Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN

KARO

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

ROSMAWATI SINURAYA 060501057

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

Abstract

As an organization, the government made a lot of spending to finance the construction an running of the government which is reflected in special budget expenditure.

Government expenditure or expenditure financing is all the local government property which consists of direct costs and indirect as well as the establishment of a reserve fund. The contribution of government expenditure to GDP from the point of use in the distric karo by 9% for that still need to be optimized. National income calculated in terms

Of expenditure can give you an idea to which poor economic growth rate (long run ready steady state economy growth).

The purpose of this research is to determine the effect of government expenditure to economic growth in the distric karo. Variabeles used ara Economic Growth, government expenditures, consumtion expenditure, investmen. The data used ara annual time series of priod 1990=2008 with OLS(ordinary least square) approach method with data processing 5.1 untuk E-views of data procressing in the writing of this skription.

Estimation results show that all independent variables can explain the depednedt variables for 98,45% of government expenditure (X1) consumption

expenditure (X2),investment (X3) whether 1,55% can explanation by other

variables not included in the model, according to this hypothesis which states that government expenditure, consumption expenditure, investment has a positive effect on economic growth acceptable karo district.

Keywords: Economic Growth,GRDP(Gross Regional Domestic Product), Expenditure


(3)

ABSTRAK

Sebagai sebuah organisasi, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan yang tercermin dalam APBD khusus pada pos pengeluaran. Pengeluaran pemerintah atau pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung serta pembentukan dana cadangan. Kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dari sudut penggunaan di kabupaten karo sebesar 9% untuk itu masih perlu dioptimalkan. Pendapatan nasional yang dihitung dari segi pengeluaran, dapat menaikkan dalam jangka penjang tingkat pertumbuhan ekonomi (long run steady state growth economy)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten karo. Dengan variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi, Investasi. Data yang digunakan adalah time series tahunan yaitu periode 1990-2008 dengan metode pendekatan OLS (ordinary least square) dengan pengolahan data E-views 5.1untuk mengolah data dalam penulisan sekripsi ini.

Hasil estimasi menunjukan bahwa semua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 98,45% yaitu pengeluaran pemerintah(X1)

pengeluaran konsumsi(X2), investasi(X3) sedangkan 1,55% dapat diljelaskan oleh

variabel lain yang tidak terdapat dalam model, berdasarkan ini hipotesa yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumsi, investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten karo dapat diterima.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi,PDRB (Produk Domestic Regional

Bruto),Pengeluaran , Pemerintah , Pengeluaran Konsumsi ,Investasi.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dan penulis ucabkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia dan berkat-Nya setiap waktu yang tak berkesudahan, yang selalu menyertai penulis dalam melakukan segala aktivitas penulis hingga sampai pada penyelesaian skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat, materil, maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang mendukung penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, sebagai sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU.

4. Bapak Murbanto Sinaga MA selaku Dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bantuan bimbingan, saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.


(5)

5. Bapak Drs.Rahmad Sumanjaya Hsb, Dosen Penguji I yang telah banyak mem-berikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis. 6. Bapak Syarief fawzi,Mec selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis. 7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Wali yang telah

banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Serta seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

9. Kedua Orangtua tercinta penulis Ayahanda Semangat Sinuraya dan Ibunda Bias Br Sembiring, Dengan penghargaan dan kasih sayang yang sedalam-dalamnya, terimakasih buat dukungan yang telah diberikan kepada penulis baik dukungan materil maupun semangat dan doa yang tak ternilai harganya.

10.Kakak/Adik penulis, Aslina br Sinuraya, Sri Kita br Sinuraya, dan Adiku Martin Sinuraya yang telah banyak memberi dukungan dan semangat bagi penulis.

11.Buat Teman-teman satu kost (K’ros, Dameria, Dina, Adelina) penulis terimakasih buat motivasi dan suportnya selama ini yang penulis terima dari kalian semua.

12 Buat temen-temen terdekat penulis (Lastri Siburian, Asniari Pasaribu, Sonya Lumban Raja terimakasih buat bantuannya, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.


(6)

13.Buat teman-teman di Departemen Ekonomi pembangunan, khususnya angkatan ’06 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan pada setiap hari yang kita lewati bersama.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan ataupun kelemahan dan keterbatasan dalam penyusunanya oleh sebab itu penulis menerima segala masukan yang konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, terimakasih.

Hormat Saya Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Hipotesis…..………6

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian... 8

BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan ekonomi ... 9

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 9

2.1.2 Dasar Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 11

2.2 Pengeluaran pemerintah ... 12

2.2.1 Pengertian pengeluaran Pemerintah ... 12

2.2.2 Teori Pengeluaran Pemerintah ... 13

2.3 Investasi ... 17

2.2.3 Defenisi Dan Pengertian Investasi ... 17

2.2.4 Jenis –jenis investasi ... 19

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi... 21

2.2.6 Dasar Teori Investasi ... 23

2.4 Pengeluaran Konsumsi ... 25

2.4.1 Pengertian Pengeluaran Konsumsi ... 25

2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi ... 26

2.2.8 Dasar teori Pengeluaran Konsumsi ... 28

2.5 APBD(Anggaran Pendapatan Belanja Negara) ... 33

2.5.1 Kriteria Penyusunan APBD ... 33

2.5.2 Fungsi APBN ... 34

2.5.3 Mekanisme Penyusunan APBN ... 35

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 37

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………. ... 37

3.4 Pengolahan Data... 38

3.5 Metode Analisis ... 38


(8)

3.6 Test of Goodness of Fit (uji Kesesuaian) ... 42

3.6.1 Koefisien Determinasi (R-squre) ... 42

3.6.2 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 42

3.6.3 Uji f-Statistik (uji Keseluruhan) ... 43

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 44

3.7.1 Multikolinearity ... 44

3.7.2 Autocorrelation (DW-Test) ... 45

3.7 Defenisi Variabel Operasional ... 47

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Daerah Penelitian ... 48

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo ... 48

4.1.2 Gambaran Perekonomian Kabupaten Karo ... 50

4.1.3 Perkembangan Pengeluaran pemerintah, Pengeluaran Konsumsi, Investasi Kabupaten Karo ... 58

4.2 Analisis Data ... 65

4.2.1 Hasil Uji Akar Unit dan Derajat Integrasi... 63

4.2.2 Hasil Estimasi Model ... 66

4.2.3 Interprestasi model ... 67

4.2.3.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 68

4.2.3.2 Hasil Uji T-Statistik ... 68

4.2.3.3 Hasil Uji F-Statistik ... 71

4.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 73

4.2.4.1 Hasil Uji Multikolinerity ... 73

4.2.4.2 Hasil Uji Autokorelasi ... 74

4.3 Interprestasi Mode secara ekonomi ... 76

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... viii LAMPIRAN

SURAT PERNYATAAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 : Luas wilayah Kabupaten Karo ... 48

4.2 : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo ... 52

4.3 : Realisasi APBD Kabupaten Karo ... 53

4.4 : Tingkat Inflasi Kabupaten Karo ... 55

4.5 : PDRB Kabupaten Karo ... 56

4.6 : PDRB/ Kapita Kabupaten Karo ... 58

4.7 : Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karo ... 59

4.8 : Pengeluaran Konsumsi Kabupaten Karo ... 61

4.9 : Investasi Kabupaten Karo ... 62

4.10 :Hasil uji akar unit dan drajad integrasi ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 : Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah ... 16

2.1 : Anggaran Konsumsi ... 30

2.2 : Kendala Anggaran Konsumsi ... 30

3.1 : Kurva Autokorelasi... 46

4.1 : Histrogram perkembangan APBD ... 54

4.1 : Kurva Uji T-Statistik secara Parsial ... 69

4.2 : Kurva Uji F-Statistik ... 72


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1 : Data variabel Regresi

2 : Hasil regres AdF Dan Derajat Integrasi

Untuk Uji Akar Unit Pada Pertumbuhan Ekonomi(Y)

3 : Hasil regres AdF Dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar Unit Pada Pengeluaran Pemerintah(X1)

4 : Hasil regres AdF Dan Derajat Integrasi

Untuk Uji Akar Unit Pada PengeluaranKonsumsi(X2)

5 : Hasil regres AdF Dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar Unit Pada Investasi (X3)

6 : Hasil Regresi Linear Berganda 7 : Hasil Regresi multikolineritas


(12)

Abstract

As an organization, the government made a lot of spending to finance the construction an running of the government which is reflected in special budget expenditure.

