REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1

(1)

commit to user

REPRESENTASI

DAN TOLERA

UP

(Analisis Semiotika Tentan

dalam Film Seria

A

Diajukan untuk meleng memperoleh gelar Sarjana I

JURU

FAKULTAS ILM

UNIVER

ASI PEMBELAJARAN BUDI PEKE

RANSI DALAM FILM ANIMASI

UPIN & IPIN SEASON 1

entang Pembelajaran Budi Pekerti dan Tole m Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)

Oleh:

ACHID PRI’AMBUDI

NIM. D0205026

ngkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat g a Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

USAN ILMU KOMUNIKASI

S ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

VERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

KERTI

ASI

n Toleransi t guna lmu Politik

K


(2)

commit to user

i

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan siap diuji oleh Dewan Penguji Skripsi

pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari : Senin

Tanggal : 24 – 01 - 2011

Pembimbing,

Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si. NIP. 19580617 198702 1 001


(3)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal :

Susunan Panitia Penguji:

1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D Ketua (………)

NI NIP. 19710217 199802 1 001

2. Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMEd, Hons Sekretaris (………)

NIP. 19810429 200501 2 002

3. Drs. Adolfo Eko Setyanto., M.Si Penguji (………)

NIP. 19580617 198702 1 001

Mengetahui, Dekan,

Drs. H. Supriyadi, SN, S.U. NIP. 19530128 198103 1 001


(4)

commit to user

iii

MOTTO

Saat kau terlahir di dunia ini, hanya kau yang menangis sedangkan orang-orang di sekelilingmu tersenyum, maka jalanilah hidupmu dengan kebaikan

dan senyum hingga tiba saatnya nanti kau meninggal orang-orang disekitarmu akan menangis dan hanya kau yang tetap tersenyum.

Semulia-mulia manusia ialah orang yang mempunyai adab yang merendah diri ketika berkedudukan tinggi, memaaf ketika berdaya membalas dan


(5)

Marwan-commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku, Sarwono Kusuma Atmaja dan Reni Wuryaningsih yang dengan sabar menyemangatiku dan mendukungku serta selalu mendoakanku. 2. Kakakku tercinta Krisna Primasasi, dan Adikku Wiliam Susilo atas dukungan

dan semangatnya.

3. Ina Primasari atas kesabarannya mendukungku setiap hari serta selalu membuatku optimis atas segala sesuatunya.

4. Teman-teman Ilmu Komunikasi Angkatan 2005 atas pengalaman dan kebersamaan yang membuat proses pencarian ilmu menjadi lebih menyenangkan dengan sikap kekeluargaan sehingga merasakan sebagai suatu kesatuan.

5. Teman-teman kos PPT yang sudah seperti keluarga dalam menjalani kehidupan bersama di perantauan, Abas Wahyudi, Agung Pambudi, Agung Wahyu Pamungkas, Dhina Kharisma, Dwi Prasetya, Moammar Ridlo Danar, Umar Januardi Harahap, Afrian Pramusetyo, Reza Grahito, Bayu Ridlo, Aniqul Fahmi, Muhammad Firdaus Al-hamudi.


(6)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’Alaikum Wr. Wb.

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT atas segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)”.

Penyusunan skripsi ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban Penulis sebagai mahasiswa guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan ini tidak lepas dari semua pihak yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan moral. Semoga budi baik yang diberikan kepada Penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT. Ucapan terima kasih ini Penulis sampaikan kepada:

1. Maha Besar Allah SWT atas segala kasih sayang dan rahmatnya yang telah memberikan kesempatan penulis sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga di FISIP UNS.

2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Komunikasi yang telah banyak membantu dan memberi pengarahan kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.


(7)

commit to user

vi

3. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan, masukan dan nasihat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Dra. Christina Tri H. M.si selaku Pembimbing Akademik yang memberikan pengarahan dan saran yang membangun.

5. Segenap dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi atas pengetahuan yang diberikan selama masa studi dan semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.

6. Segenap karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Penyusunan skripsi ini masih dapat dikembangkan lebih baik lagi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan kelapangan hati penulis menerima saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.

Solo, 20 Januari 2011 Penulis


(8)

commit to user

vii

Daftar Isi

Halaman

PERSETUJUAN... i

PENGESAHAN... ii

MOTTO... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR BAGAN... x

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... . xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Telaah Pustaka ... 8

1. Film Sebagai Media Komunikasi ... 9

2. Pengertian Film Animasi ... 11

3. Proses Pemaknaan dalam Film ... ... 20

4. Budi Pekerti dan Toleransi ... ... 30

5. Pinsip Belajar ... ... 36


(9)

commit to user

viii

7. Aktivitas Belajar ... ... 39

8. Kerangka Berpikir ... ... 41

F. Metode Penelitian ... 43

1. Jenis Penelitian ... 43

2. Metode Penelitian ... 44

3. Objek Penelitian ... ... 46

4. Teknik Pengumpulan data ... ... 46

5. Sumber Data ... ... 49

6. Analisis Data ... ... 49

BAB II. DESKRIPSI FILM UPIN & IPIN SEASON 1 A. Latar Belakang Film Upin & Ipin Season 1 ... 53

B. Latar Belakang Produksi ………... .. 53

C. Seputar Serial Film Animasi Upin & Ipin ... .... 54

D. Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin ... 55

E. Kru dalam Film Animasi Upin & Ipin ... ... 60

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Film Upin & Ipin Season 1 ... 65

1. Korpus 1 Episode 1 Scene 1 ... .... 65

2. Korpus 2 Episode 1 Scene 2 ... .... 69

3. Korpus 3 Episode 1 Scene 3 ... .... 74


(10)

commit to user

ix

5. Korpus 5 Episode 3 Scene 2 ... .... 83

6. Korpus 6 Episode 4 Scene 1 ... .... 93

7. Korpus 7 Episode 4 Scene 2 ... .... 99

8. Korpus 8 Episode 5 Scene 1 ... .... 103

9. Korpus 9 Episode 6 Scene 2 ... .... 108

10. Korpus 10 Episode 6 Scene 3 ... .. 116

B. Kesimpulan Analisis ... ... 118

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 122

B. Kendala Penelitian ... ... 125

C. Saran... 126


(11)

commit to user

x

DAFTAR BAGAN

GAMBAR HALAMAN

Gambar 1.1. Elemen Makna Pierce ... 25

Gambar 1.2. Elemen Makna Saussure ... 26

Gambar 1.3. Signifikasi Dua Tahap Barthes ... 28

Gambar 1.4. Peta Tanda Barthes ... ... 29


(12)

commit to user

xi

ABSTRAK

Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)”. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui makna-makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terkandung dalam lambang-lambang komunikasi pada film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis penelitian ini bersifat interpretative kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substansif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi-referensi ilmiah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer: data yang diperoleh dari rekaman film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis data Sekunder: data yang diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa yang berhubungan dengan objek penulisan ini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Animasi Upin & Ipin Season 1 yang akan dibahas lambang-lambang komunikasi dan aspek sinematografis setiap scene yang mendukung terbentuknya makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi film tersebut, sehingga akan diperoleh makna denotasi dan konotasi dari hubungan keduanya.

Berdasarkan visualisasi audio dan visual yang kemudian dilakukan analisis setiap scene mengenai lambang-lambang komunikasi serta unsur sinematografi film Upin & Ipin Season 1, makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi dari film tersebut adalah: film animasi Upin & Ipin Season 1 ingin menggambarkan bahwa pembelajaran budi pekerti merupakan hal yang penting dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dalam pembelajaran budi pekerti dan toleransi dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan melalui mendengarkan maupun praktek. Film animasi Upin & Ipin season 1 juga ingin menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi harus disertai dengan hukuman atau punishment untuk memberikan efek jera agar proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi berjalan efektif disamping penggunaan pujian atau reward.


