Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage Dan Kepemilikan Manajerial Pada Manajamen Laba.

(1)

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, LEVERAGEDAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA MANAJEMEN LABA

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH FLORIANI RIA DIMARCIA NIM : 1215351035

PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR


(2)

2

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, LEVERAGEDAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA MANAJEMEN LABA

SKRIPSI

Oleh :

NI LUH FLORIANI RIA DIMARCIA NIM : 1215351035

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 1 April 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak ...

3. Anggota : Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A. A. G. P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak NIP. 19800526 200312 2 002


(4)

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plaginasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 4 April 2016 Mahasiswa

Ni Luh Floriani Ria Dimarcia NIM. 1215351035


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunia-Nyalah skripsi yang berjudul “Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1) Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa S.E., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3) Dr. A. A. G. P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak., dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4) Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., dan Drs. I Made jember, M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

5) Ni Gusti Putu Wirawati, SE., Msi., Ak selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6) Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., MSi., Ak selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan untuk kemajuan penulis.

7) Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8) Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si., Ak selaku ketua dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.


(6)

iv

9) Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 10) Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan dan doanya yang tulus

selama penulis menempuh studi dan menyelesaikan skripsi ini

11) Teman-teman seperjuangan, L.K Inten Pratiwi Sucandra, Ni Luh Made Windha Pratiwi, dan Ida Ayu Radha Arestantya, Ni Nyoman Adi Kusuma Dewi, Dwi Parama Yogi, Dewa Gede Yudha Dananjaya, dan teman-teman seperjuangan angkatan 2012 lainnya yang membantu memberikan semangat dan dukungan moral dalam menyelesaikan skripsi ini.

12) Semua pihak yang tidak mungkin saya dapat sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah turut memberikan semangat dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 4 April 2016


(7)

v

Judul : Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba

Nama : Ni Luh Floriani Ria Dimarcia NIM : 1215351035

ABSTRAK

Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang tujuannya adalah untuk menilai kinerja manajemen. Oleh karena itu, manajemen melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan terlihat baik. Tindakan ini disebut dengan manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai tingkat kompleksitas usaha yang tinggi seperti perusahaan terdiversifikasi secara operasional, perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi diindikasikan cendrung melakukan manajemen laba. Untuk menekan tindak manajemen laba adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan diduga dapat mengurangi terjadinya manajemen laba.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti kembali pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan manajerial pada manajemen laba. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan teknik analisis yang digunakan adalah uji regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dengan 65 sampel perusahaan amatan, diketahui bahwa diversifikasi operasi tidak berpengaruh pada manajemen laba,

leverage tidak berpengaruh pada manajemen laba, dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada manajemen laba.

Kata kunci : manajemen laba, diversifikasi operasi, leverage, kepemilikan manajerial


(8)

vi DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

ABSTRAK ...vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...7

1.3 Tujuan Penelitian...7

1.4 Kegunaan Penelitian ...7

1.5 Sistematika Penulisan ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep...10

2.1.1 Teori keagenan ...10

2.1.2 Manajemen laba...13

2.1.3 Diversfikasi operasi ...18

2.1.4 Leverage ...21

2.1.5 Kepemilikan manajerial ...24

2.2 Hipotesis Penelitian ...25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...29

3.2 Lokasi Penelitian...30

3.3 Objek Penelitian ...30

3.4 Identifikasi Variabel...30

3.5 Definisi Operasional Variabel ...31

3.6 Jenis dan Sumber Data ...34

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...35

3.8 Metode Pengumpulan Data ...36

3.9 Teknik Analisis Data...37

3.9.1 Analisis statistik deskriptif...37

3.9.2 Uji asumsi klasik...38

3.9.3 Uji regresi linier berganda...40

3.9.4 Koefisien determinasi (R2) ...41

3.9.5 Uji kelayakan model (uji statistik F)...41


(9)

vii

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian...43

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 45

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...54

4.3.1 Pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba...54

4.3.2 Pengaruh leveragepada manajemen laba...56

4.3.3 Pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba...57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...59

5.2 Saran...60

DAFTAR RUJUKAN ...61


(10)

viii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Hasil Seleksi Pemilihan Sampel ...44

4.2 Nama Perusahaan Sampel ...45

4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...46

4.4 Hasil Uji Normalitas ...48

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ...49

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas...50

4.7 Hasil Uji Autokorelasi...51


(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman


(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1. Rekapitulasi Nilai DA, DIVOP, LEV, MGR Perusahaan Sampel...66

2. Perhitungan Total Akrual...68

3. Perhitungan ΔREVit, ΔRECit, dan PPEit...70

4. Perhitungan Koefisien Regresi dari Total Akrual ...72

5. Regresi The Modified Jones Model...74

6. Hasil Perhitungan Non Discretionary Accrual (NDA) dan Discretionary Accrual (DA) ...75

7. Hasil Statistik Deskriptif...78

8. Hasil Uji Asumsi Klasik ...79


(13)

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk menunjukan efektivitas pencapaian tujuan dan melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan atas tanggung jawab yang telah dilaksanakan. PSAK No.1 Tahun 2013 tentang penyajian pelaporan keuangan menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan infromasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi dan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu.

Laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen terdapat informasi laba. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir risiko investasi atau meminjamkan dana (Juniarti, 2005). Informasi laba merupakan perhatian utama dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan


(15)

2

operasi yang telah ditetapkan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Oleh karena itu, manajemen umumnya melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan terlihat baik melalui pemilihan metode akuntansi untuk tujuan tertentu hal ini dikenal dengan sebutan manajemen laba.

Manajemen laba dinilai tidak menyalahi aturan dan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. Akan tetapi, praktik manajemen laba dapat mengikis kepercayaan investor terhadap kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi keandalan laba karena laba yang dilaporkan bias dan menyebabkan kesalahan dalam menggambarkan laba yang sebenarnya (Fatmawati, 2013). Praktik manajemen laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah leverage, kepemilikan manajerial dan kompleksitas bisnis dalam suatu perusahaan. Penelitian Purnamaningtyas (2010) mengungkapkan bahwa manajemen laba justru ditemukan pada perusahaan yang multi segmen. Hal ini terjadi karena arus kas dan informasi mengenai perusahaan dikuasai oleh pihak manajer, yang menyebabkan pihak ekternal cenderung terkelabui karena laporan keuangan konsolidasi menyampaikan informasi keuangan yang kurang relevan.

Diversifikasi merupakan bentuk pengembangan usaha dengan memperluas jumlah segmen, baik secara bisnis maupun geografis. Menurut Harto (2005) diversifikasi merupakan strategi pengembangan usaha dengan cara memperluas segmen bisnis maupun geografis, diversifikasi dapat dilakukan dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah pemasaran produk, membuka kantor cabang, melakukan merger dan akuisisi dan cara yang lainnya. Perusahaan pada umumnya terdiversifikasi secara operasi dan


(16)

3

geografis. Diversifikasi operasi yang terdapat dalam PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi disebutkan bahwa segmen usaha adalah komponen perusahaan yang terlibat dalam aktivitas usaha dan memperoleh pendapatan dan terjadi beban yang hasilnya dikaji ulang secara reguler oleh organ pengambil keputusan tentang sumber daya dan kinerja, dimana informasi keuangannya dibuat secara terpisah. Melalui penerapan diversifikasi, manajer dapat mengajukan reward yang lebih besar karena semakin banyak jenis usaha yang dikelola, semakin besar tingkat kompleks perusahaan. Damciwar (dalam Lupitasari, 2012) menyatakan bahwa strategi diversifikasi dipilih dan diterapkan oleh perusahaan ketika perusahaan berada dalam kondisi tertentu, yaitu ketika perusahaan merasakan profit dan pertumbuhan perusahaan mulai menurun pada industri awal usahanya, selain itu diversifikasi juga dilakukan dalam rangka memperkuat keunggulan bersaing dengan kompetitor serta dalam rangka memperkecil risiko investasi karena apabila perusahaan hanya melakukan bisnis pada sektor tunggal maka risiko investasinya cukup besar. Ketika melakukan diversifikasi maka perusahaan akan menjadi perusahaan multi bisnis yang tidak hanya bergerak pada satu lini bisnis saja, semakin beragam lini bisnis yang dimiliki perusahaan maka akan semakin banyak pula sumber pendapatan yang dimiliki oleh perusahaan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan diversifikasi bertujuan untuk memaksimumkan ukuran dan keragaman usaha sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dari beberapa segmen usaha yang dimiliki.


