Pembahasan PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI TEOREMA PYTHAGORAS BERBASIS PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH YANG MENGACU PADA LEARNING TRAJECTORY DAN BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.

118

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas dari RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory pada materi teorema Pythagoras ditinjau dari segi kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Pengembangan perangkat pembelajaran ini menggunakan model pengembangan ADDIE dari Dick Carey yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Tahap analysis meliputi analisis kompetensi, analisis karakteristik siswa dan analisis instruksional pembelajaran. Hasil analisis tersebut digunakan sebagai pedoman penyusunan perangkat pembelajaran berupa LKS dan RPP. Hasil analisis kompetensi dilakukan penjabaran Kompetensi Inti KI, Kompetensi Dasar KD dan pengembangan indikator pembelajaran. Berdasarkan analisis karakteristik siswa menunjukkan bahwa siswa tergolong aktif dalam pembelajaran namun belum mampu menyelesaikan persoalan dengan baik. Siswa SMP kelas VIII berada pada tahap operasional formal artinya siswa mampu membuat model matematika dan mampu menuliskan permasalahan dalam bentuk yang sederhana berupa simbol dan notasi. Siswa pada tahap formal sudah mempunyai kapasitas dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak sehingga penyelesaian masalah yang kompleks dapat diberikan kepada siswa SMP kelas VIII Siswoyo, 2013:101. Berdasarkan analisis instruksional, peran guru masih banyak mendominasi di kelas serta tidak selalu memerhatikan cara berpikir anak. Guru juga menggunakan LKS yang diberikan dari sekolah tanpa mengembangkan LKS sendiri. Oleh sebab 119 itu, perlunya pengembangan LKS pendekatan pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory. Pada tahap design melakukan penyusunan rancangan produk berupa RPP dan LKS yang kemudian dilakukan peninjauan oleh dosen pembimbing. Penyusunan RPP digunakan untuk merancang sebuah proses pembelajaran di kelas agar teratur dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Proses penyusunan RPP dicantumkan pula dugaan cara belajar atau cara berpikir siswa sebagai salah satu komponen dari learning trajectory. Sejalan dengan pernyataan Nurdin 2011:2, dalam mendesain pembelajaran menggunakan alur belajar hipotetik perlu mencantumkan hipotesis tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana siswa berpikir. Dugaan cara berpikir siswa yang dituliskan pada RPP dibuat berdasarkan hasil analisis karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil observasi di kelas. Penulisan dugaan cara berpikir siswa berupa jawaban siswa atau reaksi siswa ketika dihadapkan pada suatu masalah yang disajikan. Selain penulisan dugaan jawaban siswa, dituliskan pula dukunganmotivasi guru ketika menghadapi jawaban dan reaksi siswa yang beragam. Penyusunan LKS berawal dari penyusunan desain coverhalaman sampul kemudian layout dan isi LKS. LKS dirancang sebanyak 6 LKS untuk 6 pertemuan. LKS disusun dengan berbasis pendekatan pemecahan masalah dan mengacu learning trajectory. Pada setiap LKS diberikan suatu masalah yang akan diselesaikan melalui aktivitas siswa terlebih dahulu. LKS juga memberikan fasilitas langkah-langkah dalam menyelesaikan suatu masalah yang meliputi memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian dan memeriksa hasil yang diperoleh. 120 Salah satu indikator learning trajectory yang dimasukkan pada LKS adalah adanya aktivitas-aktivitas siswa dalam menemukan suatu konsep Pythagoras. Tahap development meliputi proses pengembangan produk, penyusunan instrumen, validasi oleh dosen ahli dan guru serta revisi. Proses pengembangan produk dibuat sesuai rancangan RPP dan LKS berbasis pendekatan pemecahan masalah dan mengacu learning trajectory. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar validasi penilaian LKS dan RPP, tes hasil belajar siswa, dan lembar angket respon siswa dan guru. Validasi perangkat pembelajaran dilakukan oleh dosen ahli pendidikan matematika dan guru matematika. Setelah dilakukan analisis hasil penilaian perangkat pembelajaran, validator memberikan penilaian RPP sebesar 4,24 dengan kategori sangat valid dan memberikan penilaian LKS sebesar 4,15 dengan kategori valid pada skala 5. Berdasarkan hasil penilaian RPP menunjukkan bahwa RPP telah memenuhi komponen penyusunan RPP menurut Permendikbud No 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman untuk Pembelajaran, sedangkan berdasarkan hasil penilaian LKS menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan telah memenuhi syarat-syarat LKS yang baik menurut Darmodjo dan Kalligis 1992:40-45. Selanjutnya menurut validator, perangkat pembelajaran yang dikembangkan layak digunakan dengan revisi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan saran dari berbagai validator diberikan untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang layak untuk diujicobakan. Pada tahap implementation dilakukan uji coba perangkat pembelajaran setelah dilakukan revisi. Uji coba dilakukan di kelas VIII B SMP N 1 Mlati sebanyak 8 kali 121 pertemuan dan 1 pertemuan untuk tes kemampuan siswa. Uji coba penggunaan LKS dilakukan oleh guru. Siswa maupun guru menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa sudah mengerti dengan apa yang diperintahkan pada petunjuk penggunaan LKS, namun sebagian siswa lainnya masih butuh bimbingan guru untuk dapat menggunakan LKS dengan baik. Kegiatan pembelajaran diawali dengan penyiapan siswa secara fisik maupun psikologis dan penyampaian tujuan pembelajaran. Kemudian guru memberikan apersepsi kepada siswa sebagai penyiapan siswa sebelum mempelajari konsep. Masalah awal kemudian diberikan kepada siswa untuk diselesaikan setelah melakukan aktivitas penemuan konsep. Pemberian-pemberian serangkaian aktivitas tersebut merupakan salah satu bentuk dari penggunaan learning trajectory dalam pembelajaran. Setelah siswa mengetahui konsep yang dipelajari, siswa kembali mengerjakan masalah awal yang diberikan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah. Siswa dapat memahami masalah dengan menuliskan unsur-unsur yang diketahui dari soal dan menuliskan apa yang ditanyakan dari soal. Kemudian siswa dapat merencanakan strategi penyelesaian dengan cara mengaitkan konsep yang sedang dipelajari untuk menyelesaikan masalah tersebut. Siswa dapat menggambarkan model permasalahan dalam bentuk gambar atau menuliskan formula yang sesuai untuk penyelesaian pada soal yang diberikan. Siswa kemudian menjalankan strategi yang telah dibuat berdasarkan rencana dan memeriksa kembali langkah-langkah yang ditempuhnya apakah sudah mendapatlan solusi yang tepat atau belum. Pada 122 proses pembelajaran siswa telah diarahkan untuk menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah dari Polya yang terdiri dari memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, melaksanakan rencana dan memeriksa hasil. Tahap evaluasi diperlukan untuk menilai keefektifan dan kepraktisan dari perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Kepraktisan diukur melalui skor angket respon siswa dan angket respon guru dengan skor maksimal 4. Berdasarkan hasil analisis, hasil rata-rata penilaian angket respon siswa sebesar 3,01 dengan kategori praktis. Hasil angket respon siswa menunjukkan pada penilaian ketepatan penggunaan bahasa mendapat skor 3,01 dengan kategori praktis, pada aspek materiisi LKS diperoleh skor 2,98 dengan kategori praktis, aspek penggunaan LKS dalam pembelajaran mendapat skor sebesar 3,18 dengan kategori praktis dan aspek kemenarikan LKS diperoleh skor 2,88 dengan kategori praktis. Hasil rata-rata penilaian angket respon guru diperoleh skor sebesar 3,45 dengan kategori sangat praktis. Secara lebih detail pada aspek materi diperoleh skor 4 dengan kategori sangat praktis, pada aspek kemenarikan LKS diperoleh skor rata- rata sebesar 3,25 dengan kategori sangat praktis dan aspek penggunaan LKS dalam pembelajaran diperoleh skor 3,36 dengan kategori sangat praktis. Berdasarkan hasil angket respon guru dan siswa dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria praktis artinya memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Penilaian keefektifan diukur melalui hasil tes belajar siswa yang berupa tes kemampuan pemecahan masalah dengan batas nilai ketuntasan minimal 75. Tes kemampuan pemecahan masalah menggunakan soal uraian untuk mengetahui 123 tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil tes hasil belajar ketuntasan yang diperoleh sebesar 84,34 dan nilai rata-rata kelas mencapai lebih dari nilai KKM yang ditentukan yaitu 75. Sejalan dengan perkataan Nayazik Sukestiyarno 2012:7 bahwa pembelajaran menggunakan pemecahan masalah telah mencapai indikator efektif dan terjadi peningkatan rasa ingin tahu dan keterampilan pemecahan masalah. Dengan demikian, penggunaan LKS yang dikembangkan diharapkan pula sudah memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Hasil analisis tentang aspek kemampuan pemecahan masalah diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 81,8125. Setelah melakukan penilaian tes hasil belajar siswa, untuk analisis kemampuan pemecahan masalah diperoleh rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah sebesar 81. Secara lebih detail, aspek kemampuan memahami masalah diperoleh persentase sebesar 87. Aspek kemampuan merencanakan strategi penyelesaian diperoleh persentase 79, aspek kemampuan menjalankan rencana penyelesaian diperoleh persentase sebesar 80 sedangkan aspek kemampuan memeriksa kembali memperoleh persentase sebesar 79. Keefektifan perangkat pembelajaran pendekatan pemecahan masalah yang berorientasi pada kemampuan pemecahan masalah siswa didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Melianingsih Sugiman 2015:219 yang menyebutkan bahwa pendekatan pemecahan masalah efektif ditinjau dari aspek kemampuan pemecahan masalah karena setelah siswa memahami konsep dari materi terkait, siswa diberikan soal rutin maupun tidak rutin, sehingga siswa terbiasa untuk 124 menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengembangkan pengetahuan yang baru mereka peroleh. Selain itu, dalam proses penyelesaian masalah matematika, siswa diberikan tahapan-tahapan dalam menyelesaikan masalah. Kesimpulan yang diperoleh melalui pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model ADDIE adalah perangkat pembelajaran materi teorema Pythagoras berbasis pemecahan masalah yang mengacu learning trajectory memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

1 6 31

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 1 SIMANINDO.

0 1 45

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MEMBELAJARKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS V MIN PADA POKOK BAHASAN PECAHAN.

0 2 32

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP KELAS VII.

0 0 476

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis problem based learning (PBL) pada materi perbandingan dan skala untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII.

1 24 519

Menggunakan Teorema Pythagoras Dalam pemecahan masalah

0 10 17

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

0 0 8

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS V DENGAN BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK YANG BERORIENTASI PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

0 0 7

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUMBANG PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

1 7 14

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BUKATEJA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

0 10 18