PENGARUH KONTROL DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP DEGRADASI MORAL PADA USIA SEKOLAH DI KELAS VIII MTs NAHDLATUL ULAMA KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONTROL DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP DEGRADASI MORAL PADA USIA SEKOLAH

DI KELAS VIII MTs NAHDLATUL ULAMA KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

AZKIYA MAISARI

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kontrol diri dan lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada usia sekolah di MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah 66 orang responden dan dijadikan sampel dari populasi dengan jumlah 30 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui angket dan dokemntasi, adapun teknik analisa data menggunakan rumus koefisien kontingensi atau Chi Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh kontrol diri terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Tahun Pelajaran 2012-2013. Pengaruh kontrol diri terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII berada pada kategori kuat. (2) Terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Tahun Pelajaran 2012-2013. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII berada pada kategori kuat.


(2)

PENGARUH KONTROL DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA

TERHADAP DEGRADASI MORAL PADA USIA SEKOLAH

DI KELAS VIII MTs NAHDLATUL ULAMA KALIAWI

TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(SKRIPSI)

OLEH

AZKIYA MAISARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(3)

PENGARUH KONTROL DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA

TERHADAP DEGRADASI MORAL PADA USIA SEKOLAH

DI KELAS VIII MTs NAHDLATUL ULAMA KALIAWI

TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

OLEH

AZKIYA MAISARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(4)

ULAMA KALIAWI TANJUNG KARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Nama Mahasiswa : Azkiya Maisari

No. Pokok Mahasiswa : 0913032031 Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Holilulloh, M.Si M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd NIP 19610711 198703 1 003 NIP 19791117 200501 1 002

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Ketua Program Studi PPKn,

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si Drs. Holilulloh, M.Si NIP 19560108 198503 1 002 NIP 19610711 198703 1 003


(5)

Motto

Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada

Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya, Allah beserta

orang-orang yang sabar

(Qs. Al-Baqarah :153)

Ujung dari sebuah ilmu adalah pengamalan, karena pengamalan itu

adalah bekal dunia dan akhirat. Janganlah engkau menghina orang yang

hina di dunia ini karena terkadang orang yang kau hina itu di hadapan

Allah justru lebih mulia

”.

(Hadratus Syekh KH. Hasyi

m Asy’ari

)

Sebuah keberhasilan ada bersama seseorang yang memiliki prasangka

baik, istiqomah dalam usaha, serta

hati tawwadu’ yang

berserah diri pada

Robb

nya.Dan keberhasilan tersebut tidak akan diperoleh tanpa

keta’dziman

seseorang pada gurunya dan ridlo orangtuanya.


(6)

Persembahan

Tiada persembahan yang lebih haqiqi melainkan kepada

A

llah

SWT

dan karya kecilku ini ku peruntukkan sebagai wujud bakti dan kasih

sayangku kepada :

Ayahanda Drs. H. Hafidhuddin Hanif, S.Pd.I..

Dan Ibndaku Siti Romlah..

Yang tak pernah mengeluh dalam memcintai dan menbimbingku..

Bersabar serta tulus ikhlas membesarkanku..

Selalu

mendo’akan dan

memberiku motivasi agar dapat menjadi

insan yang berguna bagi agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan

Negara..

Saudara-saudaraku tersayang mbak Aisya Maqdisiana, S.Pd, mbak

Holida Hanum, S.Pd.I, kak M. Mudzi Ulhaq, dan mbak Roihana

Zahara, SH.I, yang selalu menyayangi, mendukung dan selalu

mendoakan diriku.

Para pendidik yang telah banyak mencurahkan waktunya untuk

penulis.


(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, Bandar Lampung pada 21 Mei 1991. Penulis adalah puteri bungsu dari 5 (lima) bersaudara pasangan Bapak Drs. H. Hafidhuddin Hanif, S.Pd.I dan Ibunda Siti Romlah.

Pendidikan Formal yang pernah di tempuh penulis :

1. Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Kaliawi, diselesaikan pada tahun 2003. 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 23 Bandar

lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.

3. Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjungkarang yang diselesaikan pada tahun 2009.

4. Penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi S1 Pendidikan Kewarganegaraan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada tahun 2009.

Demikianlah daftar riwayat hidup dan pendidikan formal yang pernah penulis tempuh, dan Alhamdulillah selanjutnya melalui skripsi ini penulis berniat menamatkan pendidikan S1 nya dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(9)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim....

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kontrol Diri Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Di dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi dapat diselesaikan dengan baik berkat saran, dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Pembimbing I, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis. Bapak M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II, terima kasih atas pengarahan dan bimbingan kepada penulis.


(10)

2. Bapak Dr. M. Toha B.S Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Pembahas I, terima kasih atas masukan, saran dan kritiknya kepada penulis.

7. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd, M.Pd., selaku Pembahas II, terima kasih atas masukan, saran dan kritiknya kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10.Kepala Sekolah MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang telah diberkan kepada penulis. 11.Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, Bapak Drs. H. Hafidhuddin Hanif, S.Pd.I dan Ibunda Siti Romlah, terimakasih atas doanya setiap saat, kesabarannya, keikhlasannya, kasih sayangnya, motivasinya dan segala bentuk dukungan telah diberikan.


(11)

selalu mendukung, mendoakan dan menanti keberhasilanku.

13.Teman-teman Program Studi PPKn angkatan 2009 tanpa terkecuali, terimakasih atas kekompakan dalam suka maupun duka selama ini. Terus semangat menuju kesuksesan.

14.Teman-teman KKN PPL Desa Bumi Daya Kecamatan Palas Lampung Selatan Tahun 2012 dan Keluarga besar SMPN 2 Palas Lampung Selatan, terimakasih atas doa dan motivasinya selama bersama.

15.Sahabat-sahabat terbaikku Ranti Febriani, Evvi Ari Widyawati, Reni Setiawati, Meirindi, serta seluruh sahabat-sahabat seperjuangan di organisasi internal maupun eksternal kampus, terimakasih atas do’a, motivasi, segala bantuan serta canda tawanya hingga membuat hari-hari menjadi indah. Semoga silaturahmi terus terjaga selamanya.

