PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMP KELAS VII.

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang akan membantu pembangunan bangsa.

Sebagaimana diamanatkan dalam UU No.20 Th.2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan matematika di sekolah. Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional (Estina Ekawati, 2011: 2).

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengedepankan keterampilan berpikir. Hal ini dikarenakan matematika dibangun berdasarkan pemikiran-pemikiran logis dan sistematis. Antar satu konsep dengan konsep lain dalam matematika saling berkesinambungan (Erman Suherman, 2003: 17). Dengan mempelajari matematika, siswa dilatih


(2)

tersebut sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pemecahan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang akan selalu dihadapkan oleh suatu masalah dan dituntut untuk dapat menyelesaikannya. Kemampuan pemecahan masalah ini dapat dilatih melalui pembelajaran matematika di sekolah.

Belajar merupakan suatu proses aktif, yaitu suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui interaksi individu dengan lingkungannya (Sugihartono, dkk., 2007: 74). Motivasi terbaik agar belajar dapat efektif adalah bahwa siswa harus aktif, tidak pasif sebagai penerima pengetahuan (Herman Hudojo, 2003: 8). Dengan terlibat secara aktif siswa akan memperoleh pengalaman yang dapat ia gunakan untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Peran guru dalam hal ini adalah sebagai fasilitator. Guru merancang kegiatan belajar-mengajar sedemikian sehingga siswa dapat terlibat aktif di dalamnya.

Pembelajaran matematika di Indonesia diberikan pada siswa dari tingkat kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Hal ini bertujuan diantaranya untuk melatih keterampilan berpikir siswa dan kemampuan memecahkan masalah. Namun, masih banyak siswa yang tidak senang dengan pelajaran matematika. Hal ini menyebabkan siswa tidak berhasil dalam menguasai suatu konsep matematika. Objek matematika yang bersifat abstrak tak jarang membuat siswa kesulitan dalam memahami konsep matematika. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya atau strategi agar pembelajaran matematika berjalan


(3)

Salah satu materi matematika yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah geometri. Namun, pada kenyataannya penguasaan siswa pada konsep geometri masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari hasil UN Matematika SMP tahun 2015. Daya serap siswa terhadap materi geometri lebih rendah dibandingkan dengan materi yang lain. Hasil daya serap siswa pada UN Matematika SMP tahun 2015 di tingkat kota Yogyakarta, DIY, dan Nasional dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Daya Serap Ujian Nasional Matematika Tingkat SMP/MTs Tahun 2014/2015

Materi Kota/Kab. Prop Nas.

Operasi Bilangan 71.89 63.30 60.64 Operasi Aljabar 66.07 58.00 57.28

Bangun Geometri 63.09 55.19 52.04

Statistika dan Peluang 71.08 63.87 60.78

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep geometri masih perlu ditingkatkan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru matematika di SMP N 16 Yogyakarta, bahwa siswa masih kesulitan dalam menerapkan rumus-rumus dalam penyelesaian masalah. Siswa kesulitan dalam memahami masalah dan membuat model matematika dari soal cerita yang berkaitan dengan materi geometri, termasuk di dalamnya materi segiempat.


(4)

Segiempat merupakan salah satu materi yang wajib dikuasai siswa. Materi ini diajarkan di kelas VII semester II. Materi ini harus dikuasai oleh siswa sebagai dasar dalam mempelajari materi selanjutnya. Mengingat karakteristik matematika yang bersifat hierarkis, antarkonsep saling berkesinambungan, maka apabila siswa sulit atau kurang memahami suatu materi, hal ini akan berdampak pada penguasaan materi selanjutnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi hal ini.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam belajar siswa harus terlibat aktif, tak terkecuali belajar matematika. Namun, dalam praktik pembelajaran di kelas, siswa masih kurang terlibat aktif. Siswa hanya mencatat penjelasan guru. Selain itu, apabila siswa menemui kesulitan dalam menyelesaikan soal, siswa enggan bertanya atau mencari informasi di buku dan hanya menunggu jawaban siswa lain yang ditulis di papan tulis. Sehingga pembelajaran kurang efektif. Upaya yang dapat ditempuh oleh guru diantaranya adalah menyiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Salah satu perangkat pembelajaran yang wajib disiapkan oleh guru adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses dijelaskan bahwa setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban untuk menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran yang berlangsung dapat memotivasi siswa


(5)

untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian.

RPP bermanfaat bagi guru sebagai acuan atau arahan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Berdasarkan hasil observasi di sekolah, masih ditemukan beberapa RPP yang penyusunannya belum sesuai dengan standar proses. Selain itu, kegiatan pembelajaran belum secara optimal melibatkan siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan RPP yang memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan RPP dan memberikan ruang gerak bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Di dalam penyusunan RPP, terdapat salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan, yaitu dalam memilih metode atau pendekatan pembelajaran. Metode atau pendekatan pembelajaran yang sesuai akan mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning (PBL) merupakan salah satu pendekatan yang menjadikan masalah sebagai starting point atau dasar bagi siswa dalam belajar (Rusman, 2011: 232-233). Pendekatan ini dirancang agar siswa terlibat aktif dan guru tidak terlalu banyak menyampaikan informasi (Richard I. Arends, 2008: 70). Oleh karena itu, pendekatan ini dirasa cocok menurut peneliti untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.

Selain menyusun RPP, guru juga perlu untuk menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.


(6)

pengetahuannya. Hal ini mengingat tujuan dari penyusunan LKS adalah untuk membantu siswa menemukan dan memahami suatu konsep serta menerapkan konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2008: 42-45).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP, dalam praktik pembelajaran, LKS hanya digunakan sebagai latihan soal atau soal tes setelah guru menjelaskan suatu konsep. LKS belum secara optimal memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan LKS yang sesuai dengan kurikulum, kebutuhan, dan karakteristik siswa sehingga tujuan utama penyusunan LKS dapat tercapai.

Pengembangan LKS sendiri akan memberikan beberapa manfaat, baik bagi guru maupun siswa. Depdiknas (2008: 123) menyebutkan beberapa manfaat dari pengembangan LKS, yaitu membantu siswa dalam memperoleh sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, memperkaya sumber belajar siswa, memotivasi siswa untuk belajar, siswa mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri sehingga tidak tergantung pada kehadiran guru, siswa dapat mengasah kemampuannya melalui kegiatan-kegiatan dalam LKS, siswa dapat menerapkan konsep untuk memecahkan masalah. Selain bermanfaat bagi siswa, LKS juga memberikan manfaat bagi guru, yaitu memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran karena guru tidak harus menyampaikan atau menjelaskan


(7)

sejumlah materi kepada siswa tetapi siswa dapat secara mandiri belajar melalui LKS.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Materi Segiempat dengan Pendekatan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP Kelas VII’. Perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah beruap RPP dan LKS.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diidentifikasi masalah-masalah yaitu:

1. Kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi segiempat masih tergolong kurang.

2. Pembelajaran belum secara maksimal memfasilitasi siswa untuk menemukan/ membangun pengetahuannya secara aktif.

3. Belum adanya LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada pengembangan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan


(8)

SMP kelas VII. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 16 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII?

2. Bagaimana kualitas kelayakan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII ditinjau dari aspek kavalidan, kepraktisan, dan keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini yaitu adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII yang memenuhi kualitas kelayakan ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan ini memberikan beberapa manfaat yaitu: 1. Bagi guru

a. RPP dan LKS yang dihasilkan diharapkan dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran.


(9)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi guru untuk mengembangkan RPP dan LKS yang dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

2. Bagi siswa

a. LKS yang dihasilkan dapat menambah sumber belajar dalam mempelajari materi segiempat dan penggunaannya dalam pemecahan masalah.

b. Siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga nantinya diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang mandiri.

3. Bagi peneliti

Untuk memberikan pengalaman dalam mengembangkan perangkat pembelajaran berbentuk RPP dan LKS sehingga nantinya dapat dijadikan pedoman bagi peneliti untuk mengembangkan RPP dan LKS pada materi yang lain.


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development), yaitu suatu proses yang bertujuan untuk menghasilkan produk dan menguji kelayakan produk tersebut. Kegiatan penelitian terintegrasi selama proses pengembangan produk. Adapun produk dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan

problem based learning pada materi segiempat untuk siswa SMP kelas VII semester II.

B. Model Pengembangan

Model pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADDIE yang dikembangkan oleh Dick & Carry untuk merancang sistem pembelajaran. Tahapan-tahapan pada model ini meliputi: Tahap Analysis (Analisis), Design

(Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation

(Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Kelayakan produk diuji berdasarkan kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini berdasar pada model

ADDIE, yaitu meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Analysis (Analisis)


(11)

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap beberapa hal sebelum mengembangkan perangkat pembelajaran, yaitu:

a. Analisis Kebutuhan

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS untuk pembelajaran matematika SMP kelas VII. Di dalam menganalisis kebutuhan, peneliti melakukan observasi kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dan melakukan tanya jawab dengan guru matematika untuk mengetahui perangkat pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Analisis Kurikulum

Pada tahap ini dilakukan analisis kurikulum matematika SMP kelas VII pada materi segiempat. Analisis ini meliputi identifikasi Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pencapaian kompetensi sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Analisis ini dilakukan sebagai dasar untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dengan pendekatan problem based learning pada materi segiempat.

c. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa SMP kelas VII sebagai objek uji coba produk berupa perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS


(12)

materi segiempat dengan pendekatan problem based learning untuk siswa SMP kelas VII.

2. Design (Perancangan)

Pada tahap ini peneliti membuat rancangan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Rancangan perangkat pembelajaran dibuat dengan mengacu pada hasil analisis yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap perancangan adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan referensi materi segiempat dan gambar-gambar yang relevan dengan materi segiempat.

b. Membuat rancangan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:

1) Rancangan RPP materi segiempat dengan pendekatan problem based learning

Susunan RPP dibuat sesuai dengan standar proses. Pada bagian inti dari kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan fase-fase problem based learning. 2) Rancangan LKS segiempat dengan pendekatan problem based learning

LKS dibagi menjadi enam sub judul yaitu sesuai dengan jumlah bangun segiempat yang akan dipelajari (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. LKS disusun dengan memperhatikan aspek kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, kesesuaian dengan syarat konstruksi, kesesuaian dengan syarat teknis, kesesuaian dengan karakteristik problem based learning, dan kesesuaian untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.


(13)

3. Development (Pengembangan)

Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan rancangan perangkat pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perancangan. Perangkat pembelajaran yang dibuat selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapat masukan/saran perbaikan sehingga perangkat pembelajaran siap untuk divalidasi oleh dosen ahli. Tahap validasi dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran layak digunakan (diujicobakan). Pada tahap validasi diperoleh catatan dan saran yang digunakan untuk perbaikan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Setelah dilakukan perbaikan, perangkat pembelajaran siap untuk diimplementasikan.

4. Implementation (Implementasi)

Pada tahap ini perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, yaitu RPP dan LKS diujicobakan secara terbatas. LKS digunakan siswa dalam pembelajaran di kelas. Uji coba dilalukan untuk mengetahui kualitas LKS yang digunakan siswa, yaitu ditinjau dari kepraktisan dan keefektifannya. Kepraktisan LKS dapat dilihat dari angket respon siswa dan lembar observasi, sedangkan keefektifan LKS dilihat dari hasil posttest siswa yang dilaksanakan pada tahap akhir implementasi, yaitu dilakukan setelah siswa selesai menggunakan LKS.

5. Evaluation (Evaluasi)


(14)

ditemukan kekurangan pada perangkat pembelajaran, maka peneliti melakukan revisi hingga dihasilkan produk akhir yang layak digunakan untuk pembelajaran matematika, khususnya materi segiempat di sekolah.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam pengembangan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning ini adalah siswa kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 16 Yogyakarta, yaitu pada siswa kelas VII B tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 34 siswa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 April – 19 Mei 2016.

F. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dari penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu:

a. Data kuantitatif yaitu berupa skor yang diperoleh dari hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh validator, skor angket respon siswa, skor lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan skor pretest dan

posttest siswa.

b. Data kualitatif yaitu berupa komentar dan saran dari dosen pembimbing, validator, siswa, serta catatan observer pada lembar observasi.

G. Instrumen Penelitian


(15)

Lembar penilaian perangkat pembelajaran digunakan untuk mengukur kevalidan dan kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah disusun. Lembar penilaian perangkat pembelajaran yang digunakan berupa angket dengan skala penilaian 1-5. Skor 1 berarti sangat kurang, skor 2 kurang, skor 3 cukup baik, skor 4 baik, dan skor 5 sangat baik. Lembar penilaian juga mencantumkan kolom komentar dan saran agar validator dapat memberikan masukan sebagai bahan revisi produk. Lembar penilaian perangkat pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Lembar Penilaian RPP

Lembar penilaian RPP digunakan untuk mengetahui kevalidan RPP menurut validator. Lembar penilaian RPP oleh validator meliputi aspek identitas, rumusan indikator/tujuan pembelajaran, pemilihan materi, pemilihan pendekatan dan model pembelajaran, kegiatan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning, pemilihan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Lembar Penilaian LKS

Penilaian LKS dilakukan oleh validator dan siswa. Lembar penilaian LKS oleh validator bertujuan untuk mengetahui kevalidan LKS. Lembar penilaian ini disesuaikan dengan aspek kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, kesesuaian dengan syarat konstruksi, kesesuaian dengan syarat teknis, kesesuaian dengan karakteristik problem based learning, kesesuaian dengan aspek kemampuan pemecahan masalah.


(16)

Lembar Penilaian LKS oleh siswa digunakan untuk mengetahui kepraktisan LKS. Bentuk lembar penilaian yang digunakan yaitu berupa angket menggunakan skala likert 1-5 dan memuat pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pernyataan positif merupakan pernyataan yang sesuai dengan apa yang diharapkan, sedangkan yang dimaksud pernyataan negatif adalah pernyataan yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Untuk pernyataan positif, skor 5, 4, 3, 2, 1 masing-masing menyatakan sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk pernyataan negatif, skor 5, 4, 3, 2, 1 masing-masing menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai panduan observer dalam menilai kepraktisan perangkat pembelajaran. Lembar observasi berisi pernyataan dan keterangan Ya/ Tidak serta kolom catatan untuk mencatat hasil pengamatan observer pada saat implementasi perangkat pembelajaran.

3. Pedoman Wawancara Guru

Pedoman wawancara guru digunakan pada saat peneliti melakukan observasi ke sekolah. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran di sekolah, kebutuhan LKS dan karakteristik siswa yang nantinya akan menggunakan LKS.

4. Tes


(17)

posttest dilakukan setelah siswa selesai mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran dengan LKS . Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah awal siswa, yaitu sebelum menggunakan LKS, sedangkan posttest digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa setelah menggunakan LKS. Dari hasil pretest dan posttest ini peneliti dapat melihat keefektifan LKS yang dikembangkan.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui kualitas kalayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

1. Analisis Kevalidan

Kelayakan perangkat pembelajaran dari segi kevalidan dapat diketahui dari hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh validator. Pada tahapan ini, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

a. Membuat tabulasi skor hasil penilaian perangkat pembelajaran

Langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk menganalisis kevalidan perangkat pembelajaran adalah dengan membuat tabulasi skor hasil penilaian kuantitatif perangkat pembelajaran oleh validator. Lembar penilaian perangkat pembelajaran menggunakan skala penilaian 1-5, skor 1 berarti sangat kurang, skor 2 kurang, skor 3 cukup baik, skor 4 baik, dan skor 5 sangat baik.


(18)

Langkah kedua yang dilakukan peneliti untuk menganalisis kevalidan perangkat pembelajaran adalah menghitung skor rata-rata tiap aspek penilaian. Untuk menghitung skor rata-rata tiap aspek dapat digunakan rumus berikut.

n x validator banyak

x 1 

Dengan

x : skor rata-rata

x

: jumlah skor

n : banyak butir tiap aspek (Anas Sudijono, 2001: 347) 1) Kevalidan RPP

Dalam penelitian ini, kevalidan RPP ditentukan berdasarkan hasil penilaian validator. Validator dalam penelitian ini berjumlah 1 orang. Banyaknya butir penilaian ada 42. Jumlah skor yang diperoleh adalah 184. Dengan rumus di atas diperoleh:

38 . 4 42 184 1

1

x

Hasil tersebut merupakan rata-rata perolehan skor pada seluruh aspek. Untuk hasil penilaian dan kriteria tiap aspek dapat dilihat pada lampiran C1.

2) Kevalidan LKS


(19)

Banyaknya butir penilaian LKS ada 44. Jumlah skor yang diperoleh

adalah 190. Dengan rumus

n x validator banyak

x 1 

, maka

diperoleh: 4.32 44

190 1

1

x

Hasil tersebut merupakan rata-rata perolehan skor pada seluruh aspek. Untuk hasil penilaian dan kriteria tiap aspek dapat dilihat pada lampiran C2.

c. Mengkonversi skor rata-rata yang diperoleh

Skor rata-rata yang diperoleh selanjutnya dikonversikan menjadi nilai kualitatif berdasarkan kriteria penilaian skala 5 menurut Eko Putro Widyoko (2009: 238). Kriteria kualitass perangkat pembelajaran ditinjau dari aspek kevalidan ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Kriteria Kualitas Perangkat Pembelajaran

Skor Kriteria

� > 4,20 Sangat Baik 3,40 <� 4,20 Baik 2,60 � ≤ 3,40 Cukup Baik 1,80 � ≤ 2,60 Kurang Baik

� 1,80 Tidak Baik

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh skor rata-rata RPP adalah 4.38, sedangkan skor rata-rata LKS adalah 4.32. Berdasarkan tabel 5 maka kedua skor tersebut menunjukkan kriteria sangat baik.


(20)

d. Menentukan kevalidan perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dikatakan layak berdasarkan aspek kevalidan apabila mencapai kriteria kualitas baik atau sangat baik.

Berdasarkan hasil perhitungan skor rata-rata penilaian RPP dan LKS, keduanya mencapai kriteria kualitas sangat baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RPP dan LKS yang dikembangkan valid.

e. Menganalisis hasil penilaian kualitatif perangkat pembelajaran

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menganalisis penilaian kualitatif yang berupa komentar dan saran dari validator. Selain memberikan skor penilaian, validator juga memberikan komentar dan saran. Komentar dan saran yang diberikan dijadikan pedoman bagi peneliti untuk melakukan perbaikan perangkat pembelajaran.