Government expenditure or expenditure financing is all the local government property which consists of direct costs and indirect as well as the establishment of a reserve fund. The contribution of government expenditure to GDP from the point of use in the distric karo by 9% for that still need to be optimized. National income calculated in terms

Of expenditure can give you an idea to which poor economic growth rate (long run ready steady state economy growth).

The purpose of this research is to determine the effect of government expenditure to economic growth in the distric karo. Variabeles used ara Economic Growth, government expenditures, consumtion expenditure, investmen. The data used ara annual time series of priod 1990=2008 with OLS(ordinary least square) approach method with data processing 5.1 untuk E-views of data procressing in the writing of this skription.

Estimation results show that all independent variables can explain the depednedt variables for 98,45% of government expenditure (X1) consumption

expenditure (X2),investment (X3) whether 1,55% can explanation by other

variables not included in the model, according to this hypothesis which states that government expenditure, consumption expenditure, investment has a positive effect on economic growth acceptable karo district.

Keywords: Economic Growth,GRDP(Gross Regional Domestic Product), Expenditure


(13)

ABSTRAK

Sebagai sebuah organisasi, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan pembangunan dan menjalankan roda pemerintahan yang tercermin dalam APBD khusus pada pos pengeluaran. Pengeluaran pemerintah atau pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung serta pembentukan dana cadangan. Kontribusi pengeluaran pemerintah terhadap PDRB dari sudut penggunaan di kabupaten karo sebesar 9% untuk itu masih perlu dioptimalkan. Pendapatan nasional yang dihitung dari segi pengeluaran, dapat menaikkan dalam jangka penjang tingkat pertumbuhan ekonomi (long run steady state growth economy)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten karo. Dengan variabel Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi, Investasi. Data yang digunakan adalah time series tahunan yaitu periode 1990-2008 dengan metode pendekatan OLS (ordinary least square) dengan pengolahan data E-views 5.1untuk mengolah data dalam penulisan sekripsi ini.

Hasil estimasi menunjukan bahwa semua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 98,45% yaitu pengeluaran pemerintah(X1)

pengeluaran konsumsi(X2), investasi(X3) sedangkan 1,55% dapat diljelaskan oleh

variabel lain yang tidak terdapat dalam model, berdasarkan ini hipotesa yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumsi, investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten karo dapat diterima.

Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi,PDRB (Produk Domestic Regional

Bruto),Pengeluaran , Pemerintah , Pengeluaran Konsumsi ,Investasi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, menjaga kesetabilan harga, mengatasi masalah penggaguran, manjaga keseimbangan neraca pembayaran, dan pendistribusian pendapatan yang lebih adil dan merata. Melalui tujuan pembangunan ini diharapkan akan terjadi peningkatan kemakmuran masyarakat secara bertahap dan berkesinambungan yaitu dengan cara meningkatkan konsumsinya. Untuk mencapai tujuan itu peranan pemerintah sebagai 1) alokasi, mengusahakan agar alokasi sumber-sumber ekonomi dilaksanakan secara efisien, 2) peranan distribusi pendapatan yaitu peran pemerintah dalam mendistribusikan

sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan merata dan 3) stabilisasi perekonomian yaitu pemerintah dalam memelihara stabilitas

perekonomian dan memulihkanya apabila berada pada disequlibrium. (Mangkoesbroto,2001; 20)

Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah di Indonesia diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggalakan prakarsa dan peran aktif masyarakat, serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi ekonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggungjawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.


(15)

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya - sumber daya yang ada dan membantuk suatu pola kemitran antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,lincolin:1999)

Sebagai sebuah organisasi atau Rumah tangga, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk membiayai kegiatan pembangunan. Pengeluaran tersebut bukan saja untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari akan tetapi untuk membiayai kegiatan perekonomian. Bukan berarti pemerintah turut berbisnis (meskipun hal ini sangat sering dilakukan, terutama oleh pemerintah yang berada di Negara-negara sedang berkembang), melainkan dalam arti pemerintah harus menggerakan dan merancang kegiatan ekonomi yang masyarakatnya atau kalangan swasta tidak tertarik untuk menjalankannya, Dalam kasus ini pemerintah memandang perlu untuk menangani sendiri berbagai kegiatan ekonomi tertentu yang menurut penilaiannya sebaikanya tidak dijalankan oleh pihak swasta, Itulah sebabnya pemerintah melakukan berbagai pengeluaran bahkan dalam jumlah besar.

Pengeluaran pemerintah daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mengurangi kekayan pemerintah daerah. Berdasarkan kinerja dalam struktur anggaran daerah pengeluaran daerah dibagi menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, pengeluaran rutin merupakan pengeluaran pemerintah yang konsumtif, sebab pengeluaran ini manfaatnya hanya satu tahun anggaran dan tidak


(16)

dapat menambah asset atau kekayaan daerah, sedangkan pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah yang bersifat produktif karena pengeluaran ini digunakan untuk membiayai sektor- sektor produktif yang dapat menambah kekayan daerah. Hal inilah membuat pengeluaran ini disebut investasi pemerintah.

Menurut teori Keynesian, stimulus fiskal dalam bentuk pengeluaran pemerintah baik belanja barang dan jasa, maupun belanja modal atau investasi dapat membantu menggerakan sektor rill. Setimulus fiskal tersebut tercermin di APBN atau APBD khususnya pada pos pengeluaran, yang memang ditujukan untuk menggerakan prekonomian nasional maupun daerah selama masih berada dalam batas - batas yang ditopang oleh penerimaan. Pemberian stimulus fiskal berupa insentif perpajakan; belanja Negara untuk sarana dan perasarana pembangunan, serta meningkatkan daya beli aparatur daerah dan masyarakat berpenghasilan rendah; dan dukungan pemerintah kepada swasta dalam pembangunan infrastruktur.

Pengeluaran pemerintah (government expenditure) pada pertumbuhan ekonomi memang tak bisa diabaikan, pangsa pangaluaran pemerintah pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari segi penggunaan di Kabupaten Karo sekitar 9 persen di tahun 2006. Sementara instrumen lain seperti konsumsi, investasi swasta dan ekspor neto masing-masing 26 persen, 24 persen dan 5 persen. Untuk itu masih perlu dioptimalkan. Namun tidak semua pengeluaran dikatakan beperan kepada pembangunan melainkan sebagian saja seperti belanja barang-barang modal dan belanja barang dan jasa.


(17)

Untuk mengoptimalkan pengeluaran, maka penyerapan anggaran yang tercermin dari belanja pemerintah harus benar-benar dimanfaatkan sesuai sasaran dan tentunya didukung kuat oleh penerimaan. Beberapa langkah strategis harus dilakukan agar penyerapan anggaran memberi kontribusi besar bagi pembangunan nasional maupun daerah yaitu: Pelaksanan program-program, proyek yang ditujukan untuk kepentingan rakyat harus dijalankan dengan kesadaran dan tepat sasaran, bukan menghabiskan anggaran agar dikatakan berhasil menyerap dana yang tersedia. (Harian Ekonomi Neraca, 2008)

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu unsur permintaan agregat. Konsep perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran menyatakan bahwa Y= C+I+G+X-M.

Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta mengamaati dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional, dengan ini pula dapat di analisis seberapa pentingnya peranan pemerintah terhadap perekonomian nasional.

Sebagai indentitas pendapatan nasional. Variable Y melambangkan pendapatan nasional (dalam arti luas), sekaligus mencerminkan penawaran agregat, sedangkan varibel-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variable G melambangkan pengeluaran pemerintah (government expenditure). Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang (a) sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baikanya tingkat pertumbuhan yang dicapai dengan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati,dan (b) memberikan informasi dan


(18)

data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengeluaran ke atas barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian kepada 4 komponen, yaitu: konsumsi, rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta (investasi) dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor)

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah atau lebih umumnya adalah dari sektor publik, menjedi subyek penting dan menarik untuk dianalisis karena sektor ini dapat menaikan dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan ekonomi (long run steady state growth economy).

Fakta menunjukan bahwa hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi tidak ada yang konsisten bisa positif atau negatif, bukti dan hasilnya berbeda di setiap negara maupun di daerah. Sifat dari pengeluaran publik/pemerintah akan tergantung kondisinya (Barro,1990).

Hal ini juga ditegaskan oleh penelitian lainnya bahwa kontribusi pengeluaran produktif positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebaliknya untuk pengeluaran tidak produktif hasilnya negatif terhadap pertumbuhan ekonomi (folster dan Henrekson,1999)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menulis skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karo Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”.


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat beberapa perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang diteliti adalah:

1. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi ?

2. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi ?

3. Bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi ?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian dan masih perlu dikaji kebenarannya dengan menggunakan data yang mempunyai hubungan.

Dari permasalahan yang ada, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

3. Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi


(20)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi

2. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh pengeluaran konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi

3. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh invastasi terhadap pertumbuhan ekonomi

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh dan besarnya pengaruh investasi, pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumsi, terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Menambah pengetahuan penulis dan sebagai pelengkap salah satu syarat menyelesaikan kuliah di Fakultas ekonomi, jurusan ekonomi pembangunan khususnya.

3. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah, Instansi/ lembaga yang terkait dalam menentukan kebijaksanaan dan dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di Kabupaten Karo.

4. Menambah hasil-hasil penelitian yang ada, khususnya mengenai pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumsi dan investasi.


(21)

5. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa/i jurusan ekonomi pembangunan


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.I Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999: Blakely, 1989).

Menko perekonomian Hatta Rasaja menegaskan pertumbuhaan ekonomi yang tinggi diperlukan untuk menampung penambahan angkatan kerja dan mengurangi angka pengangguran. Pertumbuhan ekonomi satu persen hanya bisa menampung 350.000 pekerja, menurut sekenario optimistis Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, perekonomian hanya bisa tumbuh rata-rata 6,9 persen per tahun dalam lima tahun kedepan. Untuk memecu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah mesti bekerja keras untuk menghapus segala macam hambatan seperti infrastruktur yang buruk, ketersediaan energi, pembiayaan yang mahal. (Kompas,2009)

Pertumbuhan ekonomi berkitan dengan kenaikan output perkapita. Yang perlu diperhatikan adalah sisi output totalnya (PDB) dan jumlah penduduknya. Output perkapita adalah kenaikan output total dibagikan dengan jumlah regional digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) perkapita.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pada tingkat


(23)

pertumbuhan penduduk, atau ada tidaknya perubahan dalam struktur ekonomi (Sukirno,2000:19). Hal ini memungkinkan kita untuk mengukur sejauh mana kebijaksanaan - kebijaksanaan ekonomi yang diterapkan pemerintah mampu mendorong aktivitas perekonomian domestik (Hera, At. All, 1995:23).

Menurut Rahardja, istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan terjadinya kemajuan atau perkembangan ekonomi dalam suatu Negara. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika jumlah produk barang dan jasa meningkat. Angka yang digunakan untuk menaksir pertumbuhan ekonomi adalah PDRB harga konstan karena telah dihilangkan pengaruh inflasinya.

Hal ini sejalan dengan pendapat I Made Dharma Setiawan yang menyatakan bahwa suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan dengan cara melakukan perhitungan pendapatan daerah yang didasarkan atas harga konstan.

Sedangkan menurut Budiono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut pandangan para ekonom klasik maupun ekonom neoklasik, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang modal,


(24)

luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan (Mudrajad, 2004)

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi ditandai dengan 3 ciri pokok, yaitu: Laju pertumbuhan, pendapatan perkapita riil, distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang menjadi sumber nafkah dan pola persebaran penduduk.

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Adam Smith sebagai pelopor teori klasik mengatakan bahwa output akan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Pertambahan penduduk berarti peningkatan produk nasional. Teori pertumbuhan klasik juga mengemukakan keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk yang dikenal dengan teori penduduk optimum. Teori ini menyatakan bahwa :

- Apabila produksi marginal lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita, jumlah penduduk sedikit dan tenaga kerja masih kurang, maka pertambahan jumlah penduduk akan menambah tenaga kerja dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

- Penduduk akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia, tetapi terjadi penurunan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi yang peningkatannya semakin kecil.


(25)

- Apabila produk marginal bernilai sama dengan pendapatan per kapita, yang berarti pendapatan perkapita yang maximum dengan jumlah penduduk optimal, maka pertambahan penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Teori Pertumbuhan Neoklasik

Menurut Robert Solow, pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input (pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja), kemajuan teknologi dan peningkatan keahlian serta keterampilan tenaga kerja. Apabila terjadi penambahan modal, berarti terjadi peningkatan kegiatan usaha yang akan memperluas lapangan pekerjaan. Produksi optimum baru akan diperoleh apabila diikuti dengan kemajuan tehnologi dan peningkatan ketrapilan tenaga kerja. Selanjutnya, produktivitas akan meningkat dan terjadilah pertumbuhan produk nasional di wilayah tersebut.

Menurut Rostow, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan, yaitu: perubahan reorganisasi ekonomi, perubahan pandangan masyarakat, perubahan cara menabung atau menanam modal serta perubahan pandangan terhadap faktor alam.

2.2 Pengeluaran Pemerintah

2.2.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah. Berdasarkan pendekatan kinerja dalam struktur anggaran daerah, pengeluaran daerah dibagi menjadi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin merupakan pengeluaran pemerintah yang


(26)

konsumtif, sebab pengeluaran ini manfaatnya hanya satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan daerah, sedangkan pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran pemerintah yang bersifat produktif, karena pengeluaran ini digunakan untuk membiayai sektor-sektor produktif yang dapat menambah kekayaan daerah. Hal inilah yang membuat pengeluaran pembangunan umumnya disebut sebagai investasi pemerintah.

Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah, Apabila pemerintah telah menetabkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa, biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. (Mangkoesoebroto,2000:169).

Teori mengenai pengeluaran pemerintah dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu teori makro dan teori mikro. Teori Di bawah ini adalah teori-teori pengeluaran baik secara makro maupun secara mikro.

2.2.2 Dasar Teori Pengeluaran Pemerintah a.Teori Rostow dan Musgrave.

Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan perasarana, seperti misalnya pendidikan, kesehatan, perasarana transportasi, dan sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatakan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan investai swasta sudah semakin membesar. Peranan


(27)

pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar, dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Selain itu, pada tahap ini perkembangan ekonomi menyebabkan hubungan antar sektor yang semakin rumit (complicated). Misalnya pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat pencemaran udara dan air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat. Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase terhadap GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap GNP akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi lebih lanjut, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan perasarana ke pengeluaran- pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya, program kesejahtraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebaginya. Teori perkembangan peranan pemerintah yang dikembangkan oleh Musgrave dan Rostow adalah suatau pandangan yang ditimbulkan dari pengamatan berdasarkan pembangunan ekonomi yang didalami oleh banyak Negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Di sini diperlukan pemerintah untuk mangatur hubungan antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dan lain-lain.

b.Hukum Wagner

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkan pula pengamatan di Negara-negara Eropa, USA, dan Jepang pada abad


(28)

ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan tetapi dalam pandanganya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam pengertian pertumbuhan secara relative ataukah secara absolut. Apabila yang dimaksud oleh hukum wagner adalah perkembangan pengeluaran pemerintah secara relatif sebagaimana teori Musgrave, maka hukum wagner adalah sebagai berikut: dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Wagner menyatakan berdasarkan pengamatan dari negara- negara maju disimpulkan bahwa dalam perekonomian suatu Negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita Negara tersebut. Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa industri-industri tertentu dari Negara tersebut. . Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait

Kelemahan hukum wagner adalah karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai pemilihan barang-barang publik. Wagner mendasarkan pandanganya dengan suatu teori yang disebut teori orgonis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang menganggap pamerintah sebagimana individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat lainnya


(29)

Hukum wagner dapat diformulasi sebagai berikut:

0 1 2 3

Gambar 2.1 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut wagner

c.Teori Peacock dan Wisemen

Peacocok dan Wisemen adalah dua orang yang menemukakan teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Teori ini mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut, sehingga teori peacocok dan Wismen merupakan dasar dari teori pemungutan suara. Peacocok dan wismen mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat di mana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat toleransi pajak ini merupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikan

Kurva 1

Kurva 2 PkPP


(30)

pemungutan pajak secara semena-mena teori peacocok dan Wismen adalah sebagai berikut : Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatkannya peneriman pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadan normal, meningkatnya GNP menyebabkan peneriman pemerintah yang semaki besar, begitu juga dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar.

