Respon Psikologis Warna Landasan Teori 1. Televisi Sebagai Media Massa

psikologis. Misalnya perilaku yang mengakibatkan luka atau perusakan secara kasar, membunuh, berkelahi, mencelakakan, mencuri, berperang, curang dan mengejek. Moralitas pada anak adalah sesuatu yang dipelajari dan dipengaruhi dari luar. Tidak ada anak yang memperkembangkan nilai-nilai moral oleh dirinya sendiri. Nilai- nilai moral bukanlah sesuatu yang diperoleh dari kelahiranya, melainkan sesuatu yang diperoleh dari luar, yakni dari lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan teman-teman sebaya, segi keagamaan, fasilitas-fasilitas rekreasi TV, Film, radio, bacaan-bacaan dan lain sebagainya Gunarsa 2003:38.

2.1.5. Respon Psikologis Warna

Warna dapat didefinisikan secara obyektiffisik sebagai sifat cahaya yang diapancarkan, atau secara subyektifpsikologis sebagai bagian dari pengalaman indera pengelihatan. Secara obyektif atau fisik, warna dapat diberikan oleh panajang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik. Cahaya yang dapat ditangkap indera manusia mempunyai panjang gelombang 380 sampai 780 nanometer. Cahaya antara dua jarak nanometer tersebut dapat diurai melalui prisma kaca menjadi warna-warna pelangi yang disebut spectrum atau warna cahaya, mulai berkas cahaya warna ungu, violet, biru, hijau, kuning, jingga, hingga merah. Di luar cahaya ungu violet terdapat gelombang-gelombang ultraviolet, sinar X, sinar gamma, dan sinar cosmic. Di luar cahaya merah terdapat gelombang sinar inframerah, gelombang Hertz, gelombang Radio pendek, dan gelombang radio panjang, yang banyak digunakan untuk pemancaran radio dan TV. Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata retina kita hingga terlihatlah warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut menyerap semua warna pelangi. Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi. Sadjiman 2005:2 Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss , bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut . Sebagai contoh adalah penggunaan warna merah pada segitiga pengaman, warna- warna yang digunakan untuk traffic light merah untuk berhenti, kuning untuk bersiap- siap dan hijau untuk jalan. Dari contoh tersebut ternyata pengaruh warna mampu memberikan impresi yang cepat dan kuat. Sadjiman 2005:5 Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan Drs. Mansyur 1983:5 tentang warna sebagai berikut : Warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam- macam benda. Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Berikut disajikan potensi karakter warna yang mampu memberikan kesan pada seseorang sebagai berikut : 1. Hitam, sebagai warna yang tertua gelap dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan juga dalam hal emosi. 2. Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesucian. 3. Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik. 4. Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif meluas, dominan berkuasa, aktif dan vital hidup. 5. Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu. 6. Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu dediepte, sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan. 7. Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru. Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi : 1. Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb. 2. Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam. 3. Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau suramnya warna. Selain Prang System terdapat beberapa sistem warna lain yakni, CMYK atau Process Color System, Munsell Color System, Ostwald Color System, SchopenhauerGoethe Weighted Color System, Substractive Color System serta Additive ColorRGB Color System. Diantara bermacam sistem warna diatas, kini yang banyak dipergunakan dalam industri media visual cetak adalah CMYK atau Process Color System yang membagi warna dasarnya menjadi Cyan, Magenta, Yellow dan Black. Sedangkan RGB Color System dipergunakan dalam industri media visual elektronika. Selain penjelasan diatas berikut disampaikan pandangan beberapa ahli tentang warna yang memiliki efek psikologis - Yang sejuk dan segar merah muda Sutton dan Whelan 2003, 169, hijau Eiseman 1998:89, Bonds, 2000:36, - Berpikir positif: Kuning Bonds, 2000:30 - Merefleksikan diri perak Bonds, 2000:48 - Mereview pikiran indigo Bonds, 2000:42 - Menenangkan; ungu Krisnawati 2005 ; 94 merah muda Sutton dan Whelan 2003, 169, biru Krisnawati 2005 ; 97; putih Bonds, 2000:20, coklat Krisnawati 2005 ; 93; hijau Eiseman 1998:89. - Merasa diterima hijau Krisnawati 2005 ; 96; - Yang meningkatkan kemampuan untuk menyampaikan pendapat biru Bonds, 2000:40, - Berkomunikasi biru Krisnawati 2005 ; 97 dan oranye Krisnawati 2005: 92 - Meningkatkan konsentrasi merah Krisnawati 2005 ; 98 - Membersihkan diri dari ikatan emosional indigo Bonds, 2000:43, - Merefleksikan diri perak Bonds, 2000:48, 2.1.6. Pengertian Semiotik Semiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial Sobur, 2004:95. Semiotika adalah ilmu tanda Bonta 1979:26, Chandler 1994:1, Eco 1976:3, Eco dalam Broadbent 1980:11, Noth 1990:3, Sudjiman 1992:vii, Sukada 1992:8; istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Winfried Noth 1993:13 menguraikan asal-usul kata semiotika; secara etimologi semiotika dihubungkan dengan kata Yunani = sign dan signal, sign . Tanda terdapat dimana-mana : ‘kata’ adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan arsitektur atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Tanda pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda van Zoest, 1993:1. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek -obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Ahli sastra Teew 1984:6 mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat mana pun. Semiotik merupakan cab ang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri Piliang, 1998:262. Semiotika menurut Berger 2000:10. memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure 1857-1913 dan Charles Sander Peirce 1839-1914. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan di antara keduanya tidak saling mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi semiology.

2.1.7. Model semiotika john fiske