commit to user
46
Tabel IV.10 Hasil Uji Autokorelasi
Parameter yang Diuji Z
p Keterangan
Unstandardized Residual –0,614
0,539 Tidak terjadi autokorelasi
Sumber : Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel IV.10 diketahui bahwa run test terhadap data residual menghasilkan nilai p = 0,539. Oleh karena p 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data yang digunakan dalam model regresi.
E. Uji Hipotesis
Analisis regresi merupakan teknik utama yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan. Secara umum
didapatkan beberapa informasi dari model regresi yaitu bentuk persamaan linier, angka koefisien determinasi, dan pengujian statistik. Tabel IV.11
menunjukkan hasil perhitungan model regresi linier berganda.
Tabel IV.11 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel B
t p
Constant Power Distance
Uncertainty Avoidance Masculinity
46,451 0,401
–0,105 –0,035
6,224 2,271
–0,506 –0,250
0,000 0,029
0,616 0,804
commit to user
47
Individualism Confucian Work Dynamics
–0,434 –0,696
–2,466 –2,232
0,018 0,032
Adjusted R Square F
p 0,347
5,457 0,001
Signifikan pada a = 0,05 Sumber : Data Primer Diolah, 2011
1. Persamaan Regresi Linier Berganda Berdasarkan tabel IV.11 dapat disusun persamaan linier yang
menghubungkan keenam variabel penelitian sebagai berikut: Y = 46,451 + 0,401 X
1
– 0,105 X
2
– 0,035 X
3
– 0,434 X
4
– 0,696 X
5
dimana Y
= keputusan adopsi IAS International Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia
X
1
= power distance etnis Tionghoa di Surakarta X
2
= uncertainty avoidance etnis Tionghoa di Surakarta X
3
= masculinity etnis Tionghoa di Surakarta X
4
= individualism etnis Tionghoa di Surakarta X
5
= confucian work dynamics etnis Tionghoa di Surakarta
commit to user
48 Dari persamaan tersebut diketahui bahwa variabel Power Distance
memiliki koefisien bertanda positif yang menunjukkan bahwa variabel ini merupakan faktor pendukung memiliki kontribusi positif atau bersifat
meningkatkan skor Y. Adapun variabel Uncertainty Avoidance, Masculinity, Individualism, dan Confucian Work Dynamics memiliki
koefisien bertanda negatif yang menunjukkan bahwa keempatnya merupakan faktor penghambat memiliki kontribusi negatif atau bersifat
menurunkan skor Y.
2. Koefisien Determinasi Berdasarkan tabel IV.9 diketahui bahwa model regresi memiliki
nilai adjusted R square sebesar 0,347. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 34,7 dari keseluruhan variasi skor keputusan adopsi IAS International
Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia dapat dijelaskan dengan model regresi yang diperoleh. Dengan kata lain dapat juga
dikatakan bahwa kelima variabel independen yaitu Power Distance, Uncertainty Avoidance, Masculinity, Individualism, dan Confucian Work
Dynamics memiliki kontribusi pengaruh sebesar 34,7 terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards ke dalam
PSAK di Indonesia, sedangkan 65,3 merupakan kontribusi variabel yang lain.
commit to user
49 3. Pengujian Statistik terhadap Model Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh termasuk prediktor yang baik untuk memprediksi nilai
keputusan adopsi IAS International Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia. Berdasarkan tabel IV.9 diketahui bahwa pengujian
menghasilkan nilai statistik F sebesar 5,457 dengan p sebesar 0,001. Oleh karena p 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi termasuk
prediktor yang signifikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kelima dimensi budaya secara simultan berpengaruh terhadap keputusan
adopsi IAS International Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia
4. Pengujian Statistik terhadap Koefisien Regresi Uji t Uji t terhadap koefisien regresi masing-masing variabel independen
digunakan untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh masing-masing dimensi budaya terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting
Standards ke dalam PSAK di Indonesia. a. Power Distance
Uji statistik terhadap koefisien regresi Power Distance menghasilkan nilai t sebesar 2,271 dengan p sebesar 0,029. Nilai p
0,05 menunjukkan bahwa Power Distance dari etnis Tionghoa berpengaruh signifikan terhadap keputusan adopsi IAS International
Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia, sedangkan nilai t positif menunjukkan bahwa pengaruh tersebut bersifat positif. Hasil ini
commit to user
50 memberikan dukungan terhadap hipotesis
yang menyatakan bahwa Power Distance berpengaruh positif terhadap keputusan adopsi IAS
International Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia diterima, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Chanchani dan MacGregor 1999 dalam Ding et al. 2004 yang menyatakan bahwa fleksibilitas akuntansi yang tinggi,
lebih diterima dalam masyarakat yang memiliki Power Distance rendah, di mana terdapat hak yang sama, dan membenarkan adanya
peraturan hukum dan kode, serta hasil ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh William dan Zinkin 2008, p. 213 berpendapat
bahwa masyarakat dengan Power Distance tinggi mengharapkan untuk menerima perintah dari otoritas dalam konteks dari keputusan
pengadopsian IFRS, IASB sebagai badan otoritatif yang dihormati dalam pengumuman standar akuntansi internasional.
