31
Jatiningrum 2000 menyimpulkan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perataan laba antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor
industri, harga saham, leverage operasi, rencana bonus dan kebangsawanan. Dalam penelitian ini hanya digunakan ukuran perusahaan, profitabilitas, financial
leverage, dan dividend payout ratio. Dalam penelitian Budiasih 2006, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan dividend payout ratio berpengaruh positif
signifikan terhadap praktik perataan laba. Sementara itu, financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba Budiasih 2006:2-13.
2.7 The Political Cost Hypothesis Hipotesis biaya politik
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat
visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah Moses,
1987; Naim dan Hartono,1996; Putra, 2000. Motivasi politik timbul karena manajemen memanfaatkan kelemahan
akuntansi yang menggunakan estimasi akrual serta pemilihan metode akuntansi dalam rangka menghadapi berbagai regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Penelitian terkait dengan hipotesis biaya politik dilakukan Cahan 1992 dan Saputro 2004. Dalam perhitungannya, the political cost hypothesis hipotesis
biaya politik diproksikan dengan total aktiva size yang menunjukkan ukuran skala perusahaan tersebut.
32
2.8 The Bonus Plan Hypothesis Hipotesis Program Bonus,
Keputusan yang didasarkan adanya dorongan manajer perusahaan untuk mendapatkan bonus berdasarkan laba yang dilaporkan oleh manajer. Motivasi
bonus tersebut mendorong manajer untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini Scott, 2000.
Penelitian terkait dengan motivasi bonus menyatakan bahwa manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari pembayaran bonus
Holthausen, 1995. Dalam perhitungannya, the bonus plan hypothesis hipotesis program bonus diproksikan dengan laba bonus plan yang menunjukkan ukuran
skala perusahaan tersebut.
2.9 The Debt Covenant Hypothesis Hipotesis Perjanjian Utang
Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih
metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami
pelanggaran kontrak utang Deakin, 1979; Dhalival, 1980; Bowen dkk., 1981; Defond dan Jiambalvo, 1994.
Motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Penelitian
terkait dengan hipotesis perjanjian utang dilakukan oleh Defond dan Jiambalvo 1994. Dalam perhitungannya, the bonus plan hypothesis hipotesis program
33
bonus diproksikan dengan laba bonus plan yang menunjukkan ukuran skala perusahaan tersebut.
Motivasi diatas berdasarkan pada teori akuntansi positif yang disampaikan oleh Watts and Zimmermann diatas. Teori ini menjelaskan adanya kepentingan
dari pihak internal dan pihak eksternal terhadap kinerja laporan keuangan perusahaan. Seperti halnya kepentingan manajemen terhadap regulasi pajak, biaya
politis, kompensasi manajemen, biaya informasi produksi, dan hambatan yang ditemukan dalam perjanjian obligasi. Hal ini juga mungkin sama dengan
kepentingan pihak eksternal terhadap kinerja laporan keuangan perusahaan.
2.10 Return On Asset ROA