26
Dari penjelasan tipe perataan laba tersebut, konsep perataan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perataan laba yang disengaja, tanpa
membedakan perataan laba riil atau perataan laba artifisial, karena peneliti hanya meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba tanpa menguji lebih
lanjut bagaimana manajemen melakukan perataan laba tersebut.
2.5 Teori Keagenan Dalam Perusahaan Perbankan
Menurut Anthony dan Govindarajan 2005 dalam Budiasih 2008:3, teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi
memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent. Jensen dan Meckling adalah yang pertama mengembangkan teori
komprehensif mengenai perusahaan dalam situasi agensi Jensen dan Meckling 1976:305-360. Mereka menunjukkan bahwa prinsipal, dalam hal ini para
pemegang saham, dapat meyakinkan diri mereka sendiri bahwa para agen manajemen akan membuat keputusan yang optimal hanya jika insentif yang
tepat diberikan serta hanya jika para agen diawasi Van Horne 2005:7-8. Teori agensi melibatkan pihak internal dan eksternal perusahaan yang
keduanya memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Media komunikasi kedua pihak tersebut dihubungkan melalui laporan keuangan yang menunjukkan kinerja
dari perusahaan tersebut.
27
Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti manufaktur, perdagangan, dan sebagainya.
Perbankan adalah industri yang sarat dengan berbagai regulasi, hal ini karena bank adalah suatu lembaga perantara keuangan yang menghubungkan antara
pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. Karena fungsinya tersebut maka risiko yang harus dihadapi bank sangat besar,
ketidakmampuan untuk menjaga image kualitas akan sangat berpengaruh terhadap likuiditas bank. Dengan adanya regulasi di dalam perbankan
mengakibatkan hubungan keagenan industri ini berbeda dengan hubungan keagenan dalam perusahaan yang tidak teregulasi. Dengan adanya regulasi
tersebut maka ada pihak lain yang terlibat dalam hubungan keagenan yaitu regulator dalam hal ini pemerintah melalui Bank Indonesia sehingga
mengakibatkan masalah keagenan menjadi semakin kompleks. Moral hazard terhadap suatu regulasi yang muncul lebih menunjukkan lemahnya peraturan
dibandingkan konflik antara manajer dan pemilik. Dengan deregulasi justru akan semakin memperbesar moral hazard karena di satu sisi memberikan kebebasan
bank untuk mengambil risiko bisnis yang lebih besar dan di pihak lain, regulator menanggung sebagian risiko ini dari komitmen yang tidak dapat dipenuhi oleh
bank karena regulator merupakan lembaga pemberi dana terakhir. Dalam teori keagenan, paling sedikit ada 3 asumsi yang mendasari, yaitu 1 pasar yang
normal dan kompetitif, 2 nexus dari asimetri informasi adalah hubungan prinsipal-agen antara pemilik dan manajer, 3 struktur modal optimal
menghendaki alat yang terbatas Miller Modigliani theorems. Jika asumsi-
28
asumsi tersebut di atas diterapkan dalam perbankan, maka ketiga asumsi di atas tidak akan terpenuhi semua sebab bank sangat teregulasi sehingga tidak akan
tercapai pasar yang normal dan kompetitif. Dengan adanya struktur modal yang kompleks di dalam perbankan maka paling sedikit ada tiga hubungan keagenan
yang dapat menimbulkan asimetri informasi yaitu: 1 hubungan antara deposan, bank dan regulator, 2 hubungan antara pemilik, manajer, dan regulator, serta 3
hubungan antara peminjam borrowers, manajer, dan regulator. Dari ketiga
macam hubungan tersebut, dalam setiap hubungan pasti melibatkan regulator
sehingga bank dalam bertindak akan memenuhi kepentingan regulator lebih dahulu dibandingkan pihak yang lain Ciancenelli Gonzales, 2000 dalam
Rahmawati,dkk. 2006: 11-12. Keputusan yang diambil oleh manajemen diharapkan memenuhi
kepentingan kepentingannya sendiri dan pihak eksternal perusahaan. Karena dengan keputusan yang tepat sehingga image perusahaan akan tetap terjaga.
Dalam dunia perbankan memang akan mendapati pihak-pihak berkepentingan yang lebih komplek daripada perusahaan lainnya. Adanya peran Bank Indonesia
sehingga perusahaan harus lebih cermat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.
29
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada