13
3 Institutional investor sebagai monitoring agent Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen.
2.1.2 Manajemen laba
Terdapat beberapa pandangan mengenai manajemen laba. Secara umum para pelaku ekonomi menganggap manajemen laba sebagai suatu kecurangan
manajerial, karena aktivitas rekayasa manajerial ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan laporan
keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Sementara bagi akademisi, termasuk para peneliti menilai bahwa
manajemen laba bukanlah suatu kecurangan, karena aktivitas rekayasa manajerial
ini merupakan dampak dari luasnya prinsip akuntansi yang berterima umum.
Manajemen laba sebagai bentuk dari manipulasi laporan keuangan, hingga saat ini belum mempunyai batasan mengenai definisi dari manajemen laba.
Menurut Scott 2009 : 403 mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang diperbolehkan
dalam standar, untuk mencapai tujuan khusus. Wolk et al. dalam Astuti, 2005 menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajemen laba intinya tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk
14
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa
dilakukan karena memang diperkenankan menurut kebijakan akuntansi. Scott 2009: 337 menyebutkan beberapa motivasi manajemen untuk melakukan
manajemen laba, yaitu. 1 Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini. 2 Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat. 3 Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
pajak pendapatan. 4 Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, maka akan
memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
15
5 Initial Public Offering IPO Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan melakukan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan. 6 Pentingnya Memberi Informasi kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik. Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Naim, 2000 dapat
dilakukan dengan tiga teknik yaitu. 1 Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Manajemen dapat memengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun
waktu depresiasi aset tetap atau amortisasi aset tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.
2 Mengubah metode akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang
digunakan untuk suatu transaksi. Contohnya mengubah metode depresiasi aset tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis
lurus yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi.
16
3 Menggeser periode biaya atau pendapatan. Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode atau pendapatan.
Contohnya mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau
menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aset
tetap yang sudah tidak dipakai. Manajemen laba memiliki pola-pola tertentu di dalam praktiknya. Menurut
Scott, 2009:383 manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut. 1
Taking a bath Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan
nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi. 2
Income minimization Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak lebih ekstrim
dibandingkan dengan pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.
3 Income maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization. Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4 Income smoothing
Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode-
periode tertentu.
17
Deteksi manajemen laba adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas suatu laba berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan aliran kas di masa
mendatang. Secara umum ada tiga cara yang telah dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba yaitu.
1 Model Berbasis Aggregate Accrual Model berbasis aggregate accrual yaitu model
yang digunakan
untuk mendeteksi aktivitas rekayasa dengan menggunakan discretionary accruals
sebagai proksi manajemen laba. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Healy 1985, De Angelo 1986, dan Jones 1991. Selanjutnya Dechow,
Sloan, dan Sweeney 1995 mengembangkan model Jones menjadi model Jones yang dimodifikasi modified Jones model. Model-model ini
menggunakan total akrual dan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan akrual yang tidak diharapkan Sulistyanto, 2008:211.
2 Model Berbasis Specific Accruals Model yang berbasis akrual khusus yaitu pendekatan yang menghitung akrual
sebagai proksi manajemen laba dengan mengunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih
dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi Sulistyanto, 2008:213.
3 Model Berbasis Distribution of Earnings After Management Model distribution of earnings dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev,
Degeorge, Patel, dan Zeckhauser, serta Myers dan Skinner. Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap
18
komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba. Model ini terfokus pada pergerakan laba disekitar benchmark
yang dipakai, misalkan laba kuartal sebelumnya, untuk menguji apakah incidence jumlah yang berada di atas maupun di bawah benchmark telah
didistribusikan secara merata, atau merefleksikan ketidakberlanjutan kewajiban untuk menjalankan kebijakan yang telah dibuat Sulistyanto,
2008:214. Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan model
Jones yang dimodifikasi modified Jones model. Model ini lebih mampu mendeteksi tingkat manajemen laba dibandingkan dengan model estimasi lain
karena memberikan hasil yang lebih akurat. Model ini mempunyai standar eror hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil dibandingkan dengan
model lainnya Dechow et al, 1995.
2.1.3 Diversifikasi operasi