Anatomi dan Biomekanik PENAMBAHAN CONTRACT RELAX STRETCHING OTOT PAHA DAN SLUMP STRETCH SETELAH LATIHAN KNEE TUCK JUMP EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA FISIOTERAPI FK UNUD.

insersio otot ini pada capitulum fibula serta diinervasi oleh n. ischiadicus L5,S1,S2 Watson, 2002. b. Otot Semitendinosus Otot ini berorigo pada pars medialis tuber ichiadicum dan berinsersio pada facies medialis ujung proximal tibia serta diinervasi oleh cabang tibialis n. ischiadikus Watson, 2002. c. Otot Semimembranosus Melekat di sebelah pars lateralis tuber ichiadicum turun ke arah sisi medial regio posterior femoris dan berinsersio pada facies posterior condylus medialis tibia serta diinervasi olehcabang tibial n. ischiadikus L5,S1,S2 Watson, 2002. 2.2.1.3. Grup Otot Adduksi Hip Grup otot adduksi hip terletak di bagian medial dari paha yang memiliki fungsi untuk membawa hip joint mendekati bidang tengah tubuh, grup otot adductor terbagi atas empat otot yaitu: Gambar 2.4 Grup otot adduksi hip Watson, 2002 a. Otot Pectineus Otot ini berorigo di Pecten os pubis dan berjalan sampai melekat pada linea pectenia selain berfungsi sebagai adduksi hip, otot ini juga membantu fleksi dan eksorotasi hip Watson, 2002. b. Otot Adductor longus Otot ini berorigo di Ramus superior dan inferior os pubis dan melekat di 13 tengah labium medial linea aspera berfungsi sebagai penggerak adduksi hip, membantu ekstensi dan eksorotasi Watson, 2002. c. Otot Adductor Magnus Otot ini berorigo di ramus ossis ischii dan sisi caudal tuber ischiadicum berjalan sampai melekat di 23 bagian proksimal linea aspera, epicondylus medial femur berfungsi untuk adduksi hip dan membantu endorotasi Watson, 2002. d. Otot Gracilis Otot ini berorigo di ramus inferior os pubis, sepanjang sympisis os pubis sampai melekat di sisi medial tuberositas tibia berfungsi untuk adduksi hip dan membantu fleksi dan endorotasi knee Watson, 2002. 2.2.1.4 Grup Otot Abduksi Hip Yang termasuk otot abduksi hip yaitu : a. Otot Gluteus Medius Otot ini penggerak abduksi hip yang utama berorigo di ala ossis gluteal dan facies gluteal sampai melekat pada trochanter mayor, selain sebagai abductor hip otot ini juga membantu endorotasi dan eksorotasi hip Watson, 2002. b. Otot Tensor Fascia Latae Otot ini berorigo di spina iliaca anterior superior melintang sampai melekat pada tractus iliotibialis, memiliki fungsi sebagai penggerak abduksi hip dan membantu fleksi hip Watson, 2002. c. Otot Gluteus Maksimus Otot ini selain berfungsi sebagai ektensi hip, adduksi, eksorotasi hip juga sebagai membantu abduksi hip. Berorigo dibagian dorsal os sacrum dan facies dorsal os ilium sampai melekat pada tuberositas gluteal serta melekat di tractus iliotibialis Watson, 2002. d. Otot Gluteus Minimus Otot ini berorigo di ala ossis gluteal dan facies gluteal sampai melekat di trochanter mayor, berfungsi sebagai penggerak abduksi hip dan membantu endorotasi serta eksorotasi Watson, 2002. 2.2.1.5 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle Gambar 2.5 Grup otot plantar fleksor ankle Watson, 2002 a. Otot Gastrocnemius Otot ini merupakan serabut otot fast-twitch yang sangat kuat untuk plantar fleksi kaki pada ankle joint. Otot gastrocnemius merupakan otot yang paling superfisial pada dorsal tungkai dan terdiri dari dua caput pada bagian atas calf. Dua caput tersebut bersamaan dengan soleus membentuk triceps surae. Bagian lateral dan medial otot masih terpisah satu sama lain sejauh memanjang ke bawah pada middle dorsal tungkai. Kemudian menyatu di bawah membentuk tendon yang besar yaitu tendon Achilles Hamilton, 2012. b. Otot Soleus Seperti otot gastrocnemius, otot soleus berfungsi pada gerakan plantar fleksi kaki pada ankle joint. Otot ini terletak di dalam gastrocnemius, kecuali di sepanjang aspek lateral dari ½ bawah calf, di mana bagian lateral soleus terletak pada bagian atas dari tendon calcaneus. Serabut otot soleus masuk ke dalam tendon calcaneal dalam pola bipenniform. Otot ini dominan memiliki serabut slow-twitch Hamilton, 2012. 2.2.1.6 Grup Dorsofleksi Ankle Gambar 2.6 Grup otot dorsi fleksor ankle Watson, 2002 a. Otot Tibialis Anterior Otot ini terletak di sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus lateral kebawah pada aspek medial regio tarsometatarsal. Sekitar ½ sampai 23 ke bawah tungkai otot ini menjadi tendinous. Tendon berjalan di depan malleolus medial sampai pada cuneiform pertama. Otot ini berperan dalam gerakan dorsofleksi ankle dan kaki, serta supinasi inversi dan adduksi tarsal joint ketika kaki dorsi fleksi. Dalam penelitian EMG, otot ini ditemukan aktif pada ½ orang yang berdiri bebas dan ketika dalam posisi forward lean Hamilton, 2012. b. Otot Extensor Digitorum Longus Otot ini memanjang pada empat jari-jari kaki. Otot ini juga berperan pada gerakan dorsi fleksi ankle joint dan tarsal joint serta membantu eversi dan abduksi kaki. Otot ini berbentuk penniform, terletak di lateral dari tibialis anterior pada bagian atas tungkai dan lateral dari extensor hallucis longus pada bagian bawahnya. Tepat di depan ankle joint tendon ini membagi empat tendon pada masing-masing jari-jari kaki Hamilton, 2012. c. Otot Extensor Hallucis Longus Otot ini berperan dalam gerakan ekstensi dan hiperekstensi ibu jari kaki. Otot extensor hallucis longus juga berperan pada gerakan dorsofleksi ankle dan tarsal joint. Seperti otot diatas, otot ini juga berbentuk penniform. Pada bagian atas otot ini terletak di dalam tibialis anterior dan extensor digitorum longus, tetapi sekitar ½ bawah tungkai tendon ini menyebar diantara dua otot tersebut di atas sehingga otot ini menjadi superfisial. Setelah mencapai ankle tendonnya ke arah medial melewati permukaan dorsal kaki sampai pada ujung ibu jari kaki Hamilton, 2012. 2.2.1.7 Grup Otot Gluteus a. Otot Gluteus maximus Otot ini merupakan otot yang terbesar yang terdapat di sebelah luar ilium membentuk perineum. Fungsinya, antagonis dari iliopsoas yaitu rotasi fleksi dan endorotasi femur. Fungsi utama dari gluteus maximus adalah untuk menjaga bagian belakang tubuh tetap tegap, atau untuk mendorong kedudukan pinggul ke posisi yang tepat Watson, 2002. Gambar 2.7 Otot Gluteus Maximus Watson, 2002 b. Otot Gluteus medius dan Minimus Otot ini terdapat di bagian belakang dari sendi ilium di bawah gluteus maksimus. Fungsinya, abduksi dan endorotasi dari femur dan bagian medius eksorotasi femur Watson, 2002. Gambar 2.8 Otot gluteus medius dan minimus Watson, 2002 2.2.2 Biomekanik Hip Joint 2.2.2.1 Atrhokinematika Hip Joint Caput femoris berbentuk konveks seperti bola yang melekat pada collum femoris, dengan arahnya adalah menghadap anterior, medial, dan superior. Sedangkan asetabulum berbentuk konkaf dengan arahnya menghadap anterior, lateral, dan inferior. Pada setiap gerakan hip joint, caput femoris selalu bergerak slide berlawanan arah dengan gerakan angular Anshar dan Sudaryanto, 2011. Saat gerakan fleksi dan ektensi terjadi gerakan spin pada sendi, abduksi terjadi gerakan roll ke atas dan terjadi slide ke bawah pada sendi, adduksi terjadi roll ke bawah dan slide ke atas pada sendi, internal rotasiendorotasi terjadi roll ke anterior dan slide ke posterior dan ekternal rotasieksorotasi terjadi gerakan roll ke posterior dan slide ke anterior Anshar dan Sudaryanto, 2011. Tabel 2.2 Hubungan gerak angular dengan artrhokinematika caput femur Sumber: Anshar dan Sudaryanto, 2011 2.2.2.2 Osteokinematika Hip joint Hip joint merupakan sendi yang memiliki 3 derajat kebebasan gerak DKG yang disebut juga triaxial joint yang terdiri dari fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, dan endorotasi-eksorotasi. Gerakan yang paling luas adalah fleksi hip dan yang paling terbatas adalah ekstensihipereskstensi hip Anshar and Sudaryanto, 2011. Fleksi- ekstensi terjadi pada bidang sagital di sekitar aksis medio-lateral dengan gerak rotasi spin tidak murni. Abduksi-adduksi terjadi dalam bidang frontal di sekitar axis antero- posterior dengan gerak rotasi spin. Endorotasi-eksorotasi terjadi pada bidang transversal di sekitar aksis vertikal dengan gerak rotasi spin pada posisi tungkai Gerakan angular femur Arthrokinematika caput femur terhadap acetabulum Fleksi Posteriorspin Ektensi Anteriorspin Abduksi Inferior Adduksi Superior Endorotasi Posterior Eksorotasi Anterior dianggap sebagai permukaan kerucut yang tidak beraturan dan apex-nya terletak pada caput femoris Anshar dan Sudaryanto, 2011. Fleksi hip adalah gerakan femur ke depan dalam bidang sagittal dan axis medio-lateral. Jika knee lurus maka luas gerakan fleksi hip dibatasi oleh ketegangan otot hamstring. Gerakan fleksi hip dilakukan dengan knee dalam posisi fleksi dimana pelvic akan backward tilt untuk melengkapimenyempurnakan gerakan fleksi pada hip joint sehingga luas gerak sendinya lebih besar. ROM fleksi hip dengan posisi ekstensi knee adalah sebesar 0 - 90 , sedangkan ROM fleksi hip dengan posisi fleksi knee adalah sebesar 0 – 120 gerak aktif dan 0 – 140 gerak pasif. Fleksi hip dihasilkan oleh kontraksi otot iliopsoas yang dibantu oleh otot rectus femoris Anshar dan Sudaryanto, 2011. Ekstensi adalah gerakan kembali dari fleksi sedangkan hiperekstensi adalah gerakan femur ke belakang dalam bidang sagital. Faktor penghambat hiperekstensi hip adalah ketegangan ligamen iliofemoral pada bagian depan sendi. ROM ekstensihiperekstensi hip adalah 0 – 20 gerak aktif dan sebesar 0 – 30 gerak pasif. Otot yang bekerja pada gerakan ini adalah otot gluteus maximus yang dibantu oleh grup otot hamstring Anshar dan Sudaryanto, 2011. Abduksi hip adalah gerakan femur ke samping dalam bidang frontal axis antero posterior sehingga paha bergerak jauh dari midline tubuh. ROM abduksi akan terjadi lebih besar jika femur berotasi keluar. Abduksi dibatasi oleh kerja otot-otot adductor dan ligamen pubofemoral. ROM abduksi hip sebesar 0 – 45 gerak pasif dan 0 – 30 gerak aktif. Otot yang bekerja pada gerakan abduksi adalah otot gluteus medius et minus dan tensor fascia latae beserta traktus iliotibialis, yang dibantu oleh otot Sartorius Anshar dan Sudaryanto, 2011. Adduksi hip adalah gerakan kembali dari abduksimendekati dari midline tubuh. Hiperadduksi hanya dapat terjadi jika tungkai sisi kontralateral digerakkan keluar. Pada hiperadduksi yang luas, ligamen capitis teres femoris menjadi tegang. ROM adduksi hip sebesar 0 – 30 gerak pasif dan sebesar 0 – 20 gerak aktif. Otot yang bekerja pada gerakan ini adalah grup otot adductor, pectineus, dan gracilis. Anshar dan Sudaryanto, 2011 Eksorotasi adalah suatu rotasi femur sekitar aksis longitudinal sehingga knee berputar keluar. Eksorotasi juga merupakan suatu rotasi femur sekitar aksis sagital sehingga knee berputar ke dalam. ROM eksorotasi biasanya lebih besar daripada endorotasi. ROM eksorotasi hip adalah 0 – 40 60 , sedangkan otot yang bekerja dalam posisi tungkai lurus adalah enam otot yang pendek yaitu obturator internus externus, gemellus superior dan inferior, quadratus femoris dan piriformis, serta dibantu oleh otot gluteus medius et minimus. Berbeda dengan posisi tungkai fleksi knee dimana otot yang bekerja adalah grup otot adductor, pectineus, gracilis, dan Sartorius Anshar dan Sudaryanto, 2011. Endorotasi hip adalah gerak rotasi femur sekitar aksis longitudinal sehingga knee terputar ke dalam. Endorotasi juga merupakan gerak rotasi femur disekitar aksis sagital sehingga knee terputar keluar. ROM endorotasi dan eksorotasi dipengaruhi oleh derajat torsi femoral. ROM endorotasi hip adalah 0 – 30 40 , sedangkan otot yang bekerja dalam posisi tungkai lurus adalah grup otot adductor dan pectineus, dan dalam posisi tungkai fleksi knee adalah keenam otot rotator yang pendek yang dibantu oleh tensor fascia latae Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2.2.3 Biomekanik Knee Joint Knee joint merupakan sendi yang paling besar dan paling kompleks pada tubuh manusia. Knee joint didisain untuk mobilitas dan stabilitas. Secara fungsional, knee dapat memanjangkan dan memendekan lower ektremitas untuk mengangkat dan menurunkan tubuh atau untuk menggerakan kaki dalam space. Knee joint kompleks terdiri dari tibiofemoral joint dan patellofemoral joint Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2.2.3.1 Atrhokinematika Knee 1. Tibiofemoral Joint Tulang femur berbentuk konveks dengan dua condylus yang tidak simetris pada ujung distal femur, dimana condylus medial lebih panjang daripada lateralis sehingga dapat menghasilkan mekanisme penguncian lutut. Tulang tibia berbentuk konkaf dengan dua dataran tibia pada ujung proximal tibia beserta meniscus fibrokartilago. Pada open kinematic chain kinematik terbuka, dataran tibia bergerak dengan slide dalam arah yang sama dengan gerak angularnya. Pada closed kinematic chain kinematik tertutup, condylus femur bergerak slide dalam arah yang berlawanan dengan gerak angularnya Anshar dan Sudaryanto, 2011. Tabel 2.3 Hubungan gerak angular dengan artrhokinematika knee open kinematic chain Gerakan angular femur Artrhokinematika dataran tibia terhadap condylus femur Fleksi Posterior Ekstensi Anterior Tabel 2.4 Hubungan gerak angular dengan artrhokinematika knee closed kinematic chain Gerakan angular femur Artrhokinematika condylus femur terhadap dataran tibia Fleksi Anterior Ektensi Posterior Sumber: Anshar and Sudaryanto, 2011 Gambar 2.9 artrhokinematika condyles femur terhadap dataran tibia Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2. Patellofemoral Joint Telah dijelaskan sebelumnya bahwa patellofemoral joint hanya menghasilkan gerakan slide saat terjadi fleksi-ektensi knee. Selain itu, dapat dilakukan gerakan slide secara pasif pada patella yaitu medial slide dan lateral slide untuk melihat keutuhan cartilage sendi dan mobilitas patella Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2.2.3.2 Osteokinematika Knee 1. Tibiofemoral Joint Tibiofemoral joint termasuk kedalam sendi biaxial bicondyloid dengan sepasang gerakan 2DKG yaitu fleksi-ektensi dan exorotasi-endorotasi, sedangkan gerakan pasif yang terjadi valgus –varus knee. ROM fleksi knee adalah 0 -120 aktif dan 0 -140 pasif. Sedangkan ROM extensihiperextensi knee adalah 0 -5 10 . ROM exorotasi knee adalah 0 -40 , sedangkan ROM endorotasi adalah 0 -30 . Exorotasi dan endorotasi knee hanya terjadi pada posisi knee fleksi karena pada posisi fleksi knee ligament cruciatum dan collateral menjadi kendur sedangkan pada posisi extensi knee ligament cruciatum dan collateral menjadi tegang dan terjadi penguncian knee Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2. Patellofemoral Joint Patellofemoral joint merupakan sendi plane nonaxial yang hanya menghasilkan gerak slide. Patella hanya terjadi slide disepanjang sulcus intercondylaris selama gerakan fleksi-extensi knee. Pada saat fleksi patella akan slide kearah caudal, dan pada saat extensi maka patella akan slide ke cranial atau kembali keposisi awal. Alignment patella memiliki sudut yang dikenal dengan Q angle sudut Q. Q angle adalah sudut yang dibentuk oleh 2 garis yang saling memotong; garis pertama dari SIAS ke mid-patella, dan garis kedua dari tuberculum tibia ke mid-patella normalnya 15 . Q angle menggambarkan jalur lateral atau efek haluan busur bowstring terhadap otot quadriceps dan tendon patellaris Anshar dan Sudaryanto, 2011. Gambar 2.10 Q angel http:www.coreconcepts.com.sgarticleq- angle-and-knee-pain 2.2.4 Biomekanik Ankle Region ankle memiliki beberapa sendi dan sangat penting dalam aktivitas berjalan dan berlari. 