16.Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan do’a, motivasi dan bantuannya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,


(12)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Holilulloh, M.Si .…………..……

Sekretaris : M. Mona Adha, S.Pd, M.Pd …..…………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Irawan Suntoro, M.S ……….…

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(13)

SURAT PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini, adalah :

1. Nama : Azkiya Maisari

2. NPM : 0913032031

3. Program Studi : Pendidikan PKn

4. Jurusan/ Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Universitas Lampung 5. Alamat : Jalan Raden Fatah Gg. Bukit I No. 15 Kel.

Kaliawi, Kec. Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung. Telp/HP. 085789819636

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

Azkiya Maisari NPM. 0913032031


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan dengan sikap dukungan dari lembaga pendidikan, masyarakat dan keluarga. Kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan masyarakat khususnya lingkungan sekolah banyak dialami oleh pelajar remaja. Kenakalan remaja pada usia sekolah sangat rentan terjadi karena para siswa masih mencari jati dirinya dan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan keluarga di rumah atau lingkungan masyarakat serta pengaruh teman sebaya di rumah maupun di sekolah.

Salah satu upaya untuk meminimalisir kenakalan remaja yang terjadi pada usia sekolah adalah dengan pembinaan moral yang baik kepada para siswa di sekolah karena dengan adanya pembinaan moral tersebut, para siswa akan lebih memahami pentingnya moral dalam melaksanakan hubungan sosial yang baik di lingkungan sekolah dan masyarakat. Wujud adanya moral dalam kehidupan sosial masyarakat adalah dipatuhinya suatu peraturan yang timbul dan berlaku dalam kehidupan sosial agar tujuan hidup bersama dapat tercapai.


(15)

Moral merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam tingkah laku, sikap, tindak tanduk, pola pikir, adat istiadat dan tatanan dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan pemerintahan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang mencerminkan nilai positif. Moral dapat diartikan sebagai kaidah norma dan pranata yang mampu mengatur tingkah laku individu dalam menjalani suatu hubungan dengan masyarakat, dan nilai moral juga sangat dibutuhkan dalam membentengi diri dari pengaruh negatif di era globaisasi seperti sekarang ini.

Era globalisasi artinya dunia berada pada posisi yang segala sesuatunya menjadi terbuka, ikatan nilai-nilai moral mulai melemah. Terutama bagi golongan usia sekolah yang kini mengalami multikrisis yang dimensional, dan krisis yang dirasakan sangat parah bukanlah mengenai intelektual, melainkan krisis nilai-nilai moral atau degradasi moral yang begitu jauh dari budaya dan kepribadian bangsa. Globalisasi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia yang menyapa remaja diusia sekolah namun tanpa pengawasan dari orang dewasa akan berdampak pada penurunan bahkan perusakan moralnya.

Pada usia sekolah merupakan saat-saat pembentukan karakter dalam diri yang akan diaplikasikan melalui sikap moralnya. Moral seorang siswa seharusnya diselaraskan dan diarahkan kepada tujuan yang lebih layak bagi dirinya berdasarkan cita-cita masyarakat untuk diterapkan dalam hidup sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari. Keterlibatan kemampuan berfikir siswa dalam menafsirkan kondisi lingkungan yang berubah-ubah dikarenakan berbagai faktor yang timbul disekitarnya akan membentuk kesadaran siswa yang mengikuti pengalaman baru yang dialaminya tersebut. Kebanyakan remaja usia sekolah masih memiliki sifat cenderung labil atau


(16)

cenderung mengikuti perkembangan disekitarnya dan cenderung mempengaruhi perubahan moralnya.

Semakin banyaknya keprihatinan terhadap perubahan moral pada anak usia sekolah dari masa ke masa menjadikan lembaga pendidikan bukan hanya dijadikan tempat belajar mengembangkan pola pikir kognitif tetapi juga dituntut dalam aspek pengembangan aspek moralitas. Terlebih apabila lembaga pendidikan terdiri dari siswa yang berdomisili dalam lingkungan yang rendah tingkat pendidikan moral masyarakatnya, dengan berbagai kasus yang telah ditemui semakin kedepannya semakin kompleks.

Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa sekolah berbasis agama sudah pasti terlepas dari kasus-kasus degradasi moral pada perilaku dan diri siswanya. Namun, pada kenyataannya tidaklah semudah itu. Berbagai faktor-faktor yang semakin kompleks telah merubah pola berfikir, pola sikap dan bertindak anak-anak usia sekolah saat ini, terlebih lagi jika suatu lembaga pendidikan berada dalam lingkungan masyarakat dan lingkungan keluarga siswa yang bisa dikatakan rendah pendidikan akademik serta kurang dalam kesadaran pendidikan moralnya. Sehingga tidaklah secepat pandangan masyarakat yang beranggapan tidak akan ada degradasi moral jika siswa terdaftar sebagai siswa di sekolah yang berbasis agama, sedangkan diketahui bahwa masalah semakin kompleks dan globalisasi pun telah menembus segala aspek kehidupan manusia.

Asumsi masyarakat yang beranggapan bahwa tidak akan terjadi lagi masalah mengenai moral siswa di sekolah yang berbasis agama tersebut menjadikan peneliti mengambil lokasi penelitian di lokasi berbasis agama yakni di Madrasah


(17)

Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa guru di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung serta perolehan data kedisiplinan siswa, diketahuilah berbagai pelanggaran peraturan yang dibuat sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Pelanggaran Tata Tertib Siswa Kelas VIII Di Mts Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2012/2013.

No. Kelas Jumlah Siswa Catatan Poin

Laki-laki Perempuan

1. VIII A 11 22 7 siswa

2. VIII B 15 18 23 siswa

Jumlah 26 40 30 siswa

Sumber : Dokumentasi guru BK terhadap siswa kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa, siswa kelas VIII di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung seluruhnya berjumlah 66 siswa, 30 siswa dari 66 siswa tersebut memiliki catatan poin dari data buku kedisiplinan sekolah. Catatan poin tertinggi terdapat di kelas VIII B dengan jumlah 23 siswa sebagai bukti perilaku pelanggaran kedisiplinan siswa dalam peraturan yang ada di sekolah, dan pelanggaran tersebut disebabkan oleh degradasi moral yang telah dirasakan oleh pihak guru di sekolah. Berdasarkan besarnya tingkat poin pada kelas VIII B maka peneliti beranggapan perlu mengetahui apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi moral pada usia sekolah terutama di kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(18)

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti mengenai hal-hal apa sajakah yang berkaitan dengan besarnya jumlah siswa yang terdapat dalam catatan poin tersebut kepada ibu Artaty Ningsih, selaku wali kelas di kelas VIII A, ibu Anita Liza selaku wali kelas di kelas VIII B, dan ibu Lindawati, selaku guru bimbingan konseling di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung, ketiganya mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi karena banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa sebagai akibat dari berbagai pengaruh negatif diberbagai bidang yang menyebabkan timbulnya berbagai degradasi moral pada siswa di sekolah.

Ibu Artaty Ningsih selaku wali kelas di kelas VIII A mengungkapkan bahwa siswa di kelas VIII A pada umumnya menunjukkan perilaku yang baik, hanya saja ada beberapa siswa yang memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan aturan norma-norma yang seharusnya dan siswa tersebut telah tercatat dalam data kedisiplinan yang didokumentasikan oleh bagian bimbingan konseling sekolah sebanyak tujuh siswa dan lima dari tujuh siswa berasal dari orang tua yang berprofesi sebagai buruh dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Selama proses pembelajaran, siswa yang tercatat dalam data kedisiplinan tersebut seringkali tidak menghargai guru yang sedang mengajar dengan tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar dan berbicara yang tidak berkaitan dengan mata pelajaran, menguap dihadapan guru, serta tindakan lainnya yang merupakan sikap tidak menghormati guru. Permasalahan yang disebabkan oleh tujuan siswa yang tercatat dalam data kedisiplinan merupakan sikap yang tidak menunjukkan etika yang baik selama proses pembelajaran baik dalam berbahasa maupun bersikap, siswa kurang mampu mengontrol perilaku yang kurang baik dalam dirinya.


(19)

Begitupun seperti yang diungkapkan oleh ibu Anita Liza selaku wali kelas di kelas VIII B, bahwa seluruh siswa yang bermasalah memiliki latar belakang orang tua yang berprofesi sebagai buruh yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Permasalahan yang dihadapi ketika proses pembelajaran yang berlangsung disetiap kelas pada umumnya adalah sama, namun pada kelas VIII B pernah terjadi perkelahian antar siswa ketika proses pembelajaran berlangsung hanya karena saling menjahili, bersikap acuh dan tidak menghargai guru. Jumlah kuantitas kenakalan remaja di kelas VIII B lebih banyak dari kelas VIII A, karena merupakan kelas yang siswanya paling banyak tercatat dalam data poin di sekolah. Hal tersebut dikarenakan bukan hanya permasalahan selama proses pembelajaran saja, melainkan juga permasalahan yang terjadi di luar jam belajar mengajar. Jumlah dua puluh tiga siswa merupakan jumlah yang cukup besar, selain dikarenakan tidak adanya kedisiplinan dalam diri siswa sehingga siswa menunjukan etika yang kurang baik, berbagai perilaku dan cara berkomunikasi yang biasa siswa lakukan dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, menjadi contoh yang tidak baik ketika mereka terapkan di lingkungan sekolah.

Data kedisiplinan siswa di sekolah yang dikelola oleh ibu Lindawati selaku guru bimbingan konseling merupakan data yang dipergunakan untuk mengetahui jumlah perilaku siswa yang menyimpang di sekolah dan untuk dikenakan poin pada setiap pelanggarannya. Catatan poin tertinggi adalah terdapat pada siswa kelas VIII B. Ibu Lindawati mengungkapkan bahwa data tersebut ada dikarenakan perilaku siswa yang sering melanggar tata tertib sekolah. Bukan hanya itu saja, penyimpangan yang dilakukan siswa diakuinya sebagai contoh degradasi moral yang kian marak di kalangan pelajar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Contoh perilaku tersebut


(20)

diantaranya adalah dalam hal cara berpakaian siswa yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah, beberapa siswa dengan berpakaian yang sengaja diubah sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti trend masa kini, misalnya pada siswa perempuan pakaian press-body bukan baju kurung, rok tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Sedangkan siswa laki-laki juga mengubah cara berpakaiaannya dengan menjadikan celana panjang sekolah dalam bentuk “celana pensil” serta model rambut yang tidak selayaknya dikatakan sebagai pelajar, ditemui juga pada siswa laki-laki pemakaian aksesoris wanita dengan alasan mereka bermacam-macam salah satunya agar terlihat modis. Masalah degradasi moral pada usia pelajar lainnya yang telah ditemui, yakni perihal berbahasa atau berkomunikasi siswa di lingkungan sekolah dan sikap mereka yang kurang menunjukkan rasa hormat terhadap guru, seperti mematuhi perintah guru, berkelahi di kelas, tidak memperhatikan atau membuat gaduh kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini merupakan cermin dari lunturnya budaya-budaya bangsa yang seharusnya dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh generasi penerus bangsa.

Bahkan pernah terjadi di luar jam belajar mengajar, terdapat siswa kelas VIII yang bersikap tidak jujur di koperasi sekolah, sikap siswa yang tidak jujur di koperasi sekolah ini diketahui oleh pihak koperasi sekolah dan beberapa siswa lain karena siswa tersebut tidak membayar barang-barang koperasi yang diambil namun meminta uang kembali. Kemudian, ketika dilakukan razia handphone sebagai cara efektif dalam memantau peraturan tidak diizinkannya siswa untuk membawa

handphone ternyata masih ditemukan beberapa siswa membawa handphone yang setelah diperiksa, penggunaan teknologi tersebut penggunaannya disalahgunakan dan penyalahgunaan tersebut menjadikan terjadinya penyimpangan nilai moral


(21)

siswa dalam pergaulan sosialnya, yang pada masa lalu merupakan hal yang tabu apabila pergaulan tidak memperhatikan bagaimana nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan bagaimana nilai serta batasan batasan yang diatur dalam agama, padahal para siswa diberikan pengetahuan mengenai hal tersebut. Beberapa hari lalu juga terdapat siswa kelas VIII yang berkelahi dengan siswa kelas VII saat masih jam sekolah disebabkan masalah kecil, hal ini merupakan masalah yang besar disebabkan perkelahian tersebut melibatkan orang di luar masyarakat sekolah bahkan dengan membawa senjata tajam yang orang tersebut merupakan teman dari siswa yang bermasalah.