(13)

commit to user

xii

ABSTRACT

Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTATION LEARNING MANNERS AND TOLERANCE IN ANIMATION FILM UPIN & IPIN SEASON 1 (Semiotic Analysis About Learning manners and Tolerance in Animation Film “Upin & Ipin Season 1”)”. Thesis. Major in Communication Science. Faculty of Social Science and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta. January. 2011.

Objective of this research is to know means of learning manners and tolerance that contained in communication signs that can be found in animation film Upin & Ipin Season 1. Type of this research characteristic interpretative qualitative. Data in this research is qualitative (data that without numbers), so the data have substansive characteristic then impretated with reference, mold, and scientific reference.

Research method that used in thios research is method semiotic analysis. Semiotic analysis is way or method to analyse and give means to sign that occur at signs message packet or text. Type data that used in this research is primary data: data that obtained from film Upin & Ipin Season 1 record. Type secondary data : data that obtained from literature study, mass media information that related with this writing object. Data analysis that used in this research using Roland Barthes semiotic analysis model. Object research in this research is animation film Upin & Ipin Season 1 that will discussed communication signs and cinematography aspect each scene tahat support formed mean learning manners and tolerance that film, so would obtained denotative and konotative mean from those two relation.

Based on visualization audio and visual then done analysis in each scene about communication signs and cinematography element Upin & Ipin Season 1 film, means learning manners and tolerance from that film is: animation film Upin & Ipin Season 1 wants to describe that leraning manners and tolerance is something that important and require alot amount of time. In learning manners and tolerance require a process learning that can be done through listen or practice. Animation film Upin & Ipin Season 1 also want to describe if in learning manners and tolerance process must be accompanied with penalty or punishment to give wary effect so that learning manners and tolerance proceed effective beside using praise or reward.


(14)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah tanda muncul dalam kegiatan yang disebut sebagai “komunikasi”. Selain itu tanda juga berfungsi untuk menjalin saling pengertian. Adanya teori tentang “tanda” ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran manusia akan fungsi sebuah tanda. Teori ini kemudian berkembang melalui pendapat dan analisa dari beberapa teoritikus yang kemudian lebih dikenak dengan sebutan “semiotic” atau semiotika.

Semiotik merupakan teori umum dalam tanda bahasa. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, semiotik tidak meneliti tanda-tanda yang bersifat konkret dalam suatu bahasa tertentu, melainkan meneliti ilmu bahasa secara umum. Semua pengetahuan pada akhirnya merupakan suatu pengetahuan yang bersifat sosial dengan syarat media yang digunakan dalam tukar menukar informasi, penerimaan informasi, cara pengolahan informasi, dan lain sebagainya dapat ditentukan secara bebas (Buhr dalam Trabaut, 1996:7)

Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang.


(15)

commit to user

Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153).

Manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai makhluk yang baik dan netral. Namun, seiring pertumbuhan dalam kehidupannya, manusia mempelajari segala sesuatunya dari lingkungan tempatnya berinteraksi untuk mengembangkan dirinya. Pembelajaran untuk mengembangkan diri tersebut dimulai sejak manusia dilahirkan kedunia terutama pada masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa perkembangan otak yang paling signifikan, oleh karena itu anak-anak adalah peniru terbaik. Anak-anak akan dapat menirukan apa yang mereka lihat, dengar atau apapun yang terjadi di sekitar tempatnya berinteraksi.

Saat ini, budi pekerti merupakan barang mahal dan langka yang ada di masyarakat kita. Perkembangan pergaulan yang diterpa kemajuan teknologi yang tanpa kontrol membuat segala sesuatunya dapat dengan leluasa masuk dalam lingkup interaksi masyarakat kita tanpa terkecuali anak-anak.

Kemajuan teknologi terutama televisi sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak saat ini. Akses yang murah meriah tanpa adanya kontrol yang memadai membuat televisi menyajikan banyak sekali pilihan arah untuk mengembangkan diri bagi anak-anak. Saat ini, acara yang disajikan televisi tidak melalui pertimbangan jam tayang yang layak serta konten yang patut untuk disajikan dan ditonton oleh anak-anak. Hal ini terlihat dari banyaknya acara yang cenderung tidak mempertimbangkan konten pendidikan kepada anak-anak namun, lebih cenderung mempunyai konten yang “sebatas” menarik untuk dinikmati.


(16)

commit to user

Saat ini film anak-anak yang disajikan kebanyakan tidak memenuhi konten edukasi yang mencukupi, malah cenderung mempunyai konten yang tidak mendidik. Di tengah terpaan acara televisi anak-anak yang gencar seperti sekarang ini, orang tua yang seharusnya menjadi pendamping yang memberikan kontrol kadang lalai dalam mendampingi anak-anak saat melihat acara televisi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak-anak menangkap seluruh konten acara tersebut tanpa menyaring mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru.

Keberadaan media televisi dewasa ini memang sangat sulit untuk dielakkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya yang murah namun menyajikan berbagai pilihan hiburan yang disajikan di depan konsumen membuat masyarakat cenderung menikmati hiburan yang disajikan tanpa berpikir efek yang ditimbulkan dari hiburan yang disajiikan. Hal ini diperkuat dengan kondisi masyarakat kita yang cenderung “pekerja keras” sehingga diwaktu luangnya sebisa mungkin digunakan untuk menikmati hiburan yang tersaji langsung didepannya.

Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153).


(17)

commit to user

Film merupakan hasil tangkapan gambar yang dapat merepresentasikan keadaan atau kenyataan. Film dapat berisikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dengan sajian audio visual. Isi sebuah film dapat berupa kenyataan maupun fiktif dengan harapan membuat suatu fakta baru namun dengan penyajian yang berbeda agar pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh penonton.

Saat ini, perkembangan film di Indonesia sangat cepat dengan berbagai genre. Tetapi dalam poses perkembangannya, perfilman Indonesia cenderung didominasi oleh film-film cinta, seks, horor atau komedi yang notabene cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi bagi penontonnya akan tetapi lebih fokus ke aspek hiburan semata. Film-film yang kurang mendidik dan tidak mengedepankan aspek edukasi diantaranya Quickie Express, Xtra Large, Suster Keramas.

Film-film yang kurang mengedepankan aspek edukasi tersebut tumbuh menjamur tanpa mempertimbangkan penonton film yang kemungkinan terdapat anak-anak di dalamnya.

Film yang cenderung disukai anak-anak adlah film animasi, hal ini disebabkan adanya suatu ilustrasi imajinasi bagi anak yang tergambar dalam sebuah film animasi. Anak akan lebih bebas mengembangkan imajinasinya ketika menikmati film animasi yang disukainya.

Saat ini film-film animasi juga banyak tumbuh di Indonesia meskipun bukan produk asli bangsa ini. Film animasi yang beredar saat inipun juga


(18)

commit to user

cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi, justru diantaranya menunjukan aspek kekerasan, kenakalan, diantaranya adalah Crayon Shincan, Naruto, Avatar.

Dari sedemikan banyak film animasi yang marak beredar di Indonesia, hanya segelintir yang mengedepankan asperk edukasi kepada anak-anak, salah satunya adalah “Upin & Ipin”. Film ini mengedepankan aspek kerukunan dan pembelajaran budi pekerti pada anak-anak.

Discussions of animation tend to blend movement with these other concepts (of gesture, performance, etc.) and although movement is inherent in these concepts, they do not necessitate movement, nor are they made up of movement alone. Movement is therefore subjectively transformed in relation to other concepts. So although Wells does state that “animated motion carries with it implied ‘meaning’, sometimes metaphoric or symbolic”, he does also aver that “motion could be simply ‘blocking’, i.e. the movement from A to B” (Wells, 2009)

Animasi adalah jenis film yang tidak menggunakan karakter atau tokoh riil namun dengan menggunakan tokoh khayalan (animasi) yang dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan aktor atau tokoh yang dimaksud. Animasi lebih menarik bagi kalangan anak-anak dikarenakan karakter-karakter yang dibuat sedemikian rupa hingga anak-anak dapat ikut merasakan peran serta dalam film tersebut.

In animation the issue of movement is central to any discussion of its nature, irrespective of its form, style or process of creation. As an animator, Norman McLaren believed “the most important thing in film is motion, movement” (in Bendazzi, 1994:117), whilst Wells describes animated films as “the artificial creation of the illusion of movement in inanimate lines and forms” (1998:10). Movement is of primary concern in this simple definition and in earlier critical analyses of animation, Sergei Eisenstein “recognised ‘if it moves, then it’s alive’” (Leyda, 1988:54 quoted in Wells, 1998:14).

Film yang menjadi obyek penelitian ini adalah film serial animasi “Upin & Ipin” produksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H.


(19)

commit to user

Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik.

Penulis memilih “Upin & Ipin” dikarenakan film ini memiliki beberapa episode dengan masing-masing cerita dan pembelajaran yang berbeda. Selain itu film ini menggambarkan sebuah kepolosan anak-anak ketika sedang menghadapi suatu masalah sampai pada saatnya terjadi suatu pembelajaran oleh anak-anak tersebut.

Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari Upin dan Ipin di sebuah lingkungan yang masyarakatnya beragam baik suku, ras, budaya dan agama dalam menyambut dan melalui bulan Ramadhan. Upin dan Ipin yang masih kecil nan lincah mempunyai teman-teman bermain dari bermacam-macam suku, budaya dan agama, namun tetap terjalin kerukunan diantara mereka dan terjalin rasa saling toleransi diantara mereka serta terjalin interaksi yang saling mengingatkan tentang kebaikan, budi pekerti, kesopanan serta sikap yang patut bagi anak-anak.

Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana representasi pembelajaran budi pekerti terhadap anak-anak dalam film serial animasi “Upin & Ipin season 1”.

Penulis memilih meneliti Film Malaysia dikarenakan penulis menganggap Film tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan yang lebih bagi anak-anak saat ini


(20)

commit to user

dibandingkan dengan Film-Film yang bermunculan di Indonesia akhir-akhir ini. Selain itu, penulis juga menganggap bahwa Film Malaysia masih mempunyai keterikatan budaya dan bahasa yang tidak terlampau jauh dengan Indonesia, dibandingkan dengan Film yang berasal dari neagara lain yang budaya dan bahasanya jauh berbeda dengan Indonesia.

Penulis memilih analisis semiotik karena penulis ingin mengetahui lebih dalam makna pesan moral yang terkandung dalam scene-scene yang ada dalam Film animasi Upin & Ipin tersebut.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah, yaitu:

“Bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi “Upin & Ipin season 1”

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :


(21)

commit to user

Untuk mengetahui bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi “Upin & Ipin season 1”

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik dari segi toritis maupun praktis.adapun manfaat tersebut sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah keilmuan di bidang penelitian komunikasi khususnya di bidang analisis semiotika film.

2. Manfaat Praktis

Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penelitian komunikasi dengan pendekatan semiotika ada film. Serta menjadi rujukan bagi para peneliti yang berminat menganalisis lebih lanjut Film khususnya melalui pendekatan semiotika.

E. Telaah Pustaka

1. Film Sebagai Media Komunikasi

Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang


(22)

commit to user

terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya (http://raachaan.multiply.com/journal/item/2)

Dalam pembuatan sebuah film pastilah mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada pihak penonton. Penyampaian tujuan atau pesan tertentu ini termasuk dalam sebuah proses komunikasi dimana pembuat film menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada penonton dengan cara-cara tertentu yang dimasukkan dalam proses pembuatan film tersebut. Suatu film dapat dikatakan sukses apabila film tersebut berhasil menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya kepada penonton.


(23)

commit to user

Dalam film, proses komunikasi yang terjadi dari komunikator dalam hal ini pihak pembuat film disalurkan kepada pihak komunikan melalui media audio visual untuk menyampaikan pesan yang kemudian diharapkan dapat menimbulkan efek sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator.

Komunikasi merupakan manifestasi dari interaksi sosial manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sebagai makhluk sosial. Dengan komunikasi, manusia mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran atau perasaan yang berupa ide, gagasan, kreatifitas, pendapat, keyakinan, penolakan, keberanian, pertentangan dan sebagainya. Karena hal tersebut proses komunikasi menjadi suatu hal yang kompleks dimana penyampaian suatu pesan dari komunikator kepada komunikan dapat mengubah pandangan, sikap, bahkan psikologi dari pihak komunikan sesuai dengan pesan yang disampaikan dari komunikator tersebut.

Komunikasi bagi John Fiske merupakan proses pembangkitan makna (generation of making). Fenomena komunikasi tidak hanya dipahami sebagai suatu proses saja. Pesan dilihat bukan sekedar sesuatu yang dikirim dari A-B. Tapi lebih dari itu, komunikasi adalah suatu elemen di dalam struktur hubungan diantara elemen-elemen lain termasuk di dalamnya realitas eksternal dan pengirim (produser) serta pembaca (Fiske, 1990:4)


(24)

commit to user

2. Pengertian Film Animasi

Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup. (http://arifummi.multiply.com/journalitem/1/PengertianAnimasi)

Prinsip film animasi merupakan aturan dasar yang memungkinkan karakter yang diciptakannya dapat bergerak dan hidup wajar, dalam arti dapat diterima oleh akal manusia, meskipun karakter tokoh ciptaan merupakan hasil imajinasi yang tak mungkin dapat diterima secara rasio. Ada 12 prinsip animasi (Art of Animation, Disney) yaitu :

1. Pose to pose

Pose to pose atau penentuan posisi gambar key animation dan inbetween adalah cara menentukan posisi gerak karakter dari posisi awal gerak, posisi gerak selanjutnya hingga pada posisi akhir gerak. Penentuan

posisi-posisi gerak disebut sebagai key animation. Penentuan key animation ini dimaksudkan untuk menentukan gerak dan arah gerak yang tepat dan baik, sesuai dengan sketsa cerita yang direncanakan, sehingga dapat diketahui kurang lebih jumlah gambar animasi yang dibutuhkan dan terkendali, baik kualitas gambar maupun efisiensi waktu kerja yang dibutuhkan. Key animation hanya menentukan posisi arah arah gerak sedangkan detail gambar gerak dibuat di antara dua titik gerak tersebut. Proses ini disebut inbetween. Detail jumlah gambar gerak dibuat


(25)

commit to user

berdasarkan waktu (timing) yang telah direncanakan dalam gambar kerja sketsa cerita.

2. Timing

Seperti yang telah disebutkan pada pengertian dasar film, bahwa suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak, karena serangkaian gambar di mana terdapat suatu perubahan beruntun, dan bila diputar pada mesin proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut dengan timing, di mana telah disepakati dalam satuan standar pembuatan film, bahwa dalam satu detik terdapat 24 frame gambar pada pita film. Dan telah juga disepakati walaupun tidak menjadi keharusan bagi pembuat film animasi, bahwa satu gambar dapat saja mewakili 2 frame, jadi dapat disepakati bahwa dalam pembuatan film animasi umumnya mereka membuat dalam satu detik paling tidak ada 12 gambar.

3. Stretch and Squash

Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes dalam film animasi, khususnya film kartun, perlu ada sedikit sentuhan kelenturan agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Stretch and squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan kelenturan pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter materialnya, sehingga memberikan kesan obyek tersebut memiliki bobot dan muatan tertentu


(26)

commit to user

bila sedang melakukan gerak animasi. Sebagai contoh, bola karet tentunya akan berbeda kelenturannya dengan bola bowling. Stretch adalah salah satu bentuk kelenturan suatu objek yang mengalami sedikit penekanan pada tubuhnya ketika sedang bergerak dengan cepat. Adapun, squash adalah bentuk kelenturan sebuah objek benda animasi yang sedang bergerak cepat kemudian berbenturan dengan benda lain yang lebih kuat, sehingga objek benda tersebut mengalami tekanan berat akibat dari gaya gerak tubuhnya yang tertahan oleh benda lain yang berbenturan dengannya.

4. Anticipation

Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak melakukan gerak utama. Seperti sistem kerja sebuah panah, bila hendak menembak anak panah meleset ke depan, perlu menarik busur panah ke belakang, sejauh kecepatan melesat anak panah yang diinginkan. Kesan yang ingin disampaikan dalam prinsip animasi ini adalah untuk mengumpulkan tenaga secukupnya sebagai tenaga pendorong untuk mendapatkan hasil gerak maksimal pada saat memulai gerakan. Beberapa karakter film animasi kartun yang hidup, bukan dari benda mati, umumnya selalu melakukan kegiatan prinsip film animasi ini, apalagi ketika akan melakukan aksi gerak yang membutuhkan tenaga lebih. Bahkan beberapa karakter melakukan aksi yang agak berlebihan, agar tampak lebih ekspresif dan lebih komunikatif.


(27)

commit to user

5. Secondary Action

Secondary action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama sebuah objek benda animasi, setelah gerak atau aksi pertama itu berhenti dengan tiba-tiba. Contohnya, bila sebuah anak panah meluncur dengan cepat dan tiba-tiba menancap pada sebatang kayu, maka ekor dari anak panah tersebut akan bergetar dengan keras. Ekor anak panah yang bergetar itulah yang disebut dengan gerakan kedua atau secondary action. Dalam film kartun animasi, prinsip ini sudah menjadi keharusan, karena akan mengekspresikan kekuatan suatau daya dorong sebuah benda yang keras. Atau mengesankan suatu benda yang tampak alamiah dan wajar dalam kehidupan, hanya dalam karakter tertentu perlu dilebih-lebihkan akan tampak lebih ekspresif namun tetap natural.

6. Follow through dan over lapping action

Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda namun saling berkaitan satu dengan yang lain dan dapat saling mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Benda A, misalnya, akan selalu mengikuti gerak benda B yang telah lebih dulu bergerak, prinsip ini disebut follow through. Namun, karena perbedaan waktu dalam setiap pergerakan yakni benda B bergerak terlebih dahulu, kemudian benda A bergerak menyusul kemudian dalam jeda waktu yang berbeda, maka akan terjadi tumpang tindih gerakan, antargerakan benda A dengan gerak


(28)

commit to user

benda B. Prinsip ini disebut overlapping action atau gerakan yang tumpang tindih.

7. Easy in and easy out

Prinsip animasi easy in and easy out merupakan suatu kaidah animasi yang berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang berkaitan sekali dengan gerak animasi. Misalnya mobil, bila dalam kecepatan tertentu, terkesan mobil itu tertarik ke belakang atau seakan terseret (terbawa) dengan suatu daya yang cukup kuat, sehingga dapat menarik mobil tersebut. Tapi apabila mobil dengan kecepatan tertentu itu tiba-tiba berhenti maka sisa daya yang masih ada di mobil itu masih ada dan mendorong bagian mobil lain, sehingga seakan-akan ada gerak berlebihan yang mendorong bagian lain dari mobil itu. Begitu pula dengan suatu benda yang memiliki bobot ringan seperti daun yang jatuh, tidak langsung ke tanah tapi tertahan sejenak oleh udara yang bertiup pelan, sehingga daun itu melayang perlahan-lahan ke bawah dengan berayun-ayun oleh tekanan udara yang berada di sekitar itu. Pada saat ayunan itu turun, maka akan ada kecepatan yang meningkat, tetapi ketika ayunan itu menarik, maka akan ada percepatan yang menurun, hingga pada titik kulminasi tertentu dan kemudian berayun ke bawah dengan cepat. Gerak ini berlaku karena ada daya tarik bumi atau gravitasi yang menarik daun itu namun tertahan karena ada pergesekannya dengan udara, sehingga terjadi gerakan seperti itu.


(29)

commit to user

8. Arch

Semua gerakan di alam ini, berdasarkan hukum alam, bersifat melingkar atau melengkung. Setiap benda yang memiliki bobot tertentu di mana pada pergerakan tertentu dipengaruhi oleh gaya gravitasi pada titik tertentu, sehingga pada kecepatan tertentu, tidak serta merta dapat dibelokkan pada sudut yang tajam, pasti ada gerak melengkungnya. Begitu pula dengan prinsip animasi arch atau gerak melengkung, agar tidak tampak menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu melengkung, meskipun gerak itu cukup saling berlawanan arah. Prinsip animasi arch membuat gerak karakter animasi tampak menjadi luwes, dinamis, hidup dan indah. Seperti gerakan menari, melompat, berayun, berbelok atau gerakan memutar. Dengan gerakan melengkung akan terkesan benda itu memiliki bobot dan terpengaruh oleh gaya gravitasi seperti alam nyata, sehingga karakter itu tampak lebih hidup seperti dalam dunia nyata dan logis dapat diterima akal oleh penonton yang melihatnya.

9. Exaggeration

Teknik exaggeration adalah teknik yang mendramatisasi adegan agar tampak lebih ekspresif dan komunikatif, meskipun gerakannya dibuat agak berlebihan bahkan sangat ekstrim. Seperti mencoba mengekspresikan wajah yang sangat terkejut, dengan mulut yang terbuka lebar dan mata yang terbelalak, bila perlu bola mata sampai keluar. Atau


(30)

commit to user

kelenturan suatu tubuh atau benda yang terlalu berlebih, tidak peduli dari bahan ataupun materialnya. Semua ini, tiada lain menjadikan film animasi tampak lebih hidup, dinamis dan lebih berkarakter. Prinsip animasi ini merupakan bentuk animasi berbagai bentuk prinsip animasi sebelumnya karena seluruh kegiatan pergerakan animasi yang berkaitan dengan exaggeration atau mendramatisasi secara ekstrim suatu gerakan atau adegan tentunya memanfaatkan berbagai prinsip-prinsip animasi sebelumnya, seperti strech and squash, Anticipation hingga secondary action, dan lain sebagainya.

10. Staging

Dalam penataan panggung pertunjukan dikenal dengan staging, yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang (frame) pandangan penonton terisi dengan kompisi yang baik, proporsional, enak dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak terlalu lelah dalam menyimak jalan cerita dan merasa terlibat di sana. Pada film animasi, prinsip animasi staging tidak jauh bebeda dengan staging dalam penataan panggung pertunjukan, hanya terletak pada penentuan tata letak objek gambar pada bidang (frame) gambar dengan format standar film atau televisi. Jelasnya, pada prinsip ini, pembuat film animasi harus memahami teknik bahasa film, seperti jarak pengambilan gambar, sudut pengambilan gambar, gerak kamera dan lain-lain. Pertimbangan komposisi objek gambar animasi pada format standar film atau televisi


(31)

commit to user

pada prinsip animasi staging, haruslah komunikatif, proporsional, mudah, enak dilihat dan nyaman. Pada posisi mudah dalam arti mudah dikenali (komunikatif dan efektif) dan mudah untuk mengerjakannya dalam proses pembuatan animasi (efisien).

11. Appeal

Prinsip appeal merupakan cara yang baik untuk menyampaikan sesuatu pesan dalam bentuk kesan yang menarik, cantik dan komunikatif dari sebuah karakter yang ingin disampaikan. Sehingga tanpa perlu dibeberkan dengan kata-kata, sudah tersampaikan maknanya dalam bentuk gambar-gambar pesan apa yang akan disampaikan. Beberapa film animasi tertentu seperti film animasi produksi Jepang atau anime, banyak yang memanfaatkan prinsip ini, dengan cukup menampilkan beberapa gambar diam yang sangat berkesan. Dan beberapa usaha ini cukup berhasil dan efektif, tanpa harus mengeksplorasi gerak animasi yang berlebihan, namun pesan telah tersampaikan dengan sedikit gerak animasi, cut to cut beberapa buah gambar yang diambil dari beberapa bagaian gambar utama (master shoot) dan sedikit gerak kamera sudah dapat mempesona penonton dan yang paling utama pesan telah tersampaikan.


(32)

commit to user

12. Personality

Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup dan berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya tentang karakter tersebut, seperti sifat fisik, sifat psikis, latar belakang ekonomi, sosial budaya, ataupun historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan. Penelusuran pemahaman karakter semacam ini disebut dengan personality, sebagai suatu bentuk prinsip animasi yang perlu dipahami. Untuk memahami personality suatu karakter tentunya mau tidak mau harus melakukan pendalaman studi literatur yang bersinggungan dengan berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosial, budaya, sejarah, geografi, biologi dan lain-lain yang berkaitan dengan tuntutan cerita, dalam bentuk data secara verbal maupun visual. Pendalaman personality pada proses pembuatan film animasi tak cukup pada karakter tokoh saja tapi juga pada setting cerita, property dan jalinan cerita yang akan diangkat. Sehingga akan semakin jelas arah karakter mana yang mau dibawa. Tentunya akan sangat jelas berkaitan dengan karakter cerita, apakah akan menjadi film

komedi, action, petualangan ataupun drama

(http://forever.ngeblogs.com/prinsip-film-animasi/)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa animasi dapat merepresentasikan film yang diperankan oleh manusia. Hal ini


(33)

commit to user

menyampaikan pesan kepada penonton dengan unsur-unsur sinematografi yang sama dengan film yang diperankan oleh manusia.

3. Proses Pemaknaan dalam Film

Semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang menggunkannya (Van Zoest dalam Sudjiman, 1992:5).

Semiotika komunikasi mengkaji tanda atau signal dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yaitu yang melibatkan berbagai elemen komunikasi. Pierce melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant). Tanda, menurut pandangan Pierce adalah “...something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Tampak pada definisi Pearce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. Semiotika komunikasi, menurut Umberto Eco dalam A Theory of Semiotics, adalah semiotika yang menekankan aspek produksi tanda (sign production), ketimbang sistem tanda (sign system). Di dalam semiotika komunikasi, tanda atau signal ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi (Pilliang 2003:266).

Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip, bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main (rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku di di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif (Piliang 2003: 256).


(34)

commit to user

Analisis semiotik (semiotical analysis) juga merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberi makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat dalam satu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur, film, sandiwara, radio, berbagai bentuk iklan), maupun yang terdapat diluar media massa (seperti karya tulis, patung, candi, monument, fashion show dan menu masakan suatu food festival) (Pawito, 2007:155-156)

Semiotik digunakan untuk melacak makna-makna yang diangkat dengan teks berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain pusat perhatian analisi semiotik adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks (Pawito, 2007:156).

Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Semiotik, menurut Fiske memiliki tiga kajian utama: (Sobur, 2001:94)

a. Tanda itu sendiri (the sign itself). Hal ini meliputi studi tentang berbagai tanda-tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu berhubungan dengan manusia yang menggunakannya.

b. Kode atau sistem dimana tanda-tanda itu diorganisir (the codes or system into which sign are organized). Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia, untuk menstramisikannya.


(35)

commit to user

c. Kebudayaan dimana kode atau lambang itu beroperasi (the culture within these codes and signs operate). Hal ini selanjutnya bergantung pada kegunaan kode-kode dan tanda-tanda untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

Pada perkembangannya, semiotik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi. Dulu, semiotika komunikasi digunakan untuk mempelajari tanda sebagai bagian dari proses komunikasi, dalam arti bahwa tanda hanya dianggap sebagaimana yang dimaksudkan pengirim dan demikian juga yang diterima penerima. Sekarang, semiotika komunikasi sudah lebih menekankan teori tentang produksi tanda, yang salah satunya mengamsusikan 6 faktor dalam komunikasi, yaitu: pengirim, penerima, kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan atau hal yang dibicarakan (Sobur, 2004:viii).

Semiotika signifikasi menaruh perhatian pada ‘relasi’ sistemik antara pernbendaharaan tanda, aturan pengkombinasiannya (kode), serta konsep-konsep (signified) yang berkaitan dengannya (Sobur, 2004:ix).

Tanda merupakan objek yang menjadi perhatian dalam semiotik. Karena itu semiotik memfokuskan perhatian utamanya pada teks. Dalam studi semiotik status penerima pesan atau komunikan dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan dengan proses yang komunikasi lainnya.

Dalam studi tentang tanda, terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan. Ketiga unsur itu adalah tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda


(36)

commit to user

merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan oleh indra, dan mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri serta bergantung pada identifikasi oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.

Pierce membagi tanda menjadi tiga, yaitu icon (sesuatu yang melaksakan fungsinya sebagai penanda yang serupa dengan objeknya), indeks (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya), dan simbol (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan oleh masyarakat) (Sobur, 2001:98).

Dalam usaha mencari makna suatu tanda, Pierce membuat teori triangle meaning, yang terdiri atas sign, object, interpretant. Hubungan segitiga makna Pierce ditampilkan sebagai berikut: (Soubur, 2001:115).

Gambar 1.1

ELEMEN MAKNA PIERCE


(37)

commit to user

Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Teori segitiga ini membahas persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.

Sedangkan Saussure, lebih meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi atau coretan bermakna, aspek material. Signified adalah gambaran mental, yaitu pikiran/konsep dari bahasa (Kurniawan, 2001:15). Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. Dalam kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Fiske, 1990:44, dalam Sobur, 2001:115) Seperti yang digambarkan sebagai berikut:


(38)

commit to user

Gambar 1.2

ELEMEN MAKNA SAUSSURE

Sumber 1.2: Fikse, 1990:44

Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, mengembangkan pemikiran Saussure. Ia tidak berhenti pada penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam menjelaskan tanda seperti pada detail Saussure. Ia berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi dan dipahami serta bekembang dalam dua sistem.

Pertama, sistem primer yang merupakan hasil konvensi masyarakat. Dalam signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Tahapan ini biasa disebut denotasi, makna denotasi merupakan makna harafiah dari suatu objek, yaitu apa yang tergambar pada objek tersebut.

Sistem yang kedua dinamakan sistem sekunder, dimana tanda pada pelapis pertama (sistem primer) pada akhirnya menjadi signifier yang berhubungan pula dengan signified pada lapis kedua. Tahap ini biasa disebut konotasi dimana konotasi adalah suatu tanda yang berhubungan dengan satu


(39)

commit to user

atau lebih fungsi tanda, makna konotasi dapat bervariasi diantara satu orang dengan orang lain hal ini disebabkan ada perbedaan diantara mereka (Budiman, 1999:108-109). Atau dengan kata lain konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.

Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Di dalam mitos terdapat tiga pola dimensi penanda, petanda dan tanda namun mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Atau dengan kata lain mitos adalah sistem pemaknaan tahap kedua. mitos terletak pada tingkat kedua penandaan, setelah terbentuk sistem tanda – penanda – petanda, dimana tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudaian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Hal ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:


(40)

commit to user

GAMBAR 1.3

SIGNIFIKASI DUA TAHAP BARTHES

Sumber 1.3: Fiske, 1990:88

Selain itu barthes, juga menyoroti relasi antara tanda dengan manusia. Dengan meminjam istilah Hjemslev, sebagai pengganti konsep – konsep seperti penanda maupun petanda dari saussure. Barthes membedakan lapis ekspresi (expression = E) dari lapis isi (content = c). Eksprsi dan isi berelasi (relation = R) sehingga menghasilkan signifikasi : RC. Sistem ERC pada tingkat pertama ini pada gilirannya akan menjadi unsur pada sistem tingkat kedua. Sistem ERC menjadi lapis ekspresi (signifier) dari sistem kedua (ERC)RC. Dari sinilah oleh Hjemselv dinamakan sebagai semiotik konotatif: sistem pertama merupakan lapisan denotasi sedangkan sistem kedua (sebagai perluasan) lapis konotasi. Dengan kata lain, sebuah system konotasi adalah sistem yang lapis ekspresinya sendiri tersusun oleh sebuah signifikasi (Budiman, 1999:65).


(41)

commit to user

Konotasi melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosi. Di pihak lain, denotasi menunjukkan arti literature atau eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Pada level ini terbentuk mitos.

Gambar 1.4 Peta Tanda Barthes

Peta Tanda Roland Barthes Sumber 1.4: Alex Sobur 2001: 69.

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan tetapi juga mengandung kedua tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam pengertian Barthes denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara

1. Signifier (PENANDA)

2.Signified

(PETANDA) 3. Denotative Sign

(TANDA DENOTATIF) 4. Connotative signifier

(PENANDA KONOTATIF)

6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) 5. Connotative signified


(42)

commit to user

konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Konotasi menurut Barthes identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu dalam tahapan analisis data.

Pada signifikasi yang kedua berhubungan dengan isi, tanda berkerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan Beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos adalah produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dewa, dan lain sebagainya. Sedangkan mitos saat ini misalnya mengenai maskulinitas, feminitas, ilmu pengetahuan, life style dan kesuksesan.

Mitos menurut barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang mana sebuah pesan kemudian mitos tidak akan menjadi sebuah obyek, sebuah konsep atau sebuah ide, karena mitos adalah sebuah metode penandaan yakni sebuah bentuk.

Mempelajari mitos adalah suatu teknik yang menarik dan memberikan hasil yang baik untuk masuk kedalam titik tolak ideologis. Alex sobur mengatakan bahwa mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud, mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam satu kesatuan budaya (Sobur, 2001:128).


(43)

commit to user

Selain itu semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan kewajaran, fungsi, rasionalitas yang ditemukan dalam berbagai pendekatan kehidupan dimana bertujan untuk mengungkapkan perilaku orang.

Film adalah produk kebudayaan, di dalamnya terdapat arti denotasi dan konotasi dari kode-kode yang membuat gambar-gambar dalam film memiliki arti yang banyak dan beragam. Analisis semiotik bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol yang ada dalam film yang kemudian direpresentasikan dalam kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh makna tertentu.

Dari dua pernyataan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran budi pekerti dan toleransi dapat dikaji dengan pendekatan semiotik. Dan jika dihubungkan dengan film yang merupakan produk budaya, pendekatan semiotik bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol yang ada dalam film yang kemudian direpresentasikan dalam kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh makna tertentu.

4. Budi Pekerti dan Toleransi

Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis).

Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan,


(44)

commit to user

pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.

Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.

Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama berarti sopan santun, kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi

bagian dari kehidupan manusia

(http://guru-iskandar.blogspot.com/2007/10/apa-itu-budi-pekerti.html)

Menurut Zuriah (2007:82-85) sifat-sifat yang mengandung budi pekerti anara lain adalah :

a. Bekerja keras

Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan, selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun dan pantang menyerah.


(45)

commit to user

b. Berdisiplin

Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapapun atau ikhlas.

c. Beriman

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. d. Bersyukur

Sikap dan perilaku yang pandai berterimakasih atas rahmat dan nikmat Tuhan dari Tuhan Yang Maha Esa.

e. Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya.

f. Bertenggang rasa

Sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan kepentingan diri dengan ikut memperhatikan kepentingan orang lain.

g. Cermat

Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian.


(46)

commit to user

Sikap dan perilaku yang menghargai dan memanfaatkan waktu, dana dan pikiran sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan sesuatu secara berlebihan

i. Jujur

Sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan.

j. Menghargai karya orang lain

Sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa orang harus bekerja untuk memperoleh nafkah sehingga kita harus menghargai upaya orang lain.

k. Menghargai waktu

Sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efisien dan efektif

l. Pengendalian diri

Sikap dan perilaku yang mampu mempertimbangkan keseimbangan antara dorongan dari dalam diri (berupa dorongan nafsu) dan dari luar diri (berupa aturan-aturan yang mengekang).

m. Rela berkorban

Sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati dan kehendak sendiri.

n. Rendah hati


(47)

commit to user

o. Sabar

Sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri.

p. Setia

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat.

q. Sikap tertib

Sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, dan konsisten. r. Sopan santun

Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

s. Sportif

Sikap dan perilaku ksatria, adil, dan jujur, baik terhadap kawan maupun lawan

t. Susila

Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, yang dikendalikan oleh nurani dalam tatanan kehidupan yang menyangkut pengendalian nafsu manusia.

u. Tegas

Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit berani mengambil keputusan yang pasti.


(48)

commit to user

Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu.

w. Tangguh

Sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu.

x. Tepat janji

Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan yang bertanggung jawab terhadap apa yang telah disetujui, baik pada diri sendiri maupun bersama orang lain.

y. Ulet

Sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak mudah putus asa.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah suatu kebiasaan yang didapat dari suatu proses pembelajaran ketika seseorang memperhatikan suatu interaksi yang terjadi disekitarnya sehingga dalam proses pembelajaran tersebut terjadi penilaian dengan akal pikiran dan hati untuk menentukan apakah interaksi yang terjadi disekitarnya tersebut baik atau tidak.

Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak


(49)

commit to user

berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya (Masykur, 2001:5)

Menurut Masykur Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:

a. Negatif: Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa.

Contoh: PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka.

b. Positif: Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.

Contoh: Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.

c. Ekumenis: Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri.

Contoh: Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham.

5. Prinsip Belajar

Penelitian ini meneliti tentang suatu proses pembelajaran yang terdapat dalam film Upin & Ipin season 1. Menurut Dalyono (2009: 203) terdapat 5 prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar aktif:


(50)

commit to user

a. Stimulus belajar

Stimuli dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain.

b. Perhatian dan Motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam roses belajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal.

c. Respon yang dipelajari

Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin mencapai hasil belajar yang dikehendaki.

d. Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan.

e. Pemakaian dan Pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.


(51)

commit to user

6. Elemen Belajar

Selain prinsip belajar, dalam bukunya Dalyono (2009: 212) juga dijelaskan tentang elemen proses belajar yang dibagi menjadi:

a. Belajar merupakansuatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalahberpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.


(52)

commit to user

7. Aktivitas Belajar

Dalam film Upin & Ipin season 1 ini terdapat suatu proses pembelajaran tentang budi pekerti dan toleransi. Beberapa aktivitas belajar menurut Dalyono (2009: 218-225) diantaranya:

a. Mendengarkan

Dalam pergaulan terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlihat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi

b. Memandang

Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mencecap

Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.

d. Menulis atau Mencatat

Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu

orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta

menggunakansikap tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.


(53)

commit to user

e. Membaca

Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan belajar harus pula menggunakan sikap.

f. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya.

g. Mengamati Tabel-tabel, Diagram-diagram dan Bagan-bagan

Material non-verbal semacam ini sangat berguna dalam mempelajari material yang relevan.

h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja i. Mengingat

Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk proses belajar. j. Berpikir

Berpikir adalah termasuk proses belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.

k. Latihan atau Praktek

Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subyek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subyek serta mengubah lingkungannya.


(54)

commit to user

8. Kerangka Berpikir

Film merupakan serangkaian gambar hidup yang disertai dengan suara. Menurut Van Zoest, sebuah film semata-mata dibangun dengan tanda (Van Zoest dalam Panuti Sudjiman dan aart van zoest, 1991:1). Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

Gambar yang dinamis dalam film, didukung dengan suara yang terkandung setiap alur ceritanya merupakan ikonisasi dan simbol bagi realitas yang dikonotasikannya (Sobur, 2004:128).

