Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode representasi
dihubungkan dan diorganisikan ke dalam koherensi sosial seperti kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat.
Posisi sebagai subjek atau objek dalam representasi mengandung muatan ideologis tertentu. Dalam hal ini bagaimana posisi tersebut turut memarjinakan posisi
wanitaya ketika ditampilkan dalam pemberitaan. Menurut Mills dalam Eriyanto, 2001, teks adalah suatu hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Oleh karena itu,
pembaca tidaklah dianggap semata sebagai pihak yang hanya menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks. Dari berbagai
posisi yang ditempatkan kepada pembaca, Mills memusatkan perhatian pada gender dan posisi pembaca
2.1.4. Pengertian moral
Moral adalah sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salahnya sesuatu tingkah laku. Selain itu moral
juga diartikan adanya kesesuaian dengan ukuran baik dan buruknya sesuatu tingkah laku atau karakter yang telah diterima oleh sesuatu masyarakat, termasuk
di dalamnya tingkah laku spesifik Haicahyono, 1995:221. Untuk dapat bertindak secara moral, seseorang harus tahu apa yang
dikerjakan, disamping semua tindakan itu haris dilakukan secara bebas bukan karena paksaan Haricahyono, 1995:67. Moral berkaitan dengan moralitas
sopan dan santun. Moralitas merupakan keadaan nilai-nilai moral dalam
hubungan dengan kelompok sosial Gunarsa, 2003:38. Moralitas diartikan pula kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat Sastrapratedja,
para. 4. Moralitas akan muncul dengan sendirinya manakala sesorang mulai
berpikir tantang apa yang harus dan tidak harus dilakukan sesorang Haricahyono, 1995:67.sesorang bertindak dengan alasan-alasan tertentu tidak
dikendalikan oleh seba-sebab yang lain. Tindakan moral harus rasional. Untuk menjadi rasional alasannya pun harus operatif. Jadi tidak sekedar rasional
semata. Singkat kata, setiap orang harus mampu bertindak sebagai makhluk moral Haricahyono, 1995:67.
Makhluk moral menurut wilson 1967 dalam Haricahyono dapat digambarkan sebagai sososk pribadi yang terdidik secara moral, yang
manifestasinya tidak hanya pada tingkah laku yang nampak akan tetapi menyangkut pula berbagai motif, alasan-alasan dan sasaran-sasaran yang ingin
dicapai. Secara demikian moralitas mencakup pengujian terhadap berbagai sikap, perasaan dan disposisi yang dimiliki seseorang. Moralitas menyangkut
permasalahan yang luas apalagi kalau menyangkut pengambilan keputusan yang didasarkan pada sikap dan perasaan yang jelas, baik yang ada pada diri seseorang
yang mengambil keputusan tersebut ataupun orang lain. Haricahyono, 1995:68.
Dalam pandangan Rest haricahyono, 1995:210 moralitas mencakup makna yang begitu luas antara lain :
1. Tingkah laku membantu orang lain
2. Tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma sosial
3. Timbul empati atau rasa bersalah atau keduanya
4. Penalaran tentang keadilan
5. Memperhatikan kepentingan orang lain
Moralitas kerapkali diartikan sebagai norma dan perilaku faktual dalam masyarakat yaitu anggapan manganai perilaku baik dan buruk Sastrapratedja,
para 4. Perilaku sosial yang baik positif disebut sebagai perilaku prososial. Sedangkan perilaku sosial yang buruk negatid disebut sebagai perilaku
antisosial kusuma, 2003. para 5. Film merupakan salah satu bentuk media massa modern kedua yang
muncul di dunia Sobur, 2004:126. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film mempunyai potensi besar dalam merubah
sikap dan perilaku masyarakat terutama anak-anak yang relatif masih mudah terpengaruh dan dipengaruhi Anwas, chap I. ada banyak pendekatan untuk
meneliti karya film Aspek moralitas dalam suatu film yang diperuntukkan bagi anak-anak seperti
Upin dan Ipin ini memang perlu diperhatikan. Hal ini mengingat bahwa film sebagai alat komunikasi massa modern merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi
perkembangan moral pada anak gunarsa, 2003:40. Terlebih lagi mengingat bahwa anak-anak usia 7 hingga 12 tahun yakni anak usia sekolah dasar yang merupakan usia
yang kritis dalam pembentukan sikap moral Durkheim, 1990:11. Moral berasal dari kata latin mores, memiliki arti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan
gunarsa, 2003:38. Bagaimana anak-anak dapat bertingkah laku yang bermoral pun jjuga tak lepas
dari hal-hal yang ia amati dari sekitarnya. Dimana hal tersebut kemudian akan berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat
diamatinya, termasuk salah satunya mengamati dan meniru film yang ia tonton
Gunarsa, 2003:41. Jika tayangan film yang ditonton anak-anak banyak menampilkan adegan-adegan kekerasan, sadis sensual maupun mistik, hal tersebut
dapat membawa akibat buruk terhadap anak, yakni dapat meningkat agresivitas, tindak kekerasan serta perilaku negatif lainnya pada anak. Nurdiansyah, 2005.
Misalnya saja disekitar kita, rasanya sering kita melihat anak yang baru saja nonton film koboi, lalu berlari ke halaman rumah kemudian berguling-guling dan berteriak
dor…dor…dor…. Sambil memegang pistol mainan atau apa saja yang dipegangnya. Sering pula terdengar ucapan-ucapan yang kurang pas dilaontarkan anak-anak yang
meniru kan idola tokokh-tokoh filmnya. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak menjadi lebih agresif setelah menonton tayangan film yang dikategorikan sebagai
tayangan antisosial. Tayangan film kartun Tom Jerry misalnya, dari sisi pikologis secara tidak langsung mengajar anak-anak untuk mudah memukul orang Lena,
2004. Film-film tersebut bukan sekadar tontonan belaka. Sebagai media massa,
tentunya film membawa dan menawarkan suatu pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Selain itu, film dapat membawa ideologi, nilai.
Oleh karena itu, moralitas dari beberapa perilaku dalam Upin dan Ipin dapat dibedakan menjadi perilaku prososial. Menurut Wispe dalam Mulyana dan Ibrahim,
1997:146, perilaku prososial merupakan suatu bentuk perilaku yang memiliki konsekuensi sosial yang positif. Beberapa perilaku yang tercakup dalam definisi ini
antara lain, tidak memetingkan diri sendiri, menolong dan pemakaian bersama, kehangatan, bekerjasama, empati, memuji menasihati penyesalan dan kesopanan.
Selain prososial terdapat perilaku antisosial yang dimaksud dengan perilaku antisosial menurut Bandura Mulyana dan Ibrahim, 1997:146 merupakan suatu perilaku yang
tidak hanya mengakibatkan luka atau perusahaan secara fisik, tetapi juga mencakup
psikologis. Misalnya perilaku yang mengakibatkan luka atau perusakan secara kasar, membunuh, berkelahi, mencelakakan, mencuri, berperang, curang dan mengejek.
Moralitas pada anak adalah sesuatu yang dipelajari dan dipengaruhi dari luar. Tidak ada anak yang memperkembangkan nilai-nilai moral oleh dirinya sendiri. Nilai-
nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari kelahiranya, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar, yakni dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan
teman-teman sebaya, segi keagamaan, fasilitas-fasilitas rekreasi TV, Film, radio, bacaan-bacaan dan lain sebagainya Gunarsa 2003:38.
2.1.5. Respon Psikologis Warna