produk tembakau mutu rendah, sehingga harga jual Filler sangat rendah dibanding dengan kedua produk yang lain.
d. Tembakau Bawah
Naungan, perkembangan
produksi cenderung meningkat dari 312,7 ton pada tahun 1990 menjadi
855,5 ton pada tahun 2000. Areal TBN dikendalikan sesuai dengan permintaan pasar, melalui Letter of Intent, sehingga
pasarnya relatif terjamin. Disisi lain tuntutan konsumen cerutu cenderung memilih cerutu kecil, berdampak kebutuhan Filler
berkurang.
3. Perantara GMBH Bremen, 1999 dalam laporannya “Situasi
Pemasaran Tembakau Indonesia dan Keadaan Pertembakauan Negara Pesaing”, menyimpulkan:
a. Permintaan pasar terhadap tembakau berkualitas baik masih sangat kuat, sedangkan untuk Filler, sepanjang kualitasnya baik
masih terdapat peluang pasar. PTPN 10 baru dapat memenuhi 60 dari peluang pasar untuk tembakau kualitas baik NW dan
LPW. b. Untuk meningkatkan daya saing tembakau Indonesia diperlukan
ketajaman dalam menangkap persyaratan apa saja yang dibutuhkan oleh pasar dan mengimplementasikannya dalam
proses produksi. c. Dari segi cost of goods sold, tembakau Indonesia masih dapat
berkompetisi dengan negara lain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
d. Peningkatan kualitas tembakau Indonesia perlu dilakukan secara intergral sejak dari sistem budidaya, manajemen
produksi dan pengolahan tembakau.
4. Sutjipto 1976, dari hasil penelitiannya yang berjudul : “Masalah
pemetikan dan Pengolahan hasil daun tembakau Vorstenland” antara lain menyatakan :
Untuk memeproleh daun yang serupa masak dan kualitasnya, maka petik daun tembakau harus dilakukan secara bertahap,
sehelai demi sehelai. Daun yang terlalu muda , setelah proses pengeringan akan
menghasilkan daun dengan kualitas yang tidak baik, cenderung mempunyai daya baker yang kurang dan rasa pahit.
Perbedaan waktu pemetikan antara pagi dan siang hari akan berpengaruh pada warna yang ditimbulkan.
5. Muzakir dan Soeripno 2000, dalam “ Pengelolaan Tembakau
Bawah Naungan TTN, menjelaskan bahwa produksi TBN setiap hektar mencapai 1.000 kg., dengan kualitas pembalut sebanyak
79 dan kualitas kunyah sebanyak 21 . Secara rinci dari pengamatan hasil petik terhadap mutu produk tembakau adalah
sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Tabel 2. Jumlah Produksi menurut Kelas Daun Tembakau TBN Kg Ha
Kelas Pembalut
Daun NW LPW
PW Gelap Jumlah
Kunyah Jumlah
KOS 120
75 30
225 25
250 KAK I
180 100
45 325
25 350
KAK II 60
60 60
180 60
240 TNG
60 60
100 160
Jumlah 300 235
135 120
790 210
1000 Sumber : Muzakir dan Soeripno 2000
6. Adi Santoso 1999, dari penelitiannya berjudul “Analisis daya saing