Kondisi Kebun Ajong Gayasan Tahun 2003 – 2006

tembakau Kebun Ajong Gayasan dan tidak menyebabkan penurunan pendapatan. Dengan luas areal tanaman TBN di Kebun Ajong Gayasan sekitar 280 Ha setiap tahun , maka secara hipotetis akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar : 280 Ha X Rp 2.144.000 Ha = Rp. 591.920.000 , untuk setiap musim tanam.

6.3. Kondisi Kebun Ajong Gayasan Tahun 2003 – 2006

Penelitian dilaksanakan pada musim tanam tahun 2002 dan evaluasi dilakukan dalam tahun 2003. Untuk memastikan hasil pengamatan yang dilakukan pada tahun tersebut, sejak musim tanam tahun 2003 Kebun Ajong Gayasan telah menetapkan kebijakan produksi yaitu kegiatan petik daun TNG II pada tanaman TBN tidak dilakukan. Pertimbangan manajemen pada saat pengambilan keputusan adalah, upaya untuk menekan kerugian yang timbul akibat produksi Filler dari hasil petik daun TNG II apabila tetap dipanen. Disisi lain disadari bahwa harga jual tembakau Filler relatif rendah dan cenderung turun serta pasar tembakau Filler yang dirasakan semakin sempit. Berkaitan dengan hal tersebut, pada sub bab ini akan dilakukan analisis komparatif atas data sekunder Kebun Ajong Gayasan dalam kurun waktu tahun 1999 – 2006, meliputi aspek produksi tembakau, biaya produksi, penerimaan dan pendapatan , terhadap perbedaan perlakuan yang telah diterapkan di Kebun Ajong Gayasan , yaitu : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 1. Pada 1999 – 2002 : Dengan perlakuan standar baku panen, yaitu tetap melakukan petik daun TNG II. 2. Pada 2003 – 2006 : Tanpa perlakuan petik daun TNG II. Dengan asumsi bahwa sangat mungkin terjadi perbedaan harga jual tembakau, upah pekerja, perilaku pembeli ataupun kebijakan lain dalam kurun waktu tahun 2003 – 2006 dibanding tahun 1999 – 2002 . Tabel 20. Perbandingan Rerata Produksi Tembakau Periode Tahun 1999-2002 dengan 2003-2006 di Kebun Ajong Gayasan dalam kilo gram Uraian Rerata 1999-2002 Rerata 2003-2006 Perbedaan Produksi Hijau Jumlah 14.488 15.643 1.156 Rendemen Kering Rompos 10,8 10,3 Produksi Kering Rompos Jumlah Dekblad 1.161 967 -195 Jumlah Omblad 73 5 -68 Jumlah DO 1.235 972 -263 Jumlah Filler 329 643 315 Total 1.563 1.615 52 Potensi Filler dari Petik TNG II 223 -223 Hasil Filler dari KOS-KAK-TNG I 106 643 538 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Tabel 20 menunjukkan bahwa rerata produksi tembakau hijau meningkat 7,9 15.643 Kg terhadap 14.488 Kg dan rerata produksi kering rompos meningkat 3,3 1.615 Kg terhadap 1.563 Kg, namun rerata produksi DekbladOmblad justru menurun 21,2 dan rerata produksi Filler justru meningkat 95,7 . Meningkatnya produksi Filler ini diperoleh dari hasil panen daun KOS, KAK dan TNG I. Diduga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber peningkatan produksi hijau adalah disebabkan karena : 1 intensifikasi pemeliharaan tanaman, karena menyadari bahwa tanpa petik daun TNG II, secara total akan terjadi penurunan produksi. 2 menurunnya tingkat kematian tanaman tembakau per hektar 3 ukuran daun yang menjadi lebar. Namun dugaan terjadinya perubahan perilaku pembeli berdampak bahwa produksi Dekblad Omblad menurun dan produksi Filler meningkat, artinya sangat mungkin terjadi penolakan pembelian terhadap tembvakau yang dihasilkan dengan alasan kualitas tidak memenuhi persyaratan. Pada Tabel 21 berikut disajikan rekapitulasi biaya produksi, yang tetap memberikan gambaran bahwa biaya tanaman memberikan kontribusi beban biaya produksi yang terbesar, sekitar 59,3 rerata biaya produksi periode 2003 – 2006. Kenaikan rerata biaya produksi mencapai 40,6 , diduga kenaikan biaya produksi akibat penetapan kenaikan upah tenaga kerja dan kenaikan biaya bahan penunjang produksi pupuk dan obat-obatan, serta peralatan kerja lainnya. Biaya penyusutan terutama karena penggunaan jaring waring pelindung sebagai konsekuensi pola tembakaun bawah naungan TBN. Kenaikan biaya produksi berdampak kenaikan harga pokok produksi per kilogram tembakau sebesar 36,1 . Sepanjang harga jual tembakau juga mengalami kenaikan, diharapkan kenaikan harga pokok produksi tersebut tidak mengakibatkan menurunnya pendapatan kebun Ajong Gayasan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Tabel 21. Perbandingan Rerata Analisa Biaya Tembakau Periode Tahun 1999-2002 dengan 2003-2006 di Kebun Ajong Gayasan Uraian Satuan Rerata 1999-2002 Rerata 2003-2006 Perbe Daan Biaya Umum dan Tata Usaha Rp1.000 7.534 11.480 3.946 Biaya Tanaman Rp1.000 48.114 66.415 18.301 Biaya Pengeringan Rp1.000 8.043 9.505 1.462 Biaya Pemeraman Rp1.000 14.270 22.344 8.074 Penyusutan Rp1.000 1.753 2.294 541 Total Biaya Rp1.000 79.713 112.038 32.325 Harga Pokok Produksi RpKg 63.730 86.711 22.981 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Pada Tabel 22 disajikan rerata harga jual tembakau yang mengalami kenaikan sebesar 14,9 . Permasalahan yang timbul adalah apakah kenaikan harga jual tembakau dapat mengimbangi kenaikan harga pokok produksi tembakau agar Kebun Ajong Gayasan tidak mengalami kerugian ? Tabel 22. Perbandingan Rerata Harga Jual Tembakau Periode Tahun 1999-2002 dengan 2003-2006 di Kebun Ajong Gayasan, dalam ribu rupiah Uraian Rerata 1999-2002 Rerata 2003-2006 Perbedaan Rata-rata DO 181,1 271,2 90,1 Filler 12,4 9,3 -3,1 Rata-rata DOF 145,4 167,1 21,7 Sumber : Laporan Tahunan Ajong Gayasan Data diolah, 2006 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Pada Tabel 23 menunjukkan bahwa dengan perlakuan tanpa petik daun TNG II perbedaan penerimaan yang diperoleh Kebun Ajong Gayasan masih mengalami kenaikan sebesar 18,5 Tabel 23. Perbandingan Rerata Penerimaan Periode Tahun 1999- 2002 dengan 2003-2006 di Kebun Ajong Gayasan, dalam ribu rupiah Uraian Rerata 1999-2002 Rerata 2003-2006 Perbe daan Dekblad + Omblad 178.873 210.841 31.968 Filler 3.010 4.726 1.716 Total Penerimaan 181.883 215.567 33.684 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Rincian produksi, biaya produksi, penerimaan dan pendapatan Kebun Ajong Gayasan disajikan dalam Lampiran 10. Margin Revenue MR : Rp 33.684.000 Margin Cost MC : Rp 32.325.000 Margin Profit MP : Rp 1.359.000 Artinya, MR MC dengan demikian kebijakan Kebun Ajong Gayasan bahwa sejak tahun 2003 tidak melakukan petik daun TNG II, secara analisis tidak merugikan perusahaan. Tabel 24. Perbandingan Rerata Pendapatan Periode Tahun 1999- 2002 dengan periode tahun 2003-2006 di Kebun Ajong Gayasan dalam ribu rupiah Uraian satuan Rerata 1999-2002 Rerata 2003-2006 Perbe daan Penerimaan Revenue Rp1.000 181.883 215.567 33.684 Biaya Produksi Cost Rp1.000 79.713 112.038 32.325 Pendapatan Profit Rp1.000 102.170 103.529 1.359 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Tabel 24. menunjukkan perbedaan perlakuan dapat meningkatkan laba usaha sebesar Rp 1.359.000 Ha relative kecil, hanya 1,3 dengan rata-rata luas tanaman TBN di Kebun Ajong Gayasan sekitar r 280 Ha setiap tahun, maka secara matematis terdapat peluang peningkatan laba usaha sebesar : 280 Ha X Rp 1.359.000 Ha = Rp. 380.520.000 per tahun.

6.4. Pembahasan