Apabila keadaan normal tersebut terganggu, misalnya karena adanya perang, maka pemerintah harus memperbesar pengeluarannya untuk membiayai perang karena itu penerimaan dari pajak akan meningkat, dan pemerintah meningkatkan penerimanya tersebut dengan cara menaikan tariff pajak sehingga dana swasta untuk investasi dan konsumsi menjadi berkurang. Keadaan ini disebut efek pengalihan, (displacement effect) yaitu adanya suatu gangguan sosial menyebabkan aktivitas swasta dialihkan pada aktivitas.

2.3 INVESTASI

Secara umum investasi meliputi pertambahan barang - barang dan jasa dalam masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru, pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru dan sebagainya.

Menurut Sadono Sukirno (2008), investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang- barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. Dengan


(31)

perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi sesuatu dalam prekonomian. Dalam peraktiknya, yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanamaan modal) meliputi pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut:

- Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi lainya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan - Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor,

bangunaan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya

- Pertambahaan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan nasional.

Michael P.Todarao (2004:127), menyatakan sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi dimasa yang akan datang disebut investasi diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang–barang modal dan perlengkapan–perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam prekonomian.

Dari beberapa pendapat diatas tentang investasi, maka dapat disimpulkan investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.


(32)

2.3.1 Jenis-Jenis Investasi

Menurut Nasution (1998:105) secara umum didalam pembangunan ekonomi terdapat 4 jenis investasi, yaitu:

a. Investasi yang terdorong (Indunced Investment) dan Investasi otonom (autonomous Investasi)

Investasi yang tergolong (Indunced Invesment) yaitu investasi yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan baik itu pendapatan pusat maaupun nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, pertambahan permintaan yang mana adalah akibat pertambahan pendapatan. Jelasnya apabila pendapatan bertambah maka pertambahan permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi, dan apabila ada tambahan permintaan akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut.

Investasi otonom yakni investasi yang dilakukan oleh pemerintah karena disamping biayanya sangat besar juga investasi ini tidak memberikan keuntungan, dimana besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan baik itu pendapatan daerah ataupun pendapatan pusat atau nasional tetapi dapat berubah karena adanya perubahan faktor-faktor pendapatan seperti tingkat teknologi, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. Investasi ini dilakukan atau diadakan secara bebas, artinya investasi ini diadakan bukan karena pertambahan permintaan efektif. Besarnya investasi otonom tidak tergantung pada besar kecilnya pendapatan nasional. Dengan perkataan lain tinggi rendahnya pendapatan nasional tidak menentukan jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusaahan contohnya investasi bendungan untuk saluaran irigasi


(33)

tidak akan memberikan keuntungan kepada pemerintah tetapi dengan irigasi akan meningkatkan produksi hasil pertanian.

b. Public Investment and Privat Investment.

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan pemerintah disini adalah pemerintah pusat/daerah yang bersifat resmi.

Sedangkan privat investment adalah investasi yang dilakukan oleh swasta, dimana keuntungan yang menjadi prioritas utama berbeda dengan public investment yang diarahkan untuk melayani dan mencibtakan kesejahtraan bagi rakyat banyak.

c. Domestic Investment and Foreigen Investment

Domestic Investment adalah penanaman modal dalam negeri foreigen investment adalah penanaman modal asing. Suatu Negara yang memiliki banyak sekali faktor- faktor produksi namun tidak memiliki faktor produksi modal yang cukup untuk mengolah sumber- sumber yang dimilikinya itu, akan mengundung modal asing ini, agar sumber-sumber yang ada dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

d. Gross Invesment and Net investment

Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu waktu. jadi mencakup segala jenis investasi, baik itu autonomous maupun induced, baik privat maupun public, artinya seluruh investasi yang dilakukan disuatu Negara atau daerah pada atau Selama suatu priode waktu tertentu dinamakan gross investment. Net investment adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. Apabila misalnya investasi bruto tahun


(34)

ini 30 juta sedangkan penyusutan yang terjadi selama tahun lalu 10 juta maka investasi nettonya adalah sebesar 20 juta.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Tingkat bunga

Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi yang terjadi dalam suatu Negara. Apabila tingkat bunga rendah maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Sebaliknya tingkat bunga tinggi, maka ivestasi kredit bank tidak menguat

Dalam literatur ada istilah yang dapat digunakan untuk melihat tingkat suku bunga dari investasi yaitu:

1. Marginal efficiency of investment (MEI), yang mengambarkan hubungan antara tingkat suku bunga dengan investasi yang senyatanya dilakukan oleh para pengusaha dalam jangka waktu tertentu.

2. Marginal efficiency of capital (MEC), yang menggambarkan hubungan antara tingkat suku bunga dengan penanaman modal yang seharusnya dilakukan untuk usaha-usaha, tingkat pengembalian modalnya (rate of return) nya lebih besar dari pada tingkat suku bunga berlaku.

Keynes mengatakan bahwa investasi baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep Marginal efficiency of capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan (Return of investment)


(35)

Peningkatan aktivitas prekonomian

Harapan adanya peningkatan perekonomian di masa yang akan mendatang, merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau tidak. Kalau ada perkiraan akan terjadi peningkatan perekonomian di masa yang akan datang, walaupun tingkat bunga lebih besar dari tingkat MEC (sebagai penentu investasi), investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor yng instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih besar dimasa yang akan datang.

Kemajuan Teknologi

Yang menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha adalah kegiatan para pengusaha untuk menggunakan penemuan-penemuan teknologi yang baru dalam proses produksi. Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan dikembangkan didalam kegiatan produksi atau menejemen dinamakan mengadakan pembaharuan atau inovasi.

Tingkat keuntungan yang akan diperoleh

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran pada pengusaha untuk melakukan investasi saat ini atau di masa depan.


(36)

2.3.3 Dasar Teori Investasi a. Teori Klasik (Adam Smith)

Semua kaum klasik memandang pemupukan modal sebagai kunci pertumbuhan ekonomi. Karena itu mereka menekankan betapa pentingnya tabungan dalam jumlah yang besar. Hanya pemilik modal dan pemilik tanah yang mampu menabung. Kelas pekerja tidak Mampu menabung karena mereka hanya menerima upah yang besarnya sama dengan tingkat kebutuhan hidup minimal.

Menurut kaum klasik dalam jinghan (2000:101), keuntungan merangsang investasi. Semakin besar keuntungan, maka semakin besar pula akumulasi modal dan investasi. Namun keuntungan tidak akan naik secara terus menerus, namun cenderung menurun apabila persaingan untuk menghimpun modal antar kapitalis semakin meningkat. Alasanya ialah naiknya upah dan sewa naik, maka keuntungan menurun.

b. Teori Keynes

Menurut Keynes dalam jinghan (2000:168) Pendapatan total merupakan fungsi dari pada pekerja total dalam suatu Negara. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkannya demikian juga sebaliknya. Permintan konsumsi tergantung pada kecenderungan untuk mengkonsumsi, jurang antara pendapatan dan konsumsi ini hanya dapat dijempatani oleh investasi. Jika volume investasi yang diperlukan tidak terpenuhi maka permintaan agregat akan turun lebih rendah dari penawaran agregat. Akibatnya pendapatan dan pekerjaan akan turun sampai jurang terebut terjembatani. Efisiensi marginal dari modal merupakan tingkat hasil yang


(37)

diharabkan dari aktiva modal baru. Bilamana harapan laba tinggi pengusaha akan menginvestasikan tinggi.

Suku bunga merupakan faktor lainnya dari investasi, teragantung pada kuantitas. Sekarang investasi dapat dinaikaan melalui investasi marginal atau penurunan akan suku bunga. Walaupun kenaikan investasi biasanya menyebabkan kenaikan pekerjaan, ini bisa saja terjadi bila pada waktu yang sama kecenderungaan untuk mengkonsumsi turun. Sebalikanya, naiknya kecenderungan berkonsumsi dapat mengakibatkan kenaikan pada pekerjaan tanpa kenaikan pada investasi. Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan, dan karena pendapatan meningkat, muncul permintaan yang lebih banyak atas barang konsumsi, pada giliranya menyebabkan kenaikan berikutnya pada pendapatan dan pekerjaan. Proses ini cenderung menggumpal (kumulatif). Akibatnya kenaikan tertentu pada investai menyebabkan kenaikan yang berlipat ganda pada pendapatan melalui kecenderungan mengkonsumsi. Hubungan antara kenaikan investasi dan pendapatan ini oleh Keynes disebut multiplier (K). Penggali (multiplier) ini memperlihatkan hubungan yang tepat, berkat adanya kecenderungan mengkonsumsi tersebut, antara pekerjaan agregat dan pendapatan agregat dengan tingkat investasi. Berarti bila investasi agregat naik, pendapatan akan meningkat, yang besarnya adalah K kali kenaikan investasi tersebut. Rumusnya adalah:

∆Y = K∆I...(4.1) (sukirno 2000:75)

Dengan 1-1/K mewakili kecenderungan marginal mengkonsumsi. Jadi multiplier K = 1/ 1- MPC. Karena kecenderungan marginal berkonsumsi turun, berkat adanya kenaikan pendapatan, maka diperlukan suntikan investasi dengan dosis


(38)

besar guna memperoleh tingkat pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian.

2.4 Pengertian Konsumsi Rumah Tangga.

Nilai perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang dan jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga atau dalam analisis makro ekonomi lebih lazim disebut sebagai konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengengkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kenderaan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya dan perbelanjaan tersebut dinamakan konsumsi, yaitu membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan memiliki dan menggunakan barang tersebut. Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga). Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagi investasi. Suterusnya, sebagian pengeluaran mereka, seperti membayar asuransi dan mengirim uang kepada orang tua (atau anak yang sedang bersekolah) tidak digolongkan sebagai konsumsi karena ia tidak merupakan perbelanjaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian.

Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah:

• Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestik suatu region


(39)

• Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rumah-rumah peduduk suatu region

Pengertian konsep pertama adalah pengeluaran oleh rumah tangga di suatu region, tidak terkecuali oleh penduduk atau bukan penduduk region tersebut. jadi, dalam hal ini semua pengeluaran oleh rumah tangga staff kedutaan asing, staff perwakilan daerah, anggota militer dan lain-lain berbeda di suatu wilayah serta, pengeluaran turis asing adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga dalam suatu wilayah domestik regional tersebut.

Pengertian yang kedua adalah pengeluaran konsumsi pemerintah dalam wilayah domestik dengan pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk diluar region, dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga bukan penduduk yang dilakukan oleh wilayah tersebut. Konsep pengeluaran rumah tangga dalam komponen PDRB dari sudut penggunaan adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2.4.1 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi a) Faktor-Faktor Ekonomi

Pendapatan Rumah Tangga (household Income)

Pendapatan rumah tangga sangat besar pengeruhnya terhadap tingkat konsumsi ,makin tinggi tingkat pendapatan,tingkat konsumsi makin tinggi kerena ketika tingkat pendapatan meningkat ,kemempuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi meningkat.


(40)

Kekayaan Rumah Tangga (household wealth)

Yang tercakup dalam kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rill (misalnya rumah, tanah, dan mobil) dan financial (deposito berjangka, saham dan surat-surat berharga). kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel.

Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi konsumsi, dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Sedangkan bagi mereka yang meminjam kenaikan tingkat bunga akan mengurangi konsumsi. Tingkat bunga yang tinggi akan

menyebabkan menyimpan uang di bank terasa lebih menguntungkan ketimbang dikonsumsi.

Perkiraan Tentang Masa Depan

Jika rumah tangga merasa masa depannya makin baik, mereka akan lebih leluasa untuk meningkatkan konsumsi, karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat dan begitu juga sebaliknya.

b) Faktor- Faktor Non Ekonomi

Faktor- faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi daerah adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena keinginan meniru klompok masyarakat lainya yang dianggap lebih hebat.


(41)

2.4.2 Teori Pengeluaran Konsumsi a) John Meynard Keynes

Faktor terpenting yang menentukan besarnya pengeluaran rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan adalah pendapatan (income = Y). Income (Y) pada suatu waktu tertentu secara sederhana dapat digunakan untuk keperluan konsumsi (consumtion=CO) dan ditabung (saving=S). Secara matematis dituliskan (Y=C+S).

Pada tingkat income masyarakat sangat rendah pada umumnya pengeluaran rumah tangga lebih tinggi dari pendapatanya, sehingga pengeluaran konsumsi saat ini tidak hanya dibiayai oleh pendapatanya saja tetapi juga menggunakan sumber- sumber lain seperti tabungan dari waktu sebelumnya, menjual harta rumah tangga atau meminjam. Selanjutnya pada suatu tingkat income yang cukup tinggi, konsumsi rumah tangga akan sama besarnya dengan incomenya. Bila income meningkat lagi, maka rumah tangga akan mengalami kondisi kelebihan income karena pada saat itulah rumah tangga dapat menabung kelebihan income yang tidak digunakan untuk konsumsi.

Secara umum adanya pertambahan income ∆Y diimbangi masyarakat dengan menambah konsumsinya ∆C. Rasio perubahan konsumsi tarhadap income dikenal dengan kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propersity to consume = MPC). Secara matematis ditulis

MPC= C Y

Kenaikan income pada umumnya diiringi dengan kenaikan konsumsi rumah tangga, namun kecenderungan menunjukan bahwa perubahan konsumsi


(42)

tersebut lebih kecil dibandingkan dengan perubahan incomenya sehingga 0 ≤ MPC ≤ 1 dan terdapat selisih yang positif akan menjadi tabungan (∆S).

Y = C+S c. Teori Irving Fisher

Irving Fisher menganalisis bagaimana seorang konsumen yang rasional dan berpandangan kedepan membuat pilihan antar waktu yang berbeda (intemporal choice). Fisher menunjukan kendala yang dihadapi konsumen dan bagaimana mereka memilih antar konsumsi dan tabungan. Ketika seseorang memutuskan berapa banyak pedapatan yang dikonsumsi dan berapa banyak yang akan ditabung, dia akan mempertimbangkan kondisi sekarang dan kondisi yang akan datang. Semakin banyak dia konsumsi hari ini, maka semakin sedikit yang dia konsumsi di masa yang akan datang. Menurut Irving Fisher ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi :

a.The Intertemporal Budget Constraint

Salah satu alasan mengapa masyarakat mengkonsumsi lebih sedikit dari yang sebenarnya diinginkan adalah karena keterbatasan anggaran (budget constraint). Ketika mereka memutuskan berapa yang akan dikonsumsi saat ini dan berapa di masa depan mereka menghadapi apa yang disebut intemporal budeget constrain.

Untuk penyederhanan dianggap konsumen menghadapi dua periode waktu. Pada periode pertama, tabungan sama dengan pendapatan dikurangi kosumsi, sehingga S = Y1 – C1


(43)

Pada periode kedua, kosumsi sama dengan akumulasi tabungan, termasuk pedapatan bunganya ditambah dengan pedapatan pada periode kedua sehingga,

C2 =(1+r) S + Y2

Dimana S adalah tabungan, Y1 pendapatan pertama, C1 konsumsi pertama,

C2 konsumsi kedua, Y2 pedapatan kedua, r suku bunga.

Jika konsumsi pertama lebih kecil dari pedapatan pertama, konsumen akan menabung, sehingga nilai S lebih besar dari nol. Untuk mendapat kendala anggaran konsumen (consumer’s budget constraint), kedua persamaan diatas dapat dikombinasikan menjadi

C2 = (1+r) (Y1 C1) + Y2

C2

Konsumsi Periode kedua

Y2 kendala anggaran

0 Y1 Y1

Gambar 2.2 : Anggaran Konsumsi

Gambar diatas menunjukan anggaran kosumen. Pada konsumsi periode 1 sebesar Y1 dan konsumsi pada periode kedua sebesar Y2 ,sehingga tidak ada

tabungan ataupun pinjaman pada kedua periode pertama dan menabung seluruh pendapatanya. Kosumen memilih kombinasi dibawah kendala anggara karena dia tidak menghabiskan seluruh pendapatnya. Sepanjang konsumsen rasional, dimana mereka lebih menyukai konsumsi yang banyak dibanding konsumsi yang sedikit


(44)

maka kosumen akan selalu memilih titik-titik pada garis kendala anggaran daripada dibawah garis anggaran.

b.Selera Konsumen

Selera konsumen mengenai konsumsi pertama dan konsumsi kedua ditunjukan oleh kurva indeferen. Kurva idneferen menunjukan kombinasi konsumsi pertama dan kedua yang memberikan tingkat kepuasan yang sama pada konsumen. Kemiringan disetiap titik menunjukan tambahan konsumsi periode kedua yang diperlukan jika konsumsi pada periode pertama dikurangi sebesar satu satuan.

