Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar 1. Kesiapan anak :

23 Lorton Anggani Sudono, 2010:22 menjelaskan lebih terperinsi bahwa setelah konsep dipahami oleh anak, guru mengenalkan lambang konsep. Kejelasan hubungan antara konsep konkret dan lambang bilangan menjadi tugas guru yang sangat penting dan tidak tergesa-gesa. Sedangkan lambang merupakan visualisasi dari berbagai konsep. Misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk mengambarkan konsep ruang, dan persegi untuk menggambarkan konsep bentuk. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, indikator kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun adalah : 1 menyebutkan lambang bilangan 1-20, 2 mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan 1-20, 3 Mengenal tandasimbol operasi penjumlahan + dan pengurangan -. Dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca, menulis, dan berhitung adalah proses pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perhatian, kemauan untuk mengenalkan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, membuat huruf dan angka dengan pena pensil, kapur, membilang menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyakkan.

B. Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar 1. Kesiapan anak :

Morrison 2009:67 dan Community Pediatric Review 2005 menunjukkan bahwa karakteristik beberapa anak ketika mereka sudah 24 mulai sekolah yang dapat menggambarkan kesiapan sekolah mereka adalah sebagai berikut. a. Kesehatan fisik dan perkembangan; terdiri dari perkembangan fisik anak, status kesehatan dan kemampuan fisik yang sesuai dengan perkembangan jaman. Anak-anak diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan alat-alat tulis dan kegiatan lain yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata. Anak-anak juga harusnya memiliki gizi yang baik dan kesehatan fisik sehingga mereka dapat berpartisipasi secara optimal dalam proses pembelajaran. b. Perkembangan sosial emosi; yaitu bagaimana pemahaman anak-anak tentang konsep diri mereka sendiri dan orang lain. Kemampuan mereka untuk membentuk hubungan dengan orang lain. Adanya minat dan keterampilan untuk memiliki hubungan positif dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya. Keterampilan ini akan mendukung proses pembelajaran di kelas. Sebagai contoh belajar melalui observasi dan mengembangkan sikap positif terhadap sekolah. c. Sikap belajar; ini termasuk independensi, yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki rasa ingin tahu, menikmati proses belajar, percaya diri dan kreativitas. Anak-anak seharusnya mampu melakukan tugas-tugas akademik dengan pengawasan minimal dari orang dewasa. d. Bahasa dan kemampuan membangun komunikasi; ini adalah cara reseptif dan ekspresif, baik kemampuan verbal maupun non verbal. Kemampuan ini penting untuk memahami percakapan, mengikuti instruksi dan 25 memahami materi belajar. Kebermaknaan kata akan menjadi dasar untuk keterampilan membaca, sementara kosakata akan menjadi dasar untuk keterampilan komunikasi dan keterampilan kognisi yang lebih baik lagi. e. Pengembangan pengetahuan kognisi dan umum; termasuk pengetahuan umum tentang lingkungan hidup, matematika dasar dan keterampilan memecahkan masalah sederhana. Kemampuan pada pemahaman numerik, warna, bentuk dan ukuran adalah bagian dari perkembangan kognisi. Pengalaman yang telah didapat anak-anak akan membantu mereka untuk membentuk kerangka pengetahuan umum dan mengembangkan kemampuan kognisi mereka. Kriteria indikator-indikator untuk melihat tingkat kesiapan anak menurut Yuni Dhamayanti 2014: 84 a. Motorik kasar : gerak tubuh yang membutuhkan keseimbangan, kelenturan, kelincahan, dan koordinasi antara anggota tubuh. b. Motorik halus: dilihat dari gerakan sebagian anggota tubuh tertentu yang menggunakan otot-otot halus, yang merupakan kemampuan koordinasi persepsi visual mata dengan ketepatan dalam memanipulasi gerakan koordinasi mata-tangan. Indikatornya : menggunakan alat tulis, memotong dan menempel, memanipulasi dan membentuk suatu objek, tahapan main pembangunan dan konstruksi. c. Kognisi : anak memahami benda di sekitarnya menurut bentuk dan jenis, anak memahami konsep waktu, anak memahami konsep penjumlahan dan 26 pengurangan, anak memahami konsep sains sedrhana, mengungkapkan sebab akibat. d. Bahasa: perkembangan