PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN KERJA PENGAWAS INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

SEVTIYENI HANDAYANI HUSNAN 04.13010304/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

PENGALAMAN KERJA PENGAWAS INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PADA KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA

yang diajukan :

SEVTIYENI HANDAYANI HUSNAN 0413010304/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Sari Andayani, MAKs Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030.194.437


(3)

dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya, dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani, MAKs, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur


(4)

dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, April 2010

Penulis


(5)

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 6

2.2. Landasan Teori ... 7

2.2.1. Struktur Pengendalian Intern ... 7

2.2.1.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern ... 7

2.2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern ... 9

2.2.1.3. Unsur Sistem Pengendalian Intern... 10

2.2.1.4. Pengawasan-Pengawasan Terhadap Sistem Pengendalian Intern ... 12

2.2.2. Independensi ... 12

2.2.3. Keahlian Profesional ... 14

2.2.4. Pengalaman Kerja Pengawas Intern... 15


(6)

Penerapan Struktur Pengendalian Intern... 19

2.2.7. Pengaruh Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian.... 21

2.2.8. Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian ... 22

2.3. Kerangka Pikir ... 24

2.4. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 25

3.1.1. Definisi Operasional ... 25

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 27

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 28

3.2.1. Populasi... 28

3.2.2. Sampel... 28

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 29

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 29

3.4. Uji Kualitas Data ... 30

3.4.1. Uji Validitas ... 30

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 30

3.4.3. Uji Normalitas... 30


(7)

3.6.2. Uji Hipotesis ... 33

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 33

3.6.2.2. Uji Parsial... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 35

4.1.1. Sejarah Singkat Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita”.. 35

4.1.2. Visi Dan Misi ... 39

4.1.3. Struktur Organisasi ... 39

4.1.4. Jenis – Jenis Usaha... 42

4.1.5. Assets Permodalan ... 45

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 50

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 53

4.3.1. Uji Analisis Data... 53

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 53

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 53

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 54

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 55

4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 56

4.3.3. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda... 59

4.3.4. Uji Hipotesis ... 61

4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 61

4.3.4.2. Uji Parsial ... 62


(8)

4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan

Dan Manfaat... 68 4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 70 5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel. 1 Perkembangan Omzet Usaha Kopwan “Setia Bhakti Wanita“

Surabaya Tahun 1978 - 2008 ... 47

Tabel. 2 Perkembangan Jumlah Anggota Kopwan “Setia Bhakti Wanita“ Surabaya Tahun 1978 - 2008 ... 49

Tabel. 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi (X1). 50 Tabel. 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Profesional (X2) ... 51

Tabel. 5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pengalaman Kerja Pengawas Intern (X3) ... 52

Tabel. 6 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern (Y) ... 53

Tabel. 7 Hasil Uji Validitas... 54

Tabel. 8 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

Tabel. 9 Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel. 10 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 57

Tabel. 11 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 58

Tabel. 12 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 59

Tabel. 13 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model …... 61

Tabel. 14 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 61

Tabel. 15 Hasil Analisis Varian Hubungan Secara Parsial … ... 62


(10)

Gambar. 1. Diagram Kerangka Pikir... 24 Gambar. 2. Diagram Kerangka Struktur Organisasi Koperasi Wanita

“Setia Bakti Wanita” ... 40


(11)

ix Oleh :

SEVTIYENI HANDAYANI HUSNAN Abstrak

Ditengah kondisi bangsa yang dilanda krisis ekonomi, koperasi diharapkan dapat menempatkan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang sejajar dengan kegiatan ekonomi yang lain yang telah ada, Agar dapat bertahan dan mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya, maka koperasi tersebut harus dapat menentukan suatu kebijakan dan strategi yang terus dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu kebijakan yang dapat diambil adalah meningkatkan sistem struktur pengendalian intern. Untuk menciptakan struktur pengedalian intern yang efektif diperlukan staf auditor intenal, yang dalam hal ini pada koperasi wanita ”Setia Bhakti Wanita” disebut dengan pengawas intern. Pengawas intern memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas pemeriksaaan intern. Pemeriksaan intern merupakan kegiatan yang penting untuk menilai apakah semua kebijakan yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan tepat dan apabila terdapat penyimpangan, pengawas intern harus segera melakukan tindakan koreksi agar tujuan perusahaan tercapai. Oleh karena itu pimpinan dan pihak manajemen koperasi memerlukan seorang pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern, sehingga dalam menilai efektivitas penerapan srtuktur pengendalian intern, akan lebih efektif sesuai dengan apa yang diingikan dimasa yang akan datang.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 79 orang audit internal pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 79 orang audit internal pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 15 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita”, teruji kebenarannya.

Keyword : Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja Pengawas Intern, dan Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern


(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ditengah kondisi bangsa yang dilanda krisis ekonomi, koperasi diharapkan dapat menempatkan diri sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang sejajar dengan kegiatan ekonomi yang lain yang telah ada, untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Pemerintah secara tegas menetapkan bahwa dalam rangka pembangunan nasional dewasa ini, koperasi harus menjadi tulang punggung dan wadah perekonomian rakyat. Kebijaksanaan Pemerintah ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dijelaskan bahwa bangun usaha yang sesuai adalah koperasi.

Koperasi harus tampil sebagai organisasi yang dapat merngumpulkan dan membentuk kekuatan ekonomi bersama-sama untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik bagi anggotanya, hal ini sesuai dengan salah satu tujuan koperasi yang berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Perkoperasian No .25 tahun 1992. Akan tetapi dalam perkembangannya ada berbagai persoalan yang harus dihadapi oleh koperasi, misalnya kurangnya tenaga ahli dalam mengelola koperasi, tingkat partisipasi anggota, modal usaha koperasi yang relatif cukup rendah dan bertambahnya persaingan dari badan usaha atau lembaga keuangan yang lain.


(13)

lainnya, maka koperasi tersebut harus dapat menentukan suatu kebijakan dan strategi yang terus dikembangkan dan ditingkatkan. Salah satu kebijakan yang dapat diambil adalah meningkatkan sistem struktur pengendalian intern. Menurut Standart Profesi Akutansi Publik pada SA 319. par 06 yang dikutip oleh Abdul Halim (2001 : 189) Struktur Pengendalian Intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.

Untuk menciptakan struktur pengedalian intern yang efektif diperlukan staf auditor intenal, yang dalam hal ini pada koperasi wanita ”Setia Bhakti Wanita” disebut dengan pengawas intern. Pengawas intern memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas pemeriksaaan intern. Pemeriksaan intern merupakan kegiatan yang penting untuk menilai apakah semua kebijakan yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan tepat dan apabila terdapat penyimpangan, pengawas intern harus segera melakukan tindakan koreksi agar tujuan perusahaan tercapai.

Dalam beberapa hal terdapat kecenderungan bahwa pengawas intern merangkap sebagai kepala bagian, kepala intern merupakan orang yang memiliki hubungan yang erat dengan pimipinan koperasi, dan pengawas intern terdiri atas orang-orang yang tidak kompeten. Hal ini akan sangat mempengaruhi kesehatan koperasi tersebut. Karena pentingnya eksistensi seorang pengawas intern, menuntut mereka untuk memiliki sikap independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja dalam melaksanakan tugas pemeriksaan intern.


(14)

pinjam yang ada di Surabaya. Didalam melaksanakan kegiatan operasional Koperasi ini menerapkan sistem tanggung renteng sejak tahun 1978. Dalam sistem tersebut mengisyaratkan anggotanya untuk tergabung dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok minimal terdiri dari 15 anggota dan maksimal 30 anggota. Dalam hal ini struktur pengendalian intern dikelola oleh masing-masing ketua kelompok, jadi kurang lebihnya dari salah satu anggota ditanggung oleh anggota bersama. Dalam setiap musyawarah atau pertemuan setiap kelompok dilakukan untuk menentukan pinjaman. Artinya ketika anggota mengajukan pinjaman harus diketahui oleh seluruh anggotanya tapi dalam perkembangannya sistem tersebut merugikan anggotanya, karena jika suatu saat salah satu anggota tidak mampu membayar maka angota lainya wajib membantu anggota tersebut.

Dari data yang diperoleh dari pihak pemberian kredit Koperasi Wanita “Setia Bhakti” di Surabaya, dijelaskan bahwa selama lima tahun terakhir ini yaitu tahun 2005 sampai dengan 2009, para anggota harus memikul beban untuk ikut membayar utang, dimana pada tahun 2005, terjadi kemacetan piutang sebesar 1,25%, untuk tahun 2006 sebesar 1,3%, untuk tahun 2007 sebesar 1,2%, untuk tahun 2008 sebesar 1,15%, dan untuk tahun 2009 sebesar 1,1%, fenomena ini terjadi disebabkan karena luasnya ruang lingkup usaha koperasi tersebut yang mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupun aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi tersebut. Oleh karena itu pimpinan dan pihak manajemen koperasi memerlukan


(15)

profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern, sehingga dalam menilai efektivitas penerapan srtuktur pengendalian intern, akan lebih efektif sesuai dengan apa yang diingikan dimasa yang akan datang.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnadi (2007), menunjukkan bahwa independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukkan oleh Elfarini (2007) yang dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu berarti semakin tinggi tingkat kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya”

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah, yaitu apakah independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya?


(16)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita di Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu antara lain :

1. Bagi Koperasi Wanita Setia Bhakti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penerapan struktur pengendalian intern

2. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan hasil yang ditemukan selama penelitian dan sebagai perbandingan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada topik yang sama di masa yang akan datang. 3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam menerapkan teori yang telah diterima selama menempuh pendidikan dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia kerja.


(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Ratnadi (2007) Judul:

”Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern Pada BPR di Kabupaten Badung”.

Perumusan masalah

Apakah independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung ?.

Hasil penelitian :

Dari hasil analisis menunjukkan independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

2. Elfarini (2007) Judul

Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada KAP di Jawa Tengah)


(18)

Perumusan masalah:

Apakah Kompetensi dan Independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit?

Hasil penelitian

Dari hasil analisis menunjukkan Kompetensi dan Independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi tingkat kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Struktur Pengendalian Intern

2.2.1.1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern

Menurut Standart Profesi Akutansi Publik pada SA 319.par 06 yang dikutip oleh Abdul Halim (2001 : 189) Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut Tawaf (1999 : 19) pengendalian intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha.


(19)

Struktur pengendalian intern memiliki bebrapa unsur (Abdul Halim, 2001 : 193), yaitu sebagai berikut :

1. Lingkungan pengedalian yaitu merupakan pengaruh gabungan dari

berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektivitas kebijakan dan prosedur tertentu di antaranya filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, metode pelimpahan wewenang dan tanggung jawab, pengendalian manajemen dalam memantau dan menindak lanjuti kinerja, kebijakan dan praktik personalia, serta faktor ekstern yang mempengaruhi operasi dan praktik satuan usaha.

2. Sistem akutansi yaitu metode-metode dan catatan yang diterapkan manajemen untuk mencatat dan melaporkan transaksi atau kejadian. Di samping itu, untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan dengan transaksi atau kejadian tersebut.

3. Prosedur pengendalian yaitu kebiijakan dan prosedur untuk

memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu satuan usaha akan tercapai.

Menurut Mulyadi (2001 : 163) Sistem pengendalian intern adalah sistem yang meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitiian dan keandalan data akutansi, mendorong efisiensi dan mendororng di patuhinya kebijakan manajemen. Definisi sistem pengendalian intern tersebut menekankan tujuan yang hendak di capai, dan bukan pada


(20)

unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian pengedalian intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengelolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun dengan komputer

2.2.1.2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001 : 163) tujuan sisitem pengendalian intern adalah :

1 Menjaga kekayaan organisasi

2 Mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi 3 Mendorong efisiensi

4 Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen

Menurut tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dpat dibagi menjadi dua macam yaitu pengendalian intern akutansi (internal

accounting control) dan pengendalian intern administrasi (internal administrative control).

Pengendalian intern akutansi yang merupakan bagian dari sistem administrasi pengendalian intern, meliputi struktur oraganisasi metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akutansi. Pengendalian internal akutansi yang baik akan menjamin keamanan kekeyaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.


(21)

2.2.1.3. Unsur Sistem Pengendalian Intern

Menurut Mulyadi (2001: 164), unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :

1 Struktur organisaasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional

secara tegas.

2 Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3 Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi

4 Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya

Keempat eleman diatas merupakan ciri-ciri pokok dari suatu sistem pengawasn intern. Disamping ciri-ciri pokok tersebut ada cara-cara pengawasan lain yang fungsinya merupakan ciri-ciri pokok diatas. Pengawasan-pengawasan tambahan dapat dilakukan dengan menggunakan laporan-laporan, budget, atau standar dan staff internal auditing.

Berikut ini akan dijelaskan lebih luas masing-masing elemen dalam sisitem pengawasan intern (Baridwan, 1994 : 14)

1 Struktur organisasi

Struktur organisasi yang tepat bagi suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lain. Perbedaan struktur organisasi di antara berbagai perusahaan disebabkan oleh berbagai hal jenis, luas perusahaan, banyaknya cabang-cabang dan lain lain.


(22)

2 Sistem wewenang dan prosedur pembukuan

Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawsan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akutansi yang tepat. Klasifikasi data akutansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar. Susunan rekening buku besar ini biasanya diberi nomor kode dengan cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening.

3 Praktek- praktek yang sehat

Adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Praktek yang sehat ini harus berlaku untuk seluruh prosedur yang ada sehingga pekerjaan suatu bagian akan langsungn di cek oleh bagian lainnya. Pekerjaan pengecekan sepeti ini dapat terjadi bila struktur organisasi dan prosedur yang disusun itu sudah memisahkan tugas-tugas dan wewenang-wewenang sehingga tidak ada satu bagian pun dalam perusahaan yang mengerjakan suatu transaksi dari awal sampai akhir.

4 Pegawai yang cukup cakap

Tingkat kecakapan pegawai mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem penegndalian intern. Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat-syarat yang diminta, bisa diharapkan bahwa sistem pengawasan intern juga tidak akan berhasil dengan baik.


(23)

2.2.1.4. Pengawasan-Pengawasan Terhadap Sistem Pengendalian Intern Untuk menjamin berlakunya sisitem pengendalian intern dengan baik, diperlukan pengawasan tambahan yang terdiri dari laporan-laporan, budget / standar dan suatu staff sudit intern.

1. Laporan merupakan alat bagi suatu bagian dalam perusahaan untuk mempertanggungjawabkan tugas - tugasnya. Laporan-laporan ini diserahkan kepada atasan degan maksud agar atasan dpat mengetahui samapi seberapa jauh pekerjaan-pekerjaan sudah dilaksanakan.

2. Standar atau Budget merupakan alat untuk mengukur realisasi.

Apabila manajemen menginginkan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan bagian-bagian dalam perusahaan maka manajemen harus menyediakan alat-alat untuk mengukur realisasi 3. Staff audit intern merupakan bagian atau pegawai dalam perusahaan

yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.

Luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

2.2.2. Independensi

Dalam kode etik Akuntan tahun 1994 yang dikutip dari artikel Sekar Mayang Sari (2003:6) disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang


(24)

diharapkan dari seorang auditor untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan public berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik (Christiawan, 2002).

Setiap akuntan harus memelihara integritas dan objektivitas dalam tugas profesioanalnya dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan sikap seseorang untuk bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporakan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

Menurut Abdul Halim (2001:21) ada tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut :

1. Independence in fact (independensi senyatanya) yakni auditor harus

mempunyai kejujuran yang tinggi.

2. Independence in appearance (independensi dalam penampilan) yang

merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga kedudukanya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektivitsnya.

3. Independensi in competence (independensi dari sudut keahlian yang

berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.


(25)

Dua kata kunci dalam pengertian independensi adalah (1). objektivitas, yaitu suatu kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak, dan (2). Integritas yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan mengemukakan fakta apa adanya (Iz Irene, 2004 : 35).

Independensi auditor dibedakan menjadi dua yaitu independen dalam kenyataan (independence of fact) dan independen dalam penampilan (independence in appearance). Independen dalam kenyataan merupakan suatu kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang dijumpai dalam pemeriksaanya (Mulyadi, 2002 : 62). Independen dalam penampilan merupakan keyakinan dari pemakai laporan keuangan atau masyarakat bahwa independen dalam kenyataanya telah dicapai (Sanyoto G, 2002 : 60)

2.2.3. Keahlian Profesional

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) Yang dikutip dalam artikel Murtanto (1999 : 39) mendefinisikan keahlian perupakan ketrampilan dari seorang ahli. Ahli didefinisikan sebagai sebagai seseorang yang memilki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman.

Dalam artikel yang sama Hayes Roth dkk (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.


(26)

Komponen keahlian berdasarkan model yang dikembangkan oleh Abdolmohammadi dkk (1992) yang dikutip dari artikel Murtanto (1994 : 40) dapat dibagi menjadi :

1. Komponen pengetahuan (knowledge component) yang meliputi

komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur dan pengalaman.

2. Ciri-ciri psikologis (pshycological traits) yang ditujukan dalam komunikasi, kepercayaan, kreativitas dan kemampuan bekerja dengan orang lain

3. Kemampuan berpikir untuk kemampuan bekerja dengan orang lain. 4. Strategi penentuan keputusan baik formal maupun informal

5. Analisis tugas yang dipengaruhi oleh pengalaman audit yang

mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan.

Sebagai seorang profesional, auditor mempunyai kewajiban untuk memenuhi aturan perilaku yang spesifik, yang menggambarkan suatu sikap atau hal-hal yang ideal. Kewajiban tersebut berupa tanggung jawab yang bersifat fundamental bagi profesi untuk memantapkan jasa yang ditawarkan. Seseorang yang profesional mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena diasumsikan bahwa seorang yang profesional memiliki kepintaran, pengalaman dan pengetahuan untuk memahami dampak aktivitas yang dilakukan.

2.2.4. Pengalaman Kerja Pengawas Intern

Libby (1985) dalam artikel Koroy (2005 : 917) menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expert)


(27)

Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap struktur pengendalian intern

Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002 : 483) jika seorang auditor berpengalaman maka auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, auditor mamiliki salah sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim dan hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian intern manjadi relatif lebih menonjol.

Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman.

Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal :

1. Mendeteksi kesalahan

2. Memahami kesalahan secara akurat 3. Mencari penyebab kesalahan.

Murphy dan Wrigth (1984) dalam Sularso dan Naim (1999) memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam


(28)

ingatannya. Weber dan Croker (1983) dalam artikel yang sama juga menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit. Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002 : 25), pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistemtis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman

Penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Frederick (1990) dalam Kusharyanti (2003 : 26) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan-kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Kemudian Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Kartika Widhi (2006) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.


(29)

2.2.5. Pengaruh Independensi Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. (Abdul Halim, 2001 : 189). Pengendalian internal akutansi yang baik akan menjamin keamanan kekeyaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.(Mulyadi, 2002 : 26).

Pengaruh independensi terhadap struktur pengendalian intern adalah apabila setiap orang yang mempunyai sikap independensi maka orang itu jujur, tidak memihak dan hanya melaporkan temuan-temuannya yang hanya berdasarkan bukti, jika terjadi sesuatu pada struktur pengendalian intern. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. hal ini sesuai dengan Teori Pengharapan (Expectancy Theory) Teori ini telah dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurth Levin dan Edward Tolman yang


(30)

mengatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pengertian seseorang mengenai suatu tingkah laku, dengan yang ingin diperolehnya sebagai harapan, hal ini berarti dengan adanya sikap independensi diharapkan Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Interndapat terlaksana dengan baik (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 30)

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi (2007), membuktikan bahwa independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi sikap independensi yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur pengendalian intern akan semakin baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa independensi berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

2.2.6. Pengaruh Keahlian Profesional Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Tingkat kecakapan pegawai akan mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem pengendalian intern. Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik, tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat yang diminta, maka bisa diharapkan bahwa sistem pengawasan intern tidak akan berhasil dengan baik. (Baridwan, 1994 : 14)

Karena luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi


(31)

tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

Dalam artikel Hayes Roth dkk (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Murphy dan Wrigth (1984) dalam Sularso dan Naim (1999) memberikan bukti empiris bahwa seseorang yang berpengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya. Selanjutnya Weber dan Croker (1983) dalam artikel yang sama juga menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaannya semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang struktur kategori yang rumit.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi (2007), membuktikan bahwa keahlian profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi keahlian profesional yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur pengendalian intern akan semakin baik. hal ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)


(32)

Dari fenomena diatas dapat diartikan bahwa apabila seseorang itu memiliki keahlian dan paham dalam penerapan Struktur Pengendalian Intern, maka efektivitas penerapan dari Struktur Pengendalian Intern akan terwujud, sehingga dapat disimpulkan bahwa keahlian profesional mempunyai pengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

2.2.7. Pengaruh Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Pengalaman kerja akan meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja. Semakin berpengalaman seseorang maka semakin mampu dia mengahasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompkeks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap struktur pengendalian intern (Libby (1985) dalam artikel Koroy, 2005 : 917)

Penelitian yang dilakukan oleh Tubbs (1990) dalam artikel yang sama berhasil menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut. Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Kartika Widhi (2006) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit.


(33)

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Eka Desyanti dan Ni Made Dwi Ratnadi (2007), membuktikan bahwa pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh yang signifikan terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, yang berarti semakin tinggi pengalaman kerja pengawas intern yang dimiliki oleh seorang pemimpin maka efektivitas penerapan struktur pengendalian intern akan semakin baik, hal ini sesuai dengan teori motivasi prestasi (Achievement Motivation) dari Mc Clelland yang menyebutkan bahwa seseorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan dan tergantung pada dorongan motivasi, situasi dan peluang yang ada. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 29), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

2.2.8. Pengaruh Independensi, Keahlian profesional dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Struktur pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Menurut Tawaf (1999 : 19) pengendalian intern meliputi kebijakan, susunan organisasi, serta semua cara-cara dan peraturan yang terkoordinasi yang dianut untuk mencapai tujuan oleh satuan usaha.

Luasnya ruang lingkup usaha mengakibatkan pimpinan dan pihak manajemen tidak dapat secara langsung mengawasi semua aktivitas, baik aktivitas intern maupum aktivitas ekstern, yang terjadi pada koperasi tersebut. Oleh karena itu, pimpinan dan pihak manajemen memerlukan


(34)

pengawas intern yang memiliki sikap independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja dalam menilai efektivitas penerapan struktur pengendalian intern

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnadi (2007), menunjukkan bahwa independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern. Dan penelitian yang dilakukkan oleh Elfarini (2007) juga menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu berarti semakin tinggi tingkat kompetensi dan independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi pula tingkat kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Dan semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern (Libby :1995)

Teori Keseimbangan (Equity Theory) yang dikembangkan oleh Adam (Mangkunegara, 2001 : 120-121) yang menyebutkan bahwa semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanaan kerja, yang artinya jika seorang audit memiliki sikap independensi yang tinggi dan keahlian professional yang baik, serta memiliki pengalaman kerja pengawas Intern yang baik maka Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern akan tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa Independensi, Keahlian profesional dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern berpengaruh terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern.


(35)

2.3. Kerangka Pikir

Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir seperti ini ditunjukkan pada gambar 1, sebagai berikut :

Independensi (X1)

Pengalaman Kerja Pengawas Intern (X3)

Keahlian Profesional (X2)

Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern.

(Y)

Regresi Linier Berganda Gambar. 1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut

Diduga bahwa independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita”


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) variabel bebas (X) yaitu Independensi (X1), Keahlian Profesional (X2), dan

Pengalaman Kerja Pengawas Intern (X3), dan satu variabel terikat (Y) yaitu

Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari : a. Independensi (X1)

Merupakan sikap seseorang bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

Indikator-indikator yang digunakan untuk variabel Independensi, meliputi :

1) Status organisasional 2) Objektivitas

b. Keahlian Profesional (X2)

Merupakan keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut.


(37)

Indikator-indikator yang digunakan untuk variabel Keahlian Profesional, meliputi :

1) Ketaatan terhadap kode etik porfesional, pengetahuan 2) Pengetahuan, ketrampilan dan disiplin ilmu.

3) Hubungan dan komunikasi antar manusia 4) Pendidikan lanjutan

c. Pengalaman Kerja Pengawas Intern (X3)

Merupakan suatu keyakinan dan dukungan yang kuat untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi

Indikator-indikator yang digunakan untuk variabel Pengalaman Kerja Pengawas Intern, meliputi :

1) Kepekaan dalam mendeteksi adanya kekeliruan 2) Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas audit 3) Kemampuan dalam menggolongkan kekeliruan 4) Kemampuan dalam membuat laporan pemeriksaan

2. Variabel Terikat (Y)

Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Merupakan suatu kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai.


(38)

Indikator-indikator yang digunakan untuk variabel Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern, meliputi :

1) Liangkungan pengendalian 2) Sistem akuntansi

3) Prosedur pengendalian

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval, yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur (Nazir, 2005 : 131), sedangkan teknik pengukuran yang digunakan adalah semantik deferensial yaitu untuk mengukur pengertian suatu objek atau konsep oleh seseorang. Skala perbedaan semantik ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana pandangan seseorang terhadap suatu konsep atau objek apakah sama atau berbeda. Responden dapat memberi jawaban yang positif sampai negatif, hal ini tergantung pada persepsi responden (Nazir, 2005 : 344), dengan klasifikasi jawaban, yaitu sebagai berikut :

1 2 3 4 5

Sangat tidak setuju Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 (satu) berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan, nilai 3 (tiga) merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang


(39)

diberikan, dan jawaban dengan nilai 5 (lima) berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah audit internal pada Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya yang berjumlah 358 orang, dengan catatan bahwa dari 358 kelompok, yang terdiri dari 15 sampai dengan 30 orang anggota untuk setiap kelompoknya, diambil 1 (satu) orang anggota untuk dijadikan sampel.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003 : 73). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2 1 Ne

N

(Umar, 2001 : 74) Dimana :

n = Ukuran sampel


(40)

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 10%).

Cara Perhitungan : n = 2

) 1 , 0 .( 358 1 358

 =1 358.(0,01)

358  = 58 , 3 1 358

 =4,58

358

n = 78,16 = 79 responden

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 79 orang responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 79 orang responden

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2005 : 203).


(41)

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2002 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2002 : 133)


(42)

Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan Uji Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah berdistribusi normal(Sumarono, 2004 :40)

3.5. Asumsi Klasik

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji regrasi ini tidak bias (Sesuai dengan tujuan Untuk mengambil keputusan BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh persamaan tersebut, yaitu (Gujarati, 1999 : 153)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dengan cara uji Durbin-Watson (DW test), tetapi dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati, 1999 : 201).

2. Multikolineritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas.


(43)

Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikoliniaritas adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bebas Multikolinieritas (Ghozali, 2002 : 57-59)

3. Heteroskedasitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan uji korelasi rank spearman

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Sig (2-tailed) > 0,05, maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bebas Heteroskedastisitas (Santoso, 2001 : 161)

3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.6.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

(Anonim, 2008: L-21) Keterangan :


(44)

β0 = Konstanta

X1 = Independensi

X2 = Keahlian Profesional

X3 = Pengalaman Kerja Pengawas Intern β1…3 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.6.2. Uji Hipotesis

3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model

Uji F ini digunakan untuk mengetahui sesuai tidaknya model regresi yang dihasilkan guna melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan tidak cocok

guna melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan model regresi yang dihasilkan cocok guna

melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern 2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan


(45)

Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

3.6.2.2. Uji Parsial

Uji t ini digunakan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern secara parsial terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan

Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern secara parsial terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

H1 : β1 ≠ 0, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan

Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalama Kerja Pengawas Intern secara parsial terh Efektivitas Penerapan S

n adap truktur Pengendalian

digunakan tingkat signifikan 0,05 Intern

2. Dalam penelitian ini 3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak


(46)

adap Efektivitas Penerapan Struktur

adap Efektivitas Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern secara parsial terh

Pengendalian Intern

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh yang signifikan Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern secara parsial terh


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita

Dalam perjalanannya memang telah banyak capaian maupun prestasi yang telah diraih Kopwan Setia Bhakti Wanita Kedalam Kopwan Setia Bhakti Wanita telah mampu meningkatkan omset, asset dan jumlah anggotanya Sementara keluar berbagai pengakuan juga telah didapat.

Namun bila dilihat perjalanan kebelakang semua itu bermula dari kumpulan ibu-ibu arisan yang terdiri dari 35 orang. Mereka adalah orang-orang yang punya komitmen dan idealisme. Setiap bulan mereka berkumpul dari rumah anggota satu ke yang lain secara bergiliran Dan nilai arisannya sebesar Rp 2000 per orang.

Sekitar 1975 kelompok kini telah mempunyai usaha simpan pinjam walau kecil-kecilan. Waktu itu anggota bisa pinjam Rp 5 ribu yang dicicil 5 kali, kemudian terus berkembang pinjaman bisa meningkat hingan Rp 10 ribu. Seiring waktu, modal pun bertambah, pinjaman bisa semakin ditingkatkan menjadi Rp 50 ribu. Dan biasanya pinjaman oleh anggota digunakan untuk membuka usaha walaupun sifatnya temporer. Seperti misalnya membuat kue yang dijual tatkala lebaran. Sementara ditempat lain, tepatnya di Malang telah berkembang pula Kopwan Setia Budi Wanita. Dan kebetulan Ibu Syafril salah satu tokohnya dekat dengan anggota kelompok arisan ini. Sejak 1977 Ibu Syafril mulai datang ke pertemuan arisan untuk memperkenalkan tentang koperasi bahkan para pengurus Kopwan Setia Budi Wanita juga diajak


(48)

Memang ketika pertama kali diperkenalkan tentang koperasi, anggota kelompok arisan ini kurang begitu tertarik tapi rupanya Ibu Syafril tidak putus asa, pada setiap pertemuan selalu datang untuk memotivasi agar membentuk koperasi. Karena dari jumlah anggota, memang sudah memenuhi persyaratan .

Setelah 4 hingga 5 kali pertemuan dengan Ibu Syafril, muncul keinginan untuk mencoba membentuk koperasi. Pada awalnya dipilihlah rumah Ibu Tatik Yudara sebagai kantor, dan kegiatan dilakukan di garasi. Tapi lama kelamaan garasi pun tidak memadai sehingga harus masuk ke ruang tamu sementara ruang makan dijadikan tempat untuk ruang rapat pengurus.

Dari anggota 35 orang kemudian beberapa orang mencoba membentuk kelompok baru hingga terbentuk 4 kelompok. Karena anggota sudah banyak, akhirnya Depkop Wanita itu diminta untuk melakukan pembinaan kemudian disarankan untuk mengajukan permohonan badan hukum.

Peranan Ibu Syafril tidak hanya berhenti sampai disitu, iapun memperkenalkan keponakannya yayang akan siap membantu dalam pembentukan koperasi. Keponakan itu yang kemudian dalam perjalanan telah berhasil membawa kopwan Setia Bhakti Wanita seperti saat ini. Dialah Ibu Yoos Lutfi.

Kemudian pada tanggal 30 Mei 1978, Koperasi Wanita Setia Bhakti Wanita diresmikan oleh Departemen Koperasi Kodya Surabaya dengan wilayah kerja Kecamatan Gubeng Dua tahun kemudian tepatnya 15 Januari


(49)

1980 mendapatkan badan hukum dari Depkop Kodya Surabaya dengan nomor: 4362/BH/II/80. Seiring dengan perkembangan anggota, kantorpun berpindah dari sebuah garasi ke sebuah kantor di Jl. Panglima Soedirman Kantor tersebut milik Puskowan Jatim yang direlakan untuk ditempati dengan sewa relative murah.

Perjalanan terus berlanjut, dari tahun ke tahun jumlah anggota terus bertambah, dari 35 orang menjadi 2.913 orang di tahun 1984. Perkembangan yang pesat itulah yang kemudian menuntut adanya perubahan anggaran dasar, dilakukan lagi di tahun 1988. Saat itu anggota sudah mencapai 3.431 orang yang terbagi dalam 270 kelompok. Jangkauan tidak lagi sebatas Surabaya Timur tapi diperluas Dari 19 kecamatan yang ada di Kodya Surabaya, 11 diantaranya masuk dalam wilayah kerja Kopwan Setian Bhakti Wanita.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang sadar untuk berkoperasi, wilayah kerja dirasa semakin sempit. Perubahan anggaran dasar pun dilakukan lagi, yang disahkan pada rapat anggota tanggal 9 Pebruari 1996. Kini Wilayah kerja mencakup seluruh Kota Surabaya dan sekitarnya Di tahun tersebut anggota telah mencapai 6.303 orang dengan kekayaan sebesar Rp 6,45 milyar.

Sampai dengan Desember 2001 anggota telah mencapai 9.832 orang yang dibagi dalam 348 kelompok. Sementara permodalan telah berkembang hingga mencapai Rp 33,775 milyar Dan disaat kondisi Kopwan Setia Bhakti Wanita dirasa semakin mantap ada keinginan untuk memperluas wilayah kerja hingga seluruh Nusantara. Sayangnya keinginan anggota tidak bisa terwujud karena alasan legalitas.


(50)

Sebetulnya keinginan anggota tersebut cukup beralasan mengingat prestasi yang telah dicapai baik ditingkat local maupun nasional. Sejak tahun 1980 Kopwan Setia Bhakti Wanita termasuk dalam Koperasi Klasifikasi A (sangat mantap). Berbagai prestasi seperti koperasi terbaik, koperasi andalan, koperasi teladan, koperasi teladan utama dan koperasi berprestasi telah diraih. Tak mengherankan bila kemudian Kopwan Setia Bhakti Wanita sering dijadikan tempat menimba ilmu atau study banding bagi koperasi dari seluruh pelosok tanah air.

Bahkan di tahun 2002, system tanggung renteng yang telah diterapkan di Kopwan Setia Bhakti Wanita diakui kehandalannya secara nasional berkaitan dengan itu Meneg Koperasi dan UKM meminta Ibu Yoos Lutfi sebagai Ketua Umum Kopwan SBW untuk mereflikasi system tersebut di 7 propinsi. Di tahun yang sama Ibu Yoos Lutfi juga menerima penghargaan sebagai Tokoh Penggerak Koperasi.

Kini usia Kopwan Setia Bhakti Wanita telah genap 25 tahun. Di usia yang seperempat abad ini telah banyak catatan sejarah yang ditorehkan Kebesaran nama Kopwan Setia Bhakti Wanita sudah diakui banyak pihak, baik local, nasional maupun internasional Kopwan Setia Bhakti Wanita sekarang bukan hanya kebanggaan dari 10 ribu lebih anggotanya, tapi juga kebanggaan bangsa.

Setelah semua proses pembangunan & instalasi mesin – mesin produksi selesai dilakukan, perusahaan ini mulai melakukan proses produksi. Perusahaan ini merupakan perusahaan rotogravure printing, laminating, converting & flexible packaging yang mana memproduksi berbagai macam kemasan barang yang berbahan dasar plastik, misalnya bungkus snack makanan, mie instan, dan sebagainya.


(51)

Kini usaha tersebut mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga mampu melakukan perluasan usaha dan mampu melakukan kerjasama dengan perusahaan yang lebih besar.

4.1.2. Visi dan Misi Visi

Meningkatkan Koperasi Wanita “Setia Bhakti Wanita” sebagai organisasi koperasi yang handal dan tangguh dengan dukungan sumber daya manusia yang professional, serta penerapan system tanggung renteng yang efektif melalui pemberdayaan anggota sehingga dapat meningkatkan ekonomi mereka.

Misi

Meningkatkan pelayanan koperasi dan kualitas sumber daya manusia untuk dapat menumbuh kembangkan kehidupan yang lebih bertanggung jawab (Mandiri) dan berkesinambungan.

4.1.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan dan memberi kejelasan dalam pembagian tugas, hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unsur guna mencapai tujuan organisasi.

Adanya struktur organisasi akan terlihat pembagian pekerjaan atau tugas yang tegas diantara komponen-komponen yang ada, sehingga pimpinan dapat mengendalikan usahanya dengan baik dan benar.


(52)

Untuk mmperjelas uraian di atas, maka berikut ini merupakan struktur Organisasi Koperasi Wanita Setia Bakti Wanita,.yang dapat dilihat pada gambar 2, sebagai berikut :

Rapat Anggota

Ketua Umum

Pengawas

Ketua I Ketua I

Bendahara I & II Sekertaris I & II

Manager PPL

Kelompik Anggota

Gambar 2 : Struktur Organisasi

Koperasi Wanita “Setia Bakti Wanita”

Sumber : Koperasi Wanita “Setia Bakti Wanita”, 2009

Susunan Pengurus :

Ketua I : Hj. Darmiati Sudjono Sadjim Ketua II : Dra. Chandra Fatmawati Sekretaris : Indra Wahyuningsih SH, Mhum Bendahara I : Niken Wuryansasi

Bendahara II : Siti Zulecha, SE Pengawas

Koordinator Pengawas : Esti Wijayanti, SE Koordinator Anggota : Pudji Lestari, SE


(53)

Adapun tugas dan tanggung jawab kepengurusan pada Koperasi Wanita Setia Bakti Wanita adalah sebagai berikut :

1. Ketua

Memimpin dan mengawasi semua kegiatan anggota pengurus untuk mencapai tujuan, memimpin Rapat Anggota atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan atas nama pengurus memberikan laporan pertanggungjawabab kepada Rapat Anggota Tahunan tersebut.

2. Sekretaris

Memimpin Rapat anggota atau Rapat Anggota Tahunan (RAT) jika ketua tidak bisa hadir, bertanggungjawab mengkoordinasi atau menyelesaikan semua masalh yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan mencata, mengolah, meyimpan serta memusnahkan surat atau naskah.

3. Bendahara I

Bertanggungjawab mengkoordinasi serta menyelesaikan semu permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan akuntansi.

4. Bendahara II

Bertanggungjawab mengkoordinasikan serta memecahkan atau menyelesaikan semua permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian kegiatan pencocokan dan penelitian serta perbendaharaan atau keuangan.

5. Karyawati

Bertanggungjawab membantu menyelesaikan rencan kerja dari masing-masing pengurus.


(54)

6. Pengawas

Bertugas dan berkewajiban melakukan pengawasan dan pemeriksaan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali atas tata kehidupan kopersi yang meliputi organisasi, usaha, keuangan, pembukuan, dan pelaksanaan kebijakan pengurus.

4.1.4. Jenis – Jenis Usaha

1. Simpan Pinjam

a. Produk Simpanan :

1) Simpanan Sukarela

Simpanan yang dapat disetor maupun ditarik setiap saat dengan setoran minimal Rp 2.500,-

2) Simpanan Harian

Simpanan dengan bunga harian yang dapat disetor dan ditarik setiap saat.

3) Simpanan Setia Plus

Simpanan terbatas minimal Rp 500 ribu yang diwujudkan dalam bentuk bilyet dengan jangka waktu 6 bulan dan 1 tahun.

4) Simpanan Berjangka

Investasi aman, terpercaya sekaligus memberikan jasa yang kompetitif. Dana dapat disimpan sesuai jangka waktu yang dikehendaki yaitu 3, 6 dan 12 bulan dengan system perpanjangan otomatis tanpa perlu instruksi pada saat jatuh tempo.


(55)

b. Produk Pnjaman

1) Pinjaman dengan system tanggung renteng :

Pinjaman ini diperuntukkan bagi anggota melalui kelompok dengan system tanggung renteng Untuk pinjaman pada anggota ini besarnya dihitung berdasarkan plafon pribadi dan plafon kelompok. Ada beberapa jenis pinjaman yakni :

a) Pinjaman SP 1

Pengajuan pinjaman melalui kelompok sesuai dengan system tanggung renteng Sedang besar pinjaman 4 (empat) kali simpanan wajib anggota dengan batas maksimal Rp 10 juta.

b) Pinjaman SP 2

Pengajuan pinjaman melalui kelompok untuk pembelian barang diluar Kopwan Setia Bhakti Wanita dengan Plafon 2 (dua) kali simpanan wajib dengan batas maksimal Rp 5 juta.

c) Pinjaman SP 3

Pengajuan pinjaman maksimal Rp 1 juta melalui kelompok untuk pembelian kebutuhan bahan pokok dan garment yang bisa diangsur maksimal 10 kali.

2) Pinjaman diluar tanggungan kelompok: a) Pinjaman Toko Kecil

Pinjaman dalam bentuk barang untuk anggota yang mempunyai toko atau kios tanpa agunan.

b) Pinjaman UKM

Pinjaman untuk anggota dan anggota luar biasa yang punya usaha dengan menggunakan jaminan berupa BPKB, perhiasan, simpanan berjangka dan sertifikat.


(56)

2. Swalayan

Usaha ini berawal dari tuntutan anggota agar Kopwan Setia Bhakti Wanita juga melayani barang kebutuhan sehari-hari anggota sesuai dengan keputusan dalam rapat anggota, maka dibukalah Waserda Namun seiring dengan perkembangan anggota yang mencapai sepuluh ribu lebih, tuntutanpun berkembang dari Waserda menjadi swalayan Gedung III yang digunakan untuk swlayan ini diresmikan oleh Ali Marwan Hanan, Meneg Kop dan UKMRI pada 22 April 2003.

3. Learning Center

Unit ini dibentuk pada tahun 2004 dan diresmikan oleh Sutarto, Deputy Kelembagaan Kementerian Negara Koperasi dan UKMRI, setelah Kopwan SBW mendapat tugas untuk mensosialisasikan system tanggung renteng di samping itu juga ditunjang dari data yang menunjukkan banyaknya tamu yang berkunjung ke Kopwan SBW untuk studi banding. Di unit inilah, peserta learning center akan mendapatkan materi tentang pengelolaan koperasi dan aplikasi system tanggung renteng dalam hal ini materi tidak hanya diberikan dalam kelas tapi peserta juga bisa melihat langsung bagaimana pelaksanaan system tanggung renteng di kelompok anggota. Kemudian dilengkapi pula dengan simulasi system tanggung renteng.

4. Griya Tamu

Unit ini baru dibuka pada penghujung tahun 2007 sebagai bentuk pengembangan usaha. Pembukaan unit ini di latar belakangi


(57)

banyaknya tamu Kopwan SBW untuk studi banding maupun mengikuti pelatihan tentu saja unit Griya Tamu ini tidak hanya untuk tamu Kopwan SBW tapi juga terbuka untuk umum baik anggota maupun non anggota

5. E – Kopwan SBW

Unit yang baru diresmikan pada saat peringatan Hari Kartini, 21 April 2009 ini dimaksudkan untuk membantu memasarkan produk anggota melalui internet. Disamping itu, juga mengajak anggota untuk memanfaatkan berbagai peluang usaha dengan memanfaatkan teknologi informasi.

4.1.5. Assets Permodalan

Berawal dari sebuah garasi salah satu anggota yang jadi pengurus kini gedung-gedung lantai diatas tanah seluas 1.400 m2 telah dimiliki. Memang semuanya tidak begitu saja terjadi melainkan melalui proses perjalanan panjang selama 25 tahun.

Sebelum memiliki gedung sendiri, Kopwan Setia Bhakti Wanita menyewa kantor milik Puskowan Jati di Jl. Panglima Sudirman Surabaya. Sampai akhirnya sebidang tanah di Jl. Jemur Andayani 55 terbeli. Kemudian diatasnya dibangun gedung lantai 2 dan 1988 diresmikan Bapak Bustanil Arifin sebagai Menteri Koperasi waktu itu. Untuk memiliki gedung ini, atas kesepakatan anggota, SHU selama 5 (lima) tahun tidak dibagikan


(58)

Kebutuhan terus bertambah, luas gedung serasa sesak ketika anggota telah mencapai 6000 orang. Kembali anggota urunan sebesar Rp 16 ribu yang diangsur selama 5 bulan. Hasilnya sebuah gedung lantai 2 diatas tanah seluas 400 m2. Dan 13 Januari 1996 diresmikan pemakaiannya oleh Bapak Subiyakto Tjakrawardaya Menteri Koperasi waktu itu.

Waktu terus berjalan anggota terus bertambah hingga 10 ribu lebih dan kegiatan semakin meningkat. Tak ayal gedung yang ada serasa sesak. Kembali Kopwan Setia Bhakti Wanita membeli sebidang tanah untuk memperluas gedung lama tanpa harus minta sumbangan anggota seperti sebelumnya.

Dengan adanya gedung baru ini unit toko bisa dikembangkan menjadi Swalayan dan peresmiannya oleh Bapak Ali Marwan Hanan sebagai Menteri Negara Koperasi & Usaha Kegiatan Menengah (UKM) pada 22 April 2003. Hal tersebut juga merupakan rangkaian acara peringatan perempat abad usia Koperasi Wanita (KOPWAN) Setia Bhakti Wanita.

Sementara asset juga terus berkembang sampai akhir tahun 2002 assetnya telah mencapai 42 milyar. Sedang volume usaha mencapai Rp 59 milyar yang berarti omzet rata-rata Rp 4,9 milyar per bulan

Untuk komposisi permodalan saat ini 45% modal sendiri dan 55% modal pinjaman pada pihak luar. Adanya pinjaman pada pihak luar ini berkaitan dengan system plafon yang diterapkan untuk anggota yang pinjam. Artinya anggota mempunyai hak pinjam sebear 4 kali simpanan wajibnya.


(59)

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini merupakan perkembangan omzet usaha Kopwan Wanita “Setia Bakti Wanita” Surabaya, selama 31 tahun (1996 – 2008),.yang dapat dilihat pada tabel 1, sebagai berikut :

Tabel. 1 : Perkembangan Omzet Usaha

Kopwan “Setia Bhakti Wanita “ Surabaya Tahun 1978 - 2008

Tahun Piutang

Organisasi Piutang Khusus Piutang KPPK Penjualan & Pinjaman Toko Piutang KPPK

1978 15,480 0,000 0 0 -

1979 62,640 0,000 0 0 -

1980 222,971 56,156 0 5,253 -

1981 479,497 39,143 0 38,121 -

1982 695,252 77,153 29,260 100,347 -

1983 819,527 43,030 38,400 97,990 -

1984 929,539 43,898 16,555 46,028 -

1985 609,100 22,965 43,425 58,378 -

1986 791,121 26,221 73,790 48,252 -

1987 978,475 29,745 70,375 64,275 -

1988 1,170,265 36,445 44,900 53,766 -

1989 1,644,470 35,285 58,850 69,649 -

1990 2,460,062 12,596 53,700 145,618 -

1991 2,786,105 25,017 56,300 173,418 -

1992 3,460,659 81,020 64,075 302,657 -

1993 4,938,262 144,683 40,800 584,557 -

1994 6,388,126 516,115 52,950 683,607 -

1995 7,157,214 406,185 40,100 826,090 -

1996 9,217,878 551,985 45,850 1,030,695 -

1997 11,106,557 599,273 81,700 1,023,759 -

1998 11,137,416 2,430,350 282,825 2,079,601 -

1999 16,478,381 4,541,099 436,200 4,215,038 -

2000 21,528,982 6,950,206 503,300 6,427,372 6,427,372

2001 29,688,577 15,509,415 23,900 8,087,296 2,249,500

2002 39,673,586 18,263,831 - 11,029,536 1,988,990

2003 47,236,619 16,604,395 - 17,097,782 1,117,000

2004 70,557,853 20,823,320 - 10,994,332 1,413,200

2005 81,376,341 3,158,100 - 15,756,233 1,058,000

2006 92,073,520 2,072,319 - 25,466,856 727,500

2007 105,993,097 4,635,850 - 3,515,700 403,500

2008 105,249,148 5,664,050 - 3,823,013 436,850 Sumber : Koperasi Wanita “Setia Bakti Wanita”, 2009

Bermula dari 35 perempuan yang tergabung dalam sebuah kelompok arisan. Kini setelah 25 tahun sejak 30 Mei 1978, anggota telah


(60)

berkembang menjadi 10 ribu lebih. Bermula dari 2 kelompok dalam satu kecamatan. Kini setelah 25 tahun berkembang menjadi 358 kelompok. bukan lagi di satu kecamatan tapi tersebar di Surabaya dan sekitarnya.

Perkembangan anggota yang ribuan kali lipat dari awalnya, tidak mengurangi rasa kebersamaan. Melalui pertemuan kelompok setiap bulan, melalui temu wicara setiap 6 bulan dan melalui rapat anggota setiap tahun membuat rasa kebersamaan selalu terasa dan animo masyarakat untuk bergabung menjadi anggota Kopwan Setia Bhakti Wanita terus meningkat. Masyarakat mendengar dan melihat sendiri bagaimana anggota diberdayakan berbagai fasilitas kredit untuk penunjang usaha dan kebutuhan lainnya, bisa diperoleh berbagai ketrampilan dan wawasan tentang usaha juga didapat dan anggota merasa tidak dijadikan obyek usaha untuk memperkaya lembaga. Anggota diberdayakan dan diajak musyawarah untuk ikut memikirkan koperasinya.

Sedang untuk bisa bergabung menjadi anggota Kopwan Setia Bhakti Wanita haruslah melalui kelompok-kelompok yang sudah ada. Diterima atau tidaknya seseorang menjadi anggota, tergantung dari hasil kesepakatan anggota kelompok yang akan dimasuki. Namun masyarakat juga bisa bergabung menjadi anggota Kopwan Setia Bhakti Wanita dengan membentuk kelompok baru. Sedang persyaratannya minimal sudah tergabung 15 perempuan dan diantara mereka saling mengenal. Selain itu seluruh anggota harus bersepakat untuk menerima dan menjalankan system tanggung renteng beserta konsekuensinya. Tentunya beberapa persyaratan administrasi juga harus dipenuhi.


(61)

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini merupakan perkembangan jumlah anggota Kopwan Setia Bakti Wanita Surabaya, selama 30 tahun (1978 – 2008), yang dapat dilihat pada tabel 2, sebagai berikut

Tabel. 2 : Perkembangan Jumlah Anggota

Kopwan “ Setia Bhakti Wanita “ Surabaya Tahun 1978 - 2008

Tahun Organisasi KPPK Luar Biasa

1978 75 0 0

1979 778 0 -

1980 1,525 0 -

1981 2,347 0 -

1982 3,496 298 -

1983 3,618 327 -

1984 2,913 447 -

1985 2,933 365 -

1986 3,161 793 -

1987 3,147 493

1988 3,431 396 -

1989 4,029 497 -

1990 4,884 307 -

1991 4,942 223 -

1992 5,255 101 -

1993 6,029 85 -

1994 6,414 137 -

1995 6,232 93 -

1996 6,678 87 -

1997 7,055 123 -

1998 7,318 172 -

1999 7,639 313 -

2000 8,812 365 0

2001 9,631 - 201

2002 9,871 - 360

2003 10,479 - 180

2004 10,664 - 232

2005 10,858 - 176

2006 10,847 - 152

2007 10,405 - 91

2008 9,956 - 104


(62)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 79 orang audit internal pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” Di Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 15 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian.

Untuk memperjelas uraian tersebut di atas, maka berikut ini adalah hasil dari jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Independensi

(X1)”.

Merupakan sikap seseorang bertindak jujur, tidak memihak, dan melaporkan temuan-temuan hanya berdasarkan bukti yang ada.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuisioner mengenai Independensi, dapat dilihat pada tabel 3, sebagai berikut :

Tabel. 3 : Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Independensi (X1)

Jawaban Quisioner

1 2 3 4 5

Item Pertanyaan

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 23 29,11 22 27,85 9 11,39 9 11,39 16 20,25

2 22 27,85 19 24,05 12 15,19 1 1,27 25 31,65

3 28 35,44 18 22,78 9 11,39 6 7,59 18 22,78

4 27 34,18 23 29,11 8 10,13 6 7,59 15 18,99

Mean 31,65 25,95 12,03 6,96 23,42


(1)

dorongan motivasi, situasi dan peluang yang ada. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 29), sehingga dapat disimpulkan bahwa Pengalaman Kerja Pengawas Intern dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur tingkat efektivitas penerapan struktur pengendalian intern.

4.4.2. Perbed

an periode penelit

alian Intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” di Surabaya,

4.4.3. Konfir

aan Dengan Penelitian Sebelumnya

Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada objek, jumlah sampel d

ian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern terhadap Efektivitas Penerapan Struktur Pengend

masi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini ádalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern terhadap efektivitas penerapan struktur


(2)

70

pengen

mberikan masukkan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penerapan struktur

4.5.

n persepsi di antara masing-masing responden (Para

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari satu tempat saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit

dalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita di Surabaya, telah tercapai.

Dari manfaat yang telah dikemukakan, maka hasil penelitian diharapkan dapat me

pengendalian intern

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini. Adapun batasan-batasan tersebut yaitu: 1. Adanya perbedaa

Audit Internal) di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner.

2. Jawaban responden yang disampaikan secara tertulis melalui kuesioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga bahwa independensi, keahlian profesional, dan pengalaman kerja pengawas intern berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita”, teruji kebenarannya.

5.2.Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penerapan struktur pengendalian intern dimasa yang akan datang, yaitu antara lain :

1. Bagi pihak koperasi hendaknya dapat menciptakan kesan adanya manajemen yang baik bagi koperasi yaitu dengan memilih audit internal yang independen, dan dapat mempertahankan integritas, obyektivitas serta menjaga kode etik profesi, karena reputasi audit sangat menentukan kredibilitas laporan keuangan.

2. Manajemen koperasi hendahnya dapat lebih memperhatikan struktur pengendalian intern perusahaan. Hal tersebut akan memudahkan audit internal dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya, karena dengan struktur pengendalian intern perusahaan yang baik maka akan sedikit pengujian yang harus dilakukan oleh audit internal.


(4)

71

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya memperhatikan dari adanya pengaruh dari variabel – variabel lain yang diteliti, sehingga dalam penelitian yang akan datang hendaknya diperhitungkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap efektivitas penerapan struktur pengendalian intern

Melalui saran di atas, penulis berharap dapat memberikan masukan dalam meningkatkan efektivitas penerapan struktur pengendalian intern pada Koperasi Wanita ”Setia Bhakti Wanita” dimasa yang akan datang.


(5)

Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Akutansi penyusunan prosedur dan metode, Penerbit BPFE Yogyakart

Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No. 2 (Nov) Hal. 79-92

Eka, Ni Putu dan Ratnadi, Ni Made Dwi Jurnal Pengaruh Idependensi, Keahlian Profesional, dan Pengalaman Kerja Pengawas Intern Terhadap Pengendalian Struktur Intern Pada Bank Perkreditan Ratyat Di Kabupaten Badung.

Ghozali, Imam, 2002, Aplikasi Analisis Multivarrate dengan program SPSS, edisi 11, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1999. Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta

Harhinto, Teguh . 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan)

Hernadianto. 2002. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Intuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jateng dan DIY).Semarang. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro (Tidak dipublikasikan)

Ikhsan, Arfan dan Ishak, Muhammad, 2005, Akuntansi Keprilakuan, Penerbit Salemba Empat

Iz Irene Farah Zubaidah. 2004, Analisis Pengaruh Krebidilitas Akutansi Publik Terhadap Keputusan Investasi Saham Oleh Investor, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Kartika Widhi, Frianty . 2006. Pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi auditor terhadap kualitas audit (Studi Empiris:KAP di Jakarta). Semarang. Skripsi S1: Universitas Diponegoro.(Tidak dipublikasikan) Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan

topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal.25-60


(6)

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1 (Januari)

Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen, Buku 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi, 2002, Auditing Buku I, Salemba Empat, Jakarta

Nazir, Moh, 2005, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia

Putri Novianti dan Bandi, 2002. “Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan terhadap Struktur Pengetahuan Auditor Tentang kekeliruan” Simposium Nasional Akutansi V, h:481-488

Riduwan, 2004, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfabeta, Bandung Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit Elex

Media Komputindo

Sanyoto Gundodiyoto, 2003. Audit Sistem Informasi : Pendekatan Konsep, PT Media Global Education, Jakarta

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Penerbit UPN “Veteran” Jawa Timur

Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit Alfabeta

Supriyono, R.A. 1988. Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) : Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta. Salemba Empat

Umar, Husein, 2001, Metode Riset Bisnis, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh kualitas jasa auditor internal terhadap efektifitas sistem pengendalian intern : pada pt. pln penyaluran dan pusat pengaturan beban jawa bali di jakarta selatan

1 8 176

Independensi, Keahlian Profesional dan Pengalaman Kerja Pengawas pada Koperasi Simpan Pinjam.

0 3 8

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN DAN PELATIHAN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Dan Pelatihan Kerja Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (Survei Pada Perusahaan Tekstil Di Kabupaten Sukoharj

0 2 14

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, PENGALAMAN KERJA, GAYA KEPEMIMPINAN PENGAWAS INTERN, SERTA FREKUENSI AUDIT TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KABUPATEN KLATEN.

0 1 10

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN KERJA PENGAWAS INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA PT. GATRA KANAKA HARUM SURABAYA.

0 5 99

(ABSTRAK) PENGARUH INDEPENDENSI PENGAWAS INTERN DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP EFEKTIFITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BPR-BKK KABUPATEN PATI.

0 0 2

PENGARUH INDEPENDENSI PENGAWAS INTERN DAN KEAHLIAN PROFESIONAL TERHADAP EFEKTIFITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA BPR-BKK KABUPATEN PATI.

0 1 116

Pengaruh Independensi, Keahlian Profesional, Pengalaman Kerja dan Kinerja Pengawas terhadap Kinerja Koperasi Simpan Pinjam di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

0 0 8

PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN KERJA PENGAWAS INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA

0 0 16

KATA PENGANTAR - PENGARUH INDEPENDENSI, KEAHLIAN PROFESIONAL, DAN PENGALAMAN KERJA PENGAWAS INTERN TERHADAP EFEKTIVITAS PENERAPAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PADA PT. GATRA KANAKA HARUM SURABAYA

0 0 16