24
2.2.3.2. Klasifikasi Industri
Aktivitas yang dijalankan industri sangat beraneka ragam. Apabila digolongkan akan diperoleh delapan kelompok utama yaitu :
a. Industri perburuan. b. Industri pengumpulan bahan dari hutan.
c. Industri penambangan mineral. d. Industri peternakan.
e. Industri pertanian. f.
Industri manufaktur. g.
Industri perdagangan.
h. Industri jasa. Kuncoro, 2001 : 195. Kemudian oleh Kuncoro macam-macam industri utama tersebut
diatas dikelompokkan berdasarkan fungsi industri yang terdiri dari empat kelas yaitu :
a. Industri Ekstratif Yaitu kegiatan ekonomi yang berurusan dengan pengurusan
sumber daya alam yang cadangannya tidak diusahakan atau tidak mungkin diusahakan pembaharuannya misal perburuhan
pengumpulan bahan, pertambangan dan bentuk-bentuk pertanian. b. Industri Reproduktif
Yaitu yang produksinya tidak akan habis, terus mengalir karena barang-barang yang dihasilkan dan dipungut akan diganti dengan
yang baru.
25
c. Industri Manufaktur Yaitu industri yang memproduksi barang-barang dagang dari
bahan–bahan industri lain, misalnya produk peleburan, penyulingan makanan kaleng dan lain-lain.
d. Industri Fasilitas Yaitu industri yang menangani urusan-urusan yang berhubungan
dengan perdagangan dan jasa seperti transportasi, penyuluhan,
distribusi barang dan pelayanan kepada konsumen. Kuncoro, 2001 : 196.
Menurut Winardi, macam-macam industri terdiri dari: a.
Industri muda. b.
Industri yang sedang tumbuh. c.
Industri yang stabil. d.
Industri tua.
e. Industri yang sedang mengalami kemunduran. Winardi, 1993 :
119.
Dalam pengelompokan jenis industri nasional menurut Departemen Perindustrian secara garis besar maka industri dapat digolongkan menjadi
tiga kelompok yaitu : a. Industri Dasar
Yaitu meliputi dua sub kelompok. Sub kelompok pertama adalah industri mesin dan logam dasar serta elektronik. Sedangkan sub
kelompok kedua adalah industri kimia dasar yang mempunyai dua misi yaitu pertumbuhan ekonomi dan penguat struktur. Teknologi
26
yang dipergunakan adalah teknologi maju dan teruji serta tidak padat karya.
b. Industri Hilir
Yaitu aneka industri, dengan misi pertumbuhan ekonomi dan pemerataan. Sedangkan teknologi yang dipergunakan adalah
teknologi maju, teruji serta tidak padat karya. c. Industri
Kecil Yaitu dengan misi pemerataan dengan menggunakan teknologi
madya atau sederhana serta padat karya. Anonim, 1994 : 56.
Ada beberapa kriteria dalam penggolongan industri yang berdasarkan jumlah orang yang bekerja serta jumlah investasi yang
ditanamkan diantaranya yaitu: a. Industri
Besar Yaitu kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
mempekerjakan lebih dari 100 orang, pada umumnya industri yang dapat modal atau capital intensive serta menggunakan teknologi
tinggi dan kurang menyerap tenaga kerja. Sasaran utama yang ingin dicapai adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka
panjang dan mempunyai investasi lebih dari Rp.100.000.000,00 b.
Industri Menengah Yaitu perusahaan-perusahaan industri yang mempekerjakan
sekitar 20 sampai dengan 99 orang yang pada umumnya investasi antara Rp.70.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00
27
c. Industri Kecil
Yaitu kumpulan dari unit–unit perusahaan yang mempekerjakan antara 5 sampai dengan 9 orang yang berdasarkan
keterampilan dengan mempunyai investasi maksimal tidak boleh
lebih dari Rp. 70.000.000,00. Arsyad, 1992 : 306.
2.2.3.3 Definisi Industri Manufaktur
Sektor industri manufaktur manufacturing industry atau industri pengolahan adalah mencakup semua perusahaan atau usaha yang
melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya. Termasuk ke dalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri penunjang perakitan assembling dari
bagian suatu industri. Anonim, 2005 : 255.