bahasa, menceritakan pengalaman pribadi, mampu bertanya dan menjawab serta berpendapat. e. Sosial emosi: mampu menyesuaikan diri, menunjukkan rasa percaya diri, mengikuti aturan. Hasil penelitian Sulistiyaningsih 2005menyatakan bahwa kesiapan bersekolahmenjadi penting artinya karena anak yang telahmemiliki kesiapan untuk bersekolah akanmemperoleh keuntungan dan kemajuan dalamperkembangan selanjutnya. Sementara ituanak yang tidak memiliki kesiapan, justru akanfrustrasi bila ditempatkan di lingkunganakademis. Berbagai bentuk perilaku sebagaicerminan frustrasi ini diantaranya adalahmenarik diri, berlaku acuh tak acuh, menunjukkan gejala-gejala fisik, atau kesulitanmenyelesaikan tugasnya di sekolah. Jika anak kesulitan menyelesaikan tugasnya di sekolah tentu akan menghambat belajar anak dan berpengaruh terhadap kesiapan anak di jenjang sekolah selanjutnya. Pada saat mengikuti prosesbelajar mengajar sudah memiliki kesiapan, diantaranya sudah mengenal huruf, sudahmampu menulis, menghitung jumlah gambar,berani mencoba memecahkan masalah,menceritakan dan mengurutkan cerita darigambar-gambar. Ditambahkan juga bahwarata-rata anak-anak ini sudah mampu duduktenang dan menyelesaikan tugas-tugasakademik di sekolah SD. Puji Lestari Prianto 2011: 11-15, mengungkapkan bahwa ciri-ciri anak siap sekolah adalah sebagai berikut. 27 a. Dari perkembangan fisik: 1 Anak dapat meniti. Kalau berjalan di titian, ia tidak jatuh karena sudah lebih bisa mengontrol keseimbangan dirinya. 2 Anak dapat memegang alat tulis dengan benar, misalnya ketika ia menulis atau menggambar sesuatu. Perhatikan tahapan bagaimana anak memegang alat tulis. 3 Anak mulai bisa memusatkan pandangannya pada benda-benda kecil. Itulah sebabnya anak dapat mengoordinasikan mata dan tangannya. Misal, anak bisa mengancingkan baju sendiri, menyusun balok-balok, atau memasukkan balok sesuai dengan bentuknya. b. Dalam menggambar, Anak dapat membuat coretan-coretan yang lebih bermakna. Gambaran yang tadinya hanya garis-garis tidak beraturan sudah dapat dibuat dalam bentuk tertentu seperti orang, rumah, mobil, roda, bunga, dan lainnya. c. Ketergantungan pada ibu-ayah atau orang dewasa lain mulai berkurang.Anak mulai mandiri dan menunjukkan rasa tanggung jawabnya. Contoh, anak bisa makan sendiri, habis bermain membereskan mainan sendiri, dan bisa mandi sendiri meskipun belum bersih betul. d. Anak sangat menyukai kegiatan yang dipilih sendiri dan ia sangat menikmatinya. e. Anak mulai bisa lebih berkonsentrasi dan memusatkan perhatiannya pada suatu hal. Itulah sebabnya dalam mengerjakan sesuatu anak terlihat lebih tekun. 28 f. Anak dapat berbagi dan bermain bersama-sama dengan temannya. Contoh, waktu bermain balok-balok, anak bisa bermain bersama-sama dengan temannya membangun sesuatu. g. Anak senang berbicara, pertanyaan anak juga sudah lebih rumit. Pertanyaan yang diajukan tidak lagi menggunakan k ata tanya “apa”, tetapi sudah berkembang menjadi “mengapa”. Contoh, “Ayah, mengapa ayam kalau darijauh menjadi kecil?” Anak juga cepat tanggap jika ada hal-hal yang bertentangan dengan apa yang sudah ibu- ayah ucapkan, “Kata Ibu, sebelum makan harus cuci tangan dulu, tapi kok Ayah boleh makan padahal belum cuci tangan?” Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, indikator kesehatan fisik anak usia 5-6 tahun adalah: 1 memiliki kesesuaian antara usia dengan berat badan 2 memiliki kesesuaian antara usia dengan tinggi badan 3 memiliki kesesuaian antara tinggi dengan berat badan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan fisik anak mempengaruhi kesiapan anak masuk sekolah. Jika fisik anak tidak mempunyai kesesuaian antara usia, berat badan, tinggi badan dikhawatirkan anak akan mengalami kesulitan dalam proses belajar. Misalnya anak menjadi sakit- sakitan sehingga tidak dapat mengikuti proses belajar dengan maksimal. Indikator sosial emosional anak usia 5-6 tahun adalah: 1 bersikap kooperatif dengan teman 2 menunjukkan sikap toleran 3 memahami peraturan 4 menunjukkan rasa empati 5 memiliki sikap gigih tidak murah menyerah. 29 Untuk mengetahui pengembangan kognisi dan pengetahuan umum, dapat dilihat dari indikator: 1mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya angin bertiup menyebabkan daun bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah. 2 memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar

Kesiapan anak memasuki sekolah adalah topik yang menarik bagi orangtua, guru, dan pembuat kebijakan. Dua hal yang biasanya perlu diperhatikan sebelum anak masuk sekolah dasar adalah kematangan masuk sekolah school maturity dan kesiapan masuk sekolah school readiness Edia, 2012:2. Kematangan mengacu pada pertumbuhan biologis yang perlu dicapai sebelum masuk sekolah, misalnya kematangan otak untuk memahami konsep membaca, menulis, berhitung, dan memahami sudut pandang orang lain. Menurut Fitzgerald dan Strommen dalam Wiwik Sulistyaningsih, 2005: 2 mengungkapkan bahwa kesiapan bersekolah sebagai kemampuan anak mencapai tingkat perkembangan emosi, fisik, dan kognisi yang memadai sehingga anak mampu atau berhasil dengan baik. Sedangkan menurut Hurlock 1974 kesiapan bersekolah ini terdiri dari kesiapan secara fisik dan kesiapan secara psikologis, yang meliputi kesiapan emosi, sosial dan mental. Kematangan secara biologis ini selain ditunggu juga perlu didukung oleh stimulasi yang sesuai sehingga akhirnya mewujudkan suatu kesiapan. Stimulasi yang sangat gencar tidak bisa mempercepat kesiapan karena menunggu kematangan. Efek timbal balik terjadi antara nature alami dan nurture stimulasi. Pada akhirnya kesiapan anak masuk sekolah tidak ada yang sama 30 persis kapan akan dicapai. Hal ini sangat tergantung pada stimulasi dan kematangan yang dicapai. Lita Edia 2012 : 5 mengungkapkan, ada empat aspek yang bisa menjadi acuan kesiapan anak. Keempat aspek itu adalah sebagai berikut. a. Perkembangan fisik dan motorik. Gerak atau juga dikenal dengan motorik terjadi akibat adanya koordinasi antara organ-organ pada tubuh. Pada manusia gerak terjadi melalui rangsangan yang diterima saraf yang dikirim keotak dan otak memerintah pada otot untuk bergerak. Menurut Ariyani dan Rini 209: 12 “motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot, dan spinalcord. Menurut Heri Rahyubi 2012: 208 motorik adalah suatu proses belajar yang mengarah pada dimensi gerak yang diwujudkan melalui respons-respons otot yang di ekspresikan dalam gerakan tubuh yang spesifik untuk meningkatkan kualitas gerak tubuh. Oleh sebab itu, perkembangan kemampuan motorik anak akan dapat terlihat jelas melalui berbagai gerakan dan permainan yang dapat mereka lakukan. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. b. Perkembangan bahasa. 31 Bahasa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1990: 103 yaitu sistem lambang bunyi yang dipakai suatu masyarakat untuk berinteraksi; percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun. Senada dengan hal tersebut, Abdul Chaer 2006: 1 mendefinisikan bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Dari uraian yang ada, dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi dalam suatu percakapan dengan orang lain secara sopan santun. c. Perkembangan sosial emosi. Secara umum perkembangan emosi dan sosial kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Dapat mengadakan ikatan dengan orang dewasa yang lain dan anak sebaya, serta lingkungan sosialnya makin meluas. 2 Egosentrisme sudah agak berkurang, tetapi melihat kenyataan masih berdasarkan informasi yang terbatas. 3 Mempunyai keinginan kuat menjadi anggota kelompok. 4 Konformisme, tetapi karena sifat-sifat pribadi dan faktor situasional. 5 Emosi relatif lebih tenang dan bentuk ungkapannya berbeda dengan masa anak awal. 6 Bermain masih penting, tetapi waktunya sudah berkurang Christiana, 2012: 266 d. Perkembangan kognitif intelektual. Sujiono 2014: 1.7 mengatakan perkembangan kognitif adalah perubahan yang terjadi dalam berpikir, kecerdasan dan bahasa anak untuk memberikan alasan sehingga anak dapat memecahkan masalah dan dapat 32 menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna meaningfull. Lentschner dalam Berk 2007: 9 mengatakan perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan intelektual termasuk perhatian, memori, akademik, pengetahuan sehari-hari, pemecahan masalah, imajinasi, kreativitas dan bahasa. Keempat aspek ini perlu terpenuhi secara keseluruhan, karena satu sama lain akan saling menguatkan keberhasilan anak mengikuti aktivitas belajar di sekolah.Dengan berkembangnya semua aspek perkembangan anak, diharapkan dapat mendukung proses belajar anak pada jenjang selanjutnya.

C. Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.

0 2 13

STUDI ANALISIS PENANGANAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA NGEPANREJO KECAMATAN BANDONGAN Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.

0 3 15

PENDAHULUAN Studi Analisis Penanganan Anak Putus Sekolah Di Desa Ngepanrejo Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.

0 2 6

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN MINAT BELAJAR ANAK DI TK SOKASARI DESA BEJI KECAMATAN TULIS Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Minat Belajar Anak Di TK Sokasari Desa Beji Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Minat Belajar Anak Di TK Sokasari Desa Beji Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA FASILITAS BELAJAR DENGAN MINAT BELAJAR ANAK DI TK SOKASARI DESA BEJI KECAMATAN TULIS Hubungan Antara Fasilitas Belajar Dengan Minat Belajar Anak Di TK Sokasari Desa Beji Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 16

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS HITUNG (CALISTUNG ) DENGAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS HITUNG (CALISTUNG ) DENGAN PENDEKATAN BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME (BCCT) PADA SISWA KELAS B RAUDLOTUL ATHFAL (RA) TIMPIK SUSUKAN.

0 0 15

Persepsi Antara Guru TK dan Guru SD Kelas 1 Terhadap Kesiapan Anak Masuk Sekolah di Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo.

0 1 1

View of Korelasi Antara Kecerdasan Naturalis dengan Kesadaran Lingkungan Siswa SD IT Muhammadiyah Bandongan Magelang

0 0 8

Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak TK Kelompok B Se-Gugus V Kecamatan Wonosegoro Boyolali - UNS Institutional Repository

0 2 17