(17)

4

Diversifikasi tidak hanya berdampak positif bagi perusahaan tetapi juga menimbulkan beberapa biaya dari penerapan diversifikasi ini, menurut Meyer (dalam Satoto, 2007), dalam perusahaan yang terdiversifikasi lini bisnis yang tidak memberikan keuntungan dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar bila dibandingkan apabila perusahaan tersebut bergerak pada satu lini bisnis saja. Penerapan diversifikasi juga akan mengakibatkan struktur organisasi yang terdapat dalam perusahaan menjadi lebih kompleks serta tingkat transparansi lebih rendah dan kompleksitas informasi bagi investor dan analisis keuangan menjadi semakin tinggi (El Mehdi dan Sebuoi, 2011). Menurut teori keagenan, kondisi seperti ini akan menciptkan keadaan yang mendukung bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.

Fenomena hubungan antara diversifikasi perusahaan dan manajemen laba semakin menjadi sorotan. Diversifikasi operasi dan manjemen laba telah diteliti oleh beberapa peneliti. Jirapon et al. (2008), Aryati dan Walansendouw (2011) serta Lupitasari (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa diversifikasi operasi perusahaan tidak berpengaruh pada tindakan manajemen laba. Sebaliknya Indraswari (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa diversifikasi operasi perusahaan meningkatkan manajemen laba.

Leverage disebut juga sebagai salah satu penyebab manajemen laba.

Dengan adanya leverage hal itu dapat menunjukan seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total aset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akibat


(18)

5

besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba (Widyaningdyah, 2001). Perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian utang agar memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal inilah yang kemudian dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. Peneliti Tarjo (2008), Wisnu (2013), serta Putri dan Titik (2014) menemukan hasil bahwa leverage mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Sebaliknya, beberapa penelitian Chung et al.

(2005) dan Lee et al. (2007) menunjukkan bahwa utang menurunkan manajemen laba. Hal ini terjadi karena perusahaan mendapat pengawasan dari pemberi utang sehingga menyulitkan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Penelitian Murhadi (2009),Jao dan Pagulung (2011), dan Elfira (2014) menunjukkan bahwa

leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Kepemilikan manajerial disebut juga sebagai salah satu faktor yang memengaruhi manajemen laba. Menurut Palestin (2009) manajemen laba terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan. Konflik keagenan ini dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan, salah satu dari struktur kepemilikan adalah kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajer (Wahidahwati, 2002). Secara teoritis, pihak manajemen yang


(19)

6

memiliki persentase yang tinggi dalam kepemilikan saham akan bertindak layaknya seseorang yang memegang kepentingan dalam perusahaan. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kerja.

Penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama (2005), Kusumawardhani (2012) dan Indriastuti (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin rendah tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen laba akan meningkat. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-Fayoumi et al. (2010), Widiatmaja (2010) dan Liu (2012) menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajamen laba.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini dirancang utuk menguji kembali pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan manajerial pada manajemen laba.


(20)

7 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1) Apakah pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba ? 2) Apakah pengaruh leverage pada manajemen laba ?

3) Apakah pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pengaruh leverage pada manajemen laba.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut.

1) Kegunaan teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk menguji teori keagenan yang terjadi di perusahaan terutama antara pihak pemilik dan manajemen. Penelitian ini


(21)

8

diharapkan mampu memberikan bukti empiris dan sumbangan konseptual mengenai pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan manajerial pada manajemen laba.

2) Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para pengguna laporan keuangan untuk proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang dihasilkan lebih tepat. Sebagai bahan pertimbangan perusahaan untuk memerhatikan beberapa faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya manajemen laba, seperti diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan manajerial.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian yang dilakukan, serta menguraikan sistematika penulisan.


(22)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini menguraikan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan masalah yang diangkat dalam skripsi ini, serta hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas deskripsi tentang desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan deskripsi obyek penelitian, hasil analisis statistik, serta interpretasi terhadap hasil berdasarkan alat dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya.


(23)

(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori keagenan

Teori keagenan adalah teori yang mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dalam bentuk kontrak kerjasama. Pemilik memberi perintah kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama pemilik dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik (Belkoui, 2001). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di perusahaan. Para agen diasumsikan termotivasi untuk memaksimalkan kompensasi yang diterima dalam hubungan tersebut. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal.

Pihak agen memiliki informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang yang lebih dibandingkan dengan prinsipal, oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer yakni melalui pengungkapan informasi akuntasi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna eksternal karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi yang dimiliki antara pihak


(25)

11

manajemen dan prinsipal dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi dengan asumsi bahwa individu-individu manajemen bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, inilah yang mendorong manajemen untuk bertindak oportunis atau memperoleh keuntungan pribadi.

Menurut Brigham dan Houston (2006) hubungan keagenan dapat timbul di antara.

1) Pemegang saham dengan manajer

Masalah keagenan dapat timbul jika manajer menempatkan tujuan dan kesejahteraan mereka sendiri pada posisi yang lebih tinggi dari kepentingan pemegang saham. Masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari seratus persen sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri dan bukan memaksimalkan nilai perusahaan dalam mengambil keputusan pendanaan. Tindakan manajer yang opoturnistik tersebut akan mempertinggi

cost perusahaan dan mengurangi kemakmuran pemegang saham. 2) Pemegang saham (melalui manajer) dengan kreditur

Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan dengan menjual seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu segera bertindak dan khususnya manajer memilih mereorganisasi dengan tujuan


(26)

12

mempertahankan pekerjaannya. Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada pemegang saham atau kreditur atau kedua belah pihak tersebut. Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat segera menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen menginginkan perusahaan tetap eksis sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang saham kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar lebih rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.

Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dapat diminimalkan melalui beberapa cara. Menurut Masdupi (2005) mengemukakan cara-cara untuk mengatasi masalah keagenan antara lain :

1) Meningkatkan kepemilikan manajerial

Dengan adanya kepemilikan manajerial saham maka manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga merasakan apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

2) Pendekatan pengawasan eksternal

Pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Adanya utang akan dapat mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajer karena perusahaan harus melakukan pembayaran atas bunga dan pokok pinjaman secara periodik serta mematuhi ketentuan pada perjanjian utang.


(27)

13

3) Institutional investor sebagai monitoring agent

Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

2.1.2 Manajemen laba

Terdapat beberapa pandangan mengenai manajemen laba. Secara umum para pelaku ekonomi menganggap manajemen laba sebagai suatu kecurangan manajerial, karena aktivitas rekayasa manajerial ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan laporan keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai perusahaan. Sementara bagi akademisi, termasuk para peneliti menilai bahwa manajemen laba bukanlah suatu kecurangan, karena aktivitas rekayasa manajerial ini merupakan dampak dari luasnya prinsip akuntansi yang berterima umum.

Manajemen laba sebagai bentuk dari manipulasi laporan keuangan, hingga saat ini belum mempunyai batasan mengenai definisi dari manajemen laba. Menurut Scott (2009 : 403) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang diperbolehkan dalam standar, untuk mencapai tujuan khusus. Wolk et al. (dalam Astuti, 2005) menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajemen laba intinya tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk


(28)

14

memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut kebijakan akuntansi.

Scott (2009: 337) menyebutkan beberapa motivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba, yaitu.

1) Bonus Purpose

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini.

2) Political Motivation

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.

3) Taxation Motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

4) Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, maka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.


(29)

15

5) Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan melakukan go public

melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.

6) Pentingnya Memberi Informasi kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im, 2000 dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu.

1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.

Manajemen dapat memengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aset tetap atau amortisasi aset tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.

2) Mengubah metode akuntansi.

Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang digunakan untuk suatu transaksi. Contohnya mengubah metode depresiasi aset tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi.


(30)

16

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode atau pendapatan. Contohnya mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aset tetap yang sudah tidak dipakai.

Manajemen laba memiliki pola-pola tertentu di dalam praktiknya. Menurut (Scott, 2009:383) manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut.

1) Taking a bath

Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.

2) Income minimization

Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak lebih ekstrim dibandingkan dengan pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.

3) Income maximization

Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization. Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.

4) Income smoothing

Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode-periode tertentu.


(31)

17

Deteksi manajemen laba adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas suatu laba berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan aliran kas di masa mendatang. Secara umum ada tiga cara yang telah dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba yaitu.

1) Model Berbasis Aggregate Accrual

Model berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa dengan menggunakan discretionary accruals

sebagai proksi manajemen laba. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986), dan Jones (1991). Selanjutnya Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995) mengembangkan model Jones menjadi model Jones yang dimodifikasi (modified Jones model). Model-model ini menggunakan total akrual dan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan akrual yang tidak diharapkan (Sulistyanto, 2008:211).

2) Model Berbasis Specific Accruals

Model yang berbasis akrual khusus yaitu pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan mengunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi (Sulistyanto, 2008:213).

3) Model Berbasis Distribution of Earnings After Management

Model distribution of earnings dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev, Degeorge, Patel, dan Zeckhauser, serta Myers dan Skinner. Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap


(32)

18

komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba. Model ini terfokus pada pergerakan laba disekitar benchmark

yang dipakai, misalkan laba kuartal sebelumnya, untuk menguji apakah

incidence jumlah yang berada di atas maupun di bawah benchmark telah

didistribusikan secara merata, atau merefleksikan ketidakberlanjutan kewajiban untuk menjalankan kebijakan yang telah dibuat (Sulistyanto, 2008:214).

Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan model Jones yang dimodifikasi (modified Jones model). Model ini lebih mampu mendeteksi tingkat manajemen laba dibandingkan dengan model estimasi lain karena memberikan hasil yang lebih akurat. Model ini mempunyai standar eror hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil dibandingkan dengan model lainnya (Dechow et al, 1995).

2.1.3 Diversifikasi operasi

Melihat kondisi pasar saat ini, perusahaan perusahaan berusaha untuk mendapat pangsa pasar yang baru dan memperluas pangsa pasar yang ada dengan memberikan peluang-peluang yang lebih baik sehingga perusahaan tetap memiliki keunggulan bersaing dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi operasi.

Perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi bergerak pada lebih dari satu lini bisnis (multi bisnis). Diversifikasi operasi yang dimaksud terdapat dalam PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi disebut sebagai


(33)

19

segmen usaha. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain dimana informasi keuangannya dibuat secara terpisah.

Standar pelaporan segmen ini telah ditetapkan oleh PSAK No. 5 Tahun 2013 (Revisi 2009) dimana tujuan dari standar tersebut adalah untuk memberikan informasi mengenai perbedaan jenis aktivitas bisnis perusahaan dalam membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami kinerja perusahaan dengan lebih baik, menilai lebih baik kemungkinan aliran kas masa depan, dan membuat pertimbangan lebih informatif mengenai perusahaan secara keseluruhan (Radebaugh dan Street dalam Indriastuti, 2012).

Menurut PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan terkait atau tidaknya produk atau jasa, meliputi.

1) Karakteristik produk atau jasa. 2) Karakteristik proses produksi.

3) Jenis atau golongan pelanggan (produk atau jasa). 4) Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa.

5) Jika praktis, karakteristik iklim regulasi, misalnya dalam perbankan, asuransi, atau public utilities.

PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi menyebutkan bahwa segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas.


(34)

20

1) Yang terkait dalam aktivitas bisnis dalam menghasilkan pendapatan dan menimbulkan beban.

2) Hasil operasi yang secara reguler dievaluasi oleh pembuat keputusan operasi untuk menilai segmen individual dan membuat keputusan mengenai sumber daya yang akan dialokasikan ke dalam segmen.

3) Ketika informasi keuangan terpisah tersedia yang dihasilkan oleh atau berdasarkan sistem internal.

PSAK No. 5 Tahun 2013 (Revisi 2009) menyatakan bahwa kriteria segmen yang akan dilaporkan harus memenuhi syarat kualitatif, yaitu telah teridentifikasi sebagai segmen operasi atau hasil dari dua agregasi atau lebih dan memenuhi satu dari batasan kuantitatif berikut.

1) Pendapatan yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari pendapatan total dari semua segmen yang dilaporkan.

2) Jumlah absolut dari laba atau rugi yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari gabungan laba atau rugi yang dari semua segmen operasi.

3) Jika aset adalah 10% atau lebih dari aset gabungan semua operasi.

Diversifikasi operasi dalam penelitian ini diperoleh dari pengungkapan perusahaan sesuai dengan laporan segmen operasi entitas induk dan perusahaan anak dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Diversifikasi operasi dihitung berdasarkan jumlah segmen operasi atau segmen usaha yang dimiliki dan dilaporkan oleh perusahaan.


(35)

21 2.1.4 Leverage

Leverage adalah rasio total utang dibandingkan total aset. Leverage

menunjukan berapa banyak utang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Manajemen keuangan mengartikan leverage sebagai penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi perusahaan, semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba dimasa depan juga akan makin meningkat dan juga untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan.

Rasio-rasio leverage yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply

oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditor perusahaan, mempunyai beberapa implikasi (Husnan, 2008:70).

1) Para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan dana yang di supply oleh pemilik perusahaan, untuk melihat batas keamanan pemberian kredit.

2) Dengan menggunakan hutang pemilik mendapatkan manfaat dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan.

3) Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada beban bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri makin besar.


(36)

22

Di dalam prakteknya rasio-rasio leverage dihitung dengan dua cara. Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca, untuk mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, mengukur risiko hutang dari laporan rugi laba, yaitu seberapa banyak beban tetap hutang (bunga ditambah dengan pokok pinjaman) bisa ditutup oleh laba operasi.

1) Total Utang dengan Total Aset

Rasio total hutang dengan total aset umumnya disebut sebagai rasio hutang

(debt ratio), mengukur persentase penggunaan dana yang berasal dari

kreditor. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aset.

2) Times Interest Earned

Rasio time interest earned dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan karena perusahaan tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Ketidakmampuan ini bisa membawa kesulitan keuangan yang serius karena secara hukum pemberi pinjaman bisa mempertimbangkan kemungkinan kebangkrutan bagi perusahaan.

3) Fixed Charge Coverage Rasio

Fixed Charge Coverage Rasio ini mirip dengan rasio times interest earned

tetapi lebih lengkap, karena mempertimbangkan sewa peralatan (lease of


(37)

23

sewa (lease) di sini adalah apabila perusahaan menggunakan suatu aset dengan tidak membelinya, tetapi sekedar menyewanya.

Menurut hipotesis utang / ekuitas (Debt / Equity Hypothesis) manajer akan berusaha untuk menghindari perjanjian utang dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Berkaitan dengan leverage, salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa utang. Utang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin (dalam Tarjo, 2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Tapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru memicu bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et al, 2007).

Menurut Verawati (2012) utang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian utang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar utangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak utang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali pembayaran utang.

Besarnya rasio leverage dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan total utang perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Data ini didapatkan dalam laporan posisi keuangan perusahaan dari entitas induk dan perusahaan anak


(38)

24 2.1.5 Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajer dapat diukur dari presentase kepemilikan saham oleh manajer perusahaan atas perusahaan yang bersangkutan.

Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik.

Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Dengan demikian dapat


(39)

25

disimpulkan bahwa manajer yang mempunyai kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antara keduanya.

Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diperoleh dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan dari entitas induk dan perusahaan anak pada bagian modal saham dengan cara menghitung jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan dewan komisaris perusahaan.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berikut ini akan dibahas mengenai hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara atas permasalahan yang ingin diuji dalam penelitian ini.

2.2.1 Pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba

Perusahaan yang terdiversifikasi industri beroperasi pada segmen-segmen bisnis yang berbeda. Manajemen perusahaan dengan segmen bisnis yang beragam diduga pula memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba (Indraswari, 2010) Perusahaan yang terdiversifikasi kurang transparan bila dibandingkan perusahaan yang terfokus (Rodriguez-Perez dan Van Hemmen, 2010).

Thomas (2002) menyatakan sebuah hipotesis, yaitu hipotesis transparansi yang mengaitkan antara diversifikasi dengan manajemen laba yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi memiliki transparansi yang rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdiversifikasi, karena mereka memiliki struktur yang lebih kompleks, ini membuat manajer memiliki dapat mengambil keputusan dengan ujuan untuk memaksimalkan keuntungan


(40)

26

pribadinya. Akibat perusahaan bergerak pada lebih dari satu segmen usaha perusahaan juga riskan terhadap misalokasi investasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Indraswari (2010) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan dengan segmen bisnis yang beragam terbukti melakukan manajemen laba dengan arah menaikan laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :

H1 : Diversifikasi operasi berpengaruh positif pada manajemen laba

2.2.2 Pengaruh leverage pada manajemen laba

Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang

dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Watts dan Zimmerman (dalam Lupitasari, 2012) menyatakan bahwa manajer di perusahaan yang berutang kemungkinan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk meningkatkan daya tawar perusahaan dalam negosiasi utang, mengurangi kekhawatiran kreditur dan untuk mendapat kelonggaran batas kredit.

Shanti dan Yudhanti (2007), Tarjo (2008) dan Chin et al. (2009) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aset yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :


(41)

27

H2 : Leverage berpengaruh positif pada manajemen laba

2.2.3 Pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba

Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Penyusunan laporan keuangandilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri (Dechow et al, 1995) Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik.

Adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang


(42)

28

apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Sejalan dengan pandangan di atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Ujiantho dan Pramuka (2007), Indirastuti (2012) serta Mahariana dan Ramantha (2014) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :


(43)

(1)

2.1.5 Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajer dapat diukur dari presentase kepemilikan saham oleh manajer perusahaan atas perusahaan yang bersangkutan.

Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik.

Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Dengan demikian dapat


(2)

disimpulkan bahwa manajer yang mempunyai kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antara keduanya.

Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diperoleh dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan dari entitas induk dan perusahaan anak pada bagian modal saham dengan cara menghitung jumlah persentase saham yang dimiliki oleh manajer dan dewan komisaris perusahaan.

2.2 Hipotesis Penelitian

Berikut ini akan dibahas mengenai hipotesis penelitian sebagai dugaan sementara atas permasalahan yang ingin diuji dalam penelitian ini.

2.2.1 Pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba

Perusahaan yang terdiversifikasi industri beroperasi pada segmen-segmen bisnis yang berbeda. Manajemen perusahaan dengan segmen bisnis yang beragam diduga pula memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba (Indraswari, 2010) Perusahaan yang terdiversifikasi kurang transparan bila dibandingkan perusahaan yang terfokus (Rodriguez-Perez dan Van Hemmen, 2010).

Thomas (2002) menyatakan sebuah hipotesis, yaitu hipotesis transparansi yang mengaitkan antara diversifikasi dengan manajemen laba yang menyatakan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi memiliki transparansi yang rendah jika dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdiversifikasi, karena mereka memiliki struktur yang lebih kompleks, ini membuat manajer memiliki dapat mengambil keputusan dengan ujuan untuk memaksimalkan keuntungan


(3)

pribadinya. Akibat perusahaan bergerak pada lebih dari satu segmen usaha perusahaan juga riskan terhadap misalokasi investasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Indraswari (2010) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan dengan segmen bisnis yang beragam terbukti melakukan manajemen laba dengan arah menaikan laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :

H1 : Diversifikasi operasi berpengaruh positif pada manajemen laba

2.2.2 Pengaruh leverage pada manajemen laba

Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang

dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Watts dan Zimmerman (dalam Lupitasari, 2012) menyatakan bahwa manajer di perusahaan yang berutang kemungkinan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk meningkatkan daya tawar perusahaan dalam negosiasi utang, mengurangi kekhawatiran kreditur dan untuk mendapat kelonggaran batas kredit.

Shanti dan Yudhanti (2007), Tarjo (2008) dan Chin et al. (2009) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi akibat besarnya liabilitas dibandingkan aset yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :


(4)

H2 : Leverage berpengaruh positif pada manajemen laba

2.2.3 Pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba

Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba juga sering dilakukan oleh manajemen. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Penyusunan laporan keuangandilakukan oleh manajemen yang lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan yang dibuatnya sendiri (Dechow et al, 1995) Laba yang kurang berkualitas bisa terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan para pemilik.

Adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang


(5)

apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006).

Sejalan dengan pandangan di atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Ujiantho dan Pramuka (2007), Indirastuti (2012) serta Mahariana dan Ramantha (2014) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang diajukan adalah :


(6)