Mengingat bahwa tanda-tanda dalam film menggambarkan sesuatu realitas maka makna menjadi sangat penting, sehingga diperlukan sebuah analisa interpretasi terhadapnya. Untuk itu digunakan metode analisa semiotik.

Aplikasi metode analisa semiotik (merujuk pada signifikasi dua tahap Barthes) dalam penelitian ini berorientasi pada tujuan untuk menganalisis tanda-tanda yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam serial film animasi ”Upin & Ipin season 1” yang diproduksi tahun 2007 oleh LES’ COPAQUE.

Sebuah film dibangun dari berbagai tanda-tanda yang terjalin sehingga membentuk cerita dan makna. Makna yang terdapat dalam film tersebut adalah misi yang hendak disampaikan pembuat film kepada para penontonnya. Makna yang terbentuk dari tanda-tanda tersebut dapat berupa makna denotatif atau


(55)

commit to user

makna yang paling nyata atau makna konotatif yang memerlukan kedalaman interpretasi.

Pada tahap ini penulis memilih metode semiotika Roland Barthes sebagai pedoman analisis yang paling tepat. Berbagai pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang ada di dalam film serial animasi “Upin & Ipin season 1” baik itu sifatnya nyata atau tersembunyi dan dianalisis berdasarkan tahap-tahap yang telah ditentukan yaitu tahap denotasi dan konotasi. Setelah melakukan analisis mitos maka penulis akan menangkap cerita atau misi dalam film tersebut.

Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran

FILM UPIN & IPIN

PEMILIHAN SCENE

Indikator Budi Pekerti dan Toleransi:

1. Berdoa (beriman dan bersyukur)

2. Puasa (sabar)

3. Permintaan maaf (jujur)

4. Ikhlas

5. Tenggang Rasa

6. Pengendalian Diri

Semiotik Roland Barthes

1. Konotatif

2. Denotatif


(56)

commit to user

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika komunikasi. Metode kualitatif merujuk pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi, apa yang ditulis dan dikatakan oleh orang dan tingkah laku yang diamati. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat (Koentjaraningrat, 1994:29). Deskriptif analitik digunakan karena pada tahap konotasi dalam penelitian ini, tidak hanya menganalisis temuan-temuan yang terlihat saja tetapi juga menganalisis dari tanda-tanda yang tidak terlihat yang dihubungkan dengan nilai-niali budaya, kebiasaan masyarakat, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

Penelitian kualitatif tidak bekerja dengan mengolah data atau dalam bilangan yang ditransformasikan menjadi bilangan / angka, tidak diolah dengan rumus atau ditafsirkan atau diinterpretasikan sesuai ketentuan statistik atau matematik. Seluruh rangkaian kerja dari proses penelitian ini berlangsung serempak dan dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif (Koentjaraningrat, 1994:29).


(57)

commit to user

2. Metode Penelitian

Untuk mencapai titik pemaknaan pesan yang disampaikan yang mencerminkan pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi “Upin & Ipin season 1” maka penulis menggunakan metode semiotik. Semiotika adalah cara (means), teknik (tehnique), dan metode (method) untuk menganalisa dan menginterpretasi segala bentuk tanda yang terkandung di dalam media massa maupun non media massa dimana makna tanda diderivikasikan dari hubungan-hubungan dan konteks-konteks (Berger, 1995:132).

Dengan metode semiotika penelitian ini dititikberatkan tidak pada pemusatan transmisi pesan, melainkan kepada peranan komunikasi dalam memantapkan dan memelihara nilai-nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut memungkinkan proses komunikasi memiliki makna.

Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori. Makna yang akan diidentifikasi, yang pertama adalah makna denotatif, yaitu apa yang diungkapkan oleh tanda-tanda secara literal atau common sense. Common sense adalah makna yang mengambang dan bisa dibaca dari permukaan. Sehingga makna denotasi merupakan makna yang peling nyata dari tanda atau makna harafiah.


(58)

commit to user

Selanjutnya akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi di balik permukaan tersebut serta bagaimana makna-makna konotasi tersebut dikonstruksikan. Asosiasi-asosiasi makna atau kode-kode apa saja yang digunakan untuk memunculkan makna tersebut.

Kehadiran komunikasi massa menjadi faktor lahirnya metode analisis semiotik. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dibangun dengan tanda-tanda (Van Zoest, 1993 dalam Sobur, 2004:128). Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem yang bekerja sama baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Film adalah bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik.

Penulis akan mengimplementasikan kaidah-kaidah semiotik dalam konteks film “Upin & Ipin Season 1”. Dimana symbol dan signal akan ditelusuri dari korpus penelitian dalam kaitan terhadap pembelajaran budi pekerti anak. Penguraian elemen penyusun tanda (sign, symbol, dan signal) tersebut dapat berupa apapun yang terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak, seperti dialog, adegan, setting dan lain sebagainya. Elemen-elemen tersebut nantinya akan dikumpulkan dalam suatu korpus yang akan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.


(59)

commit to user

3. Obyek Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil adegan-adegan (yang juga disebut sebagai scene) dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak yang diproduksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H. Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik. Film “Upin & Ipin Season 1” terdapat 6 episode yang masing-masing berdurasi 4-5 menit.

4. Tehnik Pengumpulan Data a. Pengamatan dan Korpus

Simbol dari film ini yang akan dijadikan obyek penelitian dari penulis adalah aspek sinematografi yang ditampilkan dalam film sebagai ekspresi simbolik. Dari hal pemaknaan tanda ataupun simbol dalam film ataupun media, tidak hanya dilihat dari aspek sosialnya saja. Aspek sinematografi (teknik pengambilan gambar) juga memiliki andil. Aspek sinematografi dalam perfilman mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk membangun suatu penggambaran dari cerita yang ingin disampaikan dan untuk mendukung naratif serta estetik sebuah film (Pratista, 2008: 89).


(60)

commit to user

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melihat dan mengamati secara seksama film “Upin & Ipin Season 1” yang terdapat 6 episode dan setiap episode akan dipilih untuk diteliti dengan mengumpulkan dan menyusun korpus.

Korpus dalam penelitian ini berupa scene-scene dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan pembelajaran budi pekerti dan toleransi.

Korpus sebagai sarana representasi simbol yang difokuskan dalam simbol audio visual film, meliputi:

1. Visual Image

Segala sesuatu yang tertuang didalam frame yang komposisional pada suatu shot, berupa perpaduan elemen desain yang berbeda, dan merupakan gambar yang bergerak. Gerakan akan menghasilkan makna. Visual Image dibangun oleh visual styles seperti warna, ekspresi, keseimbangan, gerak dan ruang. Image ini direpresentasikan dari karakter internal dan eksternal yang berasal dari image lain di dalam film maupun pengetahuan tentang film lain. Dimana karakter internal tersebut termasuk di dalamnya adalah komposisi visual dan kamera movement, setting, lighting dan editing


(61)

commit to user

2. Sumber Suara

Dalam hal ini suara dapat menampilkan ekspresi melalui karakteristiknya sebagaimana referensinya terhadap konteks film secara keseluruhan. Suara akan membawa implikasi dan efek emosional sendiri, serta makna dari sebuah film. Suara yang akan sebagai bahan penelitian difokuskan pada dialog yang dilakukan tokoh yang relevan dengan pemikiran yang akan dilakukan.

a. Sound Effect

Sound Effect meliputi semua suara-suara atau bunyi-bunyian yang terdapat dalam Film tersebut.

b. Narasi

Narasi merupakan teks/cerita pengantar yang cenderung menjelaskan tentang gambar yang tengah ditayangkan dalam Film.

3. Dunia Rekaan

Berupa karakter, yaitu kesan tokoh atau kepribadian yang ditampilkan, yang beraksi dan mempunyai persepsi serta emosi. Lokasi, periode waktu dapat membangun setting yang diciptakan dalam film.

b. Studi Dokumenter dan Pustaka

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan konsep penelitian. Studi


(62)

commit to user

dokumenter meliputi artikel-artikel, situs internet dan buku-buku tentang rumusan masalah penelitian.

5. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer diambil dari Beberapa scene pada film “Upin & Ipin Season 1”. Yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pembelajaran budi pekerti dan toleransi.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dengan cara mengambil dari berbagai sumber berupa tulisan artikel, buku-buku, sumber-sumber dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penelitian ini.

6. Analisis Data

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Peneliti akan mengambil adegan-adegan dari film “Upin & Ipin Season 1” yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti terhadap anak sesuai dengan konsep dan kategori yang menjadi acuan peneliti. Dari adegan tersebut kemudian dianalisa dengan analisa semiotika Roland Barthes. Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan


(1)

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari serangkaian data lambang-lambang komunikasi yang diperoleh melalui metode analisis semiotika Roland Barthes mengenai pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”, maka di sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa film ini menggambarkan tanda-tanda pembelajaran budi pekerti dan toleransi terhadap anak, dimana tanda-tanda tersebut mempunyai makna proses pembelajaran sikap disiplin, beriman, bersyukur, rela berkorban, pengendalian diri, tegas, sabar, tangguh, bertanggung jawab, tenggang rasa, bertanggung jawab dan toleransi.

Makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1” ini adalah bagaimana setiap tindakan yang mencerminkan budi pekerti dan toleransi diaksanakan oleh karakter-karakter yang ada dalam film ini disertai dengan akibat-akibat yang diperoleh dari melaksanakan tindakan yang mencerminkan sikap budi pekerti dan toleransi. Makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film ini menjelaskan tentang punishment atau ganjaran yang akan diterima apabila melaksanakan tindakan yang bertentangan dengan sikap budi pekerti dan toleransi. Ganjaran di dalam film ini direpresentasikan dengan kejadian-kejadian yang tidak disukai oleh anak-anak, dimarahi, ganjaran fisik berupa tamparan, sehingga anak-anak menerima maksud dari ganjaran yang digambarkan dalam film ini.


(2)

commit to user

Makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film ini adalah bahwa penanaman sikap budi pekerti dan toleransi kepada anak-anak memerlukan proses pembelajaran sejak dini, tidak didapat melalui waktu yang singkat. Karena harus melalui berbagai macam jenis proses pembelajaran hingga membentuk sikap budi pekerti dan toleransi dalam diri anak. Hal ini terlihat dalam adegan-adegan dimana karakter-karakter yang terdapat di dalam film ini melalui suatu proses kesalahan untuk belajar. Dari proses kesalahan tersebut tergambar bahwa pembelajaran membutuhkan waktu dan tidak secara langsung dipahami oleh anak-anak.

Makna akan pentingnya pembelajaran budi pekerti dan toleransi terlihat dalam adegan-adegan dimana saat terjadi suatu proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi digunakan teknik sinematografi yang berfungsi untuk menyatakan bahwa pessan yang ada dalam adegan tersebut merupakan pessan yang penting.

Pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi “Upin & Ipin Season 1” ini disampaikan melalui adegan-adegan dan unsur-unsur sinematografi seperti halnya cara menyampaikan pesan dan tanda dalam film dengan karakter atau pemeran manusia asli. Dimana di dalamnya terdapat pula ekspresi wajah dan dialog yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran budi pekerti dan toleransi.

Pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film Upin & Ipin season 1 ini direpresentasikan dalam berbagai macam sikap pembentuk budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam adegan-adegan di film Upin dan Ipin season 1 ini. Beberapa unsur pembentuk sikap budi pekerti dan toleransi yang direpresentasikan dalam film ini adalah:


(3)

commit to user a. Disiplin

b. Beriman c. Bersyukur d. Rela Berkorban e. Pengendalian Diri f. Tegas

g. Sabar h. Tangguh

i. Bertanggung Jawab j. Tenggang Rasa k. Bekerja Keras, dan l. Toleransi

Pembelajaran-pembelajaran tersebut tergambar dalam berbagai proses belajar yang dijalani oleh karakter-karakter yang terdapat dalam film ini. Proses belajar yang ada di film “Upin & Ipin Season 1” diantaranya sebagai berikut:

1. Proses belajar melalui mendengarkan, proses ini nampak ketika Opah beberapa kali menjelaskan tentang sesuatu kepada Upin dan teman-temannya di mana Upin dan teman-teman-temannya memperoleh pengetahuan dan informasi dalam pembelajaran melalui proses mendengarkan apa yang dikatakan oleh Opah. Pengetahuan atau informasi yang diperoleh Upin dan teman-temannya berupa pengetahuan mengenai keimanan, pengetahuan tentang sikap sabar, sikap bersyukur serta pengetahuan tentang rasa tanggung jawab.


(4)

commit to user

2. Proses belajar melalui latihan atau praktek, proses belajar yang dititikberatkan pada aktivitas fisik ini dilakukan Upin dan teman-temannya dalam mempelajari sikap bersyukur, sikap beriman, sikap jujur, sikap tenggang rasa, sikap tegas, sikap sabar, sikap tangguh serta toleransi. Proses pembelajaran ini digambarkan melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Upin dan teman-temannya saat berinteraksi satu sama lain dimana sifat-sifat yang membentuk sikap budi pekerti dan toleransi tersebut ditunjukkan diiringi dengan kondisi-kondisi yang mendorong atau memicu sikap-sikap tersebut untuk dilakukan.

B.Kendala Penelitian

Dalam proses pembuatan penelitian ini penulis mengalami berbagai macam kendala diamana kendala tersebut menyebabkan tidak maksimalnya penulis dalam memaknai film “Upin & Ipin Season 1”. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini, menggunakan pendekatan semiotik versi Roland Barthes diamana roland barthes menganalisa menggunakan dua tahap denotasi dan konotasi. Dan untuk tahap konotasi agar dalam analisa yang dilakukan tidak terlalu subjektif karena dalam tahap konotasi pada penelitian ini, tidak terlalu membahas tentang mitos lebih mendalam disebabkan penulis hanya ingin mengetahui bagaimana tanda-tanda pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film tersebut. Sehingga penulis takut apabila penelitian ini terlalu subjektif dari persepsi penulis.


(5)

commit to user

2. Kurangnya referensi penelitian yang membahas semiotika tentang film animasi membuat penulis kesulitan untuk mengarahkan dalam memaknai film tersebut. Sehingga penulis menggunakan aspek sinematografi seperti halnya memaknai film pada umumnya dalam memaknai adegan-adegan yang ada dalam film tersebut.

3. Pemahaman yang kurang mendalam dalam dialog dan istilah-istilah dalam film tersebut disebabkan oleh sulitnya memahami sebagian kata yang digunakan dalam film “Upin & Ipin Season 1” karena bahasa yang digunakan dalam film tersebut merupakan bahasa melayu setempat, jadi bukan merupakan bahasa melayu yang baku sehingga penulis agak mengalami hambatan untuk memahami secara mendalam dari segi bahasa atau lingual.

C.Saran

1. Karena banyaknya contoh pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1” maka dengan ini peneliti mengharapkan supaya peneliti lain melakukan penelitian tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi di film lain mengingat semakin jarangnya ditemui anak-anak yang memperoleh pendidikan budi pekerti dan toleransi pada saat ini.

2. Ada baiknya penelitian sejenis dilakukan pada film-film buatan dalam negeri dimana bahasa yang digunakan akan lebih mengena terhadap masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya sebagai target dari pembelajaran budi pekerti dan toleransi.


(6)

commit to user

3. Ada baiknya untuk melakukan penelitian lain yang sejenis dengan menggunakan fokus pembelajaran yang berbeda sehingga akan didapat hasil yang menggambarkan tentang pesan pembelajaran yang ditujukan untuk perkembangan psikologis anak mengingat semakin sedikitnya film yang menyajikan pembelajaran moral bagi anak-anak.