Kemiringan ini disebut tingkat konsumsi marjinal atau marginal rate of substitution (MPS). Konsumen menyukai kurva indeferen yang berbeda semakin tinggi kurva ideferen semakin disukai oleh konsumen karena itu berarti kombinasi konsumsi yang diperoleh semakin besar.

c.Optimisasi

Untuk mendapatakan kebahagiaan yang maksimal, kosumen akan berusaha mencapi kurva ideferen yang setinggi-tingginya. Tetapi mereka akan dibatasi oleh anggaran yang dimilkinya.


(45)

C2

konsumsi kedua

I3

I2

I1

Konsumsi pertama C1

Gambar 2.3: Kendala Anggaran Konsumsi

Gambar diatas menunjukan bahwa beberapa kurva indeferen memotong garis anggaran. Kondisi optimum yaitu kombinasi kedua konsumsi pada kedua periode dicapai pada titik 0 dimana garis anggaran menyinggung kurva indeferen I2. Pada titik optimum, kemiringan kurva indeferen sebesar MRS sedangkan

kemiringan dari garis anggaran adalah 1 ditambah suku bunga rill. Sehingga pada titik 0 dapat disimpulkan konsumen akan memilih kombinasi konsumsi pada kedua periode sampai tercapai MRS sama dengan 1 tambah suku bunga rill. (Teddy H, At all.2001:222)

d.Pengaruh Perubahan Pedapatan Konsumen

Jika kendala anggaran semakin tinggi, berarti konsumen dapat mencapi kurva indeferen yang semakin tinggi pula. Dengan demikian konsumen dapat memperoleh kombinasi konsumsi yang lebih besar pula dengan kenaikan pendapatan.


(46)

3.1 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran merupakan suatu alat perencanaan mengenai pengeluaran dan pendapatan di masa yang akan datang, umumnya disusun satu tahun. Disamping itu anggaran merupakaan alat kontrol atau pengawasan terhadap baik pengeluaran dan pendapatan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, APBD sangat penting kedudukanya sebagai alat pengukuran yang sah berhasil atau tidaknya pemerintah daerah menggunakan keuangan daerah untuk digunakan untuk menutupi biaya pemerintah dan pembangunan daerah. APBD sepatutnya disusun secara seimbang antara penerimaan dan pengeluaran.

3.1.1 Kriteria Penyusunan APBD

Arah kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan keriteria sebagai berikut:

a) Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebjakan yang ditetabkan dalam Rencana Strategi Daerah dan dokumen perencanaa lainya ditetabkan oleh daerah.

b) Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.

c) Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang disepakati sebagai pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.

d) Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah. e) Memberikan fleksibelitas untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberi


(47)

3.1.2 Fungsi APBN

APBN merupakan alat untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka membiayai pelaksanan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbunha ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta perioritas pembangunan secara umum.

Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban Negara dalam satu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surflus peneriman Negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara tahun anggaran berikutnya. Merujuk pasal 3 ayat (4) UU no.17/2003, APBN mempunyai fungsi antara lain :

1. Fungsi Otoritas

Fungsi otoritas mengandung arti bahwa anggaran Negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

2. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan mengadung arti bahwa anggaran Negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada awal tahun yang bersangkutan. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka Negara dapat membuat rencana-rencana untuk mendukung perbelanjaan tersebut.

3. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan mengadung arti bahwa anggaran Negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaran Negara sesuai dengan


(48)

ketentuan yang telah ditetabkan. Dengan demikian mudah bagi masyarakat menilai tindakan pemerintah menggunakan uang.

4. Fungsi Alokasi

Mengadung arti bahwa anggaran Negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

5. Fungsi Distribusi

Mengadung arti bahwa kebijakan anggaran Negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan

6. Fungsi Stabilitasi

Mengadung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

3.1.3 Mekanisme Penyusunan APBD

Dalam rangka menyiapkan Rancangan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun arah dan kebijakan umum APBD. Dasar penyusunan arah dan kebijakan umum APBD adalah sebagi berikut:

a. Arah dan kebijakan umum APBD pada dasarnya adalah rancangan tahunan yang merupakan bagian dari rencana menengah dan rencana jangka panjang yang dimuat dalam Rencana strategi Daerah atau dokumen perencanan lainya. Pemerintah Daerah dan DPRD menggunakan rencana strategi atau dokumen perencanaan lainya sebagi dasar penyusunsn Arah dan kebijakan Umum APBD.


(49)

b. Untuk mengantisipasi adanya perubahan lingkungan, Pemerintah Daerah dan DPRD perlu melakukan penjaringan aspirasi masyarakat untuk mengidentifikasi perkembangan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Penjaringan aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antar lain: dengan pendapatan, turun lapangan, kuisioner, dialog interaktif, kotak saran dan media masa.

c. Penjaringan aspirasi masyarakat dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dan terlibat dalam peroses penganggaran daerah. Partisipasi dan keterlibatan masyarakat bermanfaat dalam penganggaran daerah di masa yang akan datang.

d. Konsep awal arah dan kebijakan umum APBD dapat juga disusun berdasarkan pokok-pokok awal pikiran DPRD

e. Disampinng itu, penyusunan arah dan kebijakan umum APBD disetiap daerah harus memperhatikan pokok-pokok kebijakan pengelolaan Keuangan Daerah dan Pemerintah Atasan.

f. Pemerintah Daerah dan DPRD dapat melibatkan masyarakat pemerhati atau tenaga ahli untuk penyusunan konsep arah dan kebijakan APBD.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Lokasi Penelitan Dan Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Kabupaten Karo dimana ruang lingkup penelitian ini menitikberatkan pada hubungan antara Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Karo Terhadap Pertumbuhan Ekonomi selama kurun waktu 1990-2008.

3.2 Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data berbentuk angka-angka, datanya diperoleh melalui laporan BPS Sumatera utara pada kurun waktu 1990-2008 (sampel data 19 tahun), BPS kabupaten karo, disamping itu data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti buku , jurnal, serta website-website yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pencatatan langsung terhadap data-data yang berhubungan dengan pengeluaran pemerintah Kabupaten Karo serta pertumbuhan ekonomi kabupaten karo, dan juga dengan cara menelaah berbagai bahan pustaka


(51)

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi. Selain itu juga digunakan Software Microsoft Excel sebagai Software pembantu dalam bentuk baku yang disediakan oleh sumber kedalam bentuk yang lebih representatif untuk mempermudah pengimputan data pada proses selanjutnya.

3.5 Metode Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalis data adalah menggunakan ekonometrika dengan metode analisis data yang digunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square / OLS). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linier berganda selain itu metode analisis deskriptif kualitatif juga dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa instrumen analisis seperti table dan grafik yang dapat mencerminkan uraian analisis penelitian secara teratur dan saling mendukung juga dan sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengujian atas kestasioneran data yang digunakan melalui uji akar unit (unit root test) atau dikena juga dengan uji Dickey Fuller (DF).

Adapun fungsi estimasinya adalah sebagai berikut:

Y= f (X1, X2, X3)……..1)

Dari persamaan diatas dapat ditransformasi ke dalam model ekonometrika dengan model persamaan double log sebagai berikut


(52)

Dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi / PDRB Harga konstan (jutaan rupiah) α = Intercept

LX1 = Pengeluaran Pemerintah (jutaan Rupiah)

LX2 = Pengeluaran konsumsi (jutaan Rupiah)

LX3 = Investasi swasta (jutaan Rupiah)

β1,β2,β3= Koefisien Regresi

µ = Term of error (kesalahan pengganggu)

3.6 Uji Akar Unit

Uji ini digunakan untuk melihat apakah data runtun waktu yang dianalisis berbentuk stasioner atau tidak, karena apabila data tidak stasioner maka akan menimbulkan permasalahan. Uji ini sangat popular dan dikenalkan David Dickey dan Wayne Fuller.

Untuk lebih mempermudah pemahaman dari pengujian akar unit, kita mulai dari persamaan berikut:

Yt = ρYt-1 + µt -1

Dimana t adalah white noise error term.