2. Analisis Kepraktisan a. Kepraktisan RPP

Kepraktisan RPP ditentukan berdasarkan hasil penilaian observer pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut.

1) Membuat tabulasi skor hasil penilaian observer

Langkah pertama yang dilakukan peneliti dalam menganalisis kepraktisan RPP adalah dengan membuat tabulasi skor keterlaksanaan pembelajaran yang dinilai oleh observer. Skor dihitung dari banyaknya jawaban ‘Ya’ pada lembar observasi keterlaksanaan p


(21)

2) Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran

Persentase keterlaksanaan pembelajaran dihitung dengan rumus berikut ini.

% 100  

n y p

Keterangan:

p : persentase keterlaksanaan pembelajaran

y : jumlah jawaban ya

n : jumlah butir penilaian

Dalam lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran terdapat 20 butir pernyataan. Dari penelitian ini diperoleh data keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut.

Tabel 6. Data Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran Pertemuan ke- Jumlah jawaban

‘Ya’

Persentase (%)

1 19 95

2 18 90

3 19 95

4 18 90

Jumlah skor keseluruhan 74 Persentase rata-rata 92.5

Keterlaksanaan pembelajaran hanya dilihat pada 4 pertemuan karena pada 2 pertemuan yang lain digunakan untuk pretest dan posttest

3) Mengkonversi persentase skor yang diperoleh ke dalam kriteria kualitatif. Konversi persentase skor yang diperoleh ke dalam kriteria kualitatif mengacu pada tabel kriteria kepraktisan RPP berikut ini.


(22)

Tabel 7. Kriteria Kepraktisan RPP

Persentase Kriteria

100

85 p Sangat Baik

85

70 p Baik

70

50 p Kurang Baik

p < 70 Tidak Baik

(Yuni Yamasari, 2010: 4)

Dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 92.5%. Berdasarkan tabel 7, hasil ini menunjukkan kriteria sangat baik.

4) Menentukan kepraktisan RPP

RPP dikatakan praktis apabila rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran minimal mencapai kriteria minimal baik. Dari analisis data diperoleh persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran 92.5% dengan kriteria sangat baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa RPP yang dikembangkan praktis.

b. Kepraktisan LKS

Untuk mengetahui kepraktisan LKS, peneliti melalukan analisis terhadap hasil angket respon siswa. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut.

1) Membuat tabulasi skor hasil penilaian LKS oleh siswa.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk menganalisis kepraktisan LKS adalah membuat tabulasi skor hasil penilaian LKS oleh siswa. Angket respon siswa menggunakan skala penilaian 1-5 yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Pedoman penskoran lembar


(23)

Tabel 8. Pedoman Penskoran Angket Respon Siswa Skor Kategori untuk

Pernyataan Positif

Kategori untuk Pernyataan Negatif 5 Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju

4 Setuju Tidak Setuju

3 Ragu-ragu Ragu-ragu

2 Tidak Setuju Setuju

1 Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 2) Menghitung skor rata-rata tiap aspek

Langkah kedua yang dilakukan peneliti adalah menghitung skor rata-rata tiap aspek penilaian LKS. Untuk menghitung skor rata-rata-rata-rata tiap aspek, peneliti menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan skor rata-rata tiap aspek pada analisis kevalidan. Pada angket respon siswa terdapat 23 butir pernyataan. Angket diisi oleh 30 siswa kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta. Jumlah skor keseluruhan yang diperoleh adalah 2.643. Rata-rata yang diperoleh berdasarkan adalah:

83 . 3 23 2643 30

1

x

3) Mengkonversi skor rata-rata yang diperoleh

Skor rata-rata yang diperoleh dari angket tersebut selanjutnya dikonversikan menjadi nilai kualitatif berdasarkan kriteria penilaian skala 5 menurut Eko Putro Widyoko (2009: 238) yang tercantum pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah 92.5%, sehingga mencapai kriteria baik.


(24)

Kepraktisan LKS dapat ditentukan berdasarkan tabel kriteria kualitas. Tabel kriteria tersebut seperti ditampilkan pada Tabel 5. LKS yang dikembangkan dikatakan praktis apabila mencapai kriteria kualitas baik atau sangat baik.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rata-rata nilai dari angket respon siswa adalah 3.83 dan mencapai kriteria baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa LKS yang dikembangkan praktis.

5) Menganalisis hasil penilaian kualitatif LKS oleh siswa

Selain memberikan skor penilaian LKS, beberapa siswa juga memberikan komentar dan saran terhadap LKS yang dikembangkan. Penilaian kualitatif yang berupa komentar dan saran dari siswa dijadikan pedoman bagi peneliti untuk melakukan perbaikan LKS.

3. Analisis Keefektifan

Keefektifan perangkat pembelajaran ditentukan oleh nilai tes belajar siswa, yaitu pretest dan posttest. Nilai pretest dan posttest siswa dianalisis dengan melihat pada dua aspek, yaitu aspek kemampuan pemecahan masalah siswa dan ketuntasan belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis keefektifan perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa 1) Membuat tabulasi perolehan skor pretest - posttes siswa.


(25)

kemampuan pemecahan masalah yang dinilai, yaitu memahami masalah dengan skor maksimum 8 dan skor minimum 0, merencanakan penyelesaian dengan skor maksimum 8 dan skor minimum 0, menyelesaikan masalah sesuai rencana dengan skor maksimum 20 dan skor minimum 0, serta melakukan pengecekan kembali dengan skor maksimum 4 dan skor minimum 0.

2) Menghitung persentase skor rata-rata tiap aspek kemampuan pemecahan masalah.

Persentase skor rata-rata tiap aspek kemampuan pemecahan masalah dapat dihitung dengan rumus:

% 100   aspek tiap maksimal skor Jumlah aspek tiap skor Jumlah p

a) Hasil pretest siswa

Tabel 9. Analisis Data Nilai Pretest Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah skor yang diperoleh Jumlah skor maksimum tiap aspek p (%) memahami masalah 254 272 93.38 merencanakan

penyelesaian

182 272 66.91

menyelesaikan masalah sesuai rencana

325 680 47.79

melakukan pengecekan kembali

61 136 44.85


(26)

b) Hasil posttest siswa

Tabel 10. Analisis Data Nilai Posttest Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah skor yang diperoleh Jumlah skor maksimum tiap aspek p (%) memahami masalah 269 272 98.90 merencanakan

penyelesaian

227 272 83.46

menyelesaikan masalah sesuai rencana

487 680 71.62

melakukan pengecekan kembali

85 136 62.5

Jumlah 316.48

3) Menghitung rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah

n p p

Keterangan:

p : persentase rata-rata kemampuan pemecahan masalah

p : jumlah persentase skor tiap aspek

n : banyaknya aspek kemampuan pemecahan masalah

Tabel berikut ini menunjukkan hasil perhitungan rata-rata persentase kemampuan pemecahan masalah pada saat pretest dan posttest.

Tabel 11. Persentase Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah

Tes

p p

Pretest 252.93 63.23


(27)

4) Menentukan kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa.

Kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditentukan berdasarkan tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa No. Persentase Kemampuan

Pemecahan Masalah

Kriteria 1. 85 p100 Sangat Baik

2. 70 p85 Baik

3. 50 p70 Kurang Baik

4. p < 70 Tidak Baik

Berdasarkan analisis data yang dilakukan di atas, diperoleh hasil persentase rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat

pretest adalah 63.23%, sedangkan hasil posttest 79.12%. Berdasarkan tabel 8, maka kemampuan pemecahan masalah siswa pada saat pretest masuk pada kriteria kurang baik, sedangkan hasil posttest siswa menunjukkan kriteria baik. Hal ini berarti terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa.

b. Menganalisis ketuntasan belajar klasikal siswa

1) Menghitung nilai pretest dan posttest siswa sesuai dengan pedoman penyekoran.

Dalam penelitian ini, kegiatan pretest dan posttest diikuti oleh siswa kelas VII B SMP N 16 Yogayakarta sebanyak 34 orang. Hasil pretest dan

posttest siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran C5 dan C6. 2) Menghitung banyaknya siswa yang tuntas


(28)

Setelah menghitung nilai siswa, selanjutnya peneliti menganalisis apakah nilai siswa tertentu dapat dinyatakan tuntas atau tidak tuntas. Ketuntasan belajar ini ditentukan dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan masing-masing sekolah. Dalam hal ini, kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika di SMP N 16 Yogyakarta adalah 75. Banyak siswa yang tuntas pada saat pretest ada 8 siswa, sedangkan banyak siswa yang tuntas pada saat posttest ada 25 siswa. 3) Menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu dengan

rumus:

% 100  

N n p

Keterangan:

p : persentase ketuntasan belajar

n : banyaknya siswa yang tuntas

N : banyak siswa keseluruhan

Setelah mengetahui banyaknya siswa yang tuntas, selanjutnya menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal. Hasil perhitungan persentase ketuntasan belajar secara klasikal disajikan pada tabel berikut.

Tabel 13. Hasil Perhitungan Ketuntasan Belajar Klasikal

Tes N n p

(%)

Pretest 34 8 23.53


(29)

4) Selanjutnya kriteria ketuntasan belajar secara klasikal mengacu pada tabel 14 berikut.

Tabel 14. Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa No. Persentase Ketuntasan

Belajar Klasikal

Kriteria

1. p80 Sangat Baik

2. 60 p 80 Baik

3. 40 p 60 Cukup

4. 20 p 40 Kurang

5. p20 Sangat Kurang

Berdasarkan perhitungan persentase ketuntaan belajar siswa, diperoleh hasil ketuntasan belajar klasikal siswa pada saat pretest adalah 23.53%. Menurut tabel 14, hasil ini menunjukkan kriteria kurang. Hasil ketuntasan belajar klasikal siswa pada saat posttest adalah 73.53%, sehingga berdasarkan tabel 14 sudah mencapai kriteria baik.

5) Menentukan keefektifan perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan efektif apabila terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari hasil pretest dan posttest siswa dan minimal persentase ketuntasan belajar klasikal dari hasil posttest mencapai kriteria baik.

Berdasarkan kegiatan analisis data diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa, yaitu dari semula 63.23% menjadi 79.12%. Selain itu, diperoleh hasil bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa pada saat posttest mencapai 73.53% dengan kriteria


(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan ADDIE, yaitu dengan tahap Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Hasil dari tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam mengembangkan RPP dan LKS materi segiempat dengan pendekatan

problem based learning melalui model pengembangan ADDIE adalah sebagai berikut.

1. Hasil Tahap Analysis (Analisis)

Analisis yang dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning untuk siswa SMP kelas VII adalah analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Hasil dari tahap analisis-analisis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil UN Matematika SMP tahun ajaran 2014/2015 dan melakukan wawancara dengan guru matematika VII B SMP N 16 Yogyakarta. Berdasarkan data daya serap siswa pada UN Matematika SMP tahun ajaran 2014/2015 diperoleh data bahwa dari 4 materi yang diujikan, materi geometri memiliki


(31)

tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep geometri masih kurang dan perlu ditingkatkan. Data daya serap siswa ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1 halaman 3.

Salah satu kajian dalam geometri SMP adalah materi segiempat. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan guru matematika di SMP N 16 Yogyakarta diketahui bahwa masih ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan matematika pada materi segiempat terutama jika berbentuk soal cerita.

Melihat hasil analisis kebutuhan seperti yang telah disampaikan di atas, maka perlu dilakukan suatu upaya agar kemampuan pemecahan masalah siswa khususnya pada materi segiempat dapat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS materi segiempat yang sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu RPP dan LKS yang dirancang khusus untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah materi segiempat.

b. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan untuk membuat dasar perencanaan pengembangan perangkat pembelajaran. Setiap komponen yang tercantum dalam perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.


(32)

analisis ini peneliti ingin mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah memang kompetensi yang penting dan wajib dikuasai siswa. Selanjutnya, secara khusus analisis dilakukan pada SK dan KD materi segiempat.

Pada Standar Isi KTSP ditentukan bahwa untuk pelajaran matematika di SMP terdapat 17 SK yang harus dikuasai siswa. Dari 17 SK tersebut, 15 SK memuat kompetensi kemampuan pemecahan masalah. Kemudian dari 17 SK dijabarkan menjadi 59 KD. Dari 59 KD tersebut, 27 KD memuat kompetensi kemampuan pemecahan masalah.

Dari hasil analisis SK-KD di atas maka dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah salah satu kompetensi penting yang harus dikuasai siswa. Selain itu, Standar Isi KTSP yang ditetapkan dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 secara eksplisit menyebutkan bahwa tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah.

Hal tersebut berarti bahwa dalam pembelajaran materi segiempat, guru juga perlu memfasilitasi siswa agar dapat memahami konsep segiempat dan mampu menggunakan konsep tersebut dalam pemecahan masalah. Materi segiempat terdapat pada SK ke-6 untuk materi kelas VII. Materi segiempat dibagi menjadi 4 KD. Dari 4 KD tersebut, terdapat 1 KD yang relevan dengan kemampuan pemecahan masalah, yaitu pada materi keliling dan luas bangun segiempat. Oleh karena itu, pada materi ini guru dapat membuat kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan pemecahan masalah. Kegiatan


(33)

ini dapat terfasilitasi melalui LKS. Hasil analisis kurikulum selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A1.

c. Analisis Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa SMP kelas VII yang nantinya akan menggunakan LKS yang dikembangkan. Analisis ini dilakukan melalui observasi dan tanya jawab dengan guru matematika di SMP N 16 Yogyakarta. Secara umum siswa kelas VII SMP N 16 Yogyakarta berusia 12-13 tahun. Siswa pada usia tersebut, menurut John Piaget dalam teori kognitifnya (Sugihartono, 2007: 108), baru saja beralih dari tahap operasional konkret menuju tahap operasional formal. Dengan kata lain siswa sedang mengalami masa transisi dalam proses berpikir, yaitu dari konkret menuju abstrak. Pada tahap ini, siswa rentan mengalami kesulitan dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII diperoleh beberapa keterangan berkaitan dengan karakteristik siswa kelas VII, yaitu sebagai berikut.

1) Kemampuan matematika siswa berbeda-beda, ada yang berkemampuan tinggi, rendah, sedang.

2) Siswa masih kesulitan dalam membuat model matematika dari soal cerita.

3) Guru sudah mengupayakan agar siswa belajar secara mandiri (mampu menemukan konsep matematika sendiri), namun siswa masih terbiasa


(34)

dengan pemaparan dan penjelasan materi dari guru, mencatat, dan mengerjakan latihan soal

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat diketahui bahwa karakteristik siswa SMP kelas VII pada umumnya adalah secara kognitif masih berada pada tahap peralihan berpikir dari konkrit ke abstrak. Karakteristik siswa SMP kelas VII secara khusus, yaitu karakteristik siswa kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta adalah memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah yang beragam dan sebagian siswa masih tergolong kurang aktif dalam mengembangkan pengetahuannya.

Melihat hasil analisis tersebut maka guru perlu memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Problem based learning merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada kegiatan pemecahan masalah dalam pemelajaran. Siswa belajar bersama dalam kelompok diskusi untuk menyelesaikan suatu masalah dan menyajikannya. Pembelajaran ini dirasa sesuai dengan karakteristik siswa. Kegiatan diskusi memungkinkan siswa dengan kemampuan beragam untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan. Pendekatan ini juga mendukung siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri. Oleh karena itu, RPP dan LKS dengan pendekatan problem based based learning sangat cocok dengan karakteristik siswa.

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa maka diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran


(35)

learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII.

2. Hasil Tahap Design (Perancangan)

Hasil dari tahap analisis selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam membuat desain perangkat pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini, yaitu:

a. Mengumpulkan referensi materi segiempat dan gambar-gambar yang relevan dengan materi segiempat. Beberapa referensi utama yang digunakan dalam penyusunan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning adalah sebagai berikut. 1) M. Cholik Adinawan. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VII.

Jakarta: Erlangga.

2) M. Cholik Adinawan dan Sugijono. 2004. Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 2 Jilid 1B. Jakarta: Erlangga.

3) Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih. 2007. Matematika SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Esis

4) Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP dan MTs I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Selain referensi utama yang disebutkan di atas, peneliti juga menggunakan referensi dari internet, terutama dalam memperoleh gambar-gambar yang relevan dengan materi segiempat.


(36)

Rancangan perangkat pembelajaran yang dibuat meliputi: 1) Rancangan RPP dengan pendekatan problem based learning

RPP problem based learning akan dibuat sebanyak 6 RPP. Setiap RPP digunakan untuk satu kali pertemuan. Rancangan RPP disusun dengan mengacu pada standar proses menurut BSNP (2007: 5), yaitu memuat komponen-komponen:

a) Identitas

Rincian identitas yang dibuat dalam setiap RPP disajikan pada tabel berikut.

Tabel 15. Rincian Aspek Identitas pada RPP Problem Based Learning

Aspek Identitas Keterangan

Nama Sekolah Nama sekolah pada semua RPP sama, yaitu SMP N 16 Yogyakarta.

Nama Mata Pelajaran Nama mata pelajaran pada semua RPP sama, yaitu matematika.

Kelas Semua RPP diimplentasikan di kelas VII B.

Semester Semua RPP diimplmentasikan di semester II.

Alokasi Waktu dan Pertemuan

Total alokasi waktu untuk materi segiempat yaitu 10 jam pelajaran (JP) dengan 6 kali pertemuan dengan pembagian waktu 2JP, 1JP, 2JP, 2JP, 1JP, 2JP masing-masing untuk RPP 1-6.

b) Standar Kompetensi disesuaikan dengan standar isi kurikulum Standar kompetensi untuk RPP 1 – RPP 6 sama, yaitu memahami konsep segiempat serta menentukan ukurannya.


(37)

Rincian Kompetensi Dasar yang termuat dalam RPP dapat dilihat pada Analisis Kurikulum yang terdapat pada lampiran A1.

d) Indikator merupakan jabaran dari kompetensi dasar

Indikator yang termuat dalam RPP dapat dilihat pada Analisis Kurikulum yang terdapat pada lampiran A1. Pada setiap RPP memuat indikator kemampuan pemecahan masalah.

e) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator f) Materi pembelajaran

Materi pembelajaran berisi ringkasan materi yang akan dipelajari. Berikut ini rencana pemetaan materi pada masing-masing RPP.

Tabel 16. Rancangan Pemetaan Materi pada RPP

RPP Pertemuan ke- Materi

1 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun persegi panjang.

2 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun persegi.

3 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun jajargenjang.

4 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun belah ketupat.

5 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun layang-layang.

6 Pengertian, sifat-sifat, keliling, dan luas bangun trapesium

g) Pendekatan/model pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan

problem based learning.

Penerapan fase-fase pembelajaran problem based learning pada RPP yang dikembangkan dapat terlihat dalam kegiatan intinya. Secara


(38)

h) Kegiatan pembelajaran, terdiri dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan inti pada setiap RPP disesuaikan dengan tahapan-tahapan pembelajaran dengan pendekatan problem based learning. Tabel berikut ini menyajikan gambaran penerapan fase-fase problem based learning pada RPP 1 – RPP 6.

Tabel 17. Penerapan Fase-fase Problem Based Learning

pada RPP

Fase Kegiatan Penerapan di RPP

(pada kegiatan inti) 1 Memberikan orientasi

tentang permasalahan kepada siswa

Siswa diminta untuk mencermati permasalahan awal pada materi segiempat di LKS. 2 Mengorganisasikan

siswa untuk mneliti

Siswa dibimbing untuk

melakukan kegiatan „Ayo

Selidiki‟ pada LKS. 3 Membantu investigasi

mandiri dan kelompok

Guru membantu siswa apabila siswa menemui kesulitan dalam mengolah informasi/data yang diperoleh pada kegiatan „Ayo Selidiki‟ dan „Ayo Berlatih‟ di LKS.

4 Menyajikan/ mempresentasikan produk (hasil karya)

- Siswa diminta untuk menuliskan kesimpulan pada rubrik „Aha, Sekarang Aku Tahu‟ di LKS.

- Siswa dipersilakan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas, yaitu hasil dari kegiatan „Ayo Selidiki‟ dan „Ayo Berlatih‟.

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah.

Guru memberikan penguatan materi dan mengevaluasi langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan siswa. i) Media/sumber belajar, berisi keterangan media/sumber belajar yang


(39)

digunakan adalah LKS segiempat dengan pendekatan problem based learning.

j) Penilaian hasil belajar, berisi instrumen yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam RPP ini, yaitu berupa 3 soal berbentuk uraian. Soal berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari dan mengharuskan siswa untuk menuliskan langkah-langkah pemecahan masalah dalam menyelesaikannya.

k) Pedoman penyekoran, yaitu berupa kunci jawaban soal dan skor penilaian yang disesuaikan dengan aspek dan indikator kemampuan pemecahan masalah, yaitu menilai tahap-tahap merumuskan masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan mengecek kembali jawaban.

2) Rancangan LKS dengan pendekatan problem based learning

LKS yang dirancang peneliti adalah LKS yang berisi materi segiempat dengan pendekatan problem based learning yang memenuhi aspek-aspek kualitas materi, kesesuaian dengan syarat didaktik, kesesuaian dengan syarat konstruksi, kesesuaian dengan syarat teknis, serta kesesuaian dengan pendekatan dan model pembelajaran. Garis besar isi LKS terdiri dari bagian pendahuluan, SK-KD-Indikator, masalah awal, aktivitas siswa, review dan latihan. LKS yang dirancang dalam penelitian ini terdiri dari 6 bagian LKS yang masing-masing memuat satu


(40)

materi bangun segiempat. Tabel 18 berikut ini menunjukkan pembagian LKS beserta materinya.

Tabel 18. Pemetaan Materi di LKS

LKS Materi

1 Persegi Panjang: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas 2 Persegi: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas

3 Jajargenjang: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas 4 Belah Ketupat: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas 5 Layang-layang: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas 6 Trapesium: Pengertian, Sifat-sifat, Keliling, dan Luas

LKS yang dikembangkan dalam penelitian iniadalah LKS

problem based learning, sehingga penyusunan komponen dalam LKS disesuaikan dengan karakteristik problem based learning.

Berikut ini gambaran penerapan karakteristik problem based learning pada LKS 1-LKS 6.

Tabel 19. Penerapan Karakteristik Problem Based Learning

di LKS Karakteristik Problem

Based Learning Penerapan di LKS 1. Permasalahan sebagai

starting point

Kegiatan pada setiap LKS diawali dengan menyajikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan materi segiempat.

2. Mendukung kegiatan investigasi

LKS 1-6 memuat rubrik „Ayo Selidiki‟, „Aha, Sekarang Aku Tahu‟, dan „Ayo Berlatih‟ yang bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan konsep segiempat dan menggunakannnya dalam pemecahan masalah. 3. Kegiatan bersifat student

centered.

Kegiatan pada LKS berpusat pada penemuan konsep dan pemecahan masalah, yang terfasilitasi melalui rubrik „Ayo Selidiki‟, „Aha, Sekarang Aku Tahu‟, dan „Ayo Berlatih‟


(41)

4. Mendukung kolaborasi Perintah untuk melakukan diskusi atau bekerja kelompok dalam kegiatan-kegiatan di LKS.

5. Evaluasi dan review pengalaman siswa

LKS memberikan ruang kepada siswa untuk menuliskan kesimpulannya melalui rubrik „Aha, Sekarang Aku Tahu‟, dan mengevaluasi pemahamannya melalui rubrik „Ayo Berlatih‟. 3. Hasil Tahap Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan adalah tindak lanjut dari tahap perancangan. Rancangan yang telah disiapkan selanjutnya dikembangkan menjadi produk yang siap untuk dinilai dan diujicobakan. Berikut ini hasil dari tahap pengembangan.

a. Produk Awal Perangkat Pembelajaran 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP yang disusun pada tahap pengembangan terdiri dari 6 RPP, yatu masing-masing untuk sekali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 2JP, 1JP, 2JP, 2JP, 1JP, 2JP. RPP 1-RPP 6 masing-masing memuat materi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat. layang-layang, dan trapesium.

Pada tahap ini, peneliti menyusun RPP sesuai dengan apa yang sudah direncanakan pada tahap design. Masing-masing RPP disusun sesuai dengan standar proses. Kegiatan pembelajaran dalam setiap RPP mengikuti langkah-langkah problem based learning dan berorientasi pada kegiatan pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari uraian pada RPP sebagai berikut.


(42)

a) Dalam setiap kegiatan, siswa bekerja secara kelompok. Dalam RPP, hal ini tampak pada kegiatan pendahuluan “Siswa dijelaskan mengenai model pembelajaran problem based learning dan dibagi dalam kelompok diskusi

kecil, yaitu berpasangan dengan teman sebangku.” Kegiatan ini tampak di

kegiatan pendahuluan pada RPP 1 yaitu pada halaman 294.

b) Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, termuat pada kegiatan inti fase 1 “Siswa diminta untuk mencermati dan mendefinisikan permasalahan awal di LKS yang berkaitan dengan konsep segiempat”. Kegiatan ini dapat dilihat pada kegiatan inti untuk masing-masing RPP, yaitu pada halaman 294, 303, 314, 324, 335, dan 346.

c) Mengorganisasikan siswa untuk meneliti, termuat pada kegiatan inti fase 2

“siswa diarahkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan

pada LKS”. Kegiatan ini tampak pada kegiatan inti di setiap RPP, yaitu masing-masing pada halaman 294, 303, 314, 324, 335, dan 346.

d) Membantu investigasi mandiri dan kelompok, termuat pada kegiatan inti

fase 3 “Guru sebagai fasilitator membimbing siswa apabila siswa menemui

kesulitan dalam mengolah informasi atau data yang diperoleh”. Kegiatan ini tampak pada kegiatan inti di setiap RPP, yaitu masing-masing pada halaman 294, 303, 314, 325, 336, dan 347.

e) Menyajikan/ mempresentasikan produk, termuat pada kegiatan inti fase 4

“Beberapa siswa dipersilakan untuk mempresentasikan hasil diskusi

mereka. Kelompok lain menanggapi dengan memberikan komentar atau ”


(43)

yaitu masing-masing pada halaman 295-296, 304-305, 314-315, 325, 336-337, dan 347-348.

f) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah, termuat

pada kegiatan inti fase 5 “Guru memberikan penguatan tentang materi

segiempat yang dipelajari, yaitu berupa kesimpulan. Guru juga

mengevaluasi proses pemecahan masalah yang dilakukan siswa.” Kegiatan

ini tampak pada setiap kegiatan inti di RPP 1- RPP 6, yaitu masing-masing pada halaman 296, 306, 316, 326, 337, dan 348.

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Pada tahap ini peneliti menyusun LKS sesuai dengan apa yang direncanakan pada tahap design. Sama halnya dengan RPP, LKS yang disusun pada tahap pengembangan ini terdiri dari 6 LKS yang masing-masing memuat materi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Masing-masing LKS disesuaikan dengan karakteristik

problem based learning. Hal ini dapat dilihat dari bagian-bagian LKS sebagai berikut.

a) Permasalahan sebagai starting point. Kegiatan dalam LKS diawali dengan menyajikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan dunia nyata siswa. Masalah tersebut dibuat sedemikian sehingga dalam menyelesaikannya siswa membutuhkan suatu pengetahuan baru yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dalam hal ini konsep persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium. Untuk


(44)

permasalahan awal di LKS 1-LKS 6 secara lebih detail dapat dilihat rinciannya pada tabel 20 berikut.

Tabel 20. Rincian Penyajian Masalah Awal di LKS

LKS Materi Halaman

1 Masalah 1: Sifat-sifat Persegi Panjang 2 Masalah 2: Keliling Persegi Panjang 9 Masalah 3: Luas Persegi Panjang 10 2 Masalah 1: Sifat-sifat Persegi 15 Masalah 2: Keliling dan Luas Persegi 19 3 Masalah 1: Sifat, Keliling, dan Luas

Jajargenjang

24 4 Maslah 1: Sifat-sifat Belah Ketupat 31 Masalah 2: Keliling Belah Ketupat 35 Masalah 3: Luas Belah Ketupat 35 5 Masalah 1: Sifat-sifat Layang-layang 41

Masalah 2: Keliling dan Luas Layang-layang

44 6 Masalah 1: Sifat, Keliling, dan Luas

Layang-layang

51

b) Mendukung kegiatan investigasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kegiatan „Ayo Selidiki!‟ pada LKS serta tugas-tugas lain seperti menuliskan kesimpulan tentang materi yang dipelajari dan kegiatan pemecahan masalah. Kegiatan ini tampak pada LKS 1-LKS 6.

c) Kegiatan bersifat student centered. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan-kegiatan pada LKS yang menekankan pada penemuan konsep dan pemecahan masalah (terfasilitasi pada kegiatan „Ayo, Sediliki!‟, „Aha! Sekarang Aku Tahu‟ dan „Ayo Berlatih‟). LKS tidak disusun untuk memaparkan materi secara langsung bagi siswa.

d) Mendukung kolaborasi. Hal ini ditunjukkan dengan perintah diskusi atau bekerja secara berkelompok untuk setiap pelaksanaan kegiatan di LKS.


(45)

e) Evaluasi dan review pengalaman siswa dalam belajar. Hal ini terfasilitasi dengan adanya rubrik „Aha! Sekarang Aku Tahu‟ dimana rubrik tersebut disediakan untuk memberikan ruang kepada siswa untuk menuliskan kembali apa yang sudah mereka dapatkan selama proses belajar (menuliskan kesimpulan) dan rubrik „Ayo Berlatih‟ yang berfungsi untuk mengecek pemahaman siswa (mengevaluasi) terhadap materi yang sudah dipelajari melalui kegiatan pemecahan masalah.

b. Hasil Validasi Produk

Setelah produk awal pengembangan selesai dibuat, selanjutnya produk tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan saran/ masukan apakah produk siap untuk ke tahap selanjutnya, yaitu tahap validasi. Setelah mendapat persetujuan pembimbing, produk yang dikembangkan selanjutnya divalidasi.

Tujuan dilakukannya validasi produk pengembangan adalah untuk memperoleh penilaian dan masukan dari ahli. Penilaian tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk mengetahui kualitas produk dan mengetahui apakah produk tersebut layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Berikut ini akan ditampilkan hasil validasi RPP dan LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini.

1) Hasil Validasi RPP

Hasil validasi RPP berupa data penilaian RPP oleh ahli, yang ditunjukkan pada tabel 21 berikut ini.


(46)

Tabel 21. Hasil Validasi RPP

Aspek Penilaian Jumlah Skor Tiap Aspek

Rata-rata Perolehan

Skor

Kriteria

Identitas 18 4.50 Sangat Baik

Rumusan Indikator/Tujuan

Pembelajaran

22 4.40 Sangat Baik Pemilihan Materi 13 4.33 Sangat Baik

Pemilihan Pendekatan/ Model

Pembelajaran

20 4.00 Baik

Kegiatan Pembelajaran dengan

Pendekatan Problem Based Learning

65 4.33 Sangat Baik

Pemilihan Sumber

Belajar 22 4.40 Sangat Baik

Penilaian Hasil

Belajar 24 4.80 Sangat Baik

Jumlah 184 4.38 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 21 di atas diperoleh kesimpulan bahwa RPP layak berdasarkan aspek kevalidan denga rata-rata perolehan skor 4.38 dan memiliki kriteria kualitas kevalidan sangat baik. Selain memberikan skor penilaian, validator juga memberikan beberapa saran untuk perbaikan pengembangan RPP, yaitu sebagai berikut.

a) Penulisan indikator dan tujuan pembelajaran perlu diperbaiki

b) Definisi dari bangun-bangun segiempat ditulis dengan bahasa yang sederhana

c) Sebaiknya, pada kunci jawaban mencantumkan alternatif cara pemecahan masalah (tidak hanya satu cara saja)


(47)

2) Hasil Validasi LKS

Validasi LKS dilakukan oleh seorang dosen ahli, yaitu dosen matematika UNY. Berikut ini tabel hasil validasi LKS oleh ahli.

Tabel 22. Hasil Validasi LKS

Aspek Penilaian Jumlah Skor Tiap Aspek Rata-rata Perolehan Skor Kriteria

Kualitas Materi LKS 49 4.45 Sangat Baik Kesesuaian dengan

Syarat Didaktik 20 4 Baik

Kesesuaian dengan

Syarat Konstruksi 26 4.33 Sangat Baik Kesesuaian dengan

Syarat Teknis 54 4.5 Sangat Baik Kesesuaian dengan

Karakteristik Problem Based Learning

37 4.11 Baik

Kesesuaian dengan Kemampuan Pemecahan Masalah

4 4 Baik

Jumlah 190 4.32 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 22 di atas diperoleh kesimpulan bahwa LKS layak berdasarkan aspek kevalidan denga rata-rata perolehan skor 4.32 dan memiliki kriteria kualitas kevalidan sangat baik. Berikut ini beberapa saran yang diberikan oleh ahli guna perbaikan pengembangan LKS.

a) Gambar dadu dan rubik pada LKS 2 sebaiknya dihilangkan atau diganti karena gambar tersebut lebih tepat untuk merepresentasikan kubus daripada persegi.


(48)

c) Soal latihan pada materi jajargenjang perlu diperbaiki atau diganti d) Soal latihan pada materi trapesium perlu diperbaiki/diganti

e) Perlu memperhatikan penggunaan istilah yang lazim dalam matematika dan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Revisi Perangkat Pembelajaran

Pada tahap validasi perangkat pembelajaran, validator memberikan beberapa saran perbaikan perangkat pembelajaran. Setelah menerima saran tersebut, peneliti melakukan revisi pada beberapa bagian RPP dan LKS sesuai dengan saran tersebut. Berikut ini adalah hasil revisi RPP dan LKS.

1) Revisi RPP

Berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan validator, dilakukan beberapa perbaikan pada RPP sebagai berikut.

a. Indikator pencapaian kompetensi dijabarkan sedemikian sehingga memuat satu kemampuan yang diukur. Perbaikan ini dilakukan pada keenam RPP. Berikut ini ditampilkan salah satu RPP sebelum dan sesudah diperbaiki.


(49)

b. Penulisan indikator dan tujuan pembelajaran lebih diperjelas, tidak ditulis sama persis karena indikator dan tujuan pembelajaran adalah dua hal yang berbeda. Berikut ini ditampilkan salah satu contoh perbaikan RPP.

Gambar 2 . Tampilan indikator pada RPP setelah revisi


(50)

c. Pada uraian materi persegi panjang dilakukan perbaikan sebagai berikut. Gambar 4 . Tampilan tujuan pembelajaran pada RPP setelah revisi

Gambar 5 . Tampilan materi pada RPP sebelum revisi


(51)

e. Pada rubrik penyekoran ditambahkan alternatif jawaban.

Gambar 7. Tampilan penulisan lambang sebelum revisi

Gambar 8 . Tampilan penulisan lambang setelah revisi


(52)

2) Revisi LKS

Berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan validator, dilakukan beberapa perbaikan pada LKS sebagai berikut.

a. Gambar dadu dan rubik pada LKS 2 (materi persegi) dihapus dan diganti gambar kertas origami dan keramik.

Gambar 10 . Tampilan kunci jawaban setelah revisi


(53)

b. Warna kolom pada rubrik-rubrik di LKS dibedakan untuk memperjelas. Salah satu bagian yang diperbaiki yaitu warna kolom soal dan jawaban dibedakan sebagai berikut.

Gambar 12. Tampilan contoh persegi setelah revisi

Gambar 13. Tampilan kolom soal


(54)

d. Soal latihan pada materi trapesium diperbaiki sebagai berikut.

Gambar 15 . Tampilan soal latihan jajargenjang sebelum revisi

Gambar 16 . Tampilan soal latihan jajargenjang setelah revisi

Gambar 17. Tampilan soal latihan trapesium sebelum revisi


(55)

4. Hasil Tahap Implementation (Implementasi)

Setelah tahap pengembangan perangkat pembelajaran, tahap selanjutnya adalah tahap implementasi perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Implementasi dilakukan di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta yang terdiri dari 34 siswa. RPP hanya diketahui dan digunakan oleh peneliti dan guru, sedangkan LKS digunakan secara langsung oleh siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Implementasi LKS dalam kegiatan pembelajaran matematika di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta dilaksanakan dari tanggal 28 April-19 Mei 2016, yaitu sebanyak enam pertemuan, diantaranya digunakan untuk pretest, kegiatan pembelajaran, dan posttest. Implementasi hanya dilakukan pada sebagian LKS saja karena keterbatasan waktu. Gambaran umum pelaksanaan implementasi perangkat pembelajaran ditampilkan dalam tabel 23 berikut ini.

Tabel 23. Gambaran Umum Pelaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran

Pertemuan ke- Hari, Tanggal Kegiatan

1 Kamis, 28 April 2016 Pretest

2 Senin, 2 Mei 2016 LKS 3: Jajargenjang 3 Selasa, 3 Mei 2016 LKS 4: Belah Ketupat 4 Senin, 16 Mei 2016 LKS 5: Layang-layang 5 Selasa, 17 Mei 2016 LKS 6: Trapesium 6 Kamis, 19 Mei 2016 Posttest

Pada saat implementasi berlangsung, peneliti didampingi dua observer yang bertugas untuk mengamati, menilai, dan mencatat hal-hal penting yang


(56)

28 April 2016 sebanyak 34 siswa kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta mengikuti kegiatan pretest. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam pemecahan masalah terkait dengan materi segiempat. Soal pretest terdiri dari 4 soal uraian yang harus diselesaikan dalam waktu 60 menit. Dengan memperhatikan tahap-tahap pemecahan masalah. Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk pelajaran matematika di SMP N 16 Yogyakarta adalah 75. Soal pretest dapat dilihat pada lampiran A13. Hasil pretest dapat dilihat pada tabel 24 berikut ini.

Tabel 24. Hasil Pretest Siswa

Siswa Jumlah Persentase (%) Kriteria Siswa yang tuntas 8 23.53

Kurang Siswa yang tidak tuntas 26 76.47

Dari tabel 24, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa adalah 23.53% dan masuk kriteria kurang. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah, terutama yang berkaitan dengan materi segiempat. Setelah siswa selesai mengerjakan

pretest, peneliti memberikan pengantar tentang kegiatan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Peneliti meminta siswa untuk selalu membawa penggaris dan busur, serta meminta siswa untuk mempersiapkan diri dengan belajar materi jajargenjang.

Pada pertemuan kedua, yaitu pada hari Senin tanggal 2 Mei 2016 siswa sudah mulai mengikuti proses pembelajaran dengan LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning yang dikembangkan peneliti .


(57)

Selanjutnya, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di LKS. Guru berperan mengarahkan dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran. Setelah menyelesaikan kegiatan di LKS, siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan teman-temannya. Pada pertemuan kedua ini, terdapat beberapa kendala yang ditemui saat proses pembelajaran, yaitu:

a. Beberapa siswa lupa membawa penggaris dan busur derajat b. Beberapa siswa masih kesulitan dalam merumuskan masalah

c. Beberapa siswa belum terbiasa menyelesaikan masalah dengan mengikuti tahap-tahap pemecahan masalah (ada siswa yang tidak menuliskan langkah-langkah pemecahan masalah)

d. Siswa masih malu-malu untuk mempresentasikan hasil diskusinya

Untuk mengatasi kendala tersebut, peneliti meminta siswa yang memiliki penggaris dan busur lebih dari satu (dalam satu kelompok) untuk meminjamkan pada teman/kelompok yang tidak membawa. Peneliti bersama-sama dengan observer membimbing siswa yang yang masih menemui kesulitan dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan di LKS. Pada tahap kegiatan mempresentasikan hasil diskusi, peneliti menunjuk 2 kelompok siswa untuk presentasi. Hal ini dikarenakan siswa masih belum percaya diri untuk menampilkan hasil karyanya.

Pada pertemuan ketiga, yaitu hari Selasa tanggal 3 Mei 2016 siswa belajar materi belah ketupat dengan LKS 4. Pada pertemuan ketiga ini masih


(58)

dalam memahami masalah di LKS dan kesulitan dalam menurunkan rumus luas belah ketupat dari rumus luas segitiga. Selain itu ada beberapa siswa yang ramai sendiri membahas topik di luar materi pelajaran. Peneliti dan observer berusaha membimbing siswa yang kesulitan dan menegur siswa yang ramai sendiri. Keterbatasan waktu implementasi, yaitu hanya 40 menit, ditambah dengan beberapa kendala di atas, akhirnya tidak semua siswa selesai mengerjakan kegiatan di LKS. Peneliti menunjuk 1 kelompok siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya, namun kegiatan presentasi juga kurang maksimal karena waktu pelajaran sudah habis.

Pada pertemuan keempat, yaitu hari Senin tanggal 16 Mei 2016, siswa dalam kelompok diskusinya mempelajari materi layang-layang sesuai dengan petunjuk LKS. Pada pertemuan keempat ini, siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang peneliti, yaitu dengan menggunakan LKS problem based learning. Ketika siswa menemui kesulitan, siswa mengangkat tangan dan bertanya kepada peneliti yang juga bertindak sebagai guru. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya tanpa ditunjuk. Implementasi pada pertemuan keempat ini cukup lancar daripada pertemuan sebelumnya. Namun, masih ada pula beberapa siswa yang kurang tepat dalam menjawab pertanyaan/menyelesaikan permasalahan di LKS.

Pada pertemuan kelima, yaitu hari Selasa tanggal 17 Mei 2016, siswa dalam kelompok berdiskusi tentang materi trapesium. Pertemuan pada hari ini berlangsung 40 menit. Pada pertemuan kelima siswa mempelajari LKS 6,


(59)

pertemuan ketiga, maka peneliti membagi tugas pengerjaan LKS. Sebagian kelompok siswa mempelajari pengertian dan sifat-sifat trapesium (Kegiatan 6.1), sebagian lagi mempelajari keliling dan luas trapesium (kegiatan 6.2). Pada kegiatan presentasi, 1 kelompok menyajikan materi sifat-sifat trapesium, sedangkan 1 kelompok menyajikan materi keliling dan luas trapezium.

Setelah kegiatan implementasi RPP dan LKS dalam pembelajaran matematika di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta selesai, peneliti selanjutnya mengadakan tes tertulis (posttest) untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan diimplementasikan. Posttest

dilakukan pada pertemuan keenam, yaitu pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2016 di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta. Posttest diikuti oleh 34 siswa.

Posttest berlangsung selama 60 menit. Soal posttest terdiri dari 4 soal berupa uraian yang harus dikerjakan dengan menuliskan tahap-tahap pemecahan masalah. Soal posttest dapat dilihat pada lampiran A16. Tabel 25 berikut ini menampilkan hasil posttest siswa kelas VII B.

Tabel 25. Hasil Posttest Siswa

Siswa Jumlah Persentase (%) Kriteria Siswa yang tuntas 25 73.53

Baik Siswa yang tidak tuntas 9 26.47

Dari tabel 15, dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar klasikal siswa adalah 73.53% dan mencapai kriteria baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dari sebelumnya, yaitu hanya mencapai ketuntasan klasikal sebesar 23.53% dan masuk kriteria kurang. Dengan


(60)

masalah siswa meningkat antara sebelum (pretest) dan sesudah menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan (posttest). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa secara lebih rinci dapat dilihat pada hasil analisis pretest dan posttest yang disajikan pada tabel 26 berikut ini.

Tabel 26. Hasil Analisis Pretest-Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

No. Aspek Pretest Posttest

1. Jumlah siswa yang mengikuti 34 34

2. Nilai tertinggi 80 97.5

3. Nilai terendah 32.5 37.5

4. Rata-rata nilai 60.44 78.53

5. Persentase pencapaian tiap aspek kemampuan pemecahan masah

a. Memahami masalah 93.38% 98.90% b. Merencanakan penyelesaian 66.91% 83.46% c. Menyelesaikan masalah 47.79% 71.62% d. Melakukan pengecekan

kembali 44.85% 62.50%

6. Rata-rata persentase kemampuan

pemecahan masalah 63.23% 79.12%

7. Persentase ketuntasan belajar 23.53% 73.53% 8. Kriteria ketuntasan belajar Kurang Baik

Dari tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah dari hasil pretest dan posttest siswa. Kemampuan memahami masalah mengalami peningkatan, yaitu dari pencapaian semula 93.38% menjadi 98.90%. Kemampuan merencanakan penyelesaian meningkat sebesar 16.55%, yaitu dari pencapaian semula 66.91% menjadi 83.46%. Tahap merencanakan ini sering diabaikan oleh siswa. Siswa tidak menuliskan secara runtut langkah atau cara yang ditempuh untuk


(61)

jawabannya saja. Selanjutnya, kemampuan ketiga yang dinilai adalah kemampuan menyelesaikan masalah. Kemampuan menyelesaikan masalah mengalami peningkatan sebesar 23.83%, yaitu dari pencapaian semula 47.79% menjadi 71.62%. Demikian halnya dengan tahap pengecekan kembali mengalami peningkatan dari 44.85% menjadi 62.50%. Melihat hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Setelah implementasi perangkat pembelajaran selesai dilakukan, siswa diminta untuk mengisi angket respon siswa. Angket ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa sebagai pengguna LKS. Hasil dari angket ini nantinya akan digunakan untuk menentukan kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Selain dengan angket respon siswa, kepraktisan perangkat pembelajaran juga dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran yang dicatat pada lembar observasi oleh observer. Hasil analisis angket respon siswa dan lembar observasi secara umum dijelaskan sebagai berikut.

a. Angket Respon Siswa

Perolehan dan hasil analisis data angket respon siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C4. Hasil analisis secara umum dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini.