Hal ini merupakan suatu degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Tentunya hal tersebut memiliki beberapa faktor mengenai apa sajakah yang melatarbelakangi terjadinya masalah tersebut. Apabila hal ini dibiarkan tentu saja akan sangat merugikan diri siswa itu sendiri, pihak sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan serta bagi negara, karena usia pelajar adalah warga negara yang sedang dipersiapkan untuk pembangunan negara ke depan dengan memiliki karakter Pancasila. Penelitian ini termasuk dalam ranah kajian pendidikan nilai moral Pancasila.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam ke bentuk tulisan ilmiah (skripsi) mengenai Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(22)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Etika dalam proses pembelajaran.

2. Sikap disiplin siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah.

3. Kesantunan berbahasa dan bersikap siswa di lingkungan sekolah.

4. Pergaulan siswa di sekolah dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa dan nilai-nilai agama.

5. Partisipasi lingkungan keluarga dan masyarakat terhadap perkembangan moral siswa.

6. Kontrol diri siswa dalam membentengi diri dari pengaruh degradasi moral.

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah pada Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat Pengaruh Kontrol Diri terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?” Dan “Apakah terdapat Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap


(23)

Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013?”

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan :

1. Pengaruh kontrol diri terhadap degradasi moral pada usia sekolah.

2. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada usia sekolah.

1.6 Kegunaan Penelitian

1.6.1 Kegunaan Secara Teoritis

Secara teori penelitian ini berguna untuk menerapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila karena berkaitan dengan banyaknya penyimpangan moral pada anak remaja usia sekolah yang dilihat dari banyaknya catatan poin siswa di lingkungan sekolah yang cenderung menunjukkan sikap moral melanggar tata tertib ataupun yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

1.6.2 Kegunaan Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk memberikan informasi kepada : 1. Siswa

Penelitian ini berguna untuk membantu membangun karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa pada usia pelajar dari degradasi moral yang dengan berkembangnya zaman semakin meresahkan.


(24)

2. Sekolah

Penelitian ini berguna untuk mengoptimalkan peran lembaga pendidikan dalam membina dan mengawasi tingkah laku siswa. Hal ini dikarenakan selain merupakan tempat menimba ilmu pengetahuan, sekolah juga dituntut agar dapat mengembangkan bakat dan kecerdasan emosional siswa. Dengan kata lain, adalah agar sekolah dapat menjadi lapangan sosial bagi anak usia pelajar, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik.

3. Lingkungan di luar sekolah

Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi mengenai faktor penyebab semakin maraknya degradasi moral pada usia sekolah, yang dengan hal itu diharapkan mampu memberikan pemahaman agar ditemukannya solusi atas pemecahan masalahnya kepada lingkungan kehidupan siswa di luar sekolah, yakni lingkungan keluarga dan masyarakat.

1.7 Ruang lingkup

1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan pada wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila.


(25)

1.7.2 Ruang Lingkup Obyek

Ruang lingkup obyek dalam penelitian ini kontrol diri (X1), lingkungan keluarga (X2), dan degradasi moral (Y).

1.7.3 Ruang Lingkup Subyek

Ruang lingkup subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan siswa kelas VIII B di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.7.4 Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.7.5 Ruang Lingkup Waktu

Waktu dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai Penelitian.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1Deskripsi Teori 1.1.1 Konsep Moral

Kesantunan pribadi seseorang ditentukan oleh baik atau tidaknya moral dalam dirinya. Seseorang yang menjadikan moral sebagai salah satu ciri khas dalam kepribadiannya akan lebih dihargai dan dihormati oleh orang lain atau masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu, hubungan sosial seseorang yang bermoral akan lebih baik daripada seseorang yang tidak menjunjung moral dalam hidupnya.

Kata moral merupakan kata yang berasal dari bahasa latin „mores‟, mores sendiri berarti adat kebiasaan atau suatu cara hidup. Menurut Gunarsa (1986) dalam Asri Budiningsih (2004: 24), “moral pada dasarnya adalah suatu rangkaian nilai dari berbagai macam perilaku yang wajib dipatuhi”. Sedangkan menurut Shaffer dalam oleh Asri Budiningsih (2004: 24), “moral dapat diartikan sebagai kaidah norma dan pranata yang mampu mengatur perilaku individu dalam menjalani suatu hubungan dengan masyarakat”.

Dikemukakan oleh Suseno dalam Sigit Muryono (2011: 69), bahwa “kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi


(27)

kebaikannya sebagai manusia”. Sedangkan menurut Haricahyono dalam Sigit Muryono (2011: 69), bahwa “moral diartikan dengan adanya kesesuaian dengan ukuran baik buruknya suatu tingkah laku atau karakter yang telah diterima oleh masyarakat”.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa moral adalah suatu keyakinan tentang aturan-aturan atau ajaran-ajaran yang baik dan buruk, benar dan salah, layak atau tidak layak, patut atau tidak patut yang bersumber dari agama, nasihat orang tua atau orang bijak maupun lingkungan sosial dan mempengaruhi manusia dalam bertingkah laku sehari-hari yang juga merupakan rangkaian nilai dan pranata norma yang mampu mengatur perilaku individu dalam menjalani suatu hubungan dengan masyarakat dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia sesuai dengan ukuran baik buruknya suatu tingkah laku yang telah diterima oleh masyarakat.

1. Perkembangan Penalaran Moral

Kohlberg dalam Sigit Muryono (2011: 72) merumuskan proses perkembangan penalaran moral sebagai sebuah proses alih peran, yaitu proses perkembangan yang menuju ke arah struktur yang lebih komprehensif, lebih terdeferensiasi dan lebih seimbang dibandingkan dengan struktur sebelumnya. Kohlberg menguraikan proses perkembangan penalaran moral sebagai berikut :

1. Perkembangan penalaran moral terjadi secara bertahap, setiap tahap merupakan kemampuan alih peran orang lain dalam situasi sosial.


(28)

2. Dalam proses perkembangan penalaran moral lingkungan sekolah mempunyai peran, yaitu memberi kesempatan alih peran.

3. Dalam proses ini individu bersifat aktif, yaitu aktif menyusun struktur persepsinya tentang lingkungannya.

4. Tahap-tahap penalaran moral dan perkembangannya adalah hasil interaksi anatara struktur persepsi individu dengan struktur gejala lingkungan yang ada.

