Perkembangan Kebun Ajong Gayasan 1999 – 2002

VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1. Perkembangan Kebun Ajong Gayasan 1999 – 2002

6.1.1. Produksi Tembakau Kebun Ajong Gayasan

Produksi tembakau yang dihasilkan oleh Kebun Ajong Gayasan meliputi produksi daun hijau berdasarkan klasifikasi petik daun dan produksi kering rompos yang diklasifikasikan ke produksi expor, secara garis besar adalah Dekblad dan Omblad meliputi : NW, LPW, PW , RFU, BND, serta Filler. Tabel 4. Produksi Daun Hijau , Hasil Petik Daun Tembakau, Kebun Ajong Gayasan , tahun 1999 – 2002 Tahun Persen Uraian Satu an 1999 2000 2001 2002 Rerata Reali sasi Poten si KOS Kg 2.985 2.567 2.610 2.882 2.761 19,1 14,8 KAK Kg 5.955 5.394 5.444 5.990 5.696 39,4 36,3 TNG I Kg 4.110 3.720 3.768 4.165 3.940 27,2 25,3 TNG II Kg 1.950 2.045 2.210 2.052 2.064 14,3 23,6 Jumlah Kg 14.999 13.726 14.032 15.089 14.462 100 100 Pertmbhn 0.00 -8.5 2.2 7.5 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Tabel 4. menunjukkan bahwa dari hasil panen tembakau hijau mempunyai pertumbuhan yang meningkat sejak tahun 1999 sampai tahun 2002, berturut-turut : – 8,5 , 2,2 dan 7,5 , secara operasional merupakan indikasi bahwa pengelolaan kebun tembakau relatif cukup baik. Realisasi presentase KOS – KAK – TNG I dan TNG II lebih baik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber dibandingkan presentase potensi yang dimiliki tanaman tembakau itu sendiri. Tabel 5. Produksi Tembakau Kering Rompos, Kebun Ajong Gayasan , Tahun 1999 – 2002 Tahun Persen Uraian Satu an 1999 2000 2001 2002 Rerata Reali sasi Po tensi Rendemen 10,8 10,9 10,8 10,7 10,8 10,8 10,0 Produksi NW Kg 352 302 342 327 331 21,2 21,5 LPW Kg 439 471 439 389 435 27,8 16,9 PW Kg 403 308 299 324 334 21,4 8,6 RFU Kg 68 66 105 29 67 4,3 3,0 ∑ Dekblad Kg 1.262 1.148 1.185 1.069 1.166 74,7 50,0 Pertmbhn 0,00 -9,07 3,27 -9,83 ∑ Omblad Kg 76 79 61 78 73 4,7 18,2 Pertumbuhan 0,00 4,54 -23,56 28,20 ∑ DO Kg 1.338 1.227 1.246 1.146 1.239 79,4 68,2 Pertumbuhan 0,00 -8,30 1,54 -7,98 ∑ Filler Kg 276 269 270 473 322 20,6 31,8 Pertumbuhan 0,00 -2,42 0,16 75,26 Total Kg 1.614 1.496 1.515 1.619 1.561 100 100 Pertumbuhan 0,00 -7,30 1,29 6,84 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Tabel 5. menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan produksi kering rompos, tidak sama dengan persentase pertumbuhan produksi daun hijau, hal ini memberikan pengertian bahwa penetapan kualitas produksi tembakau baru dapat dilakukan pada saat pekerjaan sortasi kering rompos. Pada produksi hijau belum dapat diklasifikasikan sesuai kualitas produk tembakau ekspor, yaitu Dekblad , Omblad dan Filler. Dalam penetapan kualitas tembakau di gudang pengeringan , hasil Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber y = 59,079x + 174,25 y = -55,606x + 1378,2 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 1999 2000 2001 2002 K g H a DO Filler Linear Filler Linear DO presentase tembakau kering rompos masih bersifat taksasi, karena masih akan diikuti dengan kegiatan selanjutnya di gudang pengolah, yaitu proses fermentasi. Walaupun demikian berdasarkan pengalaman di lapangan, taksasi terhadap penetapan presentase kualitas tembakau yang dilakukan di gudang pengering pada akhirnya memang mendekati kenyataan. Gambar 3. Trend Produksi Dekblad Omblad dan Filler Kebun Gambar 3. menunjukkan bahwa trend produksi Dekblad dan Omlad cenderung menurun, dengan nilai pengganda sebesar - 55,606 artinya bahwa produksi Dekblad dan Omblad pada tahun berikutnya akan menurun sebesar 55,606 KgHa. Sebaliknya produksi Filler cendenderung meningkat dengan nilai pengganda sebesar 59,709 yang berarti bahwa produksi Filler pada tahun berikutnya akan digandakan sebesar 59,709 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Penyusutan 2,2 Umum TU 9,5 Pengeringan 10,1 Pemeraman 17,9 Tanaman 60,4 KgHa. Dari gambaran trend produksi tembakau tersebut, sangat wajar apabila pihak kebun Ajong Gayasan melakukan evaluasi terhadap produksi tembakau yang dihasilkan terutama dalam upaya untuk meningkatkan daya saing di pasar tembakau internasional dengan berkonsentrasi untuk menghasilkan tembakau Dekblad dan Omblad

6.1.2. Biaya Produksi Tembakau Kebun Ajong Gayasan

Biaya untuk menghasilkan tembakau meliputi : 1 Biaya Umum dan Tata Usaha, 2 Biaya Tanaman, 3 Biaya Pengeringan, 4 Biaya Pemeraman dan Pengebalan, serta 5 Biaya Penyusutan. Dari kelima unsur biaya tersebut Biaya Tanaman memberikan kontribusi tertinggi, diikuti Biaya Pemeraman dan Pengebalan, Biaya Umum dan Tata Usaha, Biaya Pengeringan dan Biaya Penyusutan, sebagaimana tercantum pada Gambar 4 berikut : Gambar 4. Persentase Komponen Biaya Produksi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa persentase biaya tertinggi terdapat pada biaya tanaman sebesar 60,4 , mengingat demikian banyaknya kegiatan di Bagian Tanaman, sejak sewa lahan, pengolahan tanah, tanam, pemeliharaan sampai kegiatan panen petik daun tembakau, diikuti persentase biaya pemeraman sebesar 17,9 , biaya pengeringan sebesar 10,1 . Tabel 6. Rincian Biaya Produksi Per Hektar Dalam Ribu Rp Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 Rerata Biaya Umum dan Tata Usaha 4.869,8 7.805,7 8.690,5 8.768,3 7.534 Biaya Tanaman 37.061,9 44.385,6 50.065,2 60.942,3 48.114 Biaya Pengeringan 7.417,1 6.871,0 8.302,5 9.580,8 8.043 Biaya Pemeraman 8.744,3 13.417,6 15.821,5 19.095,4 14.270 Penyusutan 1.231,8 2.162,4 1.645,5 1.971,0 1.753 Total Biaya 59.324,9 74.642,3 84.525,2 100.357,8 79.713 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Hampir secara keseluruhan kegiatan produksi tanaman tembakau dilakukan secara manual, sebagian besar dari biaya tersebut merupakan upah pekerja. Rincian Biaya Tanaman yang tercantum dalam Tabel 6 , merupakan pengeluaran untuk kegiatan dengan pengeluaran terbesar di Bagian Tanaman, berturut-turut adalah : Biaya Pemeliharaan Tanaman, Biaya Pengolahan Tanah dan Biaya Lahan sewa serta Biaya Panen,. Sedangkan rincian Biaya Pemeraman yang mempunyai pengeluaran cukup besar adalah pada kegiatan Pengebalan dan Sortasi. Dari Biaya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber y = 13298x + 46467 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 1999 2000 2001 2002 Biaya Produksi Linear Biaya Produksi Pengeringan, komponen terbesar adalah pada biaya pemeliharaan bangsal gudang pengering. Secara terinci gambaran komposisi biaya produksi tembakau per hektar tercantum dalam Lampiran 8. Gambar 5. Trend Biaya Produksi Kebun Ajong Gayasan Gambar 5. menunjukkan bahwa trend biaya semakin meningkat dengan nilai pengganda sebesar 13.298, artinya biaya produksi di Kebun Ajong Gayasan pada tahun berikutnya akan digandakan sebesar Rp 13.298.000 Ha. Dengan asumsi harga jual tembakau relatif tetap, maka perlu tindakan “penyelamatan” terhadap kegiatan pengelolaan tanaman tembakau di Kebun Ajong Gayasan, agar tidak mengalami kerugian.. Pengeluaran biaya dihitung berdasarkan luasan areal, sedangkan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pada berat Kg hasil produksi tembakau. Untuk mendapatkan gambaran biaya produksi per Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber kilogram tembakau APC = average production cost, diperoleh dari perhitungan hipotetis : TC Q Total cost dibagi Quantity, artinya Total Biaya Produksi yang dikeluarkan dibagi dengan total berat tembakau yang dihasilkan. Pada Tabel 7 menunjukkan gambaran harga pokok produksi tembakau selama 4 tahun, sebagai berikut : Tabel 7. Rerata Harga Pokok Produksi Tembakau Dalam RpKg Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 Rerata Harga Pokok Produksi 45.949 62.362 69.720 77.482 63.730 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Sistem perhitungan harga pokok produksi tersebut, memang tidak sejalan dengan harga jual tembakau berdasarkan kualitasnya. Dalam sub bab berikutnya akan dibahas gambaran harga jual tembakau berdasarkan kualitas Dekblad, Omblad dan Filler, apabila diamati harga jual Dekblad dan Omblad memiliki disparitas harga jual yang demikian tinggi terhadap harga jual Filler. Hubungannya dengan trend produksi, adalah bahwa trend produksi Dekblad dan Omblad cenderung turun, sebaliknya trend produksi Filler cenderung naik, timbul kekhawatiran Kebun Ajong Gayasan akan menderita kerugian apabila tidak dilakukan upaya untuk menekan laju menurunnya produksi Dekblad dan Omblad atau upaya menurunkan laju produksi Filler. Dengan memperhatikan sifat agronomis tanaman Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber tembakau, bahwa masing-masing daun tembakau yang dipetik secara potensial akan menghasilkan kualitas tembakau tertentu, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah rekayasa kegiatan panen tembakau. Secara potensial daun tembakau pada posisi KOS – KAK – TNG I akan menghasilkan tembakau Dekblad – Omblad dan Filler, sedangkan daun tembakau yang berasal dari posisi daun TNG II keseluruhannya akan menghasilkan Filler. Potensi Filler yang diperoleh dari petik daun TNG II berkisar 31,8 terhadap total produksi tembakau, walaupun angka rerata tembakau Filler Kebun Ajong Gayasan tahun 1999 – 2002 hanya mencapai 20,6 Tabel 5.

6.1.3. Harga Jual Tembakau Kebun Ajong Gayasan

Perkembangan harga jual tembakau tahun 1999 – 2002 disajikan pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Harga Jual berdasar Kuallitas Tembakau Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 Rerata NW 246,0 226,1 273,5 265,9 252,9 LPW 187,9 182,5 218,2 207,1 198,9 PW 134,8 91,8 125,3 118,8 117,7 RFU 79,9 78,8 96,2 117,6 93,1 BND 96,8 83,9 118,1 130,9 107,4 Rata-rata DO 176,5 158,5 196,0 191,5 181,1 Filler 18,8 9,2 13,9 7,7 12,4 Rata-rata DOF 149,6 131,6 163,6 137,8 145,4 Sumber : Laporan Kebun Ajong Gayasan Catatan : 1 = Rp 1.000 Kg Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber y = 8,2385x + 160,05 y = -2,8814x + 19,603 50 100 150 200 250 1999 2000 2001 2002 1 = R p . 1 .0 DO Filler Linear DO Linear Filler Tabel 8. menunjukkan disparitas harga tembakau ditinjau dari kualitas tembakau yang dihasilkan. Pada tahun 1999 perbedaan harga antara NW terhadap Filler mencapai Rp 227.180 Kg , menjadi Rp 258.240 Kg pada tahun 2002, pertumbuhan disparitas harga sebesar 13,7 dalam kurun waktu 4 tahun dan atau 3,4 pertahun. Tabel 8. juga menunjukkan perbedaan harga jual tembakau DekbladOmblad dan Filler mencapai Rp 168.700 Kg. Rerata harga jual Dekblad Omblad Rp 181.100 Kg, sedangkan rerata harga jual Filler hanya mencapai Rp 12.400 Kg. Apabila dihubungkan dengan harga pokok tembakau sebesar = Rp 63.730 Kg Tabel 7, berarti setiap kilogram tembakau Filler yang dijual akan menimbulkan kerugian sebesar Rp 51.330. Dengan kata lain semakin tinggi produksi tembakau Filler dan dijual lepada pembeli, resiko terjadinya kerugiaan bagi Kebun Ajong Gayasan menjadi semakin besar. Gambar 6. Harga Tembakau DO dan Filler Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Gambar 6. menunjukkan bahwa trend harga tembakau Dekblad dan Omblad semakin meningkat dengan nilai pengganda sebesar 8.239, artinya harga tembakau Dekblad dan Omblad di Kebun Ajong Gayasan pada tahun berikutnya akan digandakan sebesar Rp 8.239 Kg. Sebaliknya trend harga tembakau Filller semakin menurun dengan nilaii pengganda sebesar – 2.881 atau penurunan harga adalah sebesar Rp 2.881 Kg tembakau Filler pada tahun berikutnya.

6.1.4. Pendapatan dan Penjualan Tembakau Kebun Ajong Gayasan

Penjualan tembakau produksi Kebun Ajong Gayasan sangat dipengaruhi oleh situasi pasar tembakau dunia. Hubungan Kebun Ajong Gayasan dengan pembeli tembakau cukup baik. Satu tahun sebelum musim tanam tembakau, pembeli tembakau akan menyampaikan “Letter of Intent” LoI, intinya merupakan surat kesepahaman antara kedua belah pihak tentang rencana pembelian dan penyediaan tembakau pada tahun berikutnya. Kesepahaman yang menyebutkan kebutuhan pembeli atas tembakau yang akan dipersiapkan oleh Kebun Ajong Gayasan, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas tembakau yang dikehendaki. Pada saat tembakau mulai ditanam, dipelihara di kebun, panen, prose pengeringan sampai proses fermentasi, akan selalu dipantau oleh perwakilan pembeli. Setelah produk tembakau siap untuk dijual, pembeli akan melihat contoh tembakau dari tahun tanam yang bersangkutan.. Apabila dari contoh yang disajikan memenuhi persyaratan kualitas seperti Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber yang diisyaratkan dalam LoI, , maka pembeli akan menetapkan untuk membeli tembakau, namun apabila tidak cocok maka pembeli akan melakukan negosiasi dengan Kebun Ajong Gayasan guna mengambil langkah selanjutnya, menurunkan jumlah pembeliannya untuk tembakau kualitas tertentu ataukah menetapkan harga baru disesuiakan dengan kualitas tembakau yang ada. Harga tembakau relatif stabil, kenaikan umumnya terjadi setiap 2 tahun sekali pada kisaran 2 – 5 , tergantung situasi pasar tembakau cerutu dunia, sesuatu hal yang sulit di prediksi. Sebagai unit usaha dari BUMN PTPN 10, salah satu tujuan Kebun Ajong Gayasan adalah mendapatkan pendapatan yang sebanyak- banyaknya, yaitu selisih antara penerimaan dan biaya. Penerimaan diperoleh dari hasil penjualan tembakau siap ekpor berdasarkan kualitas yang “disepakati” dengan pembeli, mengacu pada LoI. Realiasi perkembangan penerimaan Kebun Ajong Gayasan tahun 1999 – 2002, terdapat pada tabel berikut : Tabel 9. Total Penerimaan Kebun Ajong Gayasan Tahun 1999 – 2002 Dalam Ribu Rupiah Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 rerata NW 69.247 54.675 74.946 69.572 67.110 LPW 65.975 68.810 76.728 64.371 68.971 PW 43.514 22.625 29.921 30.771 31.708 RFU 4.333 4.152 8.047 2.741 4.818 BND 5.877 5.320 5.726 8.140 6.266 Dekblad + Omblad 188.946 155.583 195.368 175.595 178.873 Filler 4.161 1.978 3.001 2.899 3.010 Total Penerimaan 193.106 157.561 198.368 178.495 181.883 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Tabel 9. menunjukkan bahwa rerata penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan tembakau Dekblad Omblad sebesar 98 dari total penerimaan senilai Rp 178.870.000 Ha Hasil penjualan tembakau Filler hanya menempati 2 dari total penerimaan senilai Rp. 3.010.000 Ha. Indikasi bahwa penerimaan dari tembakau Filler sangat kecil.

6.1.5. Pendapatan Kebun Tembakau Kebun Ajong Gayasan

Besaran pendapatan yang diperoleh Kebun Ajong Gayasan pada tahun 1999 – 2002 disajkan pada tabel berikut : Tabel 10. Pendapatan Kebun Ajong Gayasan Tahun 1999 – 2002 Dalam Ribu Rupiah Tahun Uraian 1999 2000 2001 2002 Rerata Total Biaya Cost 59.325 74.642 84.525 100.358 79.713 Total Penerimaan Revenue 193.106 157.561 198.368 178.495 181.883 Pendapatan Profit 133.782 82.919 113.843 78.137 102.170 Sumber : Data Diolah, Tahun 2006 Dari Tabel 10 menunjukkan bahawa dengan potensi produksi tembakau dan harga jual tembakau yang dimiliki, Kebun Ajong Gayasan selalu pada posisi menghasilkan pendapatan, dalam kurun waktu 1999 – 2002. Apabila diamati lebih lanjut, perkembangan pendapatan Kebun Ajong Gayasan menunjukkan trend menurun. Secara lebih rinci terlihat pada gambar berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber y = -13601x + 136172 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 1999 2000 2001 2002 1 = R p 1 .0 Pdptn Linear Pdptn Gambar 7. Pendapatan Kebun Ajong Gayasan 1999 – 2002 Gambar 7. menunjukkan bahwa trend pendapatan menurun dengan nilai pengganda sebesar - 13.601, artinya laba usaha di Kebun Ajong Gayasan pada tahun berikutnya akan turun sebesar Rp 13.601.000 Ha. Menghadapi keadaan demikian Kebun Ajong Gayasan perlu menetapkan langkah operasional yang strategis agar di masa akan datang sebagai unit usaha Kebun Ajong Gayasan tidak mengalamii kerugian.

6.2. Perlakukan