(62)

Tabel 27. Hasil Analisis Angket Respon Siswa No. Aspek penilaian Rata-rata

Perolehan Skor Kriteria

1. Motivasi 4.12 Baik

2. Keingintahuan 3.88 Baik

3. Pemahaman Materi 3.91 Baik

4. Kemenarikan 3.76 Baik

5. Kemudahan 3.72 Baik

6. Keterlibatan siswa 3.75 Baik

Rata-rata keseluruhan 3.83 Baik

b. Lembar Observasi Pembelajaran

Pada saat kegiatan implementasi, peneliti didampingi oleh observer yang bertugas menilai keterlaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS materi segiempat dengan pendekatan problem based learning. Kegiatan implementasi dilakukan sebanyak enam pertemuan yang meliputi kegiatan pretest, pembelajaran segiempat dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan, dan kegiatan

posttest. Observer menilai dan mencatat hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran.

Berikut ini hasil secara umum kegiatan pembelajaran yang diamati oleh observer yang berlangsung dalam empat pertemuan (kegiatan pretest dan

posttest tidak dihitung). Hasil observasi secara lengkap dapat dilihat pada lampiran C3.

Tabel 28. Hasil Observasi Pembelajaran Pertemuan

ke-

Persentase Keterlaksanaan

Pembelajaran Kriteria

1 95% Sangat Baik

2 90% Sangat Baik


(63)

Berdasarkan tabel 28 dapat diketahui bahwa secara umum kegiatan pembelajaran dengan perangkat pembelajaran materi segiempat dengan pendekatan problem based learning berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Melihat hasil angket respon siswa yang menunjukkan kriteria baik dan hasil lembar observasi pembelajaran yang menunjukkan kriteria sangat baik, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis.

5. Hasil Tahap Evaluation (Evaluasi)

Kegiatan evaluasi dilakukan di setiap tahapan pengembangan perangkat pembelajaran. Pada tahap awal pengembangan, dosen pembimbing mengevaluasi perangkat pembelajaran dengan memberikan komentar dan saran perbaikan. Dosen memberikan saran agar pada RPP ditulis secara jelas fase-fase problem based learning, sedangkan pada LKS perlu dimunculkan karakteristik problem based learning pada setiap aktivitas di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar terlihat ciri khas problem based learning sebagai pendekatan yang dipilih, sehingga RPP dan LKS yang dikembangkan berbeda dengan RPP dan LKS dengan pendekatan lain yang sudah ada. Selanjutnya peneliti melakukan revisi sesuai dengan saran yang diberikan dosen pembimbing. Setelah itu diperoleh produk awal pengembangan yang sudah diperbaiki sesuai saran dosen pembimbing.

Pada tahap selanjutnya, produk awal yang dihasilkan dievaluasi oleh validator. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menilai apakah perangkat


(64)

pembelajaran di sekolah. Alat evaluasi tersebut berupa lembar penilaian RPP dan LKS yang memuat beberapa aspek penilaian, serta saran perbaikan yang disampaikan secara lisan dan tulisan oleh validator. Dari tahap ini diperoleh kesimpulan bahwa RPP dan LKS valid dan layak untuk diimplementasikan. Namun, meskipun sudah dinyatakan valid, ada beberapa bagian dalam RPP dan LKS yang masih perlu disempurnakan. Komentar dan saran yang diberikan validator pada lembar penilaian RPP diantaranya adalah: penulisan tujuan dan indikator masih perlu diperbaiki, definisi bangun-bangun segiempat sebaiknya menggunakan bahasa yang sederhana, pada kunci jawaban sebaiknya disertakan alternatif jawaban, penulisan lambang sudut dan besar sudut pada soal perlu diperbaiki. Selain memberikan komentar dan saran untuk perbaikan RPP, validator juga memberikan komentar dan saran untuk perbaikan LKS. Beberapa saran yang diberikan validator untuk LKS yang dikembangkan adalah agar gambar mainan rubik dan dadu pada contoh persegi dalam kehidupan sehari-hari dihapus dan diganti dengan contoh lain, warna kolom-kolom pada rubrik-rubrik di LKS sebaiknya dibedakan, dan agar peneliti lebih memperhatikan kelaziman istilah yang digunakan.

Setelah dinyatakan layak oleh validator, selanjutnya perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah. Implementasi dilaksanakan di kelas VII B SMP N 16 Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang. Selama proses implementasi, peneliti ditemani oleh observer yang bertugas untuk mengevaluasi


(1)

Selanjutnya, selidiki sifat trapesium KLMN berikut!

K L

M N

iii)  Ukurlah panjang sisi-sisinya.

KL = …. MN = ….

LM = …. KN = ….

Apa yang dapat kalian simpulkan? Jawab:

 Ukurlah panjang diagonal-diagonalnya.

LN =…. KM = ….

Apa yang dapat kalian simpulkan? Jawab:

 Ukurlah besar sudut-sudutnya. K

 ... M ... L

 ... N ...

Apa yang dapat kalian simpulkan?

Jawab: kedua sudut alas trapesium sama besar

 Trapesium yang memiliki sifat seperti trapesium KLMN disebut trapesium siku-siku.


(2)

61

a b t a b t

Gambar 6.5 Dua trapesium yang kongruen

a b t

b a

Gambar 6.6 Gabungan dua trapesium yang kongruen

a

b c

d Jika diberikan trapesium sebagai berikut, dengan a, b,

c, d adalah panjang sisi-sisinya, maka: Keliling trapesium =

Gambar 6.4 Trapesium sembarang Kegiatan 6.2: Keliling dan Luas Trapesium

Keliling trapesium adalah jumlah panjang semua sisi-sisinya.

Ikuti kegiatan berikut bersama teman sebangkumu dan lengkapilah bagian yang rumpang (isilah titik-titiknya)!

Luas trapesium dapat kita cari dari rumus luas jajargenjang. 1. Perhatikan gambar dua trapesium yang kongruen di bawah ini.

2. Trapesium yang kedua diputar 180, kemudian sisi yang bersesuaian didekatkan sedemikian sehingga terbentuk bangun jajargenjang seperti gambar berikut.

t Kegiatan 6.2.1: Keliling Trapesium


(3)

3. Dengan mengingat rumus luas jajargenjang, lengkapilah titik-titik berikut. Perhatikan kembali gambar pada nomor 2, dari gambar tersebut diperoleh: Luas trapesium 1

2  

1 2

 x x (.... ....) ....

2 1

  

Jadi, luas trapesium dapat ditentukan dengan rumus:

Nah, setelah kalian memahami konsep trapesium, baik sifat-sifat maupun keliling dan luasnya, sekarang kalian dapat menerapkan konsep tersebut untuk membantu kalian dalam menyelesaikan masalah yang diberikan pada awal LKS.


(4)

63

MARI BERLATIH

Selesaikan masalah-masalah berikut ini dengan menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya pada kolom yang disediakan! Jangan lupa untuk mengecek kembali langkah-langkah penyelesaian sebelum kamu menyimpulkan jawaban!

1. Suatu bangun berbentuk trapesium sama kaki dengan panjang sisi-sisi sejajarnya masing-masing 15 cm dan 25 cm. Jarak kedua sisi sejajar tersebut 12 cm. Tentukan keliling trapesium yang dimaksud!

Penyelesaian:

2.

Gambar di samping adalah sebuah tas, yang sisi-sisinya berbentuk trapesium. Jika luas salah satu sisi tas, yaitu sisi PQRS, adalah 396 cm2, sedangkan panjang SR = 24 cm dan PQ = 20 cm. Tentukan tinggi tas.

P Q

R S


(5)

Penyelesaian:

3.

Penyelesaian:

A B

C D

5 m 4,5 m

4 m 0,8 m

1 m Gambar di samping menunjukkan dinding

suatu bangunan yang berbentuk trapesium. Pada bagian dinding tersebut terdapat jendela dengan ukuran seperti pada gambar. Jika tiap 1 m2 dinding membutuhkan 75 batu bata, berapa banyak batu bata minimal yang harus disediakan untuk membangun dinding seluas itu?


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. (2008). Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk Kelas VII SMP dan MTs I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Himmawati P.L., M.Si. (2009). Handout Plane Geometry. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta.

M. Cholik Adinawan. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

M. Cholik Adinawan dan Sugijono. (2004). Matematika untuk SMP Kelas VII Semester 2 Jilid 1B. Jakarta: Erlangga.

Tatag Yuli Eko Siswono dan Netti Lastiningsih. (2007). Matematika SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Esis


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN METODE IMPROVE DENGAN PENDEKATAN PMRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

2 14 285

KEEFEKTIFAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENILAIAN SERUPA PISA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII SMP MATERI SEGIEMPAT

1 13 331

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MEDIA POWER POINT KELAS VII SMP.

0 3 16

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VISUAL THINKING DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP.

0 2 46

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERORIENTASI PADA PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS XI MIA SMA YPK MEDAN.

0 2 47

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI LINGKARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK SISWA SMP KELAS VIII.

3 19 411

Pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis problem based learning (PBL) pada materi perbandingan dan skala untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP kelas VII.

1 24 519

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TRANSFORMASI UNTUK SISWA KELAS VII SMP.

0 0 52

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VIII

1 1 17

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Dengan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

0 0 8