Pengaruh kualitas jasa auditor internal terhadap efektifitas sistem pengendalian intern : pada pt. pln penyaluran dan pusat pengaturan beban jawa bali di jakarta selatan
PENGARUH KUALITAS JASA AUDITOR INTERNAL
TERHADAP EFEKTIVITAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
(STUDI KASUS PADA PT. PLN (PERSERO) PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI DI JAKARTA SELATAN)
Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh : S u w a n d i NIM: 203082001948
JURUSAN AKUNTANSI NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
iv
SURAT PERNYATAAN PENULIS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : S u w a n d i NIM : 203082001948 Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Universitas : Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, apabila saya mengutip dari karya orang lain maka saya cantumkan sumbernya sebagai referensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya bersedia dikenakan sanki pembatalan skripsi ini apabila terbukti melakukan tindakan plagiat, dan saya akan mengulang untuk pembuatan skripsi baru.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Penulis,
S u w a n d i
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
Data Pribadi
Nama : S u w a n d i
Tempat/Tgl. Lahir : Kuningan, 16 Maret 1981 Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum Menikah Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Merak 281 RT.02 RW.10 Blok M,
Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok Telepon : 0813 11 666 981
Pendidikan Formal
1998 – 1994 : Sekolah Dasar Negeri (SDN) Galaherang 1 1994 – 1997 : SLTP Negeri 1 Lebakwangi
1997 – 2000 : SMK Swasta “Binaswasta” Kuningan
Jurusan Keuangan. Program Studi Akuntansi
2003 – 2010 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1998 – 1999 : Ketua Seksi Kepramukaan dan Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMK Swasta “Binaswasta” Kuningan
Pelatihan dan Seminar
1995 – 1996 : Pesantren Remaja Qur’ani di Pondok Pesantren Modern Al-Ihya Cigugur Kuningan
1997 (Juli – Agustus) : Pelatihan Paskibraka Kabupaten Kuningan
2004 : Seminar “On An Integration Between Islamic And
Conventional Economics”
2004 : Pelatihan Akuntansi Terapan
2004 : Seminar “ECONOMIC Training Motivation2004”
2005 : Seminar Perpajakan
2006 : Accounting Training Of Islamic Banking pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
2000 – 2001 : PT. MEKARO DAYA MANDIRI Sebagai Staf Administrasi Umum 2001 – 2009 : Wira Usaha
(7)
vi
The Influence of Internal Auditor Service Quality
To Internal Control System Effectiveness
(Case Study of: PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali di Jakarta Selatan)
ABSTRACT
The importance of this research is to discover the influence of internal auditor services quality to PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali internal control system of effectiveness. Quality and validity of the data and hypothesis test were processed
by the 17th verse of SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Independent
variables of the research were Independency, professional competency, inspection level and inspection work, dependent variable of the research is effectiveness of internal control system. The method is purposive random sampling, from the spreading of the sample to 42 respondents. Simultaneous test result shows R² = 0,392; meaning that all variables of internal auditor services quality effect the internal control system of effectiveness for 39,2 percent, while 60,8 percent are influenced by other variables not included in this research. The meaningful level of the influence of Independent variables Simultaneously on effectiveness of internal
control system is found by conducting F-test with result: F count= 5,958 which is
larger than F table (0,05 – 42) = 3,252, meaning that internal auditor service
quality affect internal control system of effectiveness significantly. Result of partial test show p-values as follows: Independency: 0.232; professional competency 0,045; inspection level 0,064; inspection work 0,003. The only not significant variable is Independency.
Keywords : Independency, professional competency, inspection level, inspection
(8)
Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal
Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern
(Studi Kasus Pada: PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali di Jakarta Selatan)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas jasa auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian intern pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Metode yang digunakan adalah deskriptif, kualitas data, kelayakan data, dan pengujian hipotesis yang semuanya diolah melalui program SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 17. Variabel penelitian
independen adalah independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan. Variabel penelitian dependen adalah sistem pengendalian intern. Metode yang digunakan adalah purposive random sampling
method, sampel yang disebarkan sebanyak 42 terhadap responden yang memiliki
tanggung jawab terhadap jalannya sistem pengendalian intern. Nilai yang dihasilkan untuk R² sebesar 0,392 menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen sebesar 39,2%, sedangkan sisanya 60,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai F hitung = 5.958 > F tabel = 3,252, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Secara parsial nilai signifikasi yang diperoleh untuk independensi: 0,232; keahlian professional: 0,045; lingkup kerja pemeriksaan: 0,064; dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan: 0,003. Variabel independensi yang tidak berpengaruh terhadap sistem pengendalian intern.
Kata kunci : Independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, sistem pengendalian intern, kualitas jasa auditor internal.
(9)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahhi Robbil‘Alamiina, dengan memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT yang memiliki Asma’ul-Husna berada diatas semua ciptaan-Nya. Karena dengan Ramat-Nya, Pertolongan-Nya, Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segala keterbatasan tenaga, biaya, dan pikiran. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi dan Rasul akhir zaman Muhammad SAW pemimpin Islam revolusi akhlak seluruh umat manusia yang patut kita ikuti prilakunya melalui sunah.
Skripsi ini merupakan salah satu karya tulis ilmiah yang telah disusun secara sistematis dibawah bimbingan pembimbing skripsi yang bersangkutan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tersusunnya skripsi ini tidak sepenuhnya hasil usaha penulis sendiri, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis bermaksud mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah meluangkan waktu untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik moril maupun tenaganya. Semua pihak yang telah memberikan dukungannya yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni Sebagai Pembantu Dekan 1. Bapak Suhendra S.Ag. MM sebagai Korteks Program Non Reguler. Ibu Rahmawati SE., MM sebagai Wakil Ketua Program Non Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
(10)
2. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM sebagai pembimbing I dan Ibu Zuwesty Eka Putri, SE.,M.,Ak. Sebagai pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Rahmawati SE., MM sebagai Wakil Ketua Program Non Reguler yang selalu memberikan motivasinya agar selalu tegar dan sabar kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Kepada Bapak/Ibu Dosen yang pernah memberikan kuliah kepada penulis angkatan 2003 – 2007.
4. Kepada PT. PLN (Persero) Penyaluaran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Kantor Induk, khususnya respoden yang ada pada delapan bidang yang membantu penulis dalam pengisian kuesioner.
5. Kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT. PLN (Persero) Penyaluaran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Kantor Induk.
6. Bapak Hidayat Moein sebagai Kepala Auditor Internal dan anggota Auditor Internal Ibu Anita, Bapak Djuanda, Bapak Umar Faruk, Bapak Abubakar, Bapak Harsono, Bapak Imam Imam Samsidi, Bapak Anjarmalem Ginting yang semuanya selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.
7. Bapak H. Nurdin S.Sos.I dibagian SDM PT. PLN (Persero) Penyaluaran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Kantor Induk yang telah memberikan informasi dan motivasi kepada penulis.
8. Kepada Bapak Suryadi, Mas Agus, Sayuti S.Sos.I, Mas No yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2003 – 2007 program non regular Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Akuntansi. Khususnya Jumeldi, Jahid Ahmad, Sutiyani, Widya, Putri, Semar, Hari Putra, Akil.
(11)
x
10.Bapak dan Ibu penulis yaitu Bapak Abdul Jalil dan Ibu Sumiati (Almarhumah,
Hapunteun Andi teuacan tiasa ngabahagiakeun Mimi), Aa Wahyudi, S.Sos.I
(Nuhun tina do’a, bimbingan, materi, kasabaranna), Ceu Uti Sutiani dan suami
yaitu Aa Soleh, Rai Heryadi (Almarhum), Rai Mutie Khoerunnisa (Sing e’mut,
“Hasbunallaah wani’mal wakiil”), ponakan yaitu Aa Iban, Dede Arul. Mereka adalah yang selalu membuka pandangan kepada penulis melaluai do’a-do`anya yang tidak terukur manfaatnya.
11.Kepada Keluarga Besar Mang Suklan Al-Banar (nuhun mang do’a na). Bapak Asep Sunandar Sunarya dari Padepokan Giri Harja 3 atas bimbingannya melalui petuah-petuah bijak dan ruatannya. Keluarga Besar Bapak Ankory, semua teman-teman di taman Komplek Blok M Mega Cinere. Khususnya Bapak Bagong, Mas Aris, Mas Bagus, Yanni, Bang Naldi, Kang Irfan dan Band Black Redemtion (Eri S.T dan Dani Boy).
Semoga Allah SWT melimpahkan balasan yang berlipat kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis setidaknya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikaum Wr. Wb.
Jakarta, 15 Desember 2010
(12)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Pengertian Auditor Internal ... 8
a. Ruang Lingkup Aktivitas Auditor Internal ... 11
b. Fungsi Auditor Internal ... 14
c. Tujuan Auditor Internal ... 16
2. Ruang Lingkup Yang Mempengaruhi Jasa Auditor Internal ... 19
a. Kode Etik Auditor Internal ... 19
b. Standar Praktek Auditor Internal ... 22
c. Karakteristik Untuk Meningkatkan Kualitas Auditor Internal . 27 3. Pengertian Sistem Pengendalian Intern ... 28
a. Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Pengendalian Intern ... 30
(13)
xii
c. Komponen Sistem Pengendalian Intern ... 35
d. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dengan Sistem Pengendalian Intern ... 38
e. Tujuan Sistem Pengendalian Intern ... 40
B. Perumusan Hipotesa ... 44
C. Kerangka Pemikiran ... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46
B. Metode Penentuan Sampel ... 46
C. Metode Pengumpulan Data ... 47
1. Data Primer ... 47
2. Data Sekunder ... 47
D. Metode Analisis Data ... 48
1. Analisis Statisti Deskriptif ... 48
2. Uji Kualitas Data ... 48
a. Uji Validitas ... 48
b. Uji Reliabilitas ... 49
3. Uji Kelayakan Data Dengan Uji Asumsi Klasik ... 50
c. Uji Multikolenieritas ... 50
d. Uji Heteroskedastisitas ... 50
e. Uji Normalitas ... 50
4. Pengujian Hipotesis ... 51
a. Analisis Regresi Berganda ... 51
b. Uji Global F tabel ... 52
c. Uji t student ... 53
E. Operasional Variabel Penelitian ... 55
1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 55
2. Instrumen Penelitian dan Pengukuran ... 55
a. Instrumen Untuk Mengukur Independensi (X1) ... 55
b. Instrumen Untuk Mengukur Keahlian Profesional (X2) ... 56 c. Instrumen Untuk Mengukur Lingkup Kerja Pemeriksaan (X3) . 56
(14)
d. Instrumen Untuk Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeriksaan (X4) ... 57
e. Instrumen Untuk Mengukur Sistem Pengendalia Intern (Y) ... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63
1. Sejarah Singkat Perusahaan... 64
a. Peran dan Tugas PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali ... 65
b. Tata Nilai Perusahaan dan Philosofi Perusahaan ... 65
c. Visi dan Misi Perusahaan ... 66
d. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali ... 67
2. Perkembangan Usaha ... 68
a. Tugas Utama Perusahaan ... 68
b. Bidang Usaha Pokok ... 68
c. Ruang Lingkup Usaha Pokok Diluar Usaha Pokok PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali ... 69
3. Audit Internal PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali ... 70
a. Peran dan Tugas ... 71
b. Visi dan Misi ... 72
c. Tujuan dan Sasaran ... 73
d. Keahlian ... 73
B. Hasil dan Pembahasan ... 75
1. Analisis Statistik Deskriptif ... 75
2. Uji Kualitas Data ... 83
a. Uji Validitas ... 83
b. Uji Realibilitas ... 85
3. Uji Kelayakan Data ... 87
a. Multikolinearitas ... 87
b. Heteroskedastisitas ... 89
1. Metode uji koefisien korelasi Spearman’s rho ... 90
2. Metode skatterplot ... 91
(15)
xiv
4. Pengujian Hipotesis ... 93
a. Regresi Berganda ... 93
b. Uji Global F tabel ... 95
c. Uji t student ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Implikasi ... 106
1. Keterbatasan ... 107
2. Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 109
(16)
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Bagan Perbandingan Pengertian Internal Audit 10 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Independen 60 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian variabel Dependen 62 4.1 Analisis Deskriptif Data Responden 75 4.2 Analisis Descriptives Statistics Data Responden 76 4.3 Analisis Descriptives Statistics Jenis Kelamin 76 4.4 Analisis Descriptives Statistics Umur 77 4.5 Analisis Descriptives Statistics Pendidikan Terakhir 77 4.6 Analisis Descriptives Statistics Jabatan 78 4.7 Analisis Descriptives Statistics Lama Bekerja 79 4.8 Analisis Descriptives Multiple Response Frequencies
Independensi 80
4.9 Analisis Descriptives Multiple Response Frequencies
Keahlian Profesional 81
4.10 Analisis Descriptives Multiple Response Frequencies
Lingkup Kerja Pemeriksaan 81 4.11 Analisis Descriptives Multiple Response Frequencies
Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan 82 4.12 Analisis Descriptives Multiple Response Frequencies
Sistem Pengendalian Intern 83 4.13 Analisis Uji Validitas Instrumen Variabel
Independen dan Dependen 84 4.14 Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Independen dan Dependen Dengan Teknik Cronbach’s Alph 85 4.15 Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Independen Dengan Teknik Cronbach’s Item Total 86 4.16 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
(17)
xvi
4.17 Analisis Uji Multikolinearitas 88 4.18 Analisis Uji Multikolinearitas Dengan Teknik
Tolerance dan VIF (inflanation factor) 89
4.19 Analisis Uji Heteroskedastisitas Dengan Teknik
Spearman’s rho 90
4.20 Analisis Uji Regresi Berganda Coefficients 93 4.21 Analisis Uji Regresi Berganda Model Summary 95 4.22 Analisis Uji Regresi Berganda Untuk Uji F Tabel ANOVA 97 4.23 Analisis Uji Regresi Berganda Untuk
(18)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 45
3.1 Daerah Keputusan Hipotesis untuk Uji Global/Uji F 53 3.2 Daerah Keputusan Hipotesis untuk Uji t - student 54 4.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Penyaluran
dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Kantor Induk 68
4.2 Scetterplot 91
4.3 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 92 4.4 Analisis Daerah Keputusan Hipotesis Uji Global/F Tabel 98 4.5 Analisis Daerah Keputusan Hipotesis
(19)
xviii
LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Surat Permohonan Melaksanakan Penelitian dari Fakultas 112 2 Surat Penerimaan untuk Melaksanakan Penelitian
dari PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali 113 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
dari PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali 114 4 Alamat Kantor Induk, Kantor Region, dan delapan
Bidang yang ada pada Kantor Induk 115 PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
5 Pagar Pengaman Sistem Pengawasan Pengendalian 116 PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali
6 Skema Pemeriksaan Operasional Auditor Internal
PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali 117 7 Kode Etik Auditor Internal PT. PLN (Persero) Penyaluran
dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali 118 8 Surat Peneliti Kepada Responden 120 9 Daftar Kuesioner yang Digunakan dalam Penelitian 121 10 Hasil Penelitian Pada PT. PLN (Persero)
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali 128 11 Input Data Jawaban dari Responden 129 12 Hasil Uji Validitas Data 132 13 Hasil Uji Reliabilitas Data 140 14 Hasil Uji Kelayakan Data Dengan Metode Asumsi Klasik 146
15 Hasil Uji Hipotesis 153
16 r TabelStatistik (Pearson Product Moment) 156 17 F Tabel Statistik (Level of Significance 0,05) 157 18 t Tabel Statistik (Level of Significance 0,05) 158
(20)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PenelitianDewasa ini perekonomian dunia sedang berkembang di era perdagangan bebas atau globalisasi, baik di dunia bisnis atau industri sebagai instrumen perekonomian sangat berperan dalam menciptakan stabilitas ekonomi. Ada yang melakukan transformasi orientasi bisnis dari lokal hingga mengarah pada pasar yang mendunia. Transformasi tersebut ternyata beriringan dengan perubahan lainnya, seperti bidang ekonomi, sosial, politik dan juga budaya, namun tampaknya hal tersebut akan selalu terjadi dan sulit untuk di prediksi.
Suatu perusahaan dapat dilihat sebagai sebuah sistem organisasi yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai suatu tujuan. Adanya sumber daya manusia dan sejalan dengan adanya konsep era globalisasi, akan semakin banyak masalah yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam persaingan yang lebih komplek. Hal ini menuntut para pemimpin perusahaan harus lebih efektif dan efisien dalam mengelola perusahaannya, dan dibutuhkan auditor internal dalam mendelegasikan tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya agar sistem pengendalian intern perusahaan berjalan dengan baik.