Jika nilai ρ =1, dalam kasus uji akar unit, persamaan di atas menjadi model random walk yang artinya data tidak stasioner. Selanjutnya dalam proses pengujian akar unit, dilakukan manipulasi yaitu dengan mengurangkan masing-


(53)

masing sisi (kiri dan kanan) dari persaman diatas dengan Yt-1 , sehingga kita memperoleh persamaan:

Yt – Yt-1 = ρY t-1 -– Yt-1 + µ1 Yt – Yt-1 = (ρ-1)Yt-1 + µ1

Secara alternatif juga dapat ditulis sebagai berikut: ∆Yt = t-1 +µt

Dimana dan tanda ‘∆’ menunjukan simbol pembedaan pertama ( first difference).

Selanjutnya dilakukan pengujian atas hipotesis ini:

H0 :

Ha :

Jika tidak menolak hipotesis nol, berarti maka nilai

Data yang dianalisis memiliki unit root. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data runtun waktu Yt adalah tidak stasioner.

Dalam menganalisis menggunakan hipotesis seperti diatas, Dickey dan Fuller menggunakan uji-t terhadap hipotesisnya yang mengikuti statistik (tau). Statistik ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh MCkinon. Proses pengujian ini dapat diperoleh dalam eviews. (Wahyu dan Paidi ,2007)


(54)

3.7 Uji Derajat Integrasi

Apabila data yang telah diamati pada uji akar unit ternyata “tidak stasioner”, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapakah data yang diamati stasioner. Pengujian ini merupakan perluasan dari uji akar-akar unit yang ditafsir dengan model autoregresif dengan metode OLS sbb :

k

D2Xt = e0 + e1BDXt + Σ fiBiD2Xt ……….(1.3) i=1

k

D2Xt = g0 + g1T + g2BDXt + Σ h1BiD2Xt ……….(1.4) i=1

Dan dapat diperoleh dari persamaan (1.3) dan (1.4) diatas adalah sbb: D2Xt = DXt – DXt-1 BDX = DXt-1

Dimana :

t = Trend waktu

Xt = Variabel yang diamati pada periode t

B = Operasi kelambanan waktu kehulu (t-1)

Dari hasil regresi persamaan diatas diperoleh nilai ADF statistik dari BDXt. Hasil ini kemudian dibandingkan nilai kritis Mackinnon. Jika nilai ADF statistik lebih besar daripada nilai kritis Mackinnon pada derajat kepercayaan berapapun, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut adalah stasioner pada derajat satu atau disebut I(1). Dalam kaitannya dengan uji kointegrasi, jika varabel X belum juga stasioner pada derajat 1 maka perlu dilanjutkan hingga diperoleh suatu kondisi stasioner sampai derajat kedua, ketiga dan seterusnya.


(55)

3.7 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian ) a. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 ≤ 1). Jika R2 semakin besar (mendekati 1) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyi pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati 0) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat.

b. Uji t-Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap variabel idependen lainya konstan. Pengaruh masing-masing variabel independen yaitu pengeluaran pemerintah, pengeluaran konsumsi dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dengan uji t pada tingkat kepercayaan 95 %. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Dengan kariteria:


(56)

Artinya variabel pengeluaran rutin, pengeluaran konsumsi, dan investasi tidak nyata mempengaruhi Y (PDRB).

Hα diterima jika t-statistik ≥ t-tabel pada α = 5%

Artinya variable X1 (pengeluaran pemerintah, X2 (pengeluaran Konsumsi), X3

(investasi swasta) nyata mempengaruhi Y (PDRB). Nilai t-statistik diperoleh dengan rumus:

Dimana:

bi = Koefisien variable independen ke-i b = Nilai hipotesis 0

Se (bi) = Simpangan baku dari variabel ke 1

c. Uji F-statistik

Digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai variable idependen secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen. Untuk uji F digunakan hipotesis:

Ho : β1 = 0 Ha : β1 ≠ 0

Dengan keriteria:


(57)

Artinya variable pengeluaran rutin, pengeluaran konsumsi dan investasi tidak nyata mempengaruhi Y (PDRB).

Hα diterima jika F-statistik ≥ F-tabel pada α=5%

Artinya variable X1 (pengeluaran pemerintah), X2 (pengeluaran Konsumsi), X3

(investasi) nyata mempengaruhi Y pertumbuhan ekonomi (PDRB). Nilai F-statistik diperoleh dengan rumus:

F-hitung =

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variable independen ditambah intercept dari suatu model

persamaan n = Jumlah sampel

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Kelasik a. Uji Multikolineritas

Uji multikolineriti digunakan untuk mengetahui suatu kodisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari R-square, f-hitung, t-hitung, serta standart error.


(58)

Adanya multikolinerity ditandai dengan:

a) Standard error tidak terhingga.

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α= 1%.

c) Terjadi perubahan tanda sesuai dengan teori d) R2 sangat tinggi.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) antara anggota, digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi yang antara variable-variabel yang diamati.

Uji Durbin- Watson dirumuskan sebagai berikut:

D - hitung = ∑(et- (et-1) )2 ∑ e2t

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam table distriusi Durbin-Watson untuk nilai α hipotesis yang digunakan adalah.


(59)

inconclusive

Autokorelasi Autokorelasi

(positif) Ho diterima (negatif)

(no autocorrelation)

0 di du 2 4-du 4-di 4 Gambar 3.1 Kurva Autokorelasi

Keterangan:

H0 : tidak ada korelasi

DW tolak H0 (ada Korelasi +)

DW di : tolak H0(ada korelasi -)

DW : terima H0 (tak ada korelasi)

di : tidak bias disimpulkan(inconclusive)


(60)

3.9 Definisi Oprasional

Definisi oprasional (batasan definisi) bertujuan untuk mengarahkan dan membatasi penelitian, batasan-batasan definisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ekonomi (Pertumbuhan PDRB Harga Konstan) (Y) adalah sebagai peningkatan kemampuan diri suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan pada satu tahun dasar tertentu yang besarnya dinyatakan dalam jutan Rupiah.

2. Pengeluaran pemerintah (X1) adalah pengeluaran pembangunan yang

ditujukan untuk membiayai oprasional penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten Karo dalam satuan jutan Rupiah. Yang terdiri dari 2 jenis yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembanguan suatu daerah yaitu Kabupaten Karo yang besarnya dinyatakan dalam jutaan Rupiah.

3. Pengeluaran konsumsi (X2) adalah pengeluaran oleh anggota rumah

tangga di suatu daerah atau wilayah yang meliputi semua barang dan jasa (baik barang yang yanga tahan lama maupun yang tak tahan lama) dikurangi hasil netto (penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga, yang besarnya dinyatakan dalam satuan jutaan Rupiah.

4. Investasi adalah (X3) penanaman modal yang dilakukan swasta

nasional maupun swata asing di Kabupaten Karo dalam satuan Jutaan Rupiah


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran umum Kabupaten Karo a. Lokasi

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh Area Bukit Barisan yang memiliki tanah yang subur. Cuaca yang dingin, berbagai macam objek wisata dan penduduk skitar 360.880 jiwa.

Table 4.1 Luas wilayah Kabupaten Karo

No Nama kecamatan Luas (km2) 1 Kabanjahe 44.65

2 Naman teran 87,82 3 Tiga Panah 219,09 4 Merek 125,51 5 Barus jahe 128,04 6 Simpang Empat 225,47 7 Pay ung 134,00 8 Kuta buluh 195,70 9 Munte 125,64 10 Juhar 218,56 11 Tigabinanga 160,38 12 Laubalaeng 252,60 13 Mardingding 267,11 14 Berastagi 30,50 15 Dolat rakyat 32,25 16 Merdeka 44,17

17 Tiga nderket 86,76 Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka 2008

Kabupaten Karo adalah salah satu dari sebelas Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Dengan Luas daerah sekitar 2.127.25Km2 , yang termasuk kedalam daerah administrative wilayah pembangunan II di Sumatera


(62)

Utara, yang terdiri dari 13 kecamatan, 248 desa, dan 10 kecamatan dan 10 kelurahan.

b.Letak Geografis

Secara geografis daerah Kabupaten Karo terletak antara 2050’– 30019’LU’ dan terletak antara 97055’’ – 98038’’Bujur Timur.

Batas- batas Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Dati 11 / Langkat dan Deli serdang. Sebelah Selatan : Kabupaten Dati II Dairi .

Sebelah Timur : Dati II Simalungun

Sebelah Barat : Kabupaten Dati II Aceh Tenggara c.Penduduk

Jumlah penduduk merupakan modal dasar pembangunan, oleh sebab itu data statistik diperlukan untuk perencanan pembangunan dengan segala aspeknya. Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja mengakibatkan terjadi pengganguran. Pada tahun 2008 penduduk kabupaten karo mencapai 360.880 jiwa dengan kepadatan penduduk 169,65 jiwa/km2, laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo pada tahun 2002-2008 sekitar 3.05% per tahun.

d.Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan salah satu pilar yang mendukung program pembangunan daerah disamping sektor pertanian dan kesehatan, pada tingkat pendidikan dasar tahun 2008 ada sebanyak 286 sekolah dan 2.088 kelas serta ada 3.130 tenaga pengajar dan 47.034 siswa di tingkat SMP ada 60 sekolah dan 579


(63)

kelas serta sebanyak 1.574 tenaga pengajar dan 18.234 siswa. Pada tingkat SMU ada 29 sekolah dan 10.932 siswa dan tenaga pengajar 1.157 orang.

e.Ketenagakerjaan

Pertumbuhan tenaga kerja di Kabupaten Karo sejalan dengan pertumbuhan peduduk. Namun tidak sejalan dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan pengangguran. Pada tahun 2007,sebanyak 177.262 orang angkatan kerja yang berumur 15 tahun keatas, sebanyak 165.489 orang yang bekerja dan 11.773 orang jumlah pencari kerja yang terdaftar pada dinas tenaga kerja di Kabupaten Karo. Penduduk Kabupaten karo lebih banyak bekerja pada lapangan pekerjaan pertanian sebanyak 117.360 orang, yang didominasi wanita sebanyak 64.776 orang dan laki-laki sebanyak 52.584.

f. Potensi Wilayah

Wilayah Kabupaten Karo memiliki potensi lahan yang sangat luas dan potensial yang dapat dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar wilayah ini merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan terpenting perekonomian masih mengandalkan sektor pertanian, keindahan alam juga berpotensi menumbuhkan sektor pariwisata di Kabupaten Karo yang sudah tersebar luas di provinsi Sumatera Utara dan dikenal juga di domestik maupun di mancanegara. Kabupaten Karo dekat dengan Medan yang merupakan pintu gerbang ke dunia internasional di provinsi Sumatera Utara

4.1.2 GambaranPerekonomian Kabupaten Karo

Sektor perekonomian Kabupaten Karo di tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pertanian sebagaimana tahun – tahun sebelumnya. Keadaan ini tarlihat dari besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB


(64)

Kabupaten Karo yaitu mencapai 50,8% di bandingakan sektor lain seperti pariwisata, industri, pertambangan dan lain- lain dari kesembilan sektor yang ada di Kabupaten Karo. Hal tersebut disebabkan oleh letak geografis Kabupaten Karo yang sangat cocok untuk daerah pertanian serta dukungan pemerintah derah untuk tetap meningkatkan sektor potensial/basis dari daerah tersebut. Indikator lain untuk melihat keadaan perekonomian Kabupaten Karo adalah sebagai berikut.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan perubahan jumlah produksi yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi secara tidak langsung, hal ini merupakan gambaran tingkat perubahan ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Bagi suatu daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang dicapai dan juga berguna untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan datang.

Untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, dimana pada tahun 2008 adalah sebesar 2.869,74 Miliar rupiah dan mengalami peningkatan dimana sebelumnya tahun 2007 sebesar 3.019,39 miliar rupiah kegiatan perekonomian di Kabupaten Karo mengalami peningkatan di tahun 2008 sebesar 5,21% pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan di tahun sebelumnya sebesar 5,13%, pertumbuhan ekonomi didukung oleh semua sektor perekonomian di Kabupaten Karo.


(65)

Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo 1990-2008 (Dalam Persen)

Tahun ADHB (%) ADHK (%)

1994 21,62 13,35

1995 10,11 12,49

1996 12,22 9,50

1997 16,28 7,55

1998 56,03 0,72

1999 20,12 5,71

2000 9,56 -

2001 9,56 5,35

2002 17,25 2,98

2003 9,85 5,29

2004 10,56 3,32

2005 9,14 4,71

2006 12,62 4,96

2007 12,68 5,13

2008 5,21


(1)

Lampiran 4

Hasil Regres AdF Dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar Unit

Pada Pengeluaran konsumsi (X2)

Null Hypothesis: D(X2,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.976331 0.0090

Test critical values: 1% level -3.920350

5% level -3.065585

10% level -2.673459

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 16

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X2,3)

Method: Least Squares Date: 03/04/10 Time: 17:33 Sample (adjusted): 1993 2008

Included observations: 16 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(X2(-1),2) -1.500213 0.377286 -3.976331 0.0014

C 27765071 32580829 0.852190 0.4085


(2)

Lampiran 5

Hasil Regres AdF Dan Derajat Integrasi Untuk Uji Akar Unit

Pada Investasi (X3)

Null Hypothesis: D(X3) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.155660 0.0008

Test critical values: 1% level -3.886751

5% level -3.052169

10% level -2.666593

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X3,2)

Method: Least Squares Date: 03/04/10 Time: 17:14 Sample (adjusted): 1992 2008

Included observations: 17 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

D(X3(-1)) -1.127952 0.218779 -5.155660 0.0001

C 616931.7 1067653. 0.577839 0.5719

R-squared 0.639257 Mean dependent var -587323.7

Adjusted R-squared 0.615207 S.D. dependent var 6924538.

S.E. of regression 4295406. Akaike info criterion 33.49412

Sum squared resid 2.77E+14 Schwarz criterion 33.59215

Log likelihood -282.7000 F-statistic 26.58083

Durbin-Watson stat 2.248388 Prob(F-statistic) 0.000117


(3)

Uji Multikolnearitas (LX1)

Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 16:49 Sample: 1990 2008

Included observations: 17

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -11.48595 2.286312 -5.023789 0.0002

LX2 1.063900 0.104960 10.13626 0.0000

LX3 0.571059 0.163559 3.491460 0.0036

R-squared 0.939906 Mean dependent var 18.18134 Adjusted R-squared 0.931321 S.D. dependent var 1.360036 S.E. of regression 0.356420 Akaike info criterion 0.933373 Sum squared resid 1.778495 Schwarz criterion 1.080410

Log likelihood -4.933667 F-statistic 109.4839


(4)

Uji multikolinearitas (LX2)

Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 16:51 Sample: 1990 2008

Included observations: 17

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.15857 2.005036 5.066526 0.0002

LX1 0.827220 0.081610 10.13626 0.0000

LX3 -0.370293 0.170639 -2.170038 0.0477

R-squared 0.915876 Mean dependent var 19.22179

Adjusted R-squared 0.903858 S.D. dependent var 1.013600 S.E. of regression 0.314284 Akaike info criterion 0.681747 Sum squared resid 1.382844 Schwarz criterion 0.828785

Log likelihood -2.794851 F-statistic 76.21040

Durbin-Watson stat 1.366848 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

Uji multikolinearitas (LX3)

Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 16:53 Sample: 1990 2008

Included observations: 17

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 14.38724 2.474954 5.813134 0.0000

LX1 0.815066 0.233446 3.491460 0.0036

LX2 -0.679731 0.313234 -2.170038 0.0477

R-squared 0.625015 Mean dependent var 16.14059 Adjusted R-squared 0.571446 S.D. dependent var 0.650452 S.E. of regression 0.425812 Akaike info criterion 1.289148 Sum squared resid 2.538424 Schwarz criterion 1.436186 Log likelihood -7.957761 F-statistic 11.66741 Durbin-Watson stat 2.277554 Prob(F-statistic) 0.001043


(6)

Lampiran 6

Hasil Regresi Linear Berganda

Dependent Variable: LNY Method: Least Squares Date: 03/06/10 Time: 07:47 Sample: 1990 2008

Included observations: 19

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.561861 1.514753 4.331967 0.0008

LNX1 0.548327 0.105767 5.184286 0.0002

LNX2 0.319392 0.119947 2.662773 0.0195

LNX3 0.198101 0.088531 1.108095 0.2879

R-squared 0.984550 Mean dependent var 21.08706 Adjusted R-squared 0.980985 S.D. dependent var 1.022878 S.E. of regression 0.141051 Akaike info criterion -0.877063 Sum squared resid 0.258641 Schwarz criterion -0.681013 Log likelihood 11.45504 F-statistic 276.1409 Durbin-Watson stat 2.080685 Prob(F-statistic) 0.000000