5. Dalam interaksi itu terjadi bentuk-bentuk keseimbangan yang berurutan.

6. Keseimbangan itu disebut sebagai tingkat keadilan.

7. Jika ada perubahan struktur gejala-gejala baik dalam diri individu maupun dalam lingkungan, maka terjadi ketidakseimbangan.

8. Situasi ketidaksimbangan ini memerlukan perubahan struktur keadilan yang baru ke tingkat penyesuaian yang optimal atau tingkat penalaran moral yang lebih tinggi.

2. Unsur-unsur Moralitas

Kualitas norma moral telah ditentukan oleh beberapa unsur pokok, yaitu kebebasan, tanggung jawab dan suara hati. Semakin tinggi derajat kebebasan, tanggung jawab, dan kemurnian suara hatinya, semakin baik kualitas moral yang bersangkutan.

1. Kebebasan

Kebebasan merupakan unsur penting dalam norma moral. Hal ini sangat esensial mengingat norma moral itu adalah yang otonom. Jadi selalu ada pilihan (alternative) bagi manusia untuk bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya. Adapun kebebasan manusia itu dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:

a . Kebebasan Sosial b . Kebebasan Eksistensial

Kebebasan sosial adalah kebebasan yang diterima dari orang lain (sesama manusia), yang berarti bersifat heteronom. Kebebasan


(29)

eksistensial merupakan adanya suatu kemampuan manusia untuk menentukan sikap dan perilaku dirinya sendiri yang berarti bersifat otonom. Kebebasan sosial dapat dibatasi oleh keterbatasan fisik, keterbatasan psikis dan adanya pemerintah/ larangan (normatif).

2. Tanggung Jawab

Kebebasan memberikan pilihan bagi manusia untuk bersikap dan berperilaku. Pertimbangan moral, baru akan mempunyai arti apabila manusia tersebut mampu dan mau bertanggung jawab atas pilihan yang dibuatnya. Pertimbangan-pertimbangan moral hanya mungkin ditujukan bagi orang yang dapat dan mau bertanggung jawab. Itulah sebabnya kita tidak pernah meminta pertanggungjawaban atas sikap dan perilaku orang gila atau anak di bawah umur, sekalipun kita mengetahui menurut moralitas kita yang wajar, sikap dan perilaku orang itu tidak dapat diterima. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesediaan dasariah untuk melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Kewajiban merupakan beban yang harus dilaksanakan. Pengertian beban disini tentu dalam arti luas, tidak selalu berkonotasi tidak menyenangkan. Setiap bentuk tanggung jawab senantiasa menuntut pertanggungjawaban apabila perbuatan itu sudah selesai dilakukan. Pertanggungjawaban ini adalah suatu tindakan memberikan penjelasan yang dapat dibenarkan baik secara moral maupun secara hukum. Hal inilah yang disebut dengan akuntabilitas.


(30)

3. Suara hati

Suara hati sering kali disebut dengan hati nurani yaitu pengetahuan intuitif tentang prinsip-prinsip moral. Hati nurani berasal langsung dari Tuhan dan oleh karena itu tidak mungkin keliru. Apabila manusia menghadapi situasi konkret yang mengharuskannya memilih sikap-sikap moral tertentu, maka yang hadir pada saat itu adalah suara hati. Suara hati memang suara kejujuran, tetapi tidak identik dengan hakikat kebenaran itu sendiri. Artinya suara hati mungkin saja salah, tetapi kesalahan suara hati itu karena ketidaktahuan si pemilik suara hati itu, bukan karena ia sengaja berbuat salah. Tiga lembaga normatif yang mengajukan norma-norma (dalam arti yang lebih abstrak berupa nilai-nilai) mereka kepada kita. Pertama, adalah masyarakat, termasuk pemerintah, guru, orang tua, teman sebaya, dan pemuka agama. Lembaga normatif tersebut baik secara implisit maupun eksplisit, akan menyatakan apa yang baik dan tidak baik menurut mereka. Kedua, adalah ideologi termasuk agama didalamnya. Kode etik profesi juga ada dalam kategori lembaga normatif kedua ini. Ketiga, adalah superego pribadi. Seperti perasaan malu pada diri seseorang apabila yang bersangkutan melakukan suatu perilaku tidak terpuji.

Dalam moral, selain terdapat unsur-unsur pokok ada pula dalam menilai apakah suatu perbuatan baik atau buruk, benar atau salah, ada standar tertentu, yang kita kenal dengan norma moral. Norma adalah aturan atau kaidah yang kita pakai sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu. Norma moral merupakan aturan atau kaidah yang menentukan apakah perilaku


(31)

kita baik atau buruk dari sudut etnis. Empat alasan yang kuat, mengapa mempelajari norma moral dan etika sangat penting, yaitu:

1 . Umat manusia dalam mengambil berbagai keputusan, disitu ada cara yang benar atau salah dalam berbuat sesuatu.

2 . Agar bisa menikmati kehidupan sosial yang teratur, manusia memerlukan kesepakatan pemahaman, prinsip dan berbagai ketentuan prosedur yang menyangkut pola perilaku.

3 . Karena dinamika kehidupan manusia dengan segala konsekuensinya, maka perlu berperilaku berdasarkan norma-norma yang ada dalam sistem etika yang berlaku, yang diwarisi maupun yang berlaku sekarang, perlu dianalisis, ditinjau.

3. Konsep Degradasi Moral

Degradasi dimaknai sebagai penurunan derajat, pangkat, kedudukan. Degradasi adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di muka bumi. “Degradasi adalah penurunan mutu atau kemerosotan kedudukan”. (Daryanto). Degradasi ini dimaksudkan sebagai penurunan kualitas maupun perusakan moral (demoralisasi). Immanuel Kant berpendapat, “moralitas adalah hal keyakinan dan sikap batin dan bukan hal sekedar penyesuaian aturan dari luar, entah itu aturan hukum negara, agama atau adat istiadat”. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedang hukum itu sendiri tertulis dalam


(32)

hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati didasari sebagai kewajiban mutlak.

Robert J. Havighurst dalam Sholeh (2005: 104), moral yang bersumber dari adanya suatu tata nilai yakni a value is an o byecte state or affair wichis desired (suatu obyek rohani atas suatu keadaan yang di inginkan). Maka kondisi atau potensi internal kejiwaan seseorang untuk dapat melakukan hal-hal yang baik, sesuai dengan nilai-nilai value yang diinginkan itu.