b. Uncertainty Avoidance Uji statistik terhadap koefisien regresi Uncertainty Avoidance
menghasilkan nilai t sebesar –0,506 dengan p sebesar 0,616. Nilai p 0,05 menunjukkan bahwa Uncertainty Avoidance tidak berpengaruh
signifikan terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards ke dalam PSAK di Indonesia. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan bahwa Uncertainty Avoidance berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards
dalam PSAK di Indonesia ditolak, hasil ini sesuai dengan penelitian
commit to user
51 yang dilakukan oleh Zarzeski 1996, yang mengungkapkan bahwa
perusahaan yang terletak dalam budaya Masculinity yang tinggi dan Uncertainty Avoidance yang rendah lebih memilih pengungkapan
informasi tinggi. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Doupnik dan Salter 1995 dalam Ding et al. 2004,
yang menemukan bahwa pengungkapan tingkat tinggi, konsisten dengan Uncertainty Avoidance rendah dan bahwa masyarakat dengan
Uncertainty Avoidance rendah cenderung menjadi kurang konservatif, serta negara dengan Uncertainty Avoidance yang tinggi akan
mengharapkan untuk mencoba untuk berbeda dari IAS untuk menghindari diperlukannya pengungkapan tingkat tinggi.
c. Masculinity Uji statistik terhadap koefisien regresi Masculinity menghasilkan
nilai t sebesar –0,250 dengan p sebesar 0,804. Nilai p 0,05 menunjukkan bahwa Masculinity tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards dalam PSAK di Indonesia. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa Masculinity berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards dalam
PSAK di Indonesia ditolak, hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gray 1988 menyebutkan bahwa Masculinity
pada tingkat yang rendah berhubungan dengan Conservatism yang tinggi, di mana IAS diasumsikan cenderung mendukung transparansi
commit to user
52 yang besar, sedangkan Masculinity yang rendah diasosiasikan berbeda
dari IAS, serta hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Clements et al. 2010 berpendapat bahwa dalam
dalam masyarakat dengan Masculinity yang tinggi, individu secara khusus lebih memilih otonomi melebihi ketergantungan terhadap hal
lain. Selain itu, individu menolak untuk mengikuti peraturan, khususnya apabila peraturan tersebut merupakan perintah dari pihak
luar organisasi internasional seperti IASB.
d. Individualism Uji
statistik terhadap
koefisien regresi
Individualisme menghasilkan nilai t sebesar –2,466 dengan p sebesar 0,018. Nilai p
0,05 menunjukkan bahwa Individualisme berpengaruh signifikan terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards
dalam PSAK, sedangkan nilai t negatif menunjukkan bahwa pengaruh tersebut bersifat negatif. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
bahwa Individualisme berpengaruh negatif terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards dalam PSAK diterima, hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Buhr dan Freedman 2001 yang menunjukkan bahwa Individualism yang tinggi mewakili
standar akuntansi yang berbeda dari IAS, yang didasarkan pada keseragaman serta pengungkapan yang lebih, serta mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Clements et al. 2010 yang mengungkapkan
secara khusus
bahwa, Individualism
dalam
commit to user
53 hubungannya dengan keputusan adopsi IFRS, negara dengan
Individualistic tinggi akan enggan untuk mengubah kendali atas proses setting standar akuntansi terhadap pihak luar organisasi internasional,
sementara masyarakat Collectivist akan lebih menyukai untuk menyerahkan keputusan pengadopsian IFRS kepada badan setting
standar internasional
e. Confucian Work Dynamics Uji statistik terhadap koefisien regresi Confucian Work Dynamics
menghasilkan nilai t sebesar –2,232 dengan p sebesar 0,032. Nilai p 0,05 menunjukkan bahwa Confucian Work Dynamics berpengaruh
signifikan terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards dalam PSAK, sedangkan nilai t negatif menunjukkan
bahwa pengaruh tersebut bersifat negatif. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa Confucian Work Dynamics berpengaruh
negatif terhadap keputusan adopsi IAS International Accounting Standards dalam PSAK diterima, hasil ini bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Cohen et al. 1995 yang menemukan bahwa implikasi dari Confucian Work Dynamics mengusulkan bahwa
individu akan lebih memilih implikasi yang pantas dari pengungkapan tingkat tinggi untuk mencapai keuntungan yang layak, tetapi hasil ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Weymes 2004, yang mengungkapkan bahwa praktik Confucian merupakan tempat
commit to user
54 penyusunan undang-undang dari tindakan sosial yang tidak seharusnya
dilakukan dan mengganggu.
commit to user
55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan