenis Industri ... 23

2.3.3 Teori Investasi ... 26

2.4 Ketenagakerjaan ... 30

2.4.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 30

2.4.2 Teori Ketenagakerjaan ... 31

2.5 Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri ...33

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian ... 35

3.2 Jenis dan Sumber data ... 35

3.3 Model Analisis Data ... 36

3.4 Alat Analisis Data ... 37

3.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 37

3.7 Uji Penyimpangan Klasik ... 39

3.6 Defenisi Operasional ... 42

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 43

4.1.1 Kondisi Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara ... 43

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara ... 49

4.1.3 Perkembangan Sektor Industri Sumatera Utara ... 54

4.1.4 Perkembangan Investasi Sektor Industri Di Sumatera Utara ... 56

4.1.5 Perkembangan Ketenagakerjaan Sektor Industri Di Sumatera Utara ... 59

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62


(8)

4.2.2 Interpretasi Model ... 63

4.2.3 Uji Kesesuaian (Test of Goodnest of Fit) ... 64

a) Analisis koefisien Determinasi (R-square) ... 64

b) Uji t-statistik (uji parsial) ... 65

c) Uji F-statistik ... 68

4.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 69

a) Uji Multicolinearity ... 69

b) Uji Durbin Watson (D-W Test) ... 70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 : Kontribusi PDRB Sektor Industri

Terhadap PDRB Sumatera Utara 3 2.1 : Penggolongan Industri Menurut ISIC 15 4.1 : Kondisi Geografis Sumatera Utara

Berdasarkan Kabupaten/Kotamadya 45 4.2 : Inflasi Sumatera Utara Tahun 1985-2006 51 4.3 : PDRB Sumatera Utara Tahun 1985-2006 53 4.4 : Perkembangan PDRB Sektor Industri

Di Sumatera Utara 56 4.5 : Perkembangan Investasi Sektor Industri

Di Sumatera Utara 56

4.6 : Perkembangan Ketenagakerjaan Sektor Industri


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 3.1 : Kurva Uji D-W Statistik 41 Gambar 4.1 : Uji-t variabel Investasi Asing (X1) 66

Gambar 4.2 : Uji-t variabel Investasi Dalam Negeri (X2) 67

Gambar 4.3 : Uji-t variabel Tenaga Kerja Sektor Industri (X3) 67

Gambar 4.4 : Kurva Uji F-Statistik 68


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Data Variabel LAMPIRAN 2 : Hasil Regresi

LAMPIRAN 3 : Hasil Regresi Variabel Investasi Asing (X1) terhadap Investasi Dalam Negeri (X2) dan Tenaga Kerja (X3) LAMPIRAN 4 : Hasil Regresi Variabel Investasi Dalam Negeri (X2) terhadap Investasi Asing (X1) dan Tenaga Kerja (X3) LAMPIRAN 5 : Hasil Regresi Variabel Tenaga Kerja (X3) terhadap


(12)

ABSTRACT

The aim of this research is to the analyze the factors which influence to Gross Regional Domestic Product of sub sector industry in North Sumatera. Independent variable are foreign investment, domestic investment and labour. This research use data secondary in the form of time series with period 1986-2006. In analysing the level of independent variable influence to devendent variable, this research use Ordinary Least Square by using E-views 4.1 program.

From result of research by using E-views 4.1, can known that of independent variable is foreign investment has negative effect (not signicant) on Gross Regional Domestic Product of sub sector industry, meanwhile variable domestic investment and labour have positive effect (significant) on Gross Regional Domestic Product of sub sector industry.

Keywords:Foreign Investment, Domestic Investment, Labour, Gross Regional Domestic Product of sub sector industry, North Sumatera.


(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri di Sumatera Utara. Variabel independennya adalah investasi asing, investasi dalam negeri dan tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk time series dengan priode 1986-2006. Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, penelitian ini mengggunakan metode Ordinari Least Squere (OLS), dengan menggunakan program E-views 4.1.

Dari hasil penelitian dengan menggunakan program E-views 4.1 maka dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu, investasi asing berpengaruh negatif (tidak signifikan) terhadap PDRB sektor industri, sedangkan variabel investasi dalam negeri dan tenaga kerja berpengaruh positif (signifikan) terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

Kata kunci: investasi asing, investasi dalam negeri, tenaga kerja ,PDRB sektor industri


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia, khususnya dalam bidang ekonomi ditempatkan pada urutan yang pertama dari seluruh aktifitas pembangunan. Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah usaha atau kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,memperbesar kesempatan kerja, meningkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan peran lembaga ekonomi, dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke skunder dan tersier. Jadi tujuan pembangunan nasional bukan hanya mengejar pembangunan ekonomi yang tinggi saja melainkan juga memberikan penekanan pada aspek pendapatan masyarakat dan pemerataan.

Pembangunan yang berhasil menunjukkan bahwa perlunya pembangunan yang seimbang yang ditekankan pada keuntungan yang akan diperoleh dari adanya saling ketergantungan yang efisien dari berbagai sektor, yaitu sektor industri, sektor pertanian dan sektor jasa. Dimana akan timbul banyak masalah jika pembangunan itu hanya dipusatkan pada satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara berbagai sektor akan menyebabkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap berbagai kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan menjadi terhambat.


(15)

Pembangunan sektor industri merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang secara potensial memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia. Adanya pembangunan di sektor industri semakin menunjukkan adannya peranan yang sangat berarti dimana sektor industri mampu menumbuhkan sektor pertanian dan kegiatan jasa yang semakin meluas.

Meningkatnya laju pertumbuhan sektor industri yang selalu relatif selalu lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan jasa, memperlihatkan bahwa sektor industri mendominasi dalam perekomnomian nasional dibandingkan dengan sektor lainnya. Seperti pada tahun 2003 kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat menjadi 28,84 % dari angka 25,45 % pada masa sebelum krisis tahun 1998.

Sumatera utara merupakan salah satu wilayah yang potensial dilihat dalam kerangka makro serta letak geografis yang strategis. Potensi sektor industri merupakan faktor penting yang berperan serta dalam meningkatkan perekonomian daerah dan memegang peranan dalam pembangunan perekonomian di wilayah Sumatera Utara. Adanya peranan dari sektor industri baik industri besar, sedang , kecil dan rumah tangga pada akhirnya menjadi kekuatan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi di Sumatera Utara.

Peningkatan pembangunan sektor industri yang efisien diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang bekerja disektor industri maupaun yang non industri, terbukanya lapangan pekerjaan yang pada akhirnya dapat menyerap tenaga kerja.


(16)

Laju pertumbahan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2002 adalah sebesar 4,04%, tingginya laju pertumbuhan ini disebabkan karena meningkatnya sumbangan dari sektor industri sebesar 77,26%. Pada priode 1994-1998 terlihat bahwa sektor industri mampu menggeser peranan sektor pertanian sebagai sektor yang utama dalam pembentukan PDRB Sumatera Utara. Rata-rata kontribusi sektor indusri pada masa periode tersebut mencapai 27% sedangkan sektor pertanian sebesar 25%.

PDRB sektor industri merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan sektor industri. Dibawah ini dapat kita lihat kontribusi perkembangan PDRB sektor industri terhadap PDRB Sumatera Utara.

Tabel 1.1

Kontribusi PDRB Sektor Industri terhadap PDRB Sumatera Utara Atas Harga Konstan 1993

Tahun PDRD Sumatera Utara (Rp Juta)

PDRB Sektor Industri (RP Juta)

2002 24918,696 18904,13

2003 2707,250 19298,24

2004 28598,610 20337,03

2005 29505,150 21305,37

2006 30785,326 22470,56

Bila kita amati perkembangan PDRB sektor industri dari tahun 2002 sampai tahun 2003 mengalami peningkatan yaitu dari Rp18904,13 juta menjadi Rp19298,24 juta. Kemudian ditahun 2004 PDRB sektor industri juga mengalami peningkatan yaitu menjadi Rp20337,03 juta, meningkat lagi pada tahun 2005 menjadi Rp21305,37 juta. Pada tahun 2006 menjadi Rp30385,326 juta.


(17)

Perkembangan sektor industri tidak dapat terlepas dari adanya investasi baik itu investasi asing dan investasi dalam negeri serta aspek lain yang ikut berperan penting yaitu tenaga kerja di sektor industri. Investasi yang ditanamkan pada sektor industri baik itu investasi asing dan investasi dalam negeri akan selalu diikuti oleh perkembangan teknologi, karena perkembangan ini akan memberikan sumbangangan penting dalam kenaikan produktifitas dan pendapatan perkapita masyarakat. Tenaga kerja dalam pembangunan nasional merupakan faktor dinamika yang penting dalam menentukan laju pertumbuhan perekonomian.

Investasi dan tenaga kerja adalah input dalam memproduksi barang dan jasa di sektor industri. Investasi berfungsi sebagai penunjang dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang mana penciptaan lapangan pekerjaan akan memberikan peluang bagi para angkatan karja yang akan menjadi tenaga kerja di sektor industri.Interaksi antara investasi dan tenaga kerja akan mendorong sektor industri untuk memproduksi out put, dimana dengan meningkatnya jumlah out put maka pertumbuhan sektor industri melalui PDRB sektor industri akan meningkat juga, peningkatan PDRB sektor industri ini akan mendorong peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bedasarkan uraian diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sektor Industri Di Sumatera Utara”.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah sabagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh investasi asing terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

2. Bagaimana pengaruh investasi dalam negeri terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja di sektor industri terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

1.3. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenaranya harus diuji secara empiris.

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1. Jumlah investasi asing memiliki pengaruh positif terhadap PDRB sektor

industri di Sumatera Utara.

2. Jumlah investasi dalam negeri memiliki pengaruh positif terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

3. Jumlah tenaga kerja memiliki pengeruh positif terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.


(19)

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh investasi asing terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh investasi dalam negeri terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jumlah tenaga kerja di sektor industri terhadap PDRB sektor industri.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah dan melengkapi hasil-hasil penelitian yang telah ada, khususnya mengenai investasi dan tenaga kerja

2. Sebagai bahan masukan tambahan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan dibidang penelitian bagi penulis.

4. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis, serta salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.


(20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Produk Domestik Regional Bruto. 2.1.1 Pengertian PDRB

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Dengan perkataan lain arah dari pertumbuhan ekonomi lebih kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quntitative change) dan bisanya dihitung dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang akhir dan jasa (final goods and service) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu dan biasanya satu tahun.

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi secara nominal dapat digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB digunakan untuk berbagai tujuan tetapi yang terpenting adalah untuk mengukur kinerja perekonomian secara keseluruhan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa, serta ekspor netto.


(21)

2.1.2 Metode Perhitungan PDRB I. Metode Langsung

1. Pendekatan Produksi

Dengan pendekatan Produksi (production approach) produk nasional atau produk domestik bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian.

Dengan demikian, GNP atau GDP menurut pendekatan produksi ini adalah penjumlahan dari masing-masing barang dan jasa dengan jumlah atau kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan, hal ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y =

Y

t1

PtQ1

Dimana :

Y = produk nasional atau produk nasional bruto (GNP atau GDP) P = harga barang unit ke-1 hingga unit ke-n

Q= jumlah barang jenis ke-1 hingga jenis ke-n 2. Pendekatan Pendapatan.

Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan dimana pendapatan nasional diperolah dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagi dari faktor produksi yang menyumbang terhadap proses produksi.


(22)

Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan.

a. Kompensasi untuk pekerja (compensation for employees), yang terdiri dari upah (wages) dan gaji (salaries) ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji (misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana pensiun dan dana jaminan sosial), dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan nasional.

b. Keuntungan perusahaan (corporate provit), yang merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan untuk mambayar pajak keuntungan perusahaan (corporate profity takes), sebagian lagi dibagikan kepada para pemilik saham (stockholders) sebagai deviden, dan sebagian lagi ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan.

c. Pendapatan usaha perorangan (proprictors income), yang merupakan kompensasi atas penggunaan tenage kerja dan sumber-sumber dari self employeed person, misalnya petani, self employeed profesional, dan lain-lain.dengan perkataan lain proprictors income merupakan pendapatan new korporasi.

d. Pendapatan sewa (rental income of person), yang merupakan kompensasi untuk pemilik tanah, rental businees dan recidential properties, termasuk didalamnya pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat dalam bisnis real estate : pendapatan sewa dihitung untuk


(23)

rumah-rumah yang non form yang dihuni oleh pemiliknya sendiri; dan royalties yang diterima oleh orang dari hak paten, hak cipta, dan hak terhadap sumber daya alam.

e. Bunga netto (net interest) terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan dikurangi oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga netto yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar oleh pemerintah dan yang dibayar oleh konsumen tidak termasuk didalamnya.

Secara matematis pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd Dimana:

Yw = Pendapatan dari upah, gaji dan pendapatan lainnya sebelum pajak Yr = Pendapatan dari bunga

Ynr dan Ynd = Pendapatan dari keuntungan dari perusahaan dan pendapatan lainnya sebelum pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional atau produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh pemintaan akhir (final demand) atas out put yang dihasilkan dalam


(24)

perekonomian, diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain produk nasional atau produk domestik regional bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk kegiatan ekspor dan impor (X-M).

II. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut melalui PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan. Pendapatan regional suatu provinsi dapat diukur untuk menghitung kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan karena dua faktor yaitu:

a. Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli penduduk (kenaikan rill).

b. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan pendapatan yang tidak riil. Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnnya (riil) maka faktor yang harus dieliminir pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi


(25)

belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku, sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

2.1.3 Teori-Teori PDRB

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan out put perkaita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999).

1. Teori Klasik

Ahli ekonomi klasik yakin dengan adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para ahli ekonomi klasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci kemajuan. Karena itu mereka menekanakan betapa pentingnya tabungan dalam jumlah besar, selain itu mereka juga berpendapat bahwa keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan merangsang investasi, semakin besar keuntungan dan akan semakin besar pula akumulasi modal investasi.


(26)

2. Teori Ricardian

David Ricardo mengungkapkan pandangannya mengenai pembangunan ekonomi dalam bukunya The Principles Of Political Ekonomy And Taxation. David mengungkapkan bahwa faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah buruh, pemupukan modal, perdagangan luar negeri.

Seperti ahli ekonomi modern, teori Ricardo menekankan pentingnnya tabungan untuk pembentukan modal. Dibanding pajak David Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui tabungan.Tabungan dapat diperoleh dengan penghematan pengeluaran, memproduksi lebih banyak, dan dengan meningkatkan tingkat keuntungan serta mengurangi harga barang.

3. Teori Harodd – Domar

Model pertumbuhan Harodd – Domar dibangun berdasarkan pengalaman negara maju. Harodd – Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, mengenai watak ganda yang dimiliki oleh investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan kedua ia memperbesar kapasitas produksi pertanian dengan cara menaikkan stok modal. Karena itu selama investasi netto tetap berjalan , pendapatan nyata dan out put akan senantiasa tambah besar.


(27)

Harodd – Domar (Suryana, 2000) mengembangkan analisa Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi . Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.

2.2 Industri

2.2.1 Pengertian Industri

Menurut Nurimansyal Hasibuan (1987:3) pengertian industri sangat luas, dapat dalam ruang lingkup makro dan mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan yang dapat manghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti yang erat.

Dari segi pembentukan yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang mencibtakan nilai tambah. Jadi batasan industri dalam arti makro, semua produk baik barang maupun jasa. Menurut G. Karvasaputra, Cs, (1992) pengertian industri yaitu, perusahaan industri itu meliputi bahan baku dan bahan lain yang mendukung proses produksi, upah, perhitungan harga pokok dan peralatan produksi, pengeluran dan pemasukan pada pabrik, laporan perusahaan pabrik dengan produk satuannya dan biaya perusahaan lainnya.


(28)

 Perindustrian adalah tatanan atau segala sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan industri.

 Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku bahan setengah jadi, barang jadi menjadi barang yang lebih tinggi penggunaannya.

2.2.2 Klasifikasi Industri

Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa sudut tinjauan atau beberapa pendekatan. Di Indonesia industri digolongkan berdasarkan kelompok komoditas, skala usaha, dan berdasarkan arus produknya. Penggolongan yang paling universal yaitu berdasarkan International Standard of Clasification (ISIC), yakni berdasarkan pendekatan kelompok komoditas.

Tabel 2.1

Penggolongan Industri Menurut ISIC Nomor Golongan Industri

31 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 32 Industri Tekstil, Pakian jadi dan Kulit 33 Industri kayu, Perabot Rumah Tangga 34 Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit 35 Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik

36 Industri Barang Galian Bukan Logam, kecuali Minyak bumi dan Batubara

37 Industri Logam Dasar 38 Industri Barang dari Logam 39 Industri Pengolahan lainnya


(29)

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan, pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi 2 sub sektor yaitu,

1. Sub sektor industri pengolahan migas 2. Sub sektor industri pengolahan non migas

Sedangkan untuk keperluan pengembangan sektor industri itu sendiri (industrialisasi) serta yang berkaitan dengan administrasi Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DEPERINDAG) digolongkan berdasarkan atas hubungan arus produk, yaitu :

1. Industri Hulu yang terdiri dari : a. Industri kimia dasar

b. Industri mesin, logam dasar dan elektronika 2. Industri hilir yang terdiri dari :

a. Aneka industri b. Industri kecil

Julian Luthan mengklasifikasikan industri kedalam empat golongan yaitu :

 Inudstri besar yaitu industri yang mengggunakan mesin, tenaga, dan buruh lebih dari 50 orang

 Industri sedang, yakni industri yang menggunakan mesin, tenaga, dan buruh antara 5-49 orang.

 Industri kecil yaitu industri yang menggunakan mesin, tenaga, dan buruh 1-4 orang.


(30)

 Industri kerajinan rumah tangga yaitu suatu usaha pengubahan atau pembentukan satu barang menjadi barang lain lebih tingggi dan tidak menggunakan buruh yang dibayar.

Menurut Badan Pusat Staistik pengelompokan industri di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Pembagian sektor industri berdasarkan jenis produk yang dihasilkan. Berdasarkan pengelompokan ini sektor industri dibagi atas sembilan sub sektor (tabel 2.1).

2. Pembagian sektor industri berdasarkan banyaknya tenaga kerja, industri dibagi atas empat sub sektor yakni : industri rumah tangga, industri kecil, industri sedang, dan industri besar.

2.2.3 Teori Pertumbuhan Industri

Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi diseluruh negara seluruh dunia melaksanakan industrialisasi (Chenery, 1986). Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri telah di percaya diseluruh dunia yang merupakan satu-satunya leading sektor yang membawa suatu perekonomian menuju kemakmuran.


(31)

Sektor industri dijadikan suatu leading sektor sebab sektor ini memiliki begitu banyak kelebihan dibandingkan dengan sektor pertanian. Kelebihannya yaitu produknya memiliki dasar tukar (term of trade) yang tinggi, nilai tambah besar, bagi pengusaha memiliki keuntungan yang basar, dan proses produksinya lebih bisa dikendalikan manusia.

Gerak industri disetiap negara berbeda-beda. Dalam implementasinya ada 4 teori yang dilaksanakan oleh beberapa negara yang melandasi industrialisasinya (Dumairy,1996).Teori-teori tersebut antara lain:

1. Keunggulan Komparatif (comparative advantage), jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang menjadi keunggulan komperatif dari negara tersebut.

2. Keterkaitan Industri (industrial linkage), jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah yang mempunyai keterkaitan yang luas dengan sektor ekonomi yang lain.

3. Pencibtaan kesempatan kerja (employment creation), jenis industri yang dikembangkan oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mampu menyerap tenaga kerja yang tersedia dalam jumlah yang besar.

4. Loncatan teknologi (technology jump), jenis industri yang dianut oleh negara yang menganut teori ini adalah industri yang mempunyai teknologi yang tinggi sehinga akan terjadi alih tekhnologi bagi sektor yang lain.


(32)

2.2.4 Peranan Sektor Industri

 Peranan Sektor Industri Terhadap Pembangunan Daerah

Pembangunan industri didaerah merupakan bagian dari pembangunan industri secara nasional, dimana keberhasilan pembangunan industri didaerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya pelaksanaan pembangunan secara nasional. Perkembangan industri baik industri besar, sedang, kecil dan rumah tangga, merupakan sasaran pembangunan industri di Indonesia, khususnya Sumatera utara yang akan mengalami perubahan kearah yang lebih sempurna.

Dalam rangka menuju era industrialisasi semua sektor industri harus berkembang sesuai dengan kebijakan pengembangan industri nasional yaitu, industri yang didukung oleh partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya dan dibina dalam sentra-sentra industri dengan mengaitkan program pembangunan industri dengan pusat pengembangan wilayah kawasan industri.

Sektor industri harus dikembangkan karena merupakan sektor yang potensial untuk membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai peluang pasar yang lebih baik jika dibandingkan dengan sektor yang lainnya.jumlah penduduk yang padat di Indonesia memberikan peluang yang positif bagi perkembangan sektor industri karena merupakan sumber daya manusia yang mendukung sektor industri.


(33)

Perkembangan sektor industri diharapkan dapat menyerap tenaga kerja yang besar sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada. Sejalan dengan gerak langkah pembangunan nasional maka sektor industri adalah salah satu faktor yang sangat menentukan laju perkembangan pertumbuhan ekonomi nasional.

Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara melalui pembangunan sektor industri yang mana pelaksanaan pembangunanya sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan daerah Sumatera Utara untuk mempercepat proses industrialisasi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang sehat dapat tercapai dengan baik. Pembangunan sektor industri yang ada diusahakan untuk kegiatan yang berorientasi pada kegiaatan ekspor, penyediaan kebutuhan dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada.

 Keterkaitan Pertumbuhan Sektor Industri Dengan Pertumbuhan Sektor Lainnya.

Pembangunan yang berhasil yaitu pembangunan yang dilaksakan secara seimbang antara berbagai sektor yang ada karena apabila pembangunan itu hanya dilaksakan pada salah satu sektor saja maka akan mengakibatkan kertidakstabilan dalam pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan sektor industri memiliki keterkaitan yang erat dengan pelaksanaan pembangunan sektor yang lain termasuk sektor pertanian dan jasa.


(34)

Sejak tahun 1972 (Pelita I) meletakkan sektor pertanian sebagai landasan pembangunan bangsa. Dimana peranan dari sektor pertanian ini sangat besar pengaruhnya dan juga banyaknya penduduk yang terlibat langsung didalam pelaksanaanya, yakni sebesar 51-52 %.

Kebijakan yang diambil tersebut ternyata membawa pengaruh yang besar yaitu tercapianya swasembada beras setelah bekerja keras selama 15 tahun. Pada saat terjadinya krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 Indonesia mengimpor beras, namun pada tahun 2004 Indonesia dapat kembali mencukupi kebutuhan beras nasional.

Pemenuhan kebutuhan pangan harus dipertahankan, karena akan sangat memperhatikan jumlah penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa akan menggantungkan kebutuhan pangannya pada bangsa yang lain.

Oleh karena itu usaha diversifikasi pangan harus terus dikembangkan agar bangsa Indonesia dapat terus melaksanakan swasembada pangan yang berkelanjutan. Pelaksanaannya juga diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bersamaan dengan program pembangunan sektor pertanian, pada Pelita I mulai dirintis upaya melaksanakan pembangunan sektor industri, yang bertujuan menunjang sektor pertanian.

Perkembangan sektor ini berjalan pesat yang dipacu oleh pengembangan ekspor hasil industri. Pada tahun 1993, ekspor hasil industri jauh melampaui ekpor migas. Karena peranan sektor industri pada tahun 1993 terhadap PDB telah mencapai proporsi lebih dari 22,3 % dari PDB .


(35)

Perkembangan ini juga mendukung kegiatan industri jasa. Pada tahun 2003, ekspor hasil industri berkembang dengan baik, dan sumbangan sektor industri terhadap PDB pada tahun 2003 meningkat dari 28,84 % dari angka 25,45% sebelum masa krisis ekonomi pada tahun1996.

Pengembangan ketiga sektor ini yaitu, pertanian, industri, dan jasa saling menguatkan satu sama yang lainnya. Perkembangan sektor pertanian yang tinggi menguatkan peranan dari sektor industri dalam perkembangan industri yang berdaya saing yang tinggi dengan dukungan sumber daya manusia yang memadai.

Industri yang tumbuh dengan baik akan mampu menyerap dukungan dari sektor pertanian dan sekaligus meningkatkan nilai tambahnya. Perkembangan dari sektor industri juga akan meningkatkan perkembangan dari sektor jasa karena sektor industri juga didukung oleh peranan perbankan, asuransi, periklanan, akuntansi, pelatihan, pemasaran, distribusi, pengangkutan dan berbagai jasa yang lainnya.

Bagaimana kerterkaitan antara sektor pertanian, industri dan jasa terlihat dari, upaya swasembada pangan yang tidak hanya didukung oleh peranan bibit unggul dan irigasi saja maupun juga peranan dari perbankan dan kemampuan petani saja tetapi juga didukung oleh peranan industri dalam menyediakan peralatan untuk pengolahan tanah, pupuk, pestisida, dan prose pasca panen. Ekspor hasil industri yang tidak hanya memanfaatkan produk hasil pertanian, perkebunan, pertenakan, kehutanan, mempunyai daya saing yang kuat.


(36)

2.3 Investasi

2.3.1 Pengertian Investasi

Investasi (investment)dapat difenisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok capital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal (capital

accumulation) pembentukan atau penanaman modal (capital formulation). Dengan

kata lain istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi atau menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian

2.3.2 Jenis-Jenis Investasi

Secara umum terdapat empat jenis-jenis investasi yaitu,

1. Investasi Yang terdorong (induced invesment) dan investasi otonom (autonomous investment).

Investasi terdorong (induced invesment) yaitu investasi yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan pendapatan, dimana apabila pendapatan bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan dan dengan adanya tambahan permintaan akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik yang baru atau mempeluas pabrik yang lama uintuk memenuhi jumlah permintaan yang semakin bertambah.


(37)

Investasi otonom (aoutonomous invesmant) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada diluar pendapatan yaitu tingkat teknogi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi ini diadakan bukan karena adanya pertambahan permintaan yang efektif tetapi investasi ini terlaksana dengan bebas. Besar kecilnya investasi otonom tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional atau pendaptan daerah. Jadi besar kecilnya pendapatan nasional tidak menentukan besar kecilnya investasi otonom.

2. Public Invesment dan Private Invesment

Public invesment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang sifatnya resmi.

Sedangkan private invesment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta dimana keuntungan merupakan prioritas yang utama, berbeda dengan investasi yang dilakukan oleh pemerintah dimana bertujuan untuk melayani dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

3. Domestic Invesment dan Foreign Invesment

Domestic invesment adalah sejumlah dana yang dimiliki oleh pihak dalam negeri yang digunakan untuk membangun faktor-faktor produksi yang dimilik suatu negara. Sedangkan foreign investment adalah penanaman modal yang dilakukan oleh pihak asing dalam suatu negara untuk mengembangkan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh suatu negara.


(38)

4. Gross Investment dan Net Investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksakan pada suatu waktu. Jadi itu mencakup segala sesutu jenis investasi, baik itu autonomous maupaun induced atau private maupaun public investment.atau dengan kata lain gross investment adalah investasi yang dilaksakan disuatu negara atau daerah selama priode tertentu. Nett investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyututan.

Apabila misalnya investasi bruto tahun ini adalah Rp25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi tahun yang lalu adalah sebesar Rp10 juta, maka investasi netto yang terjadi adalah sebesar Rp. 15 juta.

Di Indonesia klasifikasi atas investasi dapat dibedakan atas dua yaitu : a. Penanaman Modal Dalam Negeri

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta negara maupun swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta yang memiliki modal tersebut , dapat secara perorangan maupun badan hukum berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. PMDN adalah pengggunaan kekayan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung untuk menjalankan usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal.


(39)

b. Penanaman Modal Asing (PMA)

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung berdasarkan UU No. 1 Tahun 1967 dan yang digunakan menjalakan perusahaan di Indonesia, dengan kata lain pemilik modal langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

Pengertian penanaman modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. Jadi penanaman modal asing diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi.

Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam membangun dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Penanaman modal asing yang dilakukan di Indonesia tidak hanya dalam bentuk uang yang ditanamkan tetapi juga dalam bentuk mesin-mesin juga dalam bentuk ketrampilan teknik.

2.3.3 Teori Investasi

Teori Keynesian : Pendekatan Marginal Efisiensi Capital

Efisiensi marginal capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tindakan diskonto yang yang menyamakan present value dari penghasilan capital dengan harga barang modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilaksakan apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC ini dapat diproleh efisiensi marginal investasi (MEI) yang memperlihatkan hubungan antara investasi dengan tingkat bunga pasar.


(40)

Berdasarkan konsep MEI ini dengan stok capital tertentu , investasi bersih (net invesment) berhubungan negatif dengan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan apabila semakin rendah tingkat bunga maka investasi akan tinggi. MEC dan MEI digunakan unutk membedakan antara:

1. Jumlah investasi yang seharusnya dilakukan para pengusaha agar semua kegiatanproduksi yang baru yang memiliki tingkat pengembalian modal yang lebih atau sama dengan tingkat bunga yang berlaku dapat diwujudkan.

2. Investasi yang seharusnya dilakukan pengusaha pada suatu jangka waktu tertentu(Sadono Sukirno, 2000:374)

Untuk lebih jelasnya dalam hal ini analisis Keynes menunjukkan faktor-faktor yang menentukan investasi yaitu :

a. Tingkat Bunga

Hubungan antara tingkat bunga dan investasi adalah berbanding terbalik, yaitu apabila tingkat bunga rendah maka gairah perusahaan untuk melakukan investasi akan meningkat. Hubungan antara investasi dan tingkat bunga bersifat demikian karena sifat perusahaan dalam meklakukan investasi adalah untuk mendapatkan keuntungan, dimana tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan investasi.

b. Peningkatan aktifitas perekonoimian

Harapan dengan adanya peningkatan aktifitas perekonomian dimasa yang akan datang merupakan salah satu faktor penentu dalam mengadakan investasi, karena akan ada pemikiran bahwa perekonomian akan mengalami peningkatan


(41)

dimasa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC tetapi invetasi tetap akan dilakukan oleh investor karena mereka memiliki insting yang kuat bahwa mereka akan menerima keuntungan yang lebih besar pada masa yang akan datang.

c. Kestabilan politik suatu negara

Kestabilan politik suatu negara merupakan pertimbangan yang sangat menentukan dalam mengadakan investasi, karena dengan stabilnya politik suatu negara maka perkonomian akan berjalan dengan baik karenanya pihak investor dari luar tidak akan merasa kwatir untuk mengadakan penanaman modalnya di negara yang bersangkutan.

d. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi akan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi, dengan demikian kemajuan teknologi yang berlaku diberbagai kegiatan ekonomi akan mendorong lebih banyak investasi yang terjadi, semakin besar biaya yang diperlukan untuk mengadakan perombakan dalam teknologi maka semakin banyak investasi yang dilakukan.

Adapun keputusan untuk melakukan investasi tergantung dari ketiga unsur sebagai berikut :

1. Hasil penjualan.

Suatu kegiatan investasi akan memberikan tambahan hasil bagi perusahaan hanya jika investasi mampu menjual lebih banyak, ini berarti bahwa faktor penentu yang sangat berperan dalam investasi adalah tingkat out put secara


(42)

keseluruhan(GNP). Bila pabrik-pabrik beroperasi dibawah kapasitas normalnya maka perusahaan tidak akan berkeinginan untuk membangun pabrik yang baru atau mengadakaan perluasan kegiatan produksi, jadi dengan kata lain investasi tidak akan terlaksana. Secara umum investasi tergantung dari hasil penjualan yang akan dilaksanakan dari seluruh kegiatan perekonomian.

2. Biaya

Faktor kedua orang melakukan investasi adalah biaya investasi. Karena barang-barang yang berumur panjang maka analisis biaya lebih rumit daripada biaya komoditi yang lain seperti batu bata atau gandum. Apabila kita membeli barang-barang yang berumur panjang kita harus menghitung harga dari modal itu, dalam hal ini dinyatakan dalam tingkat bunga pinjaman. Pemerintah kadang kala memakai kebijakan fiskal untuk mempengaruhi investasi di sektor tertentu, dalam hal ini maka tingkat pajak sangat mempengaruhi biaya investasi yang terjadi.

3. Ekspektasi

Unsur ketiga yang ikut mempengaruhi dalam melakukan investasi adalah ekspektasi dan kepercayaan dunia usaha. Pada hakekatnya investasi bisa dikatakan sebagai perjudian mengenai masa depan, dengan taruhan hasil investasi akan lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan investasi. Bila kalangan bisnis beranggapan bahwa kondisi ekonomi Jerman akan mengalami depresi pada masa yang akan datang maka jelas mereka tidak akan mau mengadakan investasi atau penanaman modal di Jerman. Tetapi jika mereka melihat adanya pemulihan kegiatan ekonomi maka mereka akan mengadakan perluasan usaha disana.


(43)

Jadi keputusan mengadakan investasi tergantung juga pada ekspektasi akan kondisi masa yang akan datang namun seperti yang kita ketahui bahwa kondisi masa depan sangat sulit untuk diramalkan. Dunia usaha berusaha keras melakukan analisis investasi dan berusaha memperkecil ketidakpastian investasi mereka.

2.4 Ketenagakerjaan

2.4.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu menghasilkan barang dan jasa yang mengandung nilai ekonomi yang berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja dari usia.tenaga kerja diartikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan usaha tiap satuan waktu guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dirinya sendiri dan untuk orang lain (Sagir, 1982:120).

Berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969, tenaga kerja difenisikan diartikan dengan orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam meupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.


(44)

2.4.2 Teori Ketenagakerjaan

Ada dua teori yang penting yang menyangkut tentang teori ketenagakerjaan yang pertama adalah teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan adalah merupakan kesempatan bukan masalah. Kelebihan pekerja dalam satu sektor akan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan out put dan penyadian pekerja disektor yang lain. Ada dua struktur yang penting dalam negara yang berkembang yaitu sektor kapitalis modern dan sektor subsisten terbelakang.

Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari sektor pertanian tetapi juga terdiri dari pedagang kaki lima dan pengencer koran. Sektor subsisten terbelakang mempunyai kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah relatif murah daripada sektor kapitalis modern.

Lebih murahnya biaya upah asal pedesaan akan menjadi pendorong bagi pengusaha dari perkotaan untuk memanfatkan pekerja tersebut untuk mengembangkan indutri perkotaan modern. Selama berlangsungnya proses industrialisasi kelebihan penawaran Dari sektor subsisten terbelakang akan diserap. Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja disektor industri modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat, selanjutnya peningkatan tingkat upah ini akan mengurangi perbedaan atau ketimpangan tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.


(45)

Dengan demikian menurut Lewis adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsisten kesektor kapitalis modern berjalan lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi terlalu banyak.

Teori kedua adalah teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak disektor pertanian, banyak penganguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para penganggguran semu (yang tidak menambah out put pertanian) dipindahkan kesektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanaian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula kesektor industri. Ketiga tahap ditandai dengan swasembada pada saat buruh menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.

Dan dalam hal ini kelebihan pekerja terserap kesektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan out put dan perluasan usahanya. Tenaga kerja yang tercipta dalam kegiatan perekonomian merupakan salah satu indikasi adanya kemajuan dalam perekonomian.


(46)

Kesempatan kerja mengidentifikasi seberapa besar sebenarnya perekonomian membutuhkan pekerja untuk dipekerjakan dalam perekonomian. Hal ini tentunya membutuhkan beberapa kriteria, sehingga tidak semua tenaga kerja dapat diserap oleh kesempatan kerja yang ada. Hal ini akan berdampak terciptanya pengangguran didalam perekonomian.

Kondisi ini diperburuk dengan adanya perubahan pertumbuhan kesempatan kerja yang pada umum,nya lebih rendah dari jumlah angkatan kerja yang ada. Begitu juga dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta arus migrasi (terutama urbanisasi) yang menyebabkan angkatan kerja tertumpu didaerah perkotaan.

2.5 Pengaruh Investasi dan Tenaga kerja Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Sektor Industri

Berdasarkan uraian teoritis diatas dapatlah kita melihat kaitan antara investasi dan tenaga kerja sektor industri terhadap pertumbuhan sektor industri yang berdasarkan pandangan kaum klasik, teori Harodd Domar dan David Richardo dimana ketiga teori ini menekankan pentingnya peranan investasi terhadap pertumbuhan sektor industri. Investasi adalah langkah awal yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan pertumbuhan disektor industri karena tanpa adanya investasi disektor industri maka aktifitas disektor industri tidak akan dapat terlaksana. Investasi dan tenaga kerja adalah input dalam memproduksi barang dan jasa dalam sektor industri.


(47)

Investasi berfungsi sebagai penunjang dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang mana akan memberikan peluang bagi para angkatan kerja yang akan menjadi tenaga di sektor industri yang berfungsi untuk menghasilkan barang dan jasa atau output yang akan digunakan oleh masyarakat sehingga investasi juga berfungsi sebagai penunjang dalam penciptaan pendapatan dan penunjang dan meningkatkan stok modal. Interaksi antara investasi dan tenaga kerja akan mendorong sektor industri untuk memproduksi out put yang dimana dengan meningkatnya out put maka pertumbuhan sektor industri dalam PDRB sektor industri akan membawa peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara dengan mengamati dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PDRB sektor industri secara umum. Faktor-faktor itu adalah tingkat investasi baik investasi asing dan investasi dalam negeri serta jumlah tenaga kerja di sektor industri.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Badan Pusat Statistik(BPS) . Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan kurun waktu 21 tahun (1986-2006).


(49)

3.2. Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3 )………..(1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk linier sebagai berikut : Y =  + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 +µ ………(2)

Keterangan :

Y = PDRB sektor industri atas dasar harga konstan (juta rupiah) X1 = Jumlah investasi asing (juta rupiah)

X2 = Jumlah investasi dalam negeri (juta rupiah)

X3 = Jumlah tenaga kerja di sektor industri (jiwa)

 = Intercept / konstanta β1,β2, β3 = Koefisien regresi

µ = Term of error

Sehingga bentuk matematis hipotesis tersebut di atas adalah sebagai berikut: 0

1

 

X

Y

, artinya semakin tinggi tingkat investasi asing di sektor industri maka akan

berpengaruh positif terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara, ceteris paribus.


(50)

0 2    X Y

, artinya semakin tinggi tingkat investasi dalam negeri di sektor industri

maka akan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara, ceteris paribus.

0 3    X Y

, artinya semakin besar jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor industri

maka akan berpengaruh positif terhadap PDRB sektor industri di Sumatera Utara, ceteris paribus.

3.2. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, penganalisaan data dilakukan dengan metode statistik menggunakan program Eviews 4.1.

3.2. Uji Kesesuaian (Test of Goodnest of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel indenpenden memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R < 1).

2. Uji F-statistik

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel indenpenden secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.


(51)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak, yang artinya variabel indenpenden secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F = ) /( ) 1 ( 1 / 2 2 k n R k R    Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel indenpenden n = Jumlah sample

3. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan.

Nilai t-hitung dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

t = Sbi b bi ) (  Keterangan :

bi = Koefisien variabel ke-i b = Nilai hipotesis nil


(52)

3.5. Uji Penyimpangan Klasik 1. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel indenpenden di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-statistik, t-hitung, serta standard error.

Adapun multikolinearity ditandai dengan : a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%.

c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. d. R2 sangat tinggi.

2. Autokorelasi

Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa term of error berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei.ej) 0 untuk 1j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi. Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu:

a. Dengan memplot grafik

b. Dengan Durbin-Watson (D-W test).

D-hit =

t e et et 2 2 ) 1 (    


(53)

Dengan hipotesis sebagai berikut : Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi.

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi.

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel indenpenden tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :

Gambar 3.1 Uji D-W Statistik Keterangan :

H0 : tidak ada korelasi

Dw < dl : tolak H0 (ada korelasi positif)

Dw > 4 – dl : tolak H0 (ada korelasi negatif)

Du < dw < 4 – du : terima H0 (tidak ada korelasi)

Dl  dw  du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4 – du)  dw  (4 – dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)


(54)

3.7. Definisi Operasional

1. PDRB sektor industri adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga konstan tahun 1993 yang dihasilkan oleh sektor industri dalam wilayah Sumatera Utara yang dinyatakan dalam rupiah.

2. Investasi asing sektor industri adalah sejumlah dana yang dimiliki oleh pihak asing dan digunakan untuk membangun sektor industri yang dinyatakan dalam rupiah.

3. Investasi dalam negeri sektor industri adalah sejumlah dana yang dimiliki oleh pihak dalam negeri yang digunakan untuk membangun sektor indutri yang dinyatakan dalam rupiah.

4. Tenaga kerja di sektor industri adalah jumlah penduduk di Sumatera Utara yangberusia 15 sampai 64 tahun dan bekerja di sektor industri yang dinyatakan dalam jiwa


(55)

BAB IV

ANALISIS PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara a. Kondisi Geografis

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang terletak dibagian barat Indonesia yang terletak pada garis 1 - 0 4 LU dan 0 98 - 0 100 BT. Batas-batas 0 provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Sebelah selatan : Riau dan Sumatera Barat

Sebelah timur : Selat Malaka/ Malaysia Sebelah barat : Samudra Hindia

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara sekitar 71.680 2

km , sebagian besar berada di Pulau Sumatera dan sebagian lagi berada di Pulau Nias, Kepulauan Batu-Batu dan pulau-pulau kecil yang berada disekitar Pulau Sumatera.Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Provinsi Sumatera Utara terbagi dalam tiga kelompok wilayah yaitu:


(56)

1. Pantai Barat yang terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga dan Nias.

2. Pantai Timur yang terdiri dari Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu.

3. Dataran tinggi yang terdiri dari Tapanuli Utura, Simalungun, P. Siantar, Karo dan Dairi

Berdasarkan UU darurat no.7 Tahun 1956, UU Darurat no. 8 Tahun 1956, UU Darurat no.9 Tahun 1956, Peraturan Pemerintah (PP) pengganti UU no.4 Tahun 1964 Provinsi Sumatera Utar terdiri dari 11 Kabupaten dan 6 Kotamadya. Namun sesuai dengan UU no.12 Tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten yang baru maka Sumatera Utara terdiri dari 16 Kabupaten dan 7 Kotamadya.


(57)

Tabel 4.1

Kondisi Geografis Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kotamadya

NO Kabupaten/Kota Luas 2

km Tinggi (m)

A. Kabupaten

1 Nias 5.138 0 –800m

2 Mandailing Natal 6.620 0 –500m

3 Tapanuli Selatan 12.227 0 –1925m

4 Tapanuli Tengah 2.118 0 –1226m

5 Tapanuli Utara 7.165 0 – 300m

6 Toba Samosir

7 Labuhan Batu 9.323 0 – i300m

8 Asahan 4.581 0 – 1500m

9 Simalungun 4.369 0 – 150om

10 Dairi 3.146 0 – 1700m

11 Karo 2.127 0 – 1400m

12 Deli Serdang 4.435 0 – 1500m

13 Langkat 6.262 0 – 1200m

14 Humbang Hasundutan 1.762 -

15 Pakpak Barat 2.730 -

16 Samosir 2.069 904 – 2157m

B Kotamadya

1 Padang Sidempua 50

2 Sibolga 11 0 – 100m

3 Tanjung Balai 58 0 – 4m

4 Pematang Siantar 70 400m

5 Tebing Tinggi 31 26 –34m

6 Medan 265 0 – 14m

7 Binjai 90 28m

TOTAL 71.680


(58)

b. Kondisi Iklim Dan Topografi

Karena letaknya yang dekat dengan garis khatulistiwa mengakibatkan daerah Provinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah yang beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin pasat dan angin muson dan curah hujan yang berkisar antara 1800-4000mm pertahun, dan suhu udara yang beragam antara 12,20 - 33 C. 0

ketinggian permukaan darat yang sangat bervariasi, yaitu daerah datar, bias mencapai

0

35 C, derah yang berbukit dengan kemiringan yang landai dan sebagian lagi daerah yang pada ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 14 C. 0

Provinsi Sumatera Utara mengalami dua musim yakni musim kemarau yang terjadi pada bulan juni sampai Sebtember dan musim hujan yang terjadi pada bulan November sampai Maret. Diantara kedua musim ini diselingi dengan musim pancaroba. Curah hujan mencapai 1,965mm per tahun, dimana yang tertingi terdapat di daerah Karo dan yang terrendah terdapat di daerah Tapanuli Utara. Kelembaban rata-rata pertahun  82,9%, dengan temperatur yang mencapai rata-rata 26.070C pertahun.

c. Kondisi Demografi

Provinsi Sumatera didiami oleh berbagai penduduk dari berbagai suku seperti : Suku Batak ( Karo, Pakpak, Toba, Mandailing) sebesar 44,75% dan sebesar 33,40% lainnya berasal dari etnis yang lain seperti Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Malayu, Madura, India, China dan lain-lain.


(59)

Dilihat dari jumlah penduduknya Sumatera Utara merupakan provinsi keempat di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk tebesar setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah 11,506 juta jiwa. Dari jumlah ini sebanyak 57,36% tinggal di daerah pedesaaan dan 42,64% tinggal diperkotaan. Kepadatan penduduk mencapai 143 jiwa per 2

km dengan laj pertumbuhan penduduk 1,04% pertahun (kurun waktu 1999-2004)

Berdasarkan agama dan kepercayaan pada tahun 2000 penduduk Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 7,530 juta jiwa menganut agama islam (65,54%),Kristen Katolik sebesar 0,55 juta jiwa (4,78%), Kristen Protestan sebesar 3,062 juta jiwa (26,6%), Hindu sebesar 0,119%, Budha sebesar 3,32% dn kepercayaan lain 0,23%. d. Potensi Wilayah

Sumatera Utara memilki potensi wilayah yang sangat luas dimana sangat mendukung perkembangan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Luasanya areal pertanian yang terdapat di Sumatera Utara menjadikan sektor pertanian masih menjadi sektor yang berperan penting dalam kegiatan perekonomian.


(60)

Potensi laut dan danau juga ikut berperan penting, potensi ini digunakan untuk perikanan dan perhubungan sedangkan potensi keindahan alamnya dijadikan untuk pengembanngan industri pariwisata dan perdagangan. Sumatera Utara juga memiliki banyak potensi bahan galian seperti pasir kuarsa, belerang, kapur, emas, batu bara, gasolin, minyak bumi, gas bumi dan yang lainnya.

Faktor lain yang menunjang perekonomian dari Sumatera Utara adalah posisinya yang strategis yang terletak dijalur perdagangan internasional, dimana hal ini didukung oleh sarana pelabuhan yang ada, baik itu pelebuhan laut seperti, Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, kuala Tanjung dan Labuhan Bilik. Dan juga sarana perhubungan udara seperti, Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang. Perkonomian Sumatera Utara juga tidak terlepas dari adanya peranan dari sektor perbankan, komunikasi dan transportasi.

Kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara yang merupakan pusat dari seluruh aktifitas masyarakat. Selain sebagai pusat pemerintahan Kota Medan juga merupakan sentra dari seluruh kegiatan ekonomi, bisnis, pendidikan dan yang lainnya. Sebagai pusat pengembangan wilayah di Sumatera Utara, kota Medan memiliki fasilitas yang menunjang kegiatn perekonomian seperti komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya, dan juga diharapkan sebagai pendorong pengembangan pertumbuhan wilayah yang masih terbelakang di Sumatera Utara.


(61)

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Sumatera Utara

Setiap tahun perekonomian di Sumatera Utara diwarnai dengan berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi. Perkembangan ini dapat terlihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Sebelum terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 perekonomian di Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1989 sebesar 9.91%. pada masa ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang, namun tahun berikutnya mengalami sedikit penurunan namun tidak terlalu signifikan. Hingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9,0% jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar 8,5%.

Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari sektor pertanian, industri, perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi.namun sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia terjadi perubahan yang cukup signifikan dari tahun yang sebelumnya. Perekonomian mengalami perlambatan, dampak krisis ekonomi sejak semester II 1997 sampai dengan I 1998 tersebut berpengaruh terhadap perekonomian misalnya terlihat dari terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar. Inflasi yang melonjak hingga posisi 40,79% pada semester I 1998, meningkat dari tahun 1997 yang berada pada level 9,96%

Disamping itu pengaruh dari sektor non ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara, seperti terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan, dan kondisi politik yang tidak stabil.


(62)

Dalam perkembangan yang selanjutnya aktifitas perekonomian Sumatera Utara berusaha bangkit dengan perbaikan beberapa indikator ekonomi yang nantinya akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi Sumatera Utara kearah yang lebih baik.

Seperti yang terjadi pada tahun 2003-2004, pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,745 lebih tinggi dari tahun 2003 yang sebesar 4,31%, disamping itu indikator ekonomi Sumatera Utara mengalami perbaikan, sehingga turut mempengaruhi roda perekonomian Sumater Utara secara keseluruhan. Begitu juga ditahun 2005 tidak terlalu banyak mengalami perubahan dari tahun 2003 walaupun diwarnai dengan perkembangan yang cukup ketat akibat kebijakan pemerintah menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM), akibatnya pada tahun 2005 terjadi penurunan perekonomian dari tahun yang sebelumnya.

a. Laju Inflasi

Sebelum krisis moneter terjadi laju inflasi di Sumatera Utara masih berada pada posisi yang tidak terlalu parah, namun pada tahun 1998 sejak krisis ekonomi melanda perekonomian inflasi melonjak tajam mencapai 83,56%. Ini menjadi tingkat inflasi yang paling parah yang melanda perekonomian di Sumatera Utara. Kondisi ini juga turut mempengaruhi kondisi kurs rupiah yang mencapai angka Rp18.000 per US dollar. Terjadi lonjakan harga yang tinggi yang mengakibatkan biaya produksi meningkat tajam.


(63)

Namun seiring perkembangannya laju inflasi dapat menurun perlahan-lahan pada posisi11,37% tahun1999 ketika secara lambat laun perekonomian bangkit kembali. Pada posisi Desember 2005, inflasi Sumatera Utara mencapai 22,41%. Angka ini jauh meningkat dari tahun 2004 yang berada pada posisi 6,815%. sebelumnya pada tahun 2003 inflasi Sumatera Utara mencapai 9,665% turun dari posisi 10,49% pada tahun 2002.

Tabel 4.2

Inflasi Sumatera Utara Tahun 1985 – 2006 (%)

Tahun Inflasi (%)

1985 4.61 1986 3,83 1987 4,40 1988 6,78 1989 6,64 1990 7,56 1991 8,99 1992 8,56 1993 9,75 1994 8,28 1995 7,24 1996 8,70 1997 13,10 1998 83,56 1999 11,37 2000 15,73 2001 15,50 2002 10,49 2003 9,66 2004 6,81 2005 22,41 2006 6,11 Sumber ; Laporan perekonomian Sumut 2005. BPS Sumatera Utara


(64)

Dari data inflasi tersebut dapat dilihat bahwa laju inflasi di Sumatera Utara masih belum stabil, tergantung pada kondisi yang baik karena faktor ekonomi dan non ekonomi. Misalnya fundamental tingginya infasi pada tahun 2005 dapat terjadi karena kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sehingga memberikan dampak makro yang cukup besar. Hal ini mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap harga menurun

b. PDRB

Ditinjau dari kontribusi PDRB sektor industri terhadap perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Sebelum krisis ekonomi kontribusi PDRB `sektor industri terhadap perekonomian sebagai salah satu indikator tidak terlalu menurun, hal ini disebabkan karena kontribusi dari semua sektor perekonomian mengalami perbaikan, namun dampak krisis yang terjadi berpengaruh terhadap peningkatan PDRB, seperti yang terlihat pada tabel berikut


(65)

Tabel 4.3

PDRB Sumut Tahun 1985-2006 (Juta Rupiah) Tahun PDRB 1985 13886,743 1986 14131,717 1987 13399,558 1988 14758,657 1989 15008,526 1990 15478,875 1991 15934,561 1992 16387,021 1993 16855,145 1994 18211,459 1995 19940,286 1996 21802,510 1997 23174,738 1998 25065,402 1999 22332,690 2000 22910,086 2001 24016,595 2002 24918,696 2003 27071,250 2004 28598,610 2005 29505,150 2006 30785,326 Sumber : Laporan Perekonomian Sumut. BPS Sumut

Jika dilihat dari perkembanganya PDRB mengalami trend yang cukup baik, misalnya pada tahun 2003 PDRB Sumatera Utara mengalami kenaikan dari tahun yang sebelumnya dengan besar peningkatan 0,65%. Begitu juga dengan yang terlihat pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0,69%.


(66)

4.1.3 Perkembangan Sektor Industri Di Sumatera Utara

Krisis yang melanda Indonesia dan juga tentunya yang melanda Sumatera Utara membuat sektor perindustrian Sumatera Utara terpuruk hingga mengalami penurunan nilai tambah pada tahun 1998. memang, sektor industri membutuhkan modal yang ditanamkan oleh investor, baik lokal maupun internasional, untuk menggerakkan kegiatan industrinya. Sebelum adanya krisis ekonomi, tepatnya sejak tahun 1994 sektor industri menggeser peranan sektor pertanian diurutan pertama dalam membentuk PDRB Sumatera Utara.

Akan tetapi peranan industri dalam perekonomian mengalami penurunan.dan peranannya kembali diambil oleh sektor pertanian. Namun pada tahun 1999, kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan sedangkan peranan dari sektor pertanian mengalami penurunan. Pada tahun 2004 kontribusi industri mengalami peningkatan menjadi sekitar 25,36%.

Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh meningkatnya sumbangan dari sub sektor industri non migas yang memberikan sumbangan yang paling besar yaitu sebesar 99,30% dari seluruh nilai tambah dari sektor industri di Sumatera Utara pada tahun 1994, sedangakan sisanya merupakan subsektor migas.

Besarnya sumbangan sub sektor migas berasal dari industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar 57,75%. Industri lain yang memberikan sumbangan yang besar yaitu industri pupuk, kimia dan barang dari karet, dan industri logam dasar dan baja yang memberikan sumbangan masing-masing sebesar 18,41% dan 9,69%.


(67)

Jika dilihat laju pertumbuhannya, sektor industri mengalami peningkatan selama priode 2000-2004. setelah mengalami kontraksi hingga mencapai angka negatif pada tahun 1998, sektor ini merangkak naik hingga pada tahun 2004. pertumbuhan sektor ini pada tahun 2004 mencapai 5,38%, hal ini ditunjang oleh peranan dari sup sektor non migas yang juga tumbuh mencapai 5,40%, dengan golongan industri alat pengangkutan, mesin dan peralatannya tumbuh paling tinggi mencapai 6.90%. kemudian diikuti oleh pertumbuhan industri makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh sebesar 5,28%.

Seperti yang telah dikemukakan bahwa PDRB sektor industri merupakan gambaran dari pertumbuhan dari sektor industri dan dari tabel PDRB sektor industri dibawah dapat kita lihat bahwa perkembangan PDRB sektor industri mengalami perkembangan yang cukup pesat yang tampak dari meningkatnya nilai PDRB itu sendiri setiap tahunnya dan tidak mengalami fluktuasi yang cukup berarti. Nilai pertambahannya mencapai sekitar 1 miliar setiap tahunnya dan nilai yang terendah yaitu pada tahun 1986 yaitu hanya Rp12593,3162 juta dan nilai tertingi adalah pada tahun 2006 yaitu Rp22470,566juta.


(68)

Tabel 4.4

Perkembangan PDRB Sektor Industri Di Sumatera Utara (Berdasakan harga Konstan Tahun 1993)

Tahun Nilai PDRB (juta rupiah)

1986 12593,3162 1987 13376,86 1988 13845,1761 1989 14595,6151 1990 15134,139 1991 15741,589 1992 16324,437 1993 16982,169 1994 17328,989 1995 17774,706 1996 17962,747 1997 18340,4 1998 17939,74 1999 18028,06 2000 18391,997 2001 18665,95 2002 18904,13 2003 19298,24 2004 20337,03 2005 21305,37 2006 22470,566 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2006

4.1.4 Perkembangan Investasi Sektor Industri Di Sumatera Utara

Dari segi nilainya dan proporsinya kepada pendapatan nasional, investasi perusahaan-perusahaan tidaklah sepenting seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga namun demikian kenyataan tersebut tidaklah hanya berarti bahwa investasi perusahaan kurang penting perannnya kalau dibandingkan dengan konsumsi rumah tangga yang berlaku adalah sebaliknya, yaitu kerap kali fluktuasi kegiatan investasi.


(69)

Diberbagai negara, terutama di negara industri yang perekonomiannya sudah berkembang, investasi perusahaan adalah sangat “volatile” yaitu mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat besar merupakan sumber yang penting dari berlakunya fluktuasi dalam kegiatan perekonomian.

Disamping itu kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kehidupan masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi utama dari investasi dalam perekonomian. Yang pertama, investasi merupakan salah satu fungsi dari pengeluaran agregat maka kenaikan dari investasi akan meningkatkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan seperti ini akan selalu diikuti oleh pertumbuhan dalam kesempatan kerja.

Yang kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat dari adanya investasi akan menambahkan kasitas memproduksi dimasa depan dan perkembangan ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan kerja. Ketiga, investasi slalu diikuti oleh perkambangan teknologi. Perkembangan ini akan memberikan perkemabangan kepada kenaikan produktifitas dan pendapatan perkapita masyarakat.

Investasi yang ditanamkan didalam perekonomian salah satunya ditentukan oleh adanya demand dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan merangsang tumbuhnya investasi. Karena yang kita ketahui pendapatan yang diterima oleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi akan ditabung sehingga apabila penggunaan pendapatan untuk konsumsi dilambangkan dengan C dan penggunaan untuk tabungan dilambangkan dengan S, sedangkan pendapatan yang diterima dilambangkan dengan Y, maka


(70)

perumusannya dapat ditulis dengan, Y = C + S. investasi merupakan salah satu faktor yang penting bagi pertumbuhan sektor industri.

Agar kegiatan-kegiatan memproduksi barang dan jasa dalam sektor industri dapat terlaksana maka tentunya perlu dibangun pabrik-pabrik, sarana dan prasarana yang untuk pengadannya diperlukan dana untuk membiayainnya yang disebut dengan dana investasi. Dengan adanya kegiatan produksi maka tentunya akan tercipta kesempatan kerja akibatnya pendapatan masyarakat akan meningkat, yang selanjutnya menciptakan atau meningkatkan permintaan dipasar. Pasar berkembang ini berarti volume kegiatan produksi, kesempatan kerja, dan pendapatan meningkat, maka terciptalah pertumbuhan disektor industri yang berarti juga tercipta pertumbuhan disektor industri maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

Apabila dilihat dari segi permodalannya, sektor industri di Sumatera Utara masih sangat tergantung pada investasi asing. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan perkembangan investasi asing sejak tahun 1986- 2005 sebagai berikut, pada tahun 1986 investasi asing sebesar Rp3472,83 juta, sedangkan investasi dalam negeri sebesar Rp479,363 juta yang berarti nilai investasi asing besarnya melebihi separuh dari investasi dalam negeri.

Pada tahun terakhir yakni antar atahun 2004 sampai dengan 2005 perbandingan adalah sebagai berikut sekitar Rp20501,30 juta sedangkan iinvestasi dalam negeri sebesar Rp810 juta, yang mana berarti investasi dalam negeri hanya sekitar 25,31% dari total investasi di sektor industri.


(71)

Tabel 4.5

Perkembangan Investasi Sektor Industri Sumatera Utara Tahun Investasi Asing

(juta rupiah)

Investasi dalam Negeri (juta rupiah)

Total Investasi (juta rupiah)

1986 3472,830 479,363 3952,193

1987 4030,930 509,110 4540,04

1988 4321,160 552,798 4874,958

1989 2854,050 543,496 3397,546

1990 4624,310 592,956 5217,266

1991 3127,440 626,583 3754,023

1992 6706,260 665,709 7371,969

1993 11436,66 654,709 12041,369

1994 19923,25 688,443 20611,693

1995 9491,930 690,657 10182,587

1996 10114,33 700,062 10814,392

1997 35457,42 721,549 36178,969

1998 43763,53 744,203 44507,733

1999 31663,87 630,387 32294,257

2000 32157,82 733,878 32891,698

2001 29301,68 737,464 30039,144

2002 29667,49 746,375 30413,865

2003 35465,47 770,883 36236,353

2004 55327,95 780,993 56108,943

2005 20501,30 810,000 21311,3

2006 24705,31 879,564 25584,874

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2006

4.1.5 Perkembangan Ketenagakerjaan Sektor Industri di Sumatera Utara

Pertumbuhan pendudduk yang tinggi di Indonesia sebenarnya memang memiliki segi yang positif, yaitu memberikan sumbangan sumber daya manusia yang besar bagi sektor industri yang mana sedang tumbuh dan berkembang. Perkembangan sektor industri yang diharapkan sebagai salah satu pendorong pengangguran diharapkan dapat menyerap jumlah tenaga kerja yang ada sehingga jumlah pengangguran dapat berkurang.


(1)

Lampiran 1 : Data Variabel

Tahun Nilai

PDRB

Sektor

Industri (Y)

(juta rupiah)

Investasi Asing

(X1)

(juta rupiah)

Investasi Dalam

Negeri (X2)

(juta rupiah)

Jumlah Tenaga

Kerja (X3)

(orang)

1986 12593,3162

3472,830

479,363

164861

1987 13376,86

4030,930

509,110

120589

1988 13845,1761

4321,160

552,798

130349

1989 14595,6151

2854,050

543,496

259930

1990 15134,139

4624,310

592,956

167450

1991 15741,589

3127,440

626,583

177080

1992 16324,437

6706,260

665,709

182098

1993 16982,169

11436,66

654,709

189521

1994 17328,989

19923,25

688,443

191516

1995 17774,706

9491,930

690,657

186955

1996 17962,747

10114,33

700,062

332647

1997 18340,4

35457,42

721,549

174120

1998 17939,74

43763,53

744,203

169808

1999 18028,06

31663,87

630,387

366563

2000 18391,997

32157,82

733,878

166913

2001 18665,95

29301,68

737,464

158108

2002 18904,13

29667,49

746,375

158598

2003 19298,24

35465,47

770,883

152389

2004 20337,03

55327,95

780,993

152907

2005 21305,37

20501,30

810,000

160634

2006 22470,566

24705,31

879,564

167469

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2006


(2)

LAMPIRAN 2 :Hasil Regresi

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 06/03/07 Time: 17:19 Sample: 1986 2006

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 134.5453 1020.845 0.131798 0.8967

X1 0.006658 0.010215 0.651771 0.5233

X2 23.70545 1.551139 15.28261 0.0000

X3 0.005524 0.001892 2.919002 0.0096

R-squared 0.965668 Mean dependent var 17397.20 Adjusted R-squared 0.959609 S.D. dependent var 2540.475 S.E. of regression 510.5696 Akaike info criterion 15.47857 Sum squared resid 4431582. Schwarz criterion 15.67753 Log likelihood -158.5250 F-statistic 159.3884 Durbin-Watson stat 2.078644 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

LAMPIRAN 3

: Hasil Regresi Variabel Investasi Asing (X1) terhadap

Investasi Dalam Negeri (X2) dan Tenaga Kerja (X3)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 06/03/07 Time: 17:26 Sample: 1986 2006

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -51911.15 20128.12 -2.579036 0.0189

X2 105.2755 25.79352 4.081473 0.0007

X3 0.001808 0.043664 0.041406 0.9674

R-squared 0.482140 Mean dependent var 19910.24 Adjusted R-squared 0.424600 S.D. dependent var 15530.96 S.E. of regression 11781.02 Akaike info criterion 21.71793 Sum squared resid 2.50E+09 Schwarz criterion 21.86715 Log likelihood -225.0383 F-statistic 8.379229 Durbin-Watson stat 1.095660 Prob(F-statistic) 0.002679


(4)

LAMPIRAN 4

: Hasil Regresi Variabel Investasi Dalam Negeri (X2)

terhadap Investasi Asing (X1) dan Tenaga Kerja (X3

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 06/03/07 Time: 17:26 Sample: 1986 2006

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 604.0239 61.59250 9.806777 0.0000

X1 0.004566 0.001119 4.081473 0.0007

X3 -8.50E-05 0.000287 -0.296465 0.7703

R-squared 0.484608 Mean dependent var 679.0087 Adjusted R-squared 0.427342 S.D. dependent var 102.5228 S.E. of regression 77.58326 Akaike info criterion 11.67214 Sum squared resid 108344.9 Schwarz criterion 11.82136 Log likelihood -119.5575 F-statistic 8.462426 Durbin-Watson stat 0.695775 Prob(F-statistic) 0.002566


(5)

LAMPIRAN 5 : Hasil Regresi Variabel Tenaga Kerja (X3 Terhadap Investasi

Asing (X1) dan Investas Dalam Negeri (X2)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 06/03/07 Time: 17:27 Sample: 1986 2006

Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 224914.6 115569.6 1.946139 0.0674

X1 0.052678 1.272231 0.041406 0.9674

X2 -57.13704 192.7275 -0.296465 0.7703

R-squared 0.007723 Mean dependent var 187166.9 Adjusted R-squared -0.102530 S.D. dependent var 60563.46 S.E. of regression 63592.49 Akaike info criterion 25.08994 Sum squared resid 7.28E+10 Schwarz criterion 25.23916 Log likelihood -260.4444 F-statistic 0.070051 Durbin-Watson stat 2.030684 Prob(F-statistic) 0.932599


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Esra Frantino B

Nim

:

040501002

Depertemen : Ekonomi Pembangunan

Fakultas :

Ekonomi

Adalah benar telah membuat skripsi ini, guna memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas Sumatera

Utara dengan judul

”Analisis Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap

PDRB Sektor Industri Di Sumatera Utara ”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Medan, Juni 2008

Yang membuat pernyataan