(http://id.shvoong.com/social-sciences/2238661/pengertian-pendidikan-moral.html)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa degradasi moral adalah turunnya kesadaran bertingkah laku sesuai dengan aturan yang berlaku sebagai akibat dari kurangnya kesadaran taat kepada hukum, sedang hukum itu sendiri tertulis di dalam hati manusia.

a. Pembentuk Moral pada Usia Sekolah

1. Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

Keluarga adalah sebuah unit sosial terkecil, walau dikatakan sebagai unit sosial terkecil, namun unit ini memegang peran yang sangat vital dalam pembentukan karakter seorang siswa. Lingkungan sekolah dan masyarakat merupakan faktor lain yang senantiasa mengiringi kehidupan setiap manusia, di mana lingkungan sekolah dan masyarakat dapat menciptakan manusia bermanfaat atau justru manusia sia-sia. Pembentukan karakter yang baik atau buruk dalam keluarga, sekolah maupun lingkungan akan berimplikasi pada kehidupan moral seseorang. Maka sudah seharusnya setiap pranata sosial tersebut mampu mengembangkan


(33)

konsep-konsep positif dalam cara pandang ataupun berperilaku siswa yang nantinya akan diaktualisasikannya.

2. Gaya hidup

Gaya hidup sebagian besar siswa yang kian hari kian jauh dari nilai-nilai agama dan sosial, kini menjerumuskan diri mereka ke dalam lubang sekulerisme, hedonisme, pragmatisme dan konsumerisme yang kemudian melahirkan sikap-sikap dan konsep-konsep hidup yang tak agamis dan sosialis lagi. Di mana implikasi ini menjadi salah satu tonggak makin maraknya kebobrokan moral siswa. Selain karena longgarnya pegangan terhadap agama, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat ada banyak faktor lain yang membentuk degradasi karakter pada usia sekolah tersebut.

(nurmacievibeer.blogspot.com/2012/04/degradasi-moral.html)

b. Faktor yang mempengaruhi degradasi moral

Moral remaja dari tahun ketahun terus mengalami penurunan kualitas atau degradasi. Dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, cara berpakaian dan lain-lain. Degradasi moral ini seakan luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

Menurut Thomas Lickona ada 10 tanda-tanda Degradasi moral yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa, diantaranya adalah : meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang


(34)

memburuk, pengaruh peergroup (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas (minimal pergaulan yang sudah tidak memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa), kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. (akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan-karakter)

Dalam membentengi diri dari degradasi moral diperlukanlah karakter diri yang baik dari individu. Lickona dalam Masnur Muslich (2011: 133) menekankan ada tiga komponen karakter yang baik, yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral (yaitu, kesadaran serta pengetahuan nilai-nilai moral), moral feeling atau perasaan tentang moral (yaitu, aspek yang harus ditanamkan kepada anak, yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai prinsip-prinsip moral), dan moral action atau perbuatan moral (yaitu, bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata). Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai kebaikan.

Berikut adalah dua faktor yang berkaitan dengan degradasi moral yang terjadi pada anak usia sekolah yaitu faktor internal dan fakor eksternal. Faktor internal yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan moral anak pada usia sekolah yaitu kontrol diri. Golfried dan


(35)

Merbaum dikutip oleh Sigit Muryono (2009: 125) mendefinisikan “kontrol diri sebagai proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur dalam mengarahkan bentuk-bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif”. Hurlock (1978) mengatakan bahwa “kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan diri dalam dirinya”. Individu yang tidak dapat mengontrol dirinya dengan baik akan mudah terpengaruh dan mengalami degradasi dalam sikap moralnya, contohnya menjadi generasi yang instan, suka memburu tren negatif, konsumerisme, hedonisme, bahkan sampai kepada hilangnya jiwa perjuangan dan pengabdian terhadap bangsanya. Maka, diperlukanlah keseimbangan dan kemampuan dalam mengontrol diri dengan baik sehingga dapat menjadikan individu mampu mengendalikan situasi, mengendalikan dampak tekanan psikologi, dan memungkinkan individu dapat mengambil keputusan yang benar atas berbagai pengalaman dan permasalahan yang dialaminya.

(http://rdrizaldimtp.blogspot.com/2013/01/model-pembelajaran-pengendalian-diri.html)

Menurut Averill dalam Sigit Muryono (2009: 126) ada tiga aspek dalam kontrol diri yaitu :

a. Kontrol Perilaku, yaitu kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan, menentukan siapa yang mengendalikan situasi.

b. Kontrol Kognitif, yaitu kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai dan memadukan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis untuk mengatasi tekanan, sehingga seseorang dapat


(36)

mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

c. Kontrol dalam mengambil keputusan, yaitu kemampuan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini dan disetujui.

Selain faktor internal tersebut, ada pula faktor eksternal yang mempengaruhi degradasi moral anak pada usia sekolah. Faktor eksternal utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja usia sekolah ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang. Virus globalisasi terus menggerogoti bangsa ini. Sayangnya individu atau dalam hal ini dikhususkan pada anak usia sekolah seakan tidak sadar, namun malah mengikutinya. Terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidakseimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak. Pertama kemajuan teknologi, dampak globalisasi teknologi memang dapat memberikan dampak positif tetapi tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hal ini juga dapat berdampak negatif bagi kerusakan moral. Perkembangan internet dan ponsel berteknologi tinggi terkadang dampaknya sangat berbahaya bila tidak digunakan oleh orang yang tepat. Misalnya, video porno yang semakin mudah diakses di ponsel dengan internet. Hal yang patut kita acungi jempol terlihat dikalangan pakar-pakar internet yang peduli moral bangsa semakin canggih pula membuat mesin untuk membantu usahanya dalam pemblokiran situs-situs porno.


