Perumusan masalah: Apakah Kompetensi dan Independensi mempunyai pengaruh
terhadap kualitas audit? Hasil penelitian
Dari hasil analisis menunjukkan Kompetensi dan Independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh
yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula tingkat
kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, sedangkan
perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Struktur Pengendalian Intern
2.2.1.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Menurut Standart Profesi Akutansi Publik pada SA 319.par 06 yang dikutip oleh Abdul Halim 2001 : 189 Struktur pengendalian intern
adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan assurance yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha
akan dicapai. Menurut Tawaf 1999 : 19 pengendalian intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua cara-cara dan peraturan yang
terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha.
Struktur pengendalian intern memiliki bebrapa unsur Abdul Halim, 2001 : 193, yaitu sebagai berikut :
1. Lingkungan pengedalian yaitu merupakan pengaruh gabungan dari
berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu di antaranya filosofi dan
gaya operasi manajemen, struktur organisasi, metode pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, pengendalian manajemen dalam
memantau dan menindak lanjuti kinerja, kebijakan dan praktik personalia, serta faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan
praktik satuan usaha. 2.
Sistem akutansi yaitu metode-metode dan catatan yang diterapkan manajemen untuk mencatat dan melaporkan transaksi atau kejadian.
Di samping itu, untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi atau kejadian
tersebut. 3.
Prosedur pengendalian yaitu kebiijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu
satuan usaha akan tercapai. Menurut Mulyadi 2001 : 163 Sistem pengendalian intern adalah
sistem yang meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitiian
dan keandalan data akutansi, mendorong efisiensi dan mendororng di patuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian intern
tersebut menekankan tujuan yang hendak di capai, dan bukan pada unsur-
unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian pengedalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang
mengelolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer
2.2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi 2001 : 163 tujuan sisitem pengendalian intern adalah :
1 Menjaga kekayaan organisasi
2 Mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi
3 Mendorong efisiensi
4 Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dpat dibagi menjadi dua macam yaitu pengendalian intern akutansi internal
accounting control dan pengendalian intern administrasi internal administrative control.
Pengendalian intern akutansi yang merupakan bagian dari sistem administrasi pengendalian intern, meliputi struktur oraganisasi metode
dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data
akutansi. Pengendalian internal akutansi yang baik akan menjamin keamanan kekeyaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam
perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.2.1.3. Unsur Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi 2001: 164, unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :
1 Struktur organisaasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas. 2
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan
biaya. 3
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi
4 Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya
Keempat eleman diatas merupakan ciri-ciri pokok dari suatu sistem pengawasn intern. Disamping ciri-ciri pokok tersebut ada cara-cara
pengawasan lain yang fungsinya merupakan ciri-ciri pokok diatas. Pengawasan-pengawasan tambahan dapat dilakukan dengan
menggunakan laporan-laporan, budget, atau standar dan staff internal auditing.
Berikut ini akan dijelaskan lebih luas masing-masing elemen dalam sisitem pengawasan intern Baridwan, 1994 : 14
1 Struktur organisasi
Struktur organisasi yang tepat bagi suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lain. Perbedaan struktur organisasi di
antara berbagai perusahaan disebabkan oleh berbagai hal jenis, luas perusahaan, banyaknya cabang-cabang dan lain lain.
2 Sistem wewenang dan prosedur pembukuan
Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan
pengawsan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akutansi yang tepat. Klasifikasi
data akutansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar. Susunan rekening buku besar ini biasanya diberi nomor kode
dengan cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.
3 Praktek- praktek yang sehat
Adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Praktek yang
sehat ini harus berlaku untuk seluruh prosedur yang ada sehingga pekerjaan suatu bagian akan langsungn di cek oleh bagian lainnya.
Pekerjaan pengecekan sepeti ini dapat terjadi bila struktur organisasi dan prosedur yang disusun itu sudah memisahkan tugas-tugas dan
wewenang-wewenang sehingga tidak ada satu bagian pun dalam perusahaan yang mengerjakan suatu transaksi dari awal sampai akhir.
4 Pegawai yang cukup cakap
Tingkat kecakapan pegawai mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem penegndalian intern. Apabila sudah disusun struktur
organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat-syarat yang diminta, bisa
diharapkan bahwa sistem pengawasan intern juga tidak akan berhasil dengan baik.
2.2.1.4. Pengawasan-Pengawasan Terhadap Sistem Pengendalian Intern
Untuk menjamin berlakunya sisitem pengendalian intern dengan baik, diperlukan pengawasan tambahan yang terdiri dari laporan-laporan,
budget standar dan suatu staff sudit intern. 1.
Laporan merupakan alat bagi suatu bagian dalam perusahaan untuk mempertanggungjawabkan tugas - tugasnya. Laporan-laporan ini
diserahkan kepada atasan degan maksud agar atasan dpat mengetahui samapi seberapa jauh pekerjaan-pekerjaan sudah dilaksanakan.
2. Standar atau Budget merupakan alat untuk mengukur realisasi.
Apabila manajemen menginginkan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan bagian-bagian dalam perusahaan maka
manajemen harus menyediakan alat-alat untuk mengukur realisasi 3.
Staff audit intern merupakan bagian atau pegawai dalam perusahaan yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan. Luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan pihak
manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi
tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional
dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
2.2.2. Independensi
Dalam kode etik Akuntan tahun 1994 yang dikutip dari artikel Sekar Mayang Sari 2003:6 disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang
diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan
siapapun. Akuntan public berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik Christiawan, 2002.
Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesioanalnya dan setiap auditor harus independen dari semua
kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi
merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporakan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.
Menurut Abdul Halim 2001:21 ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :
1. Independence in fact independensi senyatanya yakni auditor harus
mempunyai kejujuran yang tinggi. 2.
Independence in appearance independensi dalam penampilan yang merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan
dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukanya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap
independensi dan objektivitsnya. 3.
Independensi in competence independensi dari sudut keahlian yang berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.
Dua kata kunci dalam pengertian independensi adalah 1. objektivitas, yaitu suatu kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak,
dan 2. Integritas yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta apa adanya Iz Irene, 2004 : 35.
Independensi auditor dibedakan menjadi dua yaitu independen dalam kenyataan independence of fact dan independen dalam penampilan
independence in appearance. Independen dalam kenyataan merupakan suatu kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta
yang dijumpai dalam pemeriksaanya Mulyadi, 2002 : 62. Independen dalam penampilan merupakan keyakinan dari pemakai laporan keuangan
atau masyarakat bahwa independen dalam kenyataanya telah dicapai Sanyoto G, 2002 : 60
2.2.3. Keahlian Profesional
Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary 1983 Yang dikutip dalam artikel Murtanto 1999 : 39 mendefinisikan keahlian perupakan
ketrampilan dari seorang ahli. Ahli didefinisikan sebagai sebagai seseorang yang memilki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Dalam artikel yang sama Hayes Roth dkk 1983 mendefinisikan
keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam
lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Komponen keahlian berdasarkan model yang dikembangkan oleh Abdolmohammadi dkk 1992 yang dikutip dari artikel Murtanto 1994 :
40 dapat dibagi menjadi : 1.
Komponen pengetahuan knowledge component yang meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur dan
pengalaman. 2.
Ciri-ciri psikologis pshycological traits yang ditujukan dalam komunikasi, kepercayaan, kreativitas dan kemampuan bekerja dengan
orang lain 3.
Kemampuan berpikir untuk kemampuan bekerja dengan orang lain. 4.
Strategi penentuan keputusan baik formal maupun informal 5.
Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.
Sebagai seorang profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik, yang menggambarkan suatu sikap
atau hal-hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang
ditawarkan. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seorang yang profesional memiliki
kepintaran, pengalaman dan pengetahuan untuk memahami dampak aktivitas yang dilakukan.
2.2.4. Pengalaman Kerja Pengawas Intern
Libby 1985 dalam artikel Koroy 2005 : 917 menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian expert
Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompkeks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap struktur pengendalian intern
Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut pendapat Tubbs 1992 dalam Putri Noviyani 2002 : 483 jika
seorang auditor berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, auditor mamiliki salah sadar terhadap lebih banyak
kekeliruan, auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim dan hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat
terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian intern manjadi relatif lebih menonjol.
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak
faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Tubbs 1992 dalam Mayangsari 2003 auditor yang
berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal : 1.
Mendeteksi kesalahan 2.
Memahami kesalahan secara akurat 3.
Mencari penyebab kesalahan. Murphy dan Wrigth 1984 dalam Sularso dan Naim 1999
memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam
ingatannya. Weber dan Croker 1983 dalam artikel yang sama juga menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil
pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit. Menurut Gibbins 1984 dalam Hernadianto
2002 : 25, pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan
ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa
melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman
akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman
Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick 1990 dalam Kusharyanti 2003 : 26 menemukan bahwa auditor yang berpengalaman
mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-
kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan
audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Kemudian Tubbs 1990 dalam artikel yang sama berhasil
menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin
memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. Sedangkan Harhinto 2004 menghasilkan temuan bahwa pengalaman
auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Kartika Widhi 2006 memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang
menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
2.2.5. Pengaruh Independensi Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur
Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan assurance yang memadai bahwa
tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Abdul Halim, 2001 : 189. Pengendalian internal akutansi yang baik akan menjamin keamanan
kekeyaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan
dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.Mulyadi, 2002 : 26. Pengaruh independensi terhadap struktur pengendalian intern adalah
apabila setiap orang yang mempunyai sikap independensi maka orang itu jujur, tidak memihak dan hanya melaporkan temuan-temuannya yang hanya
berdasarkan bukti, jika terjadi sesuatu pada struktur pengendalian intern. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan
audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang
dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. hal ini sesuai dengan
Teori Pengharapan Expectancy Theory Teori ini telah dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurth Levin dan Edward Tolman yang
mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan yang ingin diperolehnya
sebagai harapan, hal ini berarti dengan adanya sikap independensi diharapkan Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Interndapat
terlaksana dengan baik Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 30 Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made
Dwi Ratnadi 2007, membuktikan bahwa independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi sikap independensi yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern akan semakin baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern.
2.2.6. Pengaruh Keahlian Profesional Terhadap Efektivitas Penerapan
Struktur Pengendalian Intern
Tingkat kecakapan pegawai akan mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem pengendalian intern. Apabila sudah disusun struktur organisasi
yang tepat, prosedur-prosedur yang baik, tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat yang diminta, maka bisa diharapkan bahwa sistem
pengawasan intern tidak akan berhasil dengan baik. Baridwan, 1994 : 14 Karena luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan
pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi
tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional
dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
Dalam artikel Hayes Roth dkk 1983 mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Murphy dan Wrigth 1984 dalam Sularso dan Naim 1999 memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam
suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya. Selanjutnya Weber dan Croker 1983 dalam artikel yang sama
juga menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori
tentang struktur kategori yang rumit. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made
Dwi Ratnadi 2007, membuktikan bahwa keahlian profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi keahlian profesional yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern akan semakin baik. hal ini sesuai dengan Teori dua faktor two factors dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa
sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja
yang baik. Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28
Dari fenomena diatas dapat diartikan bahwa apabila seseorang itu memiliki keahlian dan paham dalam penerapan Struktur Pengendalian
Intern, maka efektivitas penerapan dari Struktur Pengendalian Intern akan terwujud, sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian profesional
mempunyai pengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
2.2.7. Pengaruh Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas
Penerapan Struktur Pengendalian Intern
Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Semakin berpengalaman seseorang maka
semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas- tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pengawasan
dan pemeriksaan terhadap struktur pengendalian intern Libby 1985 dalam artikel Koroy, 2005 : 917
Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs 1990 dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor,
mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan
tersebut. Sedangkan Harhinto 2004 menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Kartika
Widhi 2006 memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor
maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi 2007, membuktikan bahwa pengalaman kerja pengawas
intern berpengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi pengalaman kerja
pengawas intern yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur pengendalian intern akan semakin baik, hal ini sesuai
dengan teori motivasi prestasi Achievement Motivation dari Mc Clelland yang menyebutkan bahwa seseorang pekerja memiliki energi potensial
yang dapat dimanfaatkan dan tergantung pada dorongan motivasi, situasi dan peluang yang ada. Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 29, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
2.2.8. Pengaruh Independensi, Keahlian profesional dan Pengalaman Kerja
Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan assurance yang memadai bahwa
tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut Tawaf 1999 : 19 pengendalian intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua
cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha.
Luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik
aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan
pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur
pengendalian intern Penelitian yang dilakukan oleh Ratnadi 2007, menunjukkan bahwa
independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.
Dan penelitian yang dilakukkan oleh Elfarini 2007 juga menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Dan pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu berarti semakin tinggi tingkat kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin
tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Dan semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap penerapan struktur pengendalian intern Libby :1995 Teori Keseimbangan Equity Theory yang dikembangkan oleh
Adam Mangkunegara, 2001 : 120-121 yang menyebutkan bahwa semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanaan kerja,
yang artinya jika seorang audit memiliki sikap independensi yang tinggi dan keahlian professional yang baik, serta memiliki pengalaman kerja
pengawas Intern yang baik maka Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern akan tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Independensi, Keahlian profesional dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern berpengaruh terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern.
2.3. Kerangka Pikir