Ketidakefektipan suatu perusahaan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah tidak berjalannya sistem pengendalian intern perusahaan itu sendiri dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Yadyana (2008:5) pengendalian intern merupakan bagian integral dari
(21)
2 proses manajemen karena konsep dasar dari pengendalian intern meliputi berbagai kegiatan (a process) yang dipengaruhi oleh manusia (is affected by
people), dan diharapkan mencapai tujuan (objectives). Oleh karena itu, setiap
perusahaan memerlukan auditor internal untuk dapat membantu manajemen atas pengendalian intern dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pentingnya auditor internal dalam perusahaan adalah agar efektivitas pengendalian intern berjalan dengan baik untuk menghindari kecurangan yang mungkin terjadi. Pada hakekatnya, fungsi audit internal ialah bertanggung jawab langsung kepada top management dalam membantu menciptakan tercapainya tujuan sistem operasi perusahaan. Auditor internal harus memahami bahwa tidak ada sistem pengendalian intern (internal control) yang akan menghilangkan kemungkinan terjadinya kesalahan, tetapi dengan sistem pengendalian intern yang baik dapat meminimalisir terjadinya kesalahan.
Menurut Gondodiyoto (2009:17) auditor internal melakukan tugas-tugas antara lain mendesain/mereview/mengevaluasi sistem pengendalian intern apakah sudah efektif, efisien dan ekonomis, dalam melakukan audit (keuangan operasional, ketaatan, investigatif), serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan. Dalam proses pelaksanaan pemeriksaan intern, tentunya staf auditor intern harus berkualitas agar laporan tahunan perusahaan sesuai dengan yang diharapkan. Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor yang dapat menemukan dan melaporkan suatu kegiatan yang tidak diharapkan oleh perusahaan.
(22)
Menurut Yadyana (2008:04) kualitas jasa auditor internal dalam proses pelaksanaan pemeriksaan intern sangat ditentukan oleh kemampuan auditor internal dalam menerapkan norma pemeriksaan intern dalam menjalankan tugasnya. Pekerjaan auditor internal sangat erat kaitannya dengan pengendalian intern perusahaan dalam pencegahan, pendeteksian, dan penginvestigasian hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan. Pencegahan kecurangan akan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengatasi kecurangan yang sudah terjadi, dengan adanya auditor internal maka diharapkan dapat meminimalisir kecurangan.
Salah satu cara yang paling efektif untuk pencegahannya adalah melalui peningkatan efektivitas sistem pengendalian intern, dan melalui struktur atau mekanisme pengendalian intern. Pencegahan, pendeteksian, dan penginvestigasian adalah tugas berat seorang auditor internal dalam menjalankan tugasnya membantu manajemen, yang menuntut mereka untuk bekerja dengan baik. Jika pengendalian intern perusahaan sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik dalam pengawasan auditor internal, peluang adanya kecurangan yang tidak terdeteksi akan berkurang. Hal ini kualitas auditor akan diuji melalui indenpendensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemerikasaan dalam membantu manajemen di perusahaan.
Konsisten terhadap aturan profesi yang harus dilaksananakan oleh auditor internal agar terciptanya mutu dan kualitas hasil kerjanya akan mempertahankan keredibilitasnya. Disisi lain jika pekerjaanya tidak sesuai
(23)
4 dengan aturan profesi akan menurunkan kredibilitasnya sebagai seorang yang profesional. Pendidikan yang berkelanjutan, independensi dalam sikap mental, profesional, dan mematuhi kebijakan perusahaan merupakan indikator penting yang akan menciptakan kualitas auditor internal.
Berdasarkan identifikasi dan uraian tersebut, maka perlu dilakukan studi tentang pengaruh kualitas jasa auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian intern perusahaan. Latar belakang dalam penelitian ini adalah karena luasnya ruang lingkup pekerjaan manajemen perusahaan, yang tidak secara langsung dapat mengawasi semua aktivitas intern dan ekstern perusahaan, maka perlu adanya auditor internal atau pengawas yang membantu terhadap jalannya sistem pengendalian intern. Penulis memilih PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali sebagai tempat penelitian dengan alasan karena perusahaan ini merupakan perusahaan transmisi induk yang membawahi empat region se Jawa Bali yaitu; region Jakarta Banten, Region Jawa Barat, Region Jawa Tengah dan DIY, Region Jawa Timur dan Bali.Perusahaan yang memiliki bidang dalam operasionalnya, terdiri dari bidang perencanan, bidang teknik penyaluran, bidang umum, bidang pengembangan penyaluran, bidang operasi sistem, bidang keuangan, bidang umum, bidang SDM dan organisasi, dan bidang auditor internal. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali yang menurut pandangan penulis, setiap variabel yang akan diteliti ada dan layak untuk diteliti.
Penelitian ini merupakan refleksi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yadyana (2008:9) yang hasilnya menunjukan bahwa variance
(24)
variabel bebas berpengaruh terhadap variance variabel terikat sebesar 32,7 persen, sedangkan sisanya sebesar 67,3 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitiannya. Hasil secara simultan menunjukkan F hitung > F tabel yaitu 4,863 > 2,37, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel lingkup kerja pemeriksaan terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pengendalian intern.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Periode penelitian
Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2008, sedangkan penelitian ini dilakukan pada tahun 2010.
2. Responden penelitian
Penelitian sebelumnya responden yang digunakan adalah kepada perusahaan hotel berbintang empat dan lima yang beroperasi di Provinsi Bali. Sedangkan pada penelitian ini responden yang digunakan adalah pada perusahaan PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali yang ada di Jakarta Selatan.
Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, penulis bermaksud untuk menyusun skripsi ini dengan judul ”Pengaruh Kualitas Jasa Auditor Internal Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Intern: Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali di Jakarta Selatan”.
(25)
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian intern?.
2. Apakah independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan secara parsial berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian intern?.
C. Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan maksud dan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui secara simultan pengaruh independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
2. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh independensi terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
3. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh keahlian profesional terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
4. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh lingkup kerja pemeriksaan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
5. Untuk mengetahui secara parsial pengaruh pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
(26)
Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, dan pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal pada perusahaan. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai komponen-komponen sistem pengendalian intern perusahaan yang dapat menunjang keberhasilan dari fungsi auditor internal pada perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang pentingnya peranan auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian intern perusahaan dalam menjalankan kegiatan organisasi dan membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.
3. Bagi Peneliti yang Akan Datang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan masukan bagi peneliti lain yang berniat untuk meneliti kembali mengenai pengaruh kualitas jasa audit terhadap efektivitas sistem pengendalian intern.
(27)
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka1. Pengertian Auditor Internal
Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses
governance. Menurut Pickett dalam Gondodiyoto (2009:18) bahwa audit
internal akan mendorong terciptanya dan bahkan merupakan salah satu karakteristik Good Corporate Governance (GCG). Makin maju suatu negara, maka tuntutan good coorporate governance makin tinggi, dan top
management sebagai pihak yang dipercaya untuk mengelola perusahaan
mempunyai kewajiban akuntabilitas (stewardship).
Menurut Institut of Internal Auditors (IIA) memperkenalkan Standards
for the Professional Practice of Internal Auditing (SPPIA) dalam Sawyer
(2005:8) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut:
”Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam
perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya
sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan”.
Menurut Sawyer dalam Effendi (2006:1) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut:
”Internal audit is an independent appraisal funtion esstablised within an
organization to examine and evaluate its activities as a service to
organization. (Internal audit adalah suatu fungsi penilaian independen yang
dibentuk dalam suatu organisasi untuk mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi)”.
(28)
Menurut Tunggal (2006:4) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut:
”internal audit adalah melayani manajemen dalam melakukan operasional
audit untuk mengevaluai efesiensi penggunaan sumber daya dan efektivitas
berkenaan dengan pencapaian tujuan entitas”.
Menurut Akmal dalam Gondodiyoto (2009:12) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut:
”Internal auditing is an independent appraisal fuction, estsblished, within
an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization. To objective of internal auditing is to assist members of the organization in the effective discharge of their responsibilities. To this end,
internal auditing furnishes them with analysis, appraisals,
recommendations, counsel, and information concerning the activities reviewed. The audit objective includes promoting effective control a
reasonable cost”.
Audit internal digambarkan sebagai pekerjaan yang berkenaan dengan fungsinya melayani organisasi. Unit-unit kompetensi yang dituntut merupakan label yang diberikan untuk seperangkat tugas yang diperlukan dalam memenuhi persyaratan fungsional praktek audit internal. Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang dalam lingkungan operasinya, dan dapat beradaptasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi pada perusahaan.
Auditor internal pada umumnya melakuakan pekerjaan mereka secara berbeda-beda, tergantung pada lingkup audit yang diinginkan manajemen senior. Perbedaan lingkup kerja audit mengakibatkan sulitnya mendefinisikan berbagai aktivitas yang dilakukan auditor, tetapi dengan semakain berkembangnya bisnis dan teknologi, definisi auditor internal terus diformulasikan dan disempurnakan agar dapat mengantisipasi kebutuhan stakeholders. Penilaian terhadap control dan governance proses
(29)
10 adalah salah satu aspek penting yang menjasdi fokus dan tanggung jawab auditor internal.
Definaisi baru audit internal menyatakan bahwa dengan pelaksanaan
Corporate Governance yang baik akan lebih meningkatkan fungsi
pengendalian yang pada akhirnya akan membantu manajemen menangani resiko. Menurut Tunggal (2010:04) secara detail perbedaan antara definisi baru dan definisi lama dapat dilihat melalui bagan perbandingan pengertian audit internal dibawah ini:
Tabel 2.1
Bagan Perbandingan Pengertian Audit Internal
Perbandingan Pengertian Audit Internal
NO Definisi Lama NO Definisi Baru 1 Fungsi penilaian independensi 1 Suatu aktivitas independen
yang dibentuk dalam suatu dan obyektif organisasi
2 Fungsi penilaian 2 Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi 3 Mengkaji dan mengevaluasi 3 Dirancang untuk memberikan
aktivitas organisasi sebagai suatu nilai tambah serta
bentuk jasa yang diberikan meningkatkan kegiatan operasi bagi organisasi organisasi
4 Membantu para organisasi 4 Membantu organisasi dalam agar dapat menjalankan usaha mencapai tujuannya tanggung jawabnya secara
efektif
5 Memberi hasil anallisis, 5 Memberikan suatu pendekatan penilaian, rekomendasi, disiplin yang sistematis untuk konseling dan informasi yang mengevaluasi dan meningkatkan berkaitan dengan aktivitas keefektifan manajemen
yang dikaji dan menciptakan resiko, pengenbdalian dan pengendalian efektif proses pengaturan
dengan biaya wajar Sumber: Tunggal (2010:04)
(30)
a. Ruang Lingkup Aktivitas Auditor Internal
Pencerminan independensi, profesional, dan tanggung jawab seorang auditor akan terlihat dari aktivitas audit itu sendiri, baik bagi auditor internal maupun bagi auditor eksternal. Auditor internal penekanannya adalah membantu manajer dan dewan komisaris atau badan pengatur lainnya yang sejenis dalam mencapai pengelolaan yang optimal dan dalam pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawab mereka. Betapa pentingnya peran auditor internal pada perusahaan dalam membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan, sehingga auditor internal ditempatkan pada posisi yang berbeda dari posisi fungsional lainnya di perusahaan..
Menurut Nasution (2008:04) secara garis besar ada tiga alternatif posisi atau kedudukan dari auditor internal dalam struktur organisasi perusahaan yaitu:
1. Berada dibawah Dewan Komisaris
Dalam hal ini, star audit internal bertanggung jawab pada Dewan Komisaris, ini disebabkan karena bentuk perusahaan membutuhkan pertanggung jawaban yang lebih besar, termasuk direktur utama dapat diteliti oleh auditor internal. Dalam cara ini, bagain pemeriksa intern sebenarnya merupakan alat pengendali terhadap performance
manajemen yang dimonitor oleh komisiaris perusahaan. Dengan demikian bagian pemeriksa intern mempunyai kedudukan yang kuat dalam organisasi.
(31)
12 2. Berada dibawah Direktur Utama
Menurut sistem ini, star auditor internal internal bertanggung jawab pada direktur utama. Sistem ini biasanya jarang dipakai mengingat direktur utama terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang berat. Jadi kemungkinan tidak sempat untuk mempelajari laporan yang dibuat auditor internal.
3. Berada dibawah Kepala Bagian Keuangan
Menurut sistem ini, kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi perusahaan berada dibawah koordinasi kepala bagian keuangan. Bagian auditor internal bertanggung jawab sepenuhnya kepada kepala keuangan atau ada yang menyebutnya sebagai
Controller, tapi perlu juga diketahui bahwa biasanya kepala bagian
keuangan tersebut bertanggung jawab juga pada persoalan keuangan dan akuntansi.
Menurut Sawyer (2005:27) meskipun auditor internal memiliki cakupan yang luas, tetapi bentuk praktek audit terdiri dari tiga kategori dasar, yaitu:
1. Keuangan yang analisis aktivitas ekonominya yaitu sebuah entitas yang diukur dan dilaporkan menggunakan metode akuntansi.
2. Ketaatan yaitu penelaahan atas kontrol keuangan dan operasi serta transaksi untuk melihat kesesuaiannya dengan aturan, standar, regulasi, dan prosedur yang berlaku.
(32)
3. Operasional yaitu menelaah secara komprehensif atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk menilai efesiensi dan ekonomi operasi dan efektivitas fungsi-fungsi tersebut dalam mencapai tujuannya.
Aktivitas consalting akan memberikan nilai tambah (value added)
bagi auditor internal karena disamping memberikan jasa pengawasan, juga bertindak sebagai konsultan dan kolega bagi unit operasi untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan efesiensi, efektivitas dan ekonomis dari suatu proses kerja. Menurut Effendi (2007:7) ruang lingkup atau cakupan (scope) pekerjaan internal auditor adalah seluas fungsi manajemen, sehingga cakupannya meliputi bidang
financial and non finansial.
1. Audit finansial, merupakan jenis audit yang lebih berorientasi pada masalah keuangan yang sasarannya adalah kewajaran atas laporan keuangan yang telah disajikan manajemen.
2. Audit operasional adalah audit manajemen (management audit) atau audit kinerja (performance auditing) yang sasarannya adalah penilaian masalah efesiensi, efektifitas dan ekonomis (3E).
3. Audit ketaatan/kepatuhan (complience audit) adalah suatu audit yang bertujuan untuk menguji apakah pelaksanaan/kegiatan telah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh (a) Instansi Pemerintah atau Badan/Lembaga lain yang terkait,
(33)
14 dan (b) kebijakan/sistem dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan (direksi).
4. Audit kecurangan (fraud audit) adalah yang ditujukan untuk mengungkap adanya kasus yang berindikasi korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merugikan perusahaan/negara dan hanya menguntungkan pribadi ataupun kelompok (organisasi) atau pihak ketiga.
b. Fungsi Auditor Internal
Auditor internal terlibat dalam memenuhi kebutuhan manajemen, dan staf audit yang paling efektif melekukan tujuan manajemen dan organisasi diatas rencana dan aktivitas mereka. Fungsi audit internal yang baik adalah yang memiliki proses untuk menilai efektivitas mereka sendiri. Mereka menggunakan hasil bersama dengan umpan balik dari auditor eksternal dan pemangku kepentingan (stakeholders)
yang lain untuk memonitor kewenangan sepanjang waktu dan mencapai perbaikan berkesinambungan dalam praktek dan kinerja.
Menurut Tunggal (2010:01) fungsi auditor internal mencakup departemen audit internal dan setiap departemen yang lain, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi peranan audit internal. Menurut Sawyer (2005:32) menyatakan ada beberapa fungsi auditor internal dalam membantu manajemen, yaitu:
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak.
(34)
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. 3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. 4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis.
Menurut Gondodiyoto (2009:15) pada hakekatnya fungsi auditor internal ialah sebagai unit yang bertanggung jawab dan mengerjakan tugas atas nama dan hanya untuk (on behalf of) direksi (top
management). Tugas-tugas untuk memebantu manajemen tersebut ialah
antara lain:
1. Mengidentifikasi risiko dan merancang antisipasinya serta memonitornya.
2. Memvalidasi (memeriksa kebenaran) laporan-laporan yang ditujukan ke direksi, jangan sampai direksi memperoleh laporan-laporan kegiatan organisasi dari para pimpinan departemen yang tidak sesuai kenyataannya.
3. Membantu atau ”melindungi” manajemen puncak dari masalah -masalah yang berkaitan dengan hal-hal teknis, sehingga manajemen dapat lebih berkonsentrasi mengerjakan tugas-tugas yang lebih bersifat kebijakan, mengambil keputusan (decision making),
perencanaan (planning) besosialisasi (lobbiying) dengan para
stakeholder, dan sebagainya.
4. Membantu manajemen (termasuk para manajer fungsional) tentang hal-hal yang bersifat rawan kesalahan atau penyalahgunaan, penyimpangan dari aturan dan prinsip-prinsip manajemen.
(35)
16 Sedangkan menurut Nasution (2008:04) fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan audit internal dalam mencapai tujuannya adalah:
1. Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi.
2. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan.
3. Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan atau organisasi dipertanggung jawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian.
4. Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi.
5. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.
c. Tujuan Auditor Internal
Dalam melakukan fungsinya, manajemen dan dewan komisaris kadang tidak efektif, maka dari perlu dibentuk komite audit. Anggota komite audit dan dewan komisaris harus bekerjasama dengan auditor internal, karena auditor internal yang melaksanakan pengendalian langsung secara teratur dari waktu kewaktu. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu disusun suatu internal audit program yang teratur dan efektif, audit program itu sendiri harus selalu ditingkatkan dari waktu kewaktu. Tujuan-tujuan audit disesuaikan dengan tujuan manajemen,
(36)
sehingga auditor internal itu sendiri berada dalam posisi untuk menghasilkan nilai tertinaggi pada hal-hal yang dianggap manajemen paling penting bagi kesuksesan organisasi.
Menurut Tunggal (2010:44) tujuan yang ingin dicapai oleh internal auditor adalah sebagai berikut:
1. Kebenaran dan kelengkapan informasi kegiatan perusahaan.
2. Penyesuaian dan penerapan kebijakan perusahaan, rencana kerja, prosedur dan hal-hal yang diwajibkan dan hal-hal yang mencakup hukum dan peraturan yang berlaku.
3. Menjaga aset perusahaan terhadap penggunaan yang salah atau sewenang-wenang oleh pihak yang tidak berkepentingan.
4. Efektivitas, efesiensi, dan kelengkapan organ operasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
5. Internal control tersebut harus mencakup pengendalian aktivitas
perusahaan, pengendalian aktiva perusahaan, bentuk informasi dan komunikasi (terutama keuangan), pengendalian yang berkelanjutan atau monitoring, pengendalian lingkungan kerja dan sekeliling, pengendalian terhadap bahaya, risiko yang diambil perusahaan. Tujuan auditor internal dalam perusahaan menurut para ahli dalam Nasution (2008:04) adalah:
1. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan yang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.
(37)
18 2. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan
keefektifan dari prosedur intern.
3. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien.
4. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja.
5. Menentukan sejauh mana perlindungan pencatatan dan pengamanan harta kekayaan perusahaan terhadap penyelewengan.
6. Menetukan tingkat koordinasi dan kerja sama dari kebijaksanaan manajemen.
Sedangkan menururt Amrizal (2004:1) untuk mencapai tujuan perusahaan atas tugas-tugas yang harus dilakukan, maka auditor internal harus melakuakan kegiatan sebagai berikut:
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan sistem pengendalian manajemen, sistem pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
(38)
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan kebaikan-kebaikan operasional dalam rangka meningkatkan efesiensi dan efektivitas.
2. Ruang Lingkup Yang Mempengaruhi Jasa Auditor Internal
Auditor internal senatiasa berusaha untuk menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dengan demikian, auditor internal muncul sebagai suatu kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas memanfaatkan metode dan teknik dasar dari penilaian. Menurut Tunggal (2010:99) auditor internal ditugaskan oleh entitas tertentu (manajemen perusahaan, lembaga pemerintah, atau entitas nirlaba) untuk melaksanakan audit yang dipandang perlu oleh organisasi.
Kegiatan auditor internal diwajibkan mematuhi kode etik dan standar yang mengikat pada masing-masing individu sehingga pelaporan hasil audit berkualitas. Salah satu cara untuk mengukur kualitas auditor adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Dalam menjalankan kegiatannya, auditor internal diharuskan memiliki pengatahuan yang baik berkaitan dengan pelaksanaan audit dan pelaporan audit.
a. Kode Etik Profesi Auditor Internal
Fungsi kode etik profesi menurut Gondodiyoto (2009:62) yaitu memberikan pedoman bagi anggota tentang prinsip profesionalitas yang
(39)
20 digariskan, menerapkan sarana kontrol bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan, dan mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika mempunyai tujuan yang sangat praktis, yaitu menyelaraskan kebutuhan orang per orang dan kebutuhan sosial, khususnya lingkungan pada profesi tertentu.
Tujuan kode etik menurut Institute of Internal Auditor (IIA) dalam Tunggal (2010:20) adalah untuk meningkatkan budaya etik (etical
culture) dan profesi audit internal, karena audit internal didasarkan pada
kepercayaan (trust) yang diberikan oleh pihak-pihak yang dilayani. Ciri utama auditor internal adalah kecermatan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan auditor. Code of Ethics menurut IIA dalam Gondodiyoto (2009:63) meliputi:
1. Principles adalah konsep etika yang berkaitan dengan profesi
internal audit, yaitu terdiri dari:
a. Integritas (Integrity) yaitu nilai integritas auditor dibangun atas dasar trust, dan karena itu kepercayaan harus menjadi dasar pelaksanaan tugas mereka, dimensinya antara lain:
1) Melaksanakan tugas dengan honest, diligence, dan
responsibility.
2) Berpedoman pada aturan hukum dan disclosures sesuai aturan hukum dan ketentuan profesi yang berlaku.
(40)
3) Tidak melakukan atau ambil bagian dalam ilegal activity,
atau melakukan hal-hal yang tidak kredibel sesuai profesi maupun organisasinya.
4) Selalu berpedoman pada tujuan dan etika organisasi.
b. Obyektivitas (objectivity) yaitu internal auditor harus menunjukan highest level of professional objectivity dalam menjalankan tugasnya, memberikan penilaian yang obyektif dan seimbang dan tidak dipengaruhi oleh subyektitivitas pribadinya, dimensinya antara lain:
1) Tidak terkait dengan hal-hal yang dapat menyebabkan bias dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk terlibat atau punya relasi yang dapat mengakibatkan conflict of interest.
2) Tidak menerima sesuatu yang dapat mengakibatkan bias dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Harus mengungkapkan semua data/fakta yang diketahui yang berguna bagi pelaporan hasil tugasnya.
c. Kredibilitas (credibility/confidentiality) yaitu internal auditor menghormati nilai dan kepemilikan data yang diperolehnya, dan hanya nmengungkapkannya sesuai otoritas yang dimiliki serta sesuai ketentuan legal yang ada, dimensinya antara lain:
1) Internal auditor harus seksama dan berhati-hati menjaga atau mempriooteksi informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.
(41)
22 2) Tidak menggunakan informasi untuk kepentingan pribadi atau dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan hukum/aturan, etika, dan/atau yang dapat merugikan tujuan organisasi.
d. Kompetensi (competence) yaitu internal auditor selalu menjaga/menerapkan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya dalam pelaksanaan tugas, dimensiunya antara lain:
1) Melaksanakan tugas yang sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannnya.
2) Melaksanakan tugas sesuai dengan Standard for the Professional Practice of Internal Auditing.
3) Selalu meningkatkan proficiency, effectiveness, dan kualitas jasa yang diberikannya.
2. Rules of conduct (merupakan penjabaran sekaligus pedoman
pelaksanaan praktis principles, yaitu aturan norma perilaku yang seharusnya bagi interrnal auditor).
b. Standar Profesi Auditor Internal
Kode Etik yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal dalam Tunggal (2010:20) ada sepuluh standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal di Indonesia yang menguraikan penjabaran dari rules of conduct yang berkaitan dengan
(42)
prinsip integritas, obyektivitas dan kompetensi. Kesepuluh standar perilaku auditor internal tersebut yaitu:
1. Auditor internal harus menunjukan kejujuran, objektivitas dan kesanggupan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara obyektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesinya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.
(43)
24 7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar
senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hukum, (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus menggunakan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi laporan atas kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktek-praktek yang melanggar hukum.
10.Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
Menurut Effendi (2007:5) tujuan dari Standar Profesi Auditor Internal (SPPIA) adalah:
1. Menggambarkan dengan jelas bahwa prinsip dasar dari pelaksanaan internal audit diterapkan.
2. Menyiapkan kerangka pelaksanaan dan promosi aktivitas internal audit yang lebih luas dengan nilai tambah.
(44)
4. Membantu perkembangan organisasi dalam proses operasinya. Sedangkan dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai auditor internal, tentunya staf auditor internal memerlukan norma pemeriksaan intern sebagai pedoman dan ketentuan dalam menjalankan tugasnya. Menurut Institut of Internal Auditors (IIA) yang dikutif oleh Boyton dan Kall dalam Yadyana (2008:3) terdapat lima standar umum praktik pemeriksaan yang meliputi masalah-masalah:
1. Independensi.
2. Keahlian professional. 3. Lingkup kerja pemeriksaan.
4. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan 5. Pengelolaan bagian pemeriksaan intern.
Norma pemeriksaan tersebut merupakan indikator yang menentukan kualitas jasa auditor internal dalam melaksanakan praktek pemeriksaan. Semakin lengkap indikator terserbut dipatuhi oleh auditor internal, maka semakin bermutu juga praktek pemeriksaan yang dilakukan. Auditor yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang obyektif, tidak bias dan tidak dibatasi, dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga.
Menurut Mautz dan Sharaf dalam Sawyer (2005:35) konsep standar yang dapat diterapkan untuk auditor internal yang ingin bersikap
(45)
26 obyektif menyangkut independensi harus memiliki indikator-indikatornya, yaitu:
1. Independensi dalam program, dalam hal ini harus bebas dari intervensi manajerial atas program audit, bebas dari segala intervensi atas prosedur audit, dan bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.
2. Independensi dalam verifikasi, yaitu: (a) bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan, (b) mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen salama verifikasi audit, (c) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti, (d) bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi.
3. Independensi dalam pelaporan, yaitu: (a) bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan, (b) bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit, (c) menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini dan rekomendasi dalam interpretasi auditor. (d) bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit internal.
(46)
c. Karakteristik Untuk Meningkatkan Kualitas Audit Internal
Menurut Aldhizer et al (1995) dalam Djamil (2004:16) menjelaskan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas audit adalah:
1. Perlunya melanjutkan pendidikan profesionalnya bagi suatu tim audit, sehingga mempunyai keahlian dan pelatihan yang memadai untuk melaksanakan audit.
2. Dalam hubungannya dengan penugasan audit selalu mempertahankan independensi dalam sikap mental, arinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor tersebut menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan.
4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten maka dilakukan supervisi dengan semestinya. Kemudian dilakukan pengendalian dan pencatatan untuk semua pekerjaan audit yang dilaksanakan di lapangan.
5. Melakukan pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern klien untuk dapat membuat perencanaan audit, menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
(47)
28 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
7. Membuat laporan audit yang menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Dan pengungkapan yang informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, jika tidak maka harus dinyatakan dalam laporan audit.
3. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Dengan semakin berkembangnya suatu entitas perusahaan, maka semakin berat tugas manajemen untuk mengendalikan jalannya perusahaan. Agar tujuan dapat tercapai, kegiatan opersional perusahaan bisa dijalankan secara efektif dan efisien, manajemen perlu mengadakan sistem pengendalian intern yang baik dan efektif untuk mencegah agar tidak terjadi kecurangan yang mungkin terjadi. Subsistem di perusahaan menerapkan rencana strategis dan fungsi operasi menerapkan sistem pengendalian intern secara administrasi.
Peran auditor internal sesuai fungsinya yaitu dalam pencegahan dari fungsi operasi untuk meminimalisir terjadinya kecurangan yang akan timbul pada perusahaan. Pencegahan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap komponen dalam sistem pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dari hasil kerja auditor internal. Dibawah ini beberapa
(48)
pengertian untuk dapat mengetahui pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan.
Menurut Sawyer (2005:59) mendefinisikan sistem pengendalian inern sebagai berikut:
“sistem pengendalian intern (internal control) adalah penggunaan semua
sarana perusahaan untuk meningkatkan, mengarahkan, mengendalikan, dan mengawasi berbagai aktivitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai. Sarana kontrol ini meliputi, tetapi tidak terbatas pada, bentuk organisasi, kebijakan, sistem, prosedur, instruksi, standar, komite, bagan akun, perkiraan, anggaran, jadwal, laporan,
catatan, daftar pemeriksaan, metode, rencana, dan audit internal”.
Menurut Tunggal (2006:75) mendefinisikan sistem pengendalian inern sebagai berikut:
”Pengendalian intern merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh
Board of Director, manajemen, dan personel yang lain, yang didesain untuk mendapatkan keyakinan memadai (reasenably assurance) tentang pencapaian dalam hal-hal berikut (a) kesudahan laporan keuangan, (b) kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan (c)
efektivitas dan efesiensi operasi”.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Yadyana (2008:5) mendefinisikan sistem pengendalian intern sebagai berikut:
“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan peresonil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efesiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Cangemi dalam Gondodiyoto (2009:134) mendefinisikan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut:
“Internal control system is the policies, practices, and procedures, and tools designed to: (1) safeguarding asset, (2) ensure accuracy and reliability of data captured and information products, (3) promote efficiency, (4) measure compliance with corporate policies, (5) measure
(49)
30
compliance with regulations, and (6) manage the negative events and
effects from fraud, crime, and deleterious activities”.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam Tunggal (2010:77) pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan kereyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan. b. Efektivitas dan efesiensi operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Sistem pengendalian intern merupakan metode yang berguna bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efesiensi kinerja. Evaluasi secara periodik dan kontinyu atas pengendalian intern adalah alat manajemen untuk menyakinkan bahwa sistem pengendalian intern yang diterapkan efektif dan diperoleh perbaikan-perbaikan atas kekurangan yang ada. Sistem pengendalian intern merupakan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu pada perusahaan akan dicapai.
a. Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Pengendalian Intern
Basic assumption yang pertama berkaitan dengan kontrol intern
ialah bahwa yang bertanggung jawab mengenai internal controlsystem
adalah top management, bukan auditor, akuntan, atau yang lainnya. Menurut Gondodiyoto (2009:143) ada beberapa asumsi yang perlu di
(50)
pahami mengenai sistem pengendalian intern bagi suatu entitas atau organisasi, yaitu:
1. Sistem pengendalian intern merupakan management responsibility.
Bahwa sesungguhnya yang paling berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas organisasi/perusahaan adalah manajemen (lebih tegasnya lagi top management/direksi), karena dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top
management dapat mengharapkan kebijaksanaanya dipatuhi, aktiva
atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan pencatatan berjalan baik.
2. Sistem pengendalian intern haruslah bersifat generik, mendasar dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada umumnya (tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang bersifat dasar yang berlaku umum). Jadi, asumsinya kontrol internal adalah independen dari metode proses datanya, artinya; control objectives harus didesain tanpa dikaitkan secara khusus dengan jenis sistem pengolahan datanya.
3. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance,
artinya tingkat rancangan yang kita desain yang paling optimal. Sistem pengendalian yang baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi harus mempertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya. Asumsi ini menyatakan bahwa ”there is no a ferfect internal
(51)
32 4. Sistem pengendalian intern memiliki keterbatasan-keterbatasan
(constraints). Misalnya sebaik-baiknya kontrol tetapi kalau pegawai
yang melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi, maka tujuan pengendalian itu mungkin tidak tercapai.
5. Sistem pengendalian intern harus selalu terus menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan kondisi dan teknologi Suatu organisasi atau entitas bisnis perusahaan memerlukan sistem pengendalian intern karena beberapa alasan, menurut Gondodiyoto (2009:132) ada beberapa alasan sebagai berikut:
2. Kewajiaban hukum, karena perusahaan memang diwajibkan
(mandatory) oleh aturan atau peraturan-peraturan legal (misalnya
aturan Badan Pengelola Pasar Modal, atau bahkan undang-undang) untuk menyusun struktur pengendalian intern.
3. Struktur pengendalian intern perusahaan ialah kebutuhan/tanggung jawab direksi (the board) suatu perusahaan (it is management’s
responsibility to maintain adequate internal contros (IC).
b. Faktor-Faktor Pentingnya Sistem Pengendalian Intern
Pentingnya sistem pengendalian intern tidak hanya berkaitan dengan akuntansi (finacial audit and realible financial reports), tetapi juga terkait dengan corporate strategies dan memberi peluang auditor internal untuk memberi sumbangan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Gondodiyoto (2009:135) faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian intern antara lain:
(52)
1. Business Reason of Strong Intrernal controls
Alasan dari organisasi bisnis ialah management objectives (tujuan atau kepentingan pimpinan perusahaan). Perkembangan kegiatan dan besaran skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem dan prosedur suatu organisasi makin rumit.
2. Tanggung jawab utuma untuk melinduangi aset organisasi, mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan terletak pada manajemen, sehingga manajemen harus mengatur sistem pengendalian intern yang sesuai untuk memenuhi tanggungj awab tersebut.
3. Pengawasan oleh lebih satu orang (saling cek) merupakan cara yang tepat untuk menutup kecurangan-kecurangan yang biasa terjadi pada manusia. Saling cek merupakan salah satu karakteristik sistem pengendalian intern yang baik.
4. Alasan Legal
Sistem pengendalian intern yang baik mendorong kebutuhan atau diikutinya (compliance) terhadap laws dan regulations, khususnya yang berkaitan dengan intellectual property.
5. Pengawasan yang ”built-in” langsung pada sistem berupa pengendalian intern yang baik dianggap lebih tepat dari pada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh pemeriksa (khususnya yang berasal dari luar organisasi).
(53)
34 Betapa pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan, meskipun dibuat dengan cermat, tidak selalu mencapai tujuan yang diinginkan. Meskipun kontrol dirancang untuk membantu manajer melakukan pekerjaannya dengan baik, banyak manajer memandang kontrol sebagai ancaman, hal ini menjadi sebuah tantangan. Menurut Aldag dan Stearns dalam Sawyer (2005:95) mendefinisikan empat reaksi negatif terhadap faktor pentingnya sistem pengendalian intern pada perusahaan, yaitu:
1. Dianggap sebagai permainan, kontrol dilihat sebagai sebuah tantangan, sesuatu yang harus dikalahkan, bukan sebagai alat yang berguna bagi manajemen.
2. Dianggap objek sabotase, pegawai berusaha untuk merusak sistem kontrol, kebingungan, dan merancang proyek dengan karakteristik yang kompleks. Tujuannya adalah untuk membantu sistem tidak beroperasi, tidak dapat diandalkan, dan terlalu rumit.
3. Informasi yang tidak akurat, manajer memanipulasi informasi untuk membuat dirinya dan unitnya kelihatan lebih baik atau menciptakan data yang salah sehingga kontrol tidak beroperasi.
4. Ilusi kontrol, hal ini manajer memberikan kesan bahwa sistem kontrol memang berfungsi. Padahal sistem kontrol tersebut diabaikan atau disalahartikan. Hasil yang baik dikatakan sebagai hasil dari sistem, hasil yang tidak baik dikatakan bersumber dari kondisi yang tidak biasa yang berada diluar sistem.
(54)
c. Komponen Sistem Pengendalian Intern
Model (framework) menurut COSO dalam Gondodiyoto (2009:154) ada lima komponen yang saling berhubungan yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan yaitu:
1. Lingkungan pengendalian (control environment)
Lingkungan pengendalian merupakan hal dasar (fondasi) yang meliputi faktor-faktor integrity, dan ethical values of management,
kompetensi personil, management filosofiy and operating style,
bagaimana delegasi tanggung jawab (responsibility) dan wewenang
(authority) dijalankan, serta pimpinan sebagai panutan.
2. Penaksiran risiko (risk assessment)
Proses ini merupakan identifikasi analisis resiko yang dapat menghambat atau berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan, serta menentukan cara bagaimana resiko tersebut ditangani. Pada tahap ini terdapat cost-benefit consideration yang memperhitungkan cost dan benefit yang akan dihasilkan dari suatu penerapan control. Artinya, jika biaya untuk pengendalian intern terlalu besar, maka sistem pengendalian intern tersebut sudah tidak punya makna positif lagi.
3. Aktivitas pengendalian (control activities)
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan dilaksanakannnya kebijakan manajemen dan bahwa risiko sudah diantisipasi. Aktivitas pengendalian juga membantu
(55)
36 memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk penanganan resiko telah dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, misalnya: financial performance review, rekonsiliasi, system
control, physical control, pemisahan tugas, dan verifikasi.
4. Informasi dan komunikasi (information and Communication)
Komponen ini menjelaskan bahwa sistem informasi sangat penting bagi keberhasilan atau peningkatan mutu operasional organisasi. Sistem informasi hendaknya terintegrasi/terpadu (integrated
systems) dan menjamin kebutuhann terhadap kualitas data yang
memiliki karakteristik; berhubungan dengan sasaran, akurat dan terinci, dan mudah dipahami/digunakan. Sedangkan komunikasi mambahas mengenai perlunya penyampaian semua hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan pimpinan kepada seluruh angggota organisasi. Semua pegawai harus paham tentang kondisi perusahaan, kebijakan pimpinan tentang internal control,
competitive dan kondisi ekonomi. Contohnya kewajiban dan
tanggung jawab karyawan terhadap pengendalian intern harus dikomunikasikan dengan jelas dan tertulis.
5. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring merupakan proses yang menilai kualitas dari kinerja
sistem dan internal control dari waktu kewaktu, yang dilakukan dengan melakukan aktivitas monitoring dan melakukan evaluasi secara terpisah. Pada hakekatnya terdapat dua mekanisme
(56)
pemantauan, yaitu: (a) yang bersifat langsung dilakukan oleh masing-masing atasan pihak yang bersangkutan berdasarkan jenjang hirarki jabatan, dan (b) pengawasan yang dilakukan oleh fungsi audit.
Ditinjau dari sifatnya, menurut Gondodiyoto (2009:137) sistem pengendalian dapat dibedakan dalam berbagai segi pandang pengelompokan, antara lain:
1. Pengendalian intern digolongkan dalam preventive, detection, and corrective
a) Preventive controls, yaitu pengendalian intern yang
dirancang dengan, maksud untuk mengurangi kemungkinan (atau mencegah/menjaga jangan sampai terjadi kesalahan kekeliruan, kelalaian, error) maupun penyalahgunaan (kecurangan, fraud).
b) Detection controls, adalah pengendalian yang didesain
dengan tujuan agar apabila data terekam (di-entry)
dikompresi dari media sumber (media input) untuk ditransfer ke sistem komputer dapat dideteksi bila terjadi kesalahan (maksudnya tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan).
c) Correction controls, ialah pengendalian yang sifatnya jika
terdapat data yang sebenarnya error tetapi tidak terdeteksi oleh detection control atau program validasi, harus ada
(57)
38 prosedur yang jelas tentang bagaimana melakukan pembetulan terhadap data yang salah dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian kalau kesalahan penyalahgunaan tersebut sudah benar-benar terjadi.
2. Pengendalian intern digolongkan dalam general controls dan
special atau application controls. General controls adalah
pengendalian yang berlaku untuk seluruh kegiatan komputerisasi pada suatu organisasi atau pengendalian yang tidak terkait langsung ke suatu aplikasi tertentu. Sedangkan application controls adalah pengendalian yang dirancang khusus untuk aplikasi tertentu atau sering disebut pengendalian perspektif teknis, pengendalian transaksi yang didesain berkaitan dengan aplikasi tertentu.
3. Pengendalian intern dikelompokkan dalam pengendalian yang bersifat wajib (mandatory), hal ini menyangkut aturan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang harus dipatuhi, dan pengendalian yang bersifat opsional, hal ini jika tidak ada peraturan dari instansi pemerintah.
d. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Dengan Sistem Pengendalian Intern Salah satu konsep yang diterima secara luas dalam teori dan praktek auditing ialah pentingnya pemahaman auditor terhadap sistem informasi dari klien termasuk sistem pengendalian internnya. Pengendalian intern merupakan keseluruhan mekanisme yang merupakan bagian integral dari sistem dan prosedur kerja suatu organisasi, dan disusun sedemikian
(58)
rupa untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi sudah sesuai dengan yang seharusnya.
Menurut Gondodiyoto (2009:141) banyak pihak yang berkepentingan dengan sistem pengendalian intern, diantaranya yaitu: 1. Manajemen perusahaan
Pihak manajemen orgasnisasi/perusahaan berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern, karena sistem pengendalian intern perusahaan pada dasarnya adalah tanggung jawab manajemen puncak (top management). Sestem pengendalian intern membantu
Board of Director dalam:
a) Menyediakan data handal untuk pengelolaan data perusahaan.
b) Pengamanan aset dan catatan akuntansi entitas/perusahaan. c) Mendorong meningkatnya efisiensi operasional.
d) Mendorong ketaatan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.
e) Merupakan aturan yang umum yang harus dijalankan perusahaan.
2. Dewan komisaris, auditor intern, dan sebagainya.
3. Para karyawan perusahaan karena sistem pengendalian intern itu berfungsi sebagai;
(59)
40 b) Merupakan pedoman kerja (apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan).
4. Regolator body (badan pengatur pemerintahan atau ikatan profesi).
5. Auditor ekstern independen.
Bagi auditor, pemahaman terhadap penegendalian intern mempunyai manfaat:
a) Untuk mempermudah dalam melakukan studi terhadap sistem informasi dari klien yang diaudit.
b) Untuk penetapan resiko yang dihadapi sebagai auditor. c) Sebagai indikator untuk menentukan pendapatnya terhadap
keterandalan sistem yang diaudit. e. Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Menurut Gondodiyoto (2009:145) tujuan dirancangnya sistem pengendalian intern dari kaca pandang terkini dan yang sudah mencakup lingkup yang lebih luas (bukan hanya dari segi pandang akuntansi saja) pada hakekatnya adalah:
1. Pencatatan, pengolahan data dan penyajian informasi yang dapat dipercaya.
2. Mengamankan aktiva perusahaan.
3. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi operasional.
4. Mendorong pelaksanaan kebijakan dan peraturan (hukum) yang ada Sistem pengendalian intern yang terbaik adalah bukan struktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal, melainkan
(1)
153
LAMPIRAN 15
Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Analisis Regresi Berganda, Uji Global F Tabel dan Uji t
(Student)
Variables Entered/Removed
Model Variables Entered Variables Removed Method 1 Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan,
Independensi,
Lingkup Kerja Pemeriksaan, Keahlian Profesionala
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .626a .392 .326 7.11671 a. Predictors: (Constant), Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan, Independensi, Lingkup Kerja
Pemeriksaan, Keahlian Profesional
b. Dependent Variable: Sistem Pengendalian Intern
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1207.113 4 301.778 5.958 .001a
Residual 1873.958 37 50.648 Total 3081.071 41
a. Predictors: (Constant), Pelaksanaan Pekerjaan Pemeriksaan, Independensi, Lingkup Kerja Pemeriksaan, Keahlian Profesional
b. Dependent Variable: Sistem Pengendalian Intern
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 22.052 19.802 1.114 .273
Independensi .317 .261 .161 1.216 .232 .936 1.069 Keahlian Profesional .568 .273 .285 2.078 .045 .874 1.144 Lingkup Kerja Pemeriksaan -.446 .234 -.252 -1.907 .064 .944 1.060 Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeriksaan
.962 .298 .457 3.229 .003 .821 1.218
(2)
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue
Condition Index
Variance Proportions
(Constant) X1 X2 X3 X4 1 1 4.966 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
2 .015 18.367 .00 .32 .01 .40 .03 3 .011 21.556 .00 .16 .20 .39 .20 4 .006 28.567 .01 .03 .75 .08 .51 5 .002 45.530 .99 .48 .04 .13 .25 a. Dependent Variable: Sistem Pengendalian Intern
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 69.6385 92.7847 81.7857 5.42603 42 Std. Predicted Value -2.239 2.027 .000 1.000 42 Standard Error of Predicted Value 1.325 3.653 2.371 .647 42 Adjusted Predicted Value 71.7533 93.0207 81.8290 5.54639 42 Residual -28.63847 11.32487 .00000 6.76064 42 Std. Residual -4.024 1.591 .000 .950 42 Stud. Residual -4.398 1.620 -.003 1.021 42 Deleted Residual -34.20949 11.73577 -.04329 7.82807 42 Stud. Deleted Residual -6.280 1.658 -.049 1.241 42 Mahal. Distance .446 9.824 3.905 2.549 42 Cook's Distance .000 .753 .033 .116 42 Centered Leverage Value .011 .240 .095 .062 42 a. Dependent Variable: Sistem Pengendalian Intern
(3)
155
Casewise Diagnosticsa
Case Number Std. Residual Sistem Pengendalian Intern Predicted Value Residual 1 -.581 81.00 85.1342 -4.13417 2 -.016 91.00 91.1110 -.11104 3 1.591 90.00 78.6751 11.32487 4 .151 80.00 78.9282 1.07180 5 -.828 76.00 81.8906 -5.89064 6 .543 81.00 77.1385 3.86146 7 -.620 75.00 79.4116 -4.41158 8 -4.024 41.00 69.6385 -28.63847 9 .396 78.00 75.1798 2.82024 10 .963 95.00 88.1486 6.85145 11 .126 75.00 74.1047 .89530 12 -.661 82.00 86.7024 -4.70239 13 .751 84.00 78.6581 5.34193 14 -.060 80.00 80.4295 -.42949 15 -.517 81.00 84.6763 -3.67631 16 -1.769 69.00 81.5894 -12.58935 17 .333 84.00 81.6291 2.37093 18 .229 86.00 84.3726 1.62743 19 .194 85.00 83.6227 1.37728 20 -.151 88.00 89.0711 -1.07114 21 .362 82.00 79.4246 2.57544 22 .907 82.00 75.5427 6.45728 23 .393 88.00 85.2056 2.79443 24 .800 86.00 80.3091 5.69093 25 -.110 92.00 92.7847 -.78470 26 .801 81.00 75.2978 5.70221 27 1.220 100.00 91.3171 8.68294 28 .477 84.00 80.6067 3.39331 29 .344 80.00 77.5546 2.44538 30 .070 85.00 84.5003 .49967 31 -.270 82.00 83.9216 -1.92162 32 .473 79.00 75.6303 3.36966 33 1.298 83.00 73.7649 9.23513 34 -.180 83.00 84.2809 -1.28091 35 -1.348 80.00 89.5959 -9.59593 36 -.744 79.00 84.2968 -5.29675 37 .630 83.00 78.5194 4.48059 38 -.115 86.00 86.8200 -.82005 39 .495 77.00 73.4745 3.52552 40 -.839 78.00 83.9707 -5.97069 41 .186 89.00 87.6761 1.32388 42 -.898 74.00 80.3938 -6.39382 a. Dependent Variable: Sistem Pengendalian Intern
(4)
LAMPIRAN 16
r Table (Pearson Product Moment)
(Level of Significance 0.05 and 2 Tailed)
N
r
N
r
3
0.997
25
0.396
4
0.950
26
0.388
5
0.878
27
0.381
6
0.811
28
0.374
7
0.755
29
0.367
8
0.707
30
0.361
9
0.666
31
0.355
10
0.632
32
0.349
11
0.602
33
0.344
12
0.576
34
0.339
13
0.553
35
0.334
14
0.532
36
0.329
15
0.514
37
0.325
16
0.497
38
0.320
17
0.482
39
0.316
18
0.468
40
0.312
19
0.456
41
0.308
20
0.444
42
0.304
21
0.433
43
0.301
22
0.423
44
0.297
23
0.413
45
0.294
(5)
157
LAMPIRAN 17
F Table Statistics
(Level of Significance 0,05)
df 1
df 2
1
2
3
30
4.171
3.316
2.922
31
4.160
3.305
2.911
32
4.149
3.295
2.901
33
4.139
3.285
2.892
34
4.130
3.276
2.883
35
4.121
3.267
2.874
36
4.113
3.259
2.866
37
4.105
3.252
2.859
38
4.098
3.245
2.852
39
4.091
3.238
2.845
40
4.085
3.232
2.839
41
4.079
3.226
2.833
42
4.073
3.220
2.827
Sumber: Priyatno (2009:214) telah dimodifikasi
Sumber: Suharyadi dan Purwanto (2004:524)
Analisis: F hitung = 5.958, F tabel = 3.252, signifikasi F hitung = .001ª, F tabel =
0.05. Hasil diperoleh F hitung > F tabel (5.958 > 3.252) yang berada pada daerah
tolak Ho. Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen.
5.958
Terima Ho
F-tabel
3.252
μ
Tolak Ho
(6)
LAMPIRAN 18
T Table Statistics
(Level of Significance 0,05)
Sisi Kiri Sisi Kanan
DF 0.025 -0.05 DF 0.025 0.05
30 -2.042 -1.697 30 2.042 1.697
31 -2.040 -1.696 31 2.040 1.696
32 -2.037 -1.694 32 2.037 1.694
33 -2.035 -1.692 33 2.035 1.692
34 -2.032 -1.691 34 2.032 1.691
35 -2.030 -1.690 35 2.030 1.690
36 -2.028 -1.688 36 2.028 1.688
37 -2.026
-1.687
37 2.0261.687
38 -2.024 -1.686 38 2.024 1.686
39 -2.023 -1.685 39 2.023 1.685
40 -2.021 -1.684 40 2.021 1.684
41 -2.020 -1.683 41 2.020 1.683
42 -2.018 -1.682 42 2.018 1.682
Sumber: Priyatno (2009:212) telah dimodifikasi
Sumber: Suharyadi dan Purwanto (2004:526)
Analisis: T hitung untuk X1 < t tabel X1 (1.216 < 1.687) berada didaerah terima
Ho pada sisi kanan, jadi X1 tidak berpengaruh terhadap Y. T hitung untuk X2 > t
tabel X2 (2.078 > 1.687) berada didaerah tolak Ho pada sisi kanan, jadi X2
berpengaruh terhadap Y. T hitung untuk X3 > t tabel X3 (-1.907 > -1.687) berada
didaerah tolak Ho pada sisi kiri, X3 berpengaruh terhadap Y. T hitung untuk X4 > t
tabel X4 (3.229 > 1.687) berada didaerah tolak Ho pada sisi kanan, jadi X4
berpengaruh terhadap Y
2.078 - 3.229
Terima Ho
- t tabel
-1.687
+ t tabel
1.687
μ
Tolak Ho
Tolak Ho
X3
1.216 -1.907