(37)

Kedua, pengaruh lingkungan. Dalam hal ini, lingkungan terbagi menjadi tiga, berupa kebiasaan keluarga, perilaku teman sebaya, budaya masyarakat. Lingkungan yang pertama adalah keluarga, menurut Baharuddin dalam Sigit Muryono (2011: 131) bahwa dalam pandangan psikologi Islam manusia selalu dalam proses berhubungan dengan alam, manusia dan Tuhan, ketiga hal tersebut turut memberikan andil dalam membentuk tingkah laku manusia, salah satu lingkungan sosial yang sering berhubungan dengan anak dari masa kecil sampai remaja adalah lingkungan keluarga. Keluarga merupakan komponen utama yang menjadi mendukung utama dari pembentukan moral anak, sehingga kebiasaan yang ada dalam lingkungan keluarga akan menjadi dasar pembentukan moral yang dimiliki oleh sang anak. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan kepribadian dan perilaku moral anak sangat besar artinya, terutama orang tua sebagai pembina pribadi yang pertama, sikap dan cara hidupnya merupakan pendidikan tidak langsung yang akan tertanam dalam diri anak sebagai pembentukan kepribadian serta akan dicontoh dalam sikap moralnya.

Pengaruh lingkungan yang kedua berasal dari bagaimana perilaku teman sebaya siswa, baik teman di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Teman sebaya memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi perilaku moral anak pada usia sekolah, karena pada usia ini siswa memiliki keingintahuan yang cukup tinggi sehingga berani untuk mencontoh dan mencoba akan hal-hal yang baru diketahuinya termasuk bagaimanapun bentuk perilaku teman sebanyanya.


(38)

Ketiga pengaruh lingkungan masyarakat, baik itu masyarakat disekitar siswa maupun disekitar sekolah. Dukungan dari budaya masyarakat tidak kalah penting bagi terwujudnya masyarakat sekolah yang bermoral tinggi. Budaya masyarakat yang tidak sehat, tidak agamis maupun rendah tingkat pendidikannya akan sangat berpengaruh bagi sikap moral anak dan juga kemajuan sekolah dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang tidak hanya dalam hal akademis, melainkan juga dalam hal keimanan siswa yang nantinya akan membantu pembentukan karakter dan moral yang baik bagi pribadi anak usia sekolah tersebut.

Sehingga, untuk menanggulangi berbagai hal di atas, perlu untuk menjadi perhatian para pendidik agar menjadi seorang pendidik yang seharusnya memang tidak hanya selalu dipandang dari segi kualitas intelektual tetapi moral yang baik itulah yang harus ditonjolkan. Peran lembaga keagamaan bisa dimanfaatkan sebagai pengontrol. Adanya pelatihan keagamaan di sekolah juga dapat mendukung terciptanya peningkatan iman. Sebagai manusia, orang-orang dewasa memang tidak bisa selamanya bersikap benar, adakalanya khilaf pun menghantu. Tetapi hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk pantas putus harapan.

Kaum remaja dalam mencari identitas diri mudah sekali terpengaruh. "Tayangan televisi dan film kekerasan, penayangan media massa tentang tawuran dan demo yang tidak disensor atau menunjukkan kebrutalan, pergaulan antar sesama siswa ataupun terhadap guru yang


(39)

tayang dalam bentuk film-film hiburan remaja usia sekolah juga menjadi contoh bagi perilaku mereka, kurikulum pendidikan cara belajar siswa aktif yang membuat banyak remaja pada usia sekolah tidak mampu mengikutinya, sehingga menjadi frustasi dan mencari sensasi diri. Nilai-nilai kebenaran dan hakikat hidup terkait budi pekerti tidak lagi diajarkan secara aktif dan efektif. Hilangnya pola panutan atau idola bagi remaja. Remaja hanya mengidola pada penyanyi dan grup band, mereka kehilangan kepercayaan pada pemimpin, politisi, penegak hukum, tokoh, dosen, guru maupun orang tuanya sendiri.

c. Faktor pendukung degradasi moral anak bangsa

Berikut ini merupakan beberapa hal yang menjadi faktor pendukung degradasi moral anak di dalam kesehariannya :

1. Pengaruh permasalahan keluarga

2. Ekspresi ketidakpedulian orang tua kepada anak 3. Terlalu dimanjakan orang tua

4. Selalu dilindungi atau dibela oleh orang tua apapun tindakan si anak 5. Masyarakat tidak peduli terhadap tingkah laku anak-anak contoh :

anak bertingkah tidak hormat kepada orang lain dibiarkan.

6. Budaya masyarakat yang tidak mendidik contoh : pada saat ada pertunjukan di masyarakat (dalam acara hajatan) dengan tidak segan-segannya masyarakat (para orang tua) minum-minuman keras dan bermain judi di depan anak-anak


(40)

7. Perkembangan teknologi (Handphone, Media televisi, Internet, media massa, dan lain-lain)

8. Berbagai tayangan televisi yang tidak mendidik 9. Tuntutan aktualisasi diri yang menyimpang

10. Tidak ada kepedulian guru untuk mendidik mental anak

(http://nurmacievibeer.blogspot.com/2012/04/degradasi-moral.html)

d. Dampak Degradasi Moral

Berikut ini adalah dampak yang akan terjadi ketika di suatu lingkungan terjadi degradasi moral :

1. Penggunaan kata-kata yang memburuk

2. Pengaruh peergroup (rekan kelompok) yang kuat mempengaruhi perilaku buruk

3. Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas 4. Kaburnya batasan moral baik-buruk

5. Menurunnya etos kerja

6. Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru

7. Rendahnya rasa tanggung jawab indvidu dan warga negara 8. Membudayanya ketidakjujuran

9. Adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. (nurmacievibeer.blogspot.com/2012/04/degradasi-moral.html)


(41)

1.1.2 Konsep Usia Sekolah/ Remaja

Manusia pada usia sekolah biasa terjadi pada usia remaja atau biasa disebut dengan adolescene. Remaja pada umumnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis yang merupakan suatu proses adanya perubahan dalam dirinya dari masa kanak-kanak menuju proses dewasa. Perubahan tersebut ada yang dapat diukur dan ada yang tidak dapat diukur. Perubahan yang dapat diukur adalah perubahan dari biologisnya, sedangkan yang tidak dapat diukur lebih mengacu pada perubahan karakteristik yang khas dari gejala-gejala psikologis ke arah yang lebih maju.

Menurut Santrock (2003: 26) bahwa “adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescene sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (M. Ali dan M. Asrori, 2004: 19).

Neidahart (dalam Hurlock, 1990) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (dalam Hurlock, 1990 ) bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri.


(42)

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapatlah diketahui bahwa remaja pada usia sekolah merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

1. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja

Robert J. Havighust dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori (2004: 164) mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah berusaha :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua


(43)

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

Tugas-tugas perkembangan remaja mempunyai tiga tujuan yang bermanfaat untuk individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut :

a. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia-usia tertentu.

b. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.

c. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat perkembangan berikutnya.

2. Karakteristik Umum Perkembangan Remaja

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (Biscof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut.


(44)

a. Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme, angan-angan, atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa depan. Namun, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. Tarik menarik antara angan-angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum memadai mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Remaja sesungguhnya belum begitu berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Pertentangan yang sering terjadi itu akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.

c. Menghayal

Hayalan yang sering terjadi pada remaja putera biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karir, sedang remaja puteri lebih menghayalkan romantik hidup. Hayalan ini tidak selamanya bersifat negatif. Sebab hayalan ini kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.


(45)

d. Aktivitas Berkelompok

Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya dari berbagai macam keinginan setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiataan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama.

e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal ini juga didorong oleh keinginan seperti orang dewasa yang menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Oleh karena itu, yang harus dilakukan orang dewasa kepada remaja adalah memberikan bimbingan dan penyaluran yang baik agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif.

(www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisi)

2.2 Kerangka Pikir

Perkembangan globalisasi merupakan suatu hal yang sedikit banyak telah merubah bentuk pola kehidupan masyarakat didalam berbagai bidang, tak terkecuali bagi golongan remaja yang berada pada usia sekolah. Berbagai pengaruhnya terkadang tak dapat dihindari oleh mereka, selain membawa manfaat tak jarang hal ini menimbulkan banyak sisi-sisi negatif bagi perkembangan remaja pada usia sekolah tersebut. Remaja usia sekolah kini telah mengalami multikrisis yang dimensional, bukan mengenai intelektual melainkan krisis nilai-nilai moral yang semakin jauh


(46)

dari kepribadian bangsa, inilah yang menjadikan semakin maraknya degradasi moral pada siswa atau remaja diusia sekolah.

Faktor utama yang mempengaruhi degradasi moral siswa adalah faktor kontrol diri dalam siswa tersebut. Kontrol diri merupakan proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur dalam mengarahkan bentuk-bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif, karena kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan keinginan dalam dirinya yang kemudian menjadikan individu dapat mengambil tindakan atau keputusan dalam menghadapi permasalahannya. Pentingnya kontrol diri bagi siswa, juga didasari oleh fenomena bahwa masa remaja seringkali dikenal sebagai masa pencarian jati diri.

Tak kalah penting, faktor lingkungan keluarga turut serta dalam perkembangan sikap moral siswa. Kebiasaan dalam lingkungan keluarga yang baik akan menjadi pendukung utama dan menjadi dasar pembentukan moral siswa yang baik. Begitupula sebaliknya, lingkungan keluarga yang memiliki kebiasaan kurang baik, pendidikan yang rendah, ataupun tidak adanya pemahaman akan pentingnya kesadaran moral yang baik akan menjadi contoh-contoh yang kurang baik pula yang tertanam dalam diri anak pada usia sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian-uraian mengenai faktor kontrol diri dan lingkungan keluarga yang berpengaruh pada degradasi moral siswa tersebut, untuk lebih jelasnya maka penulis menyajikan diagram kerangka pikir sebagai berikut :


(47)

Paradigma Penelitian

Variabel (X) Variabel (Y)

Gambar 1 : Paradigma Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah 1. Ada Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di

Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

2. Ada Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013

Kontrol Diri (X 1) 1. Mengendalikan Emosi

2. Mengambil Keputusan Degradasi Moral

1. Sikap disiplin.

2. Kesantunan berbahasa. 3. Kesadaran melestarikan

nilai-nilai budaya bangsa. 4. Kesadaran menjalankan

perintah agama. Lingkungan Keluarga (X 2)

1. Membimbing


(48)

III. METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena penelitian ini mengkaji tentang Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Menurut Nawawi (2001: 63) “Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melahirkan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain)”. Metode penelitian ini bertujuan menjelaskan Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di Kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung.

3.2 Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian pada hakikatnya merupakan suatu persiapan yang bersifat sistematis dengan tujuan agar penelitian dapat berjalan sesuai rencana, dalam langkah penelitian dan penulisan skripsi ini penulis melakukan kegiatan melalui langkah-langkah penelitian sebagai berikut :


(49)

1.2.1 Persiapan Penelitian

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis mengajukan judul penelitian kepada dosen pembimbing akademik dan Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Lampung, pilihan judul pertama yang kemudian disetujui pada tanggal 8 November 2012 dan sekaligus ditentukan dosen Pembimbing Utama dan dosen Pembimbing Pembantu.

1.2.2 Penelitian Pendahuluan

Setelah judul penelitian disetujui oleh pembimbing akademik dan ketua program studi PPKn, dan peneliti mendapatkan izin penelitian pendahuluan dari dekan FKIP pada 20 November 2012 dengan No.7444/UN.26/3/PL/2012, maka penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan ke MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang.

Adapun maksud dari penelitian pendahuluan ini adalah untuk mengetahui lokasi dan keadaan tempat penelitian, memperoleh data, serta memperoleh gambaran secara umum tentang berbagai hal yang akan diteliti dalam menyusun proposal penelitian ini yaitu Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral pada Usia Sekolah di MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(50)

1.2.3 Pengajuan Rencana Penelitian

Rencana penelitian dilakukan melalui proses konsultasi sebagai salah satu prosedur dalam memperoleh persetujuan untuk melaksanakan persetujuan proposal. Melalui beberapa perbaikan, proposal akhirnya disetujui oleh Pembimbing II (pembantu) pada tanggal 31 Januari 2013 dan Pembimbing I (utama) pada tanggal 05 Februari 2013, lalu seminar proposal pada tanggal 13 Februari 2013. Adapun tujuan diadakan seminar tersebut adalah untuk memperoleh masukan, saran, dan kritik, demi kesempurnaan skripsi ini. Setelah mengadakan seminar, penulis melakukan perbaikan sesuai dengan masukan, saran dan kritik dari dosen pembahas. Kemudian penulis mengajukan pengesahan komisi Pembimbing I (Utama) dan Pembimbing II (Pembantu) yang disetujui oleh Ketua Program Studi PPKn, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan selanjutnya disahkan oleh Dekan FKIP Universitas Lampung.

1.2.4 Pelaksanaan Penelitian

Tahap berikutnya dalam penulisan skripