dalam batas-batas yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.
2.2.3.2 Motivasi Perataan Laba
Menurut Hepworth dalam Murtanto, 2004 ada beberapa motivasi adanya perataan laba diantaranya:
1. Mengurangi total pajak terutang
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat
dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Menurut Dye 1998 dalam Murtanto 2004 bahwa pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivai internal dan motivasi eksternal. Motivasi
internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak
manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah
persepsi investor prospektifpotensial terhadap nilai perusahaan. Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasialasan
adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat baik dan untuk
mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahaan, sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka
akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa depan perusahaan.
2.2.3.3 Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk melakukan peratan angka income. Dascher dan Malcolm dalam Assih dan
Gudono 2000 menyatakan bahwa perataan laba atas laba yang dilaporkan dapat dicapai melalui real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing adalah
perataan laba yang dilakukan melalui transaksi keuangan sesungguhnya dengan mempengaruhi laba melalui perubahan dengan sengaja atas kebijakan operasi dan
waktunya. Sedangkan artificial smoothing adalah perataan laba melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
satu periode ke periode yang lain. Oleh sebab itu, artificial smoothing sering juga disebut accounting smoothing.
Barnea et al. dalam Belkaoui 2000:59 membedakan dimensi peratan laba menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa danatau pengakuan :
Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga efek transaksi tersebut income akan cenderung
memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. 2.
Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu : Berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen
memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan laba klasifikasi sehingga disebut perataan
klasifikasi : Ketika statistik laporan income bersih nilai bersih semua pendapatan
dan biaya merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari
waktu ke waktu dalam statistik tersebut.
2.2.3.4 Teori Keagenan Agency Theory