2.2.4.1 Atrhokinematika Ankle 1. Tibiofibular Joint Tibiofibular joint hanya menghasilkan gerakan slide saat gerakan plantar fleksi, dorsofleksi, supinasi dan pronasi. Plantar fleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi kemedial dan tertarik kearah inferior dan kedua malleolus saling mendekat. Sedangkan pada sendi superior, caput fibula akan slide kearah inferior. Pada saat dorsofleksi ankle, malleolus lateral akan berotasi ke lateral dan tertarik kearah superior serta kedua malleolus saling membuka, sedangkan pada sendi superior caput fibula slide kearah superior. Pada saat supinasi kaki, caput fibula akan slide ke distal dan posterior external rotasi. Sedangkan saat pronasi kaki caput fibula akan slide ke proksimal dan anterior internal rotasi Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2. Ankle Joint Permukaan sendi yang konkaf dibentuk oleh ujung distal tibia malleolus medialis dan ujung distal fibula malleolus lateralis, dimana malleolus lateralis sedikit lebih panjang daripada malleolus medialis. Permukaan sendi yang konveks adalah corpus talus yang berbentuk sudut melebar pada sisi anterior dan juga berbentuk konus yang ujungnya menghadap kemedial. Untuk menghasilkan gerakan fisiologis ankle, maka corpus talus akan slide dalam arah yang berlawanan dengan gerakan angularnya Anshar dan Sudaryanto, 2011. Tabel 2.5 Hubungan gerak angular dengan artrhokinematika ankle Gerakan angular Artrhokinematika talus terhadap malleolus Dorsofleksi Posterior Plantar fleksi Anterior Sumber: Anshar and Sudaryanto, 2011 2.2.4.2 Osteokinematika Ankle 1. Tibiofibular Joint Tibiofibular joint hanya menghasilkan gerakan slide saat gerakan plantar fleksi, dorsofleksi, supinasi dan pronasi Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2. Ankle Joint Ankle joint merupakan bentuk sendi hinge uniaxial dengan 1 DKG yaitu plantar fleksi dan dorsofleksi. ROM plantar fleksi adalah 0 -50 , otot yang bekerja m.gastrocnemius dan soleus yang dibantu oleh otot tibialis posterior, fleksor halucis longus, fleksor digitorum longus, serta otot peroneus longus dan brevis. ROM dorsofleksi adalah 0 -20 , otot yang bekerja m. tibialis anterior, ekstensor halluces longus, ekstensor halluces longus, dan peroneus tertius Anshar dan Sudaryanto, 2011. 2.2.5 Otot Skeletal Otot skeletal terdiri dari banyak serabut otot yang berbentuk seperti benangserabut. Membran yang membungkus serabut otot dinamakan dengan sarkolema. Sarkolema berbentuk seperti neuron yang mengandung potensial membran. Neuron tersebut akan mengeluarkan impuls yang berjalan ke sarkolema yang mengakibatkan sel otot berkontraksi. Transverse tubulus merupakan lubang yang ada pada sarkolema yang berfungsi menghantarkan impuls dari sarkolema ke dalam sel terutama pada struktur lain di dalam sel yang menyelubungi miofilamen yang disebut sarcoplasmic reticulum. Tranverse tubules mempunyai lubang yang berhubungan dengan retikulum sarkoplasmik dalam menghantarkan impuls serta tempat penyimpanan ion kalsium. Antara retikulum sarkoplasmik dengan sitoplasma sel otot disebut sarkoplasma. Pada sarkoplasma tersebut terjadi pemompaan ion kalsium. Ketika impuls saraf ada pada membran sarcoplasmic reticulum maka terjadi pembukaan membran yang memungkinkan ion kalsium menuju pada sarkoplasma yang akan mempengaruhi miofibril untuk berkontraksi Fatmawati, 2012. Sarkoplasma pada setiap serabut otot mengandung sejumlah nukleus dan mitokondria, serta sejumlah benangserabut miofibril yang berjalan paralel sejajar satu sama lain. Miofibril mengandung 2 tipe filamen protein yang susunannya menghasilkan karakteristik pola striated sehingga dinamakan otot striated atau otot skeletal Anshar and Sudaryanto, 2011. Miofibril terbuat dari molekul protein yang panjang disebut miofilamen. Miofilamen terdiri dari 2 jenis yaitu thick miofilamen yang berwarna lebih gelap dan thin miofilamen yang berwarna lebih terang. Kedua jenis miofilamen tersebut membentuk sub unit yang saling berhubungan dalam miofibril. Sub unit tersebut dinamakan sebagai sarkomer yang merupakan unit struktural dasar dari serabut otot. Di dalam sarkomer, thick miofilamen berada di tengah dan diapit oleh thin miofilamen. Jika dilihat dalam mikroskopis daerah tengah sarkomer akan terlihat lebih gelap yang disebut dengan I-band sedangkan daerah pinggir terlihat lebih terang yang disebut dengan A-band. Bagian yang memisahkan antara kedua daerah tersebut adalah Z-line Sherwood, 2006. Kepala miosin mempunyai dua tempat tautan yaitu ATP binding site dan aktin binding site. Pergeseran miosin yang terjadi disebabkan karena kepala dari miosin bertemu dengan molekul aktin di dalam miofilamen. Thin miofilamen terdiri dari tiga komponen protein yaitu aktin, troponin dan tropomiosin. Pada otot yang rileks, molekul miosin menempel pada benang molekul tropomiosin, ketika ion kalsium mengisi troponin maka akan mengubah bentuk dan posisi troponin. Perubahan tersebut membuat molekul tropomiosin terdorong dan menjadikan kepala myosin bersentuhan dengan molekul aktin. Persentuhan tersebut membuat kepala miosin bergeser. Pada akhir gerakan ATP masuk dalam crossbridge dan memecah ikatan antara aktin dan miosin. Kepala miosin kembali bergerak ke belakang dan ATP dipecah sebagai ADP + P. Kepala miosin kembali berikatan dengan molekul aktin yang lain. Ikatan ini membuat terjadinya lagi gerakan aktin terdorong oleh kepala miosin Fatmawati, 2012. Gambar 2.11 Struktur Otot dan Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot Sumber: Sherwood, 2006 Seperti gambar diatas, mekanisme terjadinya kontraksi otot dimulai dengan adanya suatu beda potensial pada motor end plate akibat suatu stimulus neurotransmitter sehingga tercetusnya suatu potensial aksi pada serabut otot. Menurut Azizah dan Hardjono 2006, ada 2 tipe serabut yang utama yaitu serabut slow-twitch dan serabut fast-twitch. Kedua tipe serabut tersebut terdapat di dalam suatu otot tunggal. 1. Tipe I atau slow twitch tonik muscle fibers: disebut juga red muscle karena berwarna lebih gelap dari otot yang lainnya. Otot ini memiliki karakteristik tertentu, yaitu menghasilkan kontraksi yang lambat kecepatan kontraktil yang lambat, banyak mengandung hemoglobin dan mitokondria, kekuatan motor unit yang rendah, tahan terhadap kelelahan, memiliki kapasitas aerobik yang tinggi dan berfungsi untuk mempertahankan sikap. 2. Tipe II atau fast twitch phasic muscle fibers: disebut juga white muscle karena berwarna lebih pucat. Otot ini memiliki karakteristik menghasilkan kontraksi yang cepat kecepatan kontraktil yang cepat, tidak tahan terhadap kelelahan cepat lelah, memiliki kapasitas aerobik yang rendah, banyak mengandung miofibril, durasi kontraksi lebih pendek dan berfungsi untuk melakukan gerakan yang cepat dan kuat. Kontraksi otot skeletal ada dua yaitu kontraksi isotonik dan isometrik. Kontraksi otot isotonik dibagi menjadi konsentrik dan eksentrik. Kontraksi konsentrik merupakan kontraksi otot yang membuat otot memendek dan terjadi gerakan pada sendi sedangkan kontraksi eksentrik merupakan kontraksi otot pada saat memanjang untuk menahan beban. Kontraksi isometrik merupakan kontraksi otot yang tidak disertai dengan perubahan panjang otot Lippert, 2011. 2.2.6 Anatomi Saraf 2.2.6.1 Definisi Saraf Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan berkesinambungan yang terdiri dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Jaringan saraf memiliki kemampuan khusus seperti iritabilitas atau sensitivitas terhadap stimulus dan konduktivitas atau kemampuan untuk menghantarkan suatu respons dari stimulus yang diterima, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama yaitu : input sensorik merupakan sistem saraf yang menerima stimulus melalui reseptor yang terletak di tubuh baik eksternal reseptor somatic maupun internal reseptor visceral. Aktivitas integrative merupakan aktivitas reseptor didalam mengubah stimulus menjadi sistem listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis yang kemudian akan diinterpretasi dan integrasi sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi. Output motoric merupakan respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh efektor hasil dari input dari otak dan medulla spinalis. Menurut Tjaliek 1991: hal yang terpenting didalam hubungan antara otot dan saraf adalah reseptor, pusat, dan efektor. Telaksananya kegiatan motorik pada manusia karena adanya sistem otot yang melekat pada tulang dan saraf-saraf yang menginervasi. 2.2.6.2 Struktur Saraf Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut sel saraf neuron. neuron merupakan unit anatomis dan fungsionalis dari sistem saraf tersusun atas badan sel, dendrit, dan akson neurit. Badan sel merupakan bagian sel saraf yang mengandung nukleus inti sel dan tersusun pula sitoplasma yang bergranuler dengan warna kelabu. Di dalamnya juga terdapat membran sel, nukleolus anak inti sel, dan retikulum endoplasma. Retikulum endoplasma tersebut memiliki struktur berkelompok yang disebut badan Nissl. Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut dengan penjuluran pendek. Bagian ini disebut dendrit. Dendrit memiliki struktur yang bercabang-cabang seperti pohon dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit adalah menerima impuls rangsang yang datang dari reseptor. Kemudian impuls tersebut dibawa menuju ke badan sel saraf. Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran panjang dan kebanyakan tidak bercabang. Namanya adalah akson atau neurit. Akson berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor, seperti otot dan kelenjar. Walaupun diameter akson hanya beberapa mikrometer, namun panjangnya bisa mencapai 1 hingga 2 meter. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan oleh karena sifat khusus membrane sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia Price dkk 1995. Gambar 2.12 sel saraf Campbell and Reece, 2002 Berdasarkan struktur dan fungsinya, neuron dikelompokkan dalam empat bagian, yaitu neuron sensorik, neuron motorik, asosiasi dan adjustor Sloane, 1994 1. Saraf sensorik, berfungsi menghantar impuls pesan dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak ensefalon dan sumsum belakang medulla spinalis. Ujung akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf asosiasipenghubung intermediet. 2. Saraf motorik, mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motorik berada pada sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang terdapat di sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf, berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf. 3. Saraf asosiasi penghubung, terdapat pada sistem saraf pusat yang berfungsi menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik atau berhunungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf asosiasi menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya. 4. Saraf adjustor, berfungsi sebagai penghubung saraf sensorik dan motorik di sumsum tulang belakang dan otak. 5. Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis, baik ion positif dan ion negatif. Pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain juga terjadi di dalam celah sinapsis ini, sehingga diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls yang ada. Penyampaian impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim transmitter terdapat dalam celah sinapsis juga. 2.2.6.3 Jenis Saraf Bagian-bagian sistem saraf dapat dikelompokkan berdasarkan struktur atau fungsinya. Pembagian sistem saraf secara anatomis atau secara struktural adalah sebagai berikut a. Sistem saraf pusat Sistem saraf pusat terdiri atas otak yang berfungsi menerima pesan dan mengirim pesan dan medulla spinalis yang berfungsi membawa pesan dari otak ke saraf tubuh dan mengirim pesan dari saraf tubuh ke otak. Saraf pusat terdiri dari : 1.otakencephalon : a.prosencephalon; -telencephalon hemispherium cerebri, telencephalon medium telencephalon impar, -diencephalon thalamusthalamus dorsalis, metathalamus corpora geniculate, hypothalamus, Subthalamus, epithalamus, b.mesencephalon; -tectum mesenchepali, -tegmentum mesenchepali, - pedunculus cerebri crus cerebri, c.rhombenchepalon, -metenchepalon terdiri atas pons dan cerebellum, -myelencephalon juga disebut medulla oblongata. 2.medulla spinalis: pars cervicalis segmen C1-C8, pars thoracalissegmen Th1-Th12, pars lumbalis segmen L1-L5, pars sacralis segmen S1-S5, dan pars coccygeus segmen Co1. Sukardi,2013 b. Sistem saraf tepi Berdasarkan lokasi saraf, sistem saraf perifer terdiri dari saraf berikut: 31 pasang saraf spinal yang menghubungkan sumsum tulang belakang dengan seluruh tubuh. 12 pasang saraf kranial yang menghubungkan otak dengan organ- organ vital tubuh. Atas dasar fungsi saraf, sistem saraf perifer terdiri dari saraf berikut: Saraf Somatik yang membawa informasi sensori dari kulit dan otot, dan perintah motorik ke otot rangka. Saraf otonom yang membawa sinyal antara SSP dan otot-otot halus, kelenjar, otot jantung dan organ internal. Sukardi,2013 2.2.6.4 Mekanisme Penghantaran Impuls Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls dari sepanjang neuron. Permeabilitas sel neuron terhadap ion kalium dan natrium bervariasi dan dipengaruhi oleh perubahan kimia serta listrik dalam neuron tersebut terutama nurotransmiter dan stimulus organ reseptor. Dalam keadaan istirahat, permeabilitas membrane sel menciptakan kadar kalium intrasel yang tinggi dan kadar natrium intra sel yang rendah, bahkan kadar natrium ektrasel tinggi. Impuls listrik timbul oleh pemisahan muata akibat perbedaan kadar muatan ion intrasel dan ekstrasel yang dibatasi membrane sel Guyton,Arthur C, 1987. Skema sistematis perjalanan impuls saraf, keadaan listrik pada membran istirahat polarized. Ektrasel lebih bnyak natrium, sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membrane dalam keadaan relative impermeable terhadap kedua ion. a. Depolarisasi Potensial membrane istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion natrium masuk ke intrasel dengan cepat. Pembentukan potensial aksi pada tempat perangsangan. Jika stimulus cukup kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang membrane sel. Guyton, Arthur C, 1987 b. Repolarisasi Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium keluar dari intrasel dan permeabilitas berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan negative didalam sel dan positif diluar sel. Potensial aksi yang terjadi atau impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai ujung akson akson terminal. Saat potensial aksi mencapai akson terminal dikeluarkan neurotransmitter, yang melintasi sinaps dan dapat saja merangsang saraf berikutnya Marieb, 1998. Timbunya kontraksi pada otot rangka mulai dari potensial aksi dalam serabut-serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang menyebar ke dalam serabut, dimana menyebabkan terlepasnya ion- ion kalsium dari reticulum sarkoplasma. Selanjutnya ion-ion kalsium menyebabkan munculnya peristiwa-peristiwa kimia proses kontraksi Guyton, Arthur C, 1987 Gambar 2.13 Skema sistematis perjalanan impuls saraf

