Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA

Kode Hermeneutik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, teka-teki, respons, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban. Atau dengan kata lain, Kode Hermeneutik berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam sebuah wacana. Siapakah mereka? Apa yang terjadi? Halangan apakah yang muncul? Bagaimanakah tujuannya? Jawaban yang satu menunda jawaban lain. Kode Semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Misalnya konotasi feminitas, maskulinitas. Atau dengan kata lain Kode Semantik adalah tanda-tanda yang ditata sehingga memberikan suatu konotasi maskulin, feminin, kebangsaan, kesukuan, loyalitas. Kode Simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skizofrenia. Kode Narasi atau Proairetik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. Kode Kebudayaan atau Kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anomin, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, sastra, seni, legenda.

2.2. Kerangka Berfikir

Dalam semiotika ilmu tentang tanda terdapat dua perhatian utama yaitu : hubungan antar tanda dan maknanya dan bagaimana suatu tanda dikombinasikan menjadi suatu kode Fiske, 2003:22. Tanda-tanda yang seringkali dalam program- program televisi adalah dapat dikategorikan dalam tiga level yakni : Level realitas , kode-kode sosial dalam level pertama ini yakni meliputi appeareance, penampilan, dress kostum, make up riasan, environment lingkungan, behaviour perilaku, speech cara berbicara, gesture gerakan, expression ekspresi. Level representasi, kode-kode yang termasuk dalam level ini kedua ini berkaitan dengan kode-kode teknik, seperti camera kamera, lightning pencahayaan, editing perevisian, music musik dan sound suara. Level ideologi, pada level ketiga ini mencakup kode-kode reprsentatif seperti narrative naratif, conflict konflik, character karakter, action aksi, dialogue dialog, setting latar, casting pemeran. Oleh karena objek penelitian ini adalah cerita yang terdapat dalam serial Upin dan Ipin yakni meliputi gambar dan suara kata-kata yang diucapkan tokoh cerita yang terdapat dalam tersebut yang memuat pesan moral prososial, maka nantinya akan diplih beberapa kode televisi sebagai unit analisisnya. Pesan moral prososial ini disampaikan lewat penampilan para tokoh film yang tercermin dalam perilaku , dialog, ekpresi dan karakter tokoh-tokoh tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka dipilih beberapa kode yang terkonstruksi dalam serial Upin dan Ipin meliputi kode appeareance, penampilan, dress kostum, speech cara berbicara, gesture gerakan, behaviour, expression ekpresi, conflict konflik, character karakter dan dialogue dialog. Sehingga akhirnya akan diperoleh jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pesan moral pada serial animasi Upin dan Ipin” berikut keranga berpikir yang diajukan peneliti dalam penelitian ini Pesan prososial materi mengenai ajaran perlaku yang baik - appeareance, penampilan, - dress kostum, - speech cara berbicara, - gesture gerakan, - behaviour, - expression ekspresi, - conflict konflik, - character karakter - dialogue dialog Moralitas konstruksi dari idelogi norma dan faktual dalam masyarakat yaitu anggapan perilaku yang buruk dan baik. Analisis semiotik John Fiske RESPRESENTATIF PESAN PROSOSIAL DALAM SERIAL ANIMASI UPIN DAN IPIN Kode-kode televisi terkontruksi dalam realistas dan ideologi Fiske, 1987:4

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Metode penelitian

Metode yang digunakan untuk menganalisis dan mengintepretasikan sistem tanda komunikasi dalam serial animasi Upin dan Ipin yang memuat pesan moral prososial adalah metode semiotika. Dengan berdasarkan pada semiotika John Fiske yang menggali konstruksi makna melalui kode-kode televisi. Metode semiotikan merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda dan beserta maknanya. Menurut John Fiske 2004:282 semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sistem tanda, tentang bagaimana makna dibangun dalam teks media atau studi bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat mengkomunikasikan makna. Metode analisis semiotika ini menurut Fiske 2004:189 tidak hanya dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahapan proses, melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi dan menerima kulturbudaya; difokuskan pada peran komunikasi dalam memantapkan dan memelihara nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi memiliki makna. Di sisi lain, semiotika melihat bahwa pesan merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna Fieske, 2004:2.