Industri manufaktur didefinisikan sabagai industri yang membuat produk dari bahan mentah raw material atau komponen menjadi bahan
jadi atau komponen lainnya, dengan menggunakan tenaga mesin atau tenaga manusia, yang dilakukan secara sistematis dangan cara pembagian pekerjaan.
Sinambela, 2008 : 2.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa industri manufaktur manufacturing industry atau perusahaaan industri
pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, dan dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi atau barang yang kurang
28
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk ini adalah kegiatan jasa industri
dan pekerjaan perakitan. Apapun hasil produknya, dari definisi diatas dapat ditarik
karakteristik umum industri manufaktur sebagai barikut : a.
Mengubah satu bentuk bahan menjadi bantuk produk lainnya, baik berupa komponan yang kemudian diserahkan ke pihak manufaktur
lain untuk dirakit, ataupun produk jadi yang siap untuk digunakan oleh konsumen.
b. Proses tersebut melibatkan panggunaan mesin dan tenaga manusia,
dan dilakukan secara bertahap sehingga diperlukan perencanaan dan pengendalian agar diperoleh hasil yang optimal.
c. Bahan mentah atau bahan setengah jadi yang diperlukan oleh
manufaktur tersebut harus dikelola dengan optimal agar prosesnya
menjadi lebih efisien. Sinambela, 2008 : 3.
2.2.3.4. Klasifikasi Umum Industri Manufaktur
Adapun klasifikasi industri manufaktur atau pengolahan adalah sebagai berikut :
a. Industri makanan, minuman dan tembakau.
b. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.
c. Industri kayu dan sejenisnya.
d. Industri kertas, percetakan dan penerbitan.
e. Industri kimia, minyak bumi, karet dan plastik.
29
f. Industri barang galian non logam, kecuali minyak bumi dan batu
bara. g.
Industri logam dasar. h.
Industri barang dari logam, mesin dan peralatan. i.
Industri pengolahan lainnya. Anonim, 2000 : 71
2.2.4. Inflasi 2.2.4.1. Pengertian Inflasi
Definisi inflasi a.
Gejala kenaikan harga barang – barang yang bersifat umum dan
terus menerus. Rahardja dan Manurung, 2000 : 155
b. Inflasi dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan harga – harga
umum mengalami kenaikan secara terus menerus dan menyeluruh.
Yuliati, 2001 : 98
c. Inflasi dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan harga – harga
yang berlaku dalam suatu perekonomian.Sukirno, 2002 : 15 d.
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus. Boediono, 2001: 155.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga - harga umum barang – barang secara terus menerus, ini
tidak berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut
30
tidaklah bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum secara terus menerus selama satu periode tertentu.
2.2.4.2. Efek inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan. Alokasi faktor produksi serta output. Dibawah ini ke tiga nya akan dibahas satu demi
satu :
a. Efek terhadap pendapatan equity effect
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan ada pula yang diuntungkan. Demikian juga orang yang
menempuh kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. sebaliknya pihak – pihak yang
mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan presentase lebih
besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian
kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang lain.
b. Efek terhadap Efisiensi efficiency effect
Inflasi dapat pula merubah pola alokasi faktor – faktor produksi, perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan
karena berbagai macam barang yang kemudian mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Hal
31
ini akan menyebabkan kenaikan produksi barang sehingga akan merubah pola produksi lebih efisien.
c. Efek terhadap output output effect
Efek terhadap output mempertanyakan bagaimana efek inflasi terhadap produksi. Artinya apakah akan mengakibatkan
kenaikan atau menurunkan output. Inflasi dapat menyebabkan kenaikan produksi alasan nya dalam keadaan inflasi biasanya
kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha baik. Kenaikan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi
dengan output. Inflasi bisa dibarengi dengan punurunan output.
Nopirin 1993 ; 32-33.
2.2.4.3. Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi bisa ditinjau dari tiga segi. Pertama, berdasarkan tingkat keparahannya. Kedua, berdasarkan penyebabnya, yang sangat berkaitan
erat dengan arus uang dan barang. Ketiga, berdasarkan asalnya. a.
Berdasarkan Tingkat Keparahannya Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dibedakan atas beberapa
macam, yaitu :
• Inflasi ringan dibawah 10 setahun.
• Inflasi sedang antara 10-30 setahun.
32
• Inflasi berat antara 30-100 setahun.
• Hiperinflasi diatas 100 setahun.
b. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Inflasi Tarikan Permintaan Demand Pull Inflation
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga
umum naik misalnya karena bertambahnya pengeluaran perusahaan.
Gambar 1 : Terjadinya Demand Pull Inflation Harga
D
2
S P
2
D
1
P
1
D
2
D
1
Q
1
Q
2
Output Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,
Penerbit BPFE UGM,Yogyakarta, Halaman 156.
Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai pada P
1
dan tingkat output riil dimana P
1
,Q
1
berada pada perpotongan antara kurva permintaan D
1
dan kurva penawaran S. Kurva permintaan bergeser keluar D
2
33
pergeseran seperti itu dapat berasal dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.
Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil dari Q
1
ke Q
2
dan tingkat harga dari P
1
ke P
2
maka inilah yang disebut demand pull inflation inflasi tarikan
permintaan yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan
inflasi. 2.
Inflasi Dorongan Penawaran Cost Push Inflation Inflasi yang timbul karena kenaikkan biaya produksi
biasanya ditandai dengan kenaikkan harga barang serta turunnya produksi misalnya kenaikkan harga barang baku
yang didatangkan dari luar negeri, kenaikkan harga harga BBM.
Gambar 2 :Terjadinya Cost Push Inflation Harga S
2
P
2
S
1
P
1
D
Q
1
Q
2
Output Sumber : Boediono, 2001, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro,
Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 157.
34
Pada gambar diatas bahwa bila ongkos produksi naik misalnya kenaikan sarana produksi naik dari luar negeri
atau karena harga bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat bergeser dari S
1
ke S
2
, harga tentu saja naik dan menyebabkan inflasi dorongan biaya.
c. Berdasarkan Asal dari Inflasi
Dari segi asalnya, inflasi dapat dibedakan atas : 1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri Domestic Inflation Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya
karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan yang gagal dan sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negri Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negri adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga yaitu inflasi diluar
negri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.
2.2.4.4. Dampak inflasi terhadap investasi
Inflasi merupakan salah satu penyakit perekonomian suatu negara. Agar inflasi dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur perekonomian
secara umum, karna angka inflasi ini mencerminkan kondisi stabilitas perekonomian suatu negara. Angka laju inflasi yang tinggi menunjukkan
bahwa suatu perekonomian mengalami gangguan, baik berupa ekspor
35
yang menurun karena turunnya daya saing, menurunnya tabungan dan investasi maupun gangguan – gangguan lainnya Sukendar, 2000 : 166.
Pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian menjadi lesu. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap
kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi terhambat, sehingga produksi nasional akan menurun. Menurunnya
produksi secara nasional dapat menurunkan pendapatan nasional. Turunnya pendapatan nasional suatu Negara menunjukan bahwa
perkembangan ekonomi Negara tersebut mengalami penurunan. Oleh karena itu, pada tingkat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat
tanggap dalam menentukan kebijakan dalam melakukan pengendalian tingkat inflasi.
2.2.4.5. Hubungan Inflasi dengan Investasi Sektor Perdagangan dan Sektor Industri Manufaktur
Masalah tinggi rendahnya inflasi akan menjadi faktor penting yang akan menjadi pertimbangan calon investor yang akan menanamkan
modalnya, karna hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya biaya produksi barang dan jasa yang dikeluarkan atau dihasilkan dan
menyebabkan harga – harga cenderung bertambah naik. Kenaikan barang tersebut akan mengakibatkan tingkat konsumsi masyarakat menurun, dan
pada akhirnya akan berdampak pada turunnya tingkat investasi.
36
2.2.5. Tingkat Suku Bunga 2.2.5.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus pada unit ekonomi yang mengalami defisit atas
pinjaman yang diberikan dari tabungannya. Diulio, 1993 : 42
Suku bunga adalah harga dari meminjam untuk menggunakan daya
belinya. Puspopranoto, 2004 : 70. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Boediono, 1985 :
75
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami
surplus ke unit ekonomi yang mengalami defisit untuk penggunaan daya beli uang dalam jangka waktu tertentu.
2.2.5.2. Teori Tentang Tingkat Suku Bunga
A. Teori Klasik
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat
untuk menabung. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan
investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang
diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus
37
dibayar oleh investor untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka
investor akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan investor
untuk melakukan investasi. Secara grafik, keseimbangan tingkat suku bunga dapat digambarkan pada Gambar : 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Teori Klasik tentang Tingkat Suku Bunga Tabungan
i
1
i
o
Investasi i
Investasi o
Jumlah Rp
yang ditabung dan
So S
1
diinvestasikan Sumber: Norpirin, 1992, Ekonomi Moneter, Edisi Keempat,
Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, hal72.
Keseimbangan tingkat bunga ada pada
i
o
dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas
i
o,
jumlah tabungan melebihi keinginan investor untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan
38
dananya dan ini akan menekan tingkat bunga kembali ke posisi
i
o
. Sebaliknya apabila suku bunga dibawah
i
o
, para investor akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya lebih kecil
dan ini akan mendorong tingkat bunga kembali naik pada posisi
i
o
. Pada tingkat bunga yang sama dengan tingkat investasi,
investor bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya. Keadaan ini dalam gambar, ditunjukkan dengan
bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik
i
o
. Norpin, 1992 : 70-72
B. Teori Keynes
Tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan
uang ditentukan dalam pasar uang. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan
investasi. Permintaan akan uang, oleh keynes disebut ”Liquidity Preference” permintaan uang tergantung pada tingkat bunga.
Dalam gambar, sumbu horizontal mengukur jumlah dan permintaan uang dan sumbu vertikal untuk tingkat bunga.
Tingkat bunga dalam keseimbangan dalam gambar, apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya jumlah
uang beredar. Apabila tingkat bunga dibawah tingkat keseimbangan, masyarakat menginginkan uang kas lebih banyak
39
dengan cara menjual surat berharga yang dipegang sehingga hal ini akan mendorong harganya turun tingkat bunga naik.
Sebaliknya, apabila tingkat bunga diatas keseimbangan, masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara
membeli surat berharga, hal ini akan mengakibatkan naik harga surat berharga tingkat bunga turun 0 sampai keseimbangan
terjadi. Nopirin, 1992 : 90-93
Gambar 2.2: Teori Keynes tentang Tingkat Bunga Tingkat
Bunga
Jumlah Uang
r
eq
Liquidity Preference
Jumlah Uang dan Permintaan
Uang
Sumber: Norpirin, 1992, Ekonomie Moneter, Edisi Keempat, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta, hal72.
2.2.5.3. Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian
Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi dalam perekonomian, yaitu :
40
1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan kearah investasi guna
mendukung pertumbuhan perekonomian. 2.
Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan
hasil tertinggi. 3.
Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu Negara.
4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
Puspopranoto,2004:71
2.2.5.4. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Investasi Sektor
Perdagangan dan Sektor Industri Manufaktur
Investor akan mempertimbangkan dan membandingkan beban bunga yang harus dibayarkannya dengan harapan keuntungan yang akan
diperoleh dari investasi yang dilakukannya tersebut. Apabila tingkat suku bunga tinggi, pengusaha akan menunda pinjaman tersebut sampai tingkat
suku bunganya turun. Maka terdapat hubungan berkebalikan antara tingkat suku bunga dan investasi, yaitu semakin tinggi tingkat suku
bunga, maka semakin rendah keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.
Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga rendah, maka investor akan meminjan dana dari bank untuk membiayai pengeluaran investasinya
41
dengan harapan investasi tersebut menghasilakan keuntungan yang nilainya lebih besar dari pada yang harus ditanggung oleh investor.
Suparmono, 2004 : 88
Dalam kata lain apabila tingkat bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, investasi yang direncanakan tidak menguntungkan.
Kegiatan investasi hanya akan dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.
Sukirno, 2003 : 113
2.2.6. PDRB 2.2.6.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Pengertian Domestik Regional Bruto adalah suatu indicator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara sektoral,
sehingga dapat dilihat penyebab pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tersebut. Selain daripada itu PDRB juga alat ukur untuk menganalisa
perubahan tingkat kemakmuran secara riil atas harga konstan. Anonim 2001
Cara perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dapat digunakan melalui 3 pendekatan, antara lain :
1. Pendekatan produksi ; Produk Domestik Regional Bruto adalah
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu satu
tahun. Partadireja, 1983 : 45
42
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha yaitu :
a. Pertanian
b. Pertambangan dan penggalian
c. Industri pengolahan
d. Listrik, gas dan air bersih
e. Bangunan
f. Perdagangan, hotel dan restoran
g. Pengangkutan dan Komunikasi
h. Jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
i. Jasa lain-lain. Rosyidi, 2000 : 140
2. Pendekatan pengeluaran ; Produk Domestik Regional Bruto adalah
penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu : a.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung
b. Konsumsi pemerintahan
c. Pembentukan modal tetap domestik bruto
d. Perubahan stock
e. Ekspor netto, ekspor dikurangi impor. Sukirno 2002 : 38
3. Pendekatan pendapatan ; Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi
yang ikut serta dalam proses produksi suatu wilayah dalam jangka
43
waktu tertentu biasanya satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak
langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor tersebut disebut sebagai nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan
usaha. Sukirno 2002 : 247
Produk Domestik Bruto menurut atas harga yang berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku setiap tahun. Produk Domestik Bruto dapat diartikan satu persatu yaitu : produk,
domestik, dan bruto. Dinamakan produk, karena yang dihitung adalah produk barang dan jasa. Dinamakan domestik, karena batasnya adalah
wilayah suatu negara, termasuk didalamnya orang- orang dan perusahaan asing. Dinamakan bruto karena mengalami penyusutan.
Produk Domestik Bruto adalah sebagai nilai barang- barang dan jasa- jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun
tertentu. Sukirno 2002 : 33
2.2.6.2. Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto
Kegunaan statistik produk domestik regional bruto antara lain :
44
1. Tingkat pertumbuhan ekonomi
Mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi regional baik secara menyeluruh maupun sektoral, dengan melihat presentase
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun tertentu dapat dilihat laju pertumbuhan ekonomi.
2. Tingkat kemakmuran
Mengetahui tingkat
kemakmuran daerah, baik tingkat pertumbuhan
maupun tingkat kemakmuran dibanding dengan daerah lain. Tingkat kemakmuran suatu wilayah biasanya diukur dengan
besarnya pendapatan perkapita penduduknya. 3.
Tingkat inflasi atau deflasi Mengetahui tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi dalam jangka
waktu tertentu tahunan, dengan membandingkan antara PDRB atas dasar harga konstan tahun tertentu, dapat diperoleh suatu
indeks implicit yang bias menggambarkan kenaikan atau penurunan harga barang dan jasa.
4. Struktur ekonomi
Mengetahui gambaran struktur ekonomi daerah daerah, PDRB dapat di gunakan sebagai indikator tentang komposisi struktur
perekonomian suatu wilayah, yaitu dengan menyusun peranan masing- masing sektor atau lapangan usaha.
5. Potensi suatu daerah
Mengetahui potensi suatu wilayah terhadap regional secara
45
keseluruhan maupun sektoral. Dengan melihat peranan sektoral dalam suatu wilayah Kabupaten atau peranan keseluruhan suatu
wilayah terhadap wilayah propinsi bisa diketahui potensi suatu wilayah.
Dengan demikian, maka statistik pendapatan daerah sangat bermanfaat bagi para perencana maupun pengambil keputusan, baik yang
berhubungan dengan rencana pembangunan jangka pendek maupun
jangka panjang. Anonim 2004 : 3
2.2.6.3. Hubungan PDRB dengan Investasi sektor perdagangan dan sektor industri manufaktur
Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah suatu indikator untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara
sektoral. Oleh karena itu perlu disadari bahwa suatu daerah yang PDRB nya tinggi maka akan semakin tinggi pula produksi barang dan jasa yang
dihasilkan. Hal tersebut membuat keuntungan perusahaan akan meningkat
semakin besar dan hal ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi untuk lebih memperbesar keuntungan perusahaan. Dengan kata
lain apabila PDRB bertambah besar atau tinggi maka Investasi bertambah
tinggi pula. Sukirno 1995 : 15.
46
2.3. Kerangka Pikir