2.3 Latihan Knee Tuck Jump

2.3.1 Definisi Latihan Knee Tuck Jump Knee tuck jump merupakan salah satu latihan pliometrik dalam pelaksanaanya memiliki aturan sendiri, menurut J. C Radcliffe dan R.C Farentinos 2002 knee tuck jump adalah latihan yang dilakukan pada permukaan yang rata dan bergegas seperti rumput, matras, atau keset. Latihan ini dilakukan dalam suatu lompatan eskplosif yang cepat. Knee tuck jump merupakan latihan gerakan meloncat dan mendarat dengan mengeper. Latihan knee tuck jump akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastrocnemius, quadrisep, hamstring, dan hip flexors serta tungkai Radcliffe dan Farentinos, 2002 dan merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak, karena latihan ini akan membentuk kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot yang menjadi dasar terbentuknya kekuatan otot. 2.5.2 Mekanisme Latihan Knee Tuck Jump dapat Mempengaruhi Daya Ledak Otot Tungkai Menurut Radcliffe dan Farentinos 1985 ada dua jenis reseptor yang berfungsi pada reflek regang sebagai dasar kontraksi otot, yaitu muscle spindle dan organ tendon golgi. Gerakan pliometrik diyakini berdasarkan pada kontraksi reflek dari serat otot yang diakibatkan dari beban yang cepat dan juga penguluran pada serat otot yang sama. Reseptor utama yang bertangung jawab, untuk mendeteksi pemanjangan serat otot secara cepat adalah muscle spindle, yang mampu merespon baik tingkat perubahan maupun besarnya dalam panjang serat otot. Sedang organ tendon golgi, terletak pada tendon-tendon dan merespon tekanan yang berlebihan sebagai akibat dari kontraksi dan atau penguluran otot yang sangat kuat. Kedua reseptor ini berfungsi secara refleks, dari kedua jenis reseptor otot tersebut muscle spindle mungkin lebih penting pada pliometrik Radcliffe dan Farentinos, 1985. Muscle spindle mampu mengemisikan dua jenis respon statis dan dinamis Radcliffe dan Farentinos, 1985. Suatu respon “statis” dapat terjadi ketika serat intrafusal meregang secara perlahan, disebabkan dari peregangan secara perlahan pada serat otot rangka atau mungkin dari stimulasi langsung intrafusal oleh sistem gamma-afferent . Dalam respon “dinamis” dari muscle spindle, reseptor primer diaktifkan oleh perubahan secara cepat dalam panjang serat intrafusal yang terlilit disekitar muscle spindle tersebut. Ketika hal ini terjadi, reseptor primer mengirimkan banyak impuls pada syaraf tulang belakang. Variabel penting dalam respon yang dinamis tampaknya adalah kecepatan terjadinya peregangan otot. Respon dinamis dari muscle spindle ini menjadi elemen fungsional penting dari gerakan pliometrik. Fungsi utama muscle spindle yaitu untuk mendapatkan apa yang disebut reflek meregang atau refleks myotatic yang dipertimbangkan dalam proses neuromuscular yang melambangkan dasar gerak pliometrik. Ketika serat otot secara cepat dibebani dengan kekuatan dari luar, maka menyebabkan peregangan secara tiba-tiba, pemanjangan serat terdeteksi oleh muscle spindle, yang mendatangkan respon dinamis ini. Suatu ledakan impuls yang besar dikirim ke saraf tulang belakang melalui saraf afferent bersinapsis langsung dengan saraf motorik alpha, mengirimkan kembali secara kuat impuls menuju serat otot rangka dan menyebabkan otot ini berkontraksi, sehingga menguasai kekuatan eksternal. Latihan pliometrik memerlukan suatu pemberian beban yang cepat fase eccentric atau yielding pada otot. Latihan pliometrik memerlukan fase dimana sekelompok otot atau lainya dipertahankan dalam posisi isometrik sebelum fase eksplosif concentric atau penguasaan. Resistensi refleks secara instan ini mencoba untuk mencegah tungkai bergerak cepat dari asumsi posisi isometrik yang merupakan akibat dari refleks peregangan dinamik atau refleks beban. Latihan pliometrik bekerja dalam konteks mekanisme saraf yang rumit dan kompleks. Kiranya, sebagai akibat dari latihan pliometrik perubahan terjadi pada tingkat otot dan saraf yang memfasilitasi dan meningkatkan performa atau penampilan yang lebih cepat dan gerakan keterampilan skill yang sangat kuat Radcliffe dan Farentinos, 1985. Terlibat pula pengendalian kontraksi otot yaitu organ tendon golgi. Mechanoreceptor ini terletak pada tendon itu sendiri dan distimulasi oleh kekuatan yang dapat meregangkan yang dihasilkan oleh kontraksi serat otot yang melekat pada tendon tersebut merespon secara maksimal dengan tiba-tiba meningkatkan tekanan dan mentransmisikan suatu tingkat impuls yang lebih rendah dan terus-menerus ketika tekanan tersebut menurun Radcliffe dan Farentinos, 1985. Reflek tendon golgi terjadi ketika tekanan otot meningkat; signal mentrasmisikan pada syaraf tulang belakang yang menyebabkan suatu respon inhibitory feed back negatif pada otot yang berkontraksi, sehingga menjegah sejumlah besar tekanan yang berkembang dalam otot tersebut. Organ tendon golgi dianggap sebagai alat pelindung, yang mencegah penyobekan otot dan atau tendon dalam kondisi ekstrim, tapi dapat pula bekerja bersama-sama dengan refleks muscle spindle dalam mencapai pengendalian keseluruhan atas kontraksi otot dan gerakan tubuh Radcliffe dan Farentinos, 1985. Elemen kontraktil yang merupakan serat otot. Bagian tertentu otot merupakan non kontraktil: ujung lapisan serat otot tempat melekatnya dengan tendon, membran silang serat otot dan tendon bersama dengan bagian otot non kontraktil membentuk apa yang dikenal sebagai serangkaian komponen elastis. Bukti terakhir dalam Radcliffe dan Farentinos, 1985 menganjurkan bahwa perlengkapan serat otot dapat menyumbangkan serangkaian komponen elastik. Peregangan serangkaian komponen elastik ini selama kontraksi otot menghasilkan suatu energi potensial elastis yang serupa dengan pegas yang dibebani. Ketika energi ini dilepaskan, ini menambah tingkat energi tertentu pada kontraksi yang dihasilkan oleh serat otot. 2.3.2 Teknik Aplikasi Latihan Knee Tuck Jump

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Pengaruh Latihan Lateral Bound Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Dan Kelincahan Pemain Sepak Bola Usia 10-14 Tahun.

1 8 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penambahan Beban Latihan Double Leg Speed Hop Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Pemain Bola Voli.

0 4 4

PENDAHULUAN Pengaruh Latihan Double Leg Speed Hop Dan Squat Jump Terhadap Peningkatan Daya Ledak Otot Tungkai Pemain Sepak Bola Club Salatiga.

0 2 5

PENGARUH LATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BASKET Pengaruh Latihan Alternate Leg Bound Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Pemain Basket.

0 3 19

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING PADA LATIHAN KNEE TUCK JUMP LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN VOLI LAKI-LAKI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 2 63

LATIHAN COUNTERMOVEMENT JUMP LEBIH BAIK DARI PADA LATIHAN SQUAT JUMP DALAM MENINGKATKAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BOLA VOLI PORGAM GAMBIH PAYANGAN GIANYAR.

1 2 15

PERBEDAAN HALF SQUAT JUMP DAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT DAN KELINCAHAN

0 0 10

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI ZIG ZAG DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN SEPAK BOLA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI ZIG ZAG DAN SIDE JUMP SPRINT TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI P

0 1 16

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE JUMP DAN SQUAT JUMP DENGAN METODE INTERVAL TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ROPE JUMP DAN SQUAT JUMP DENGAN METODE INTERVAL TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEM

0 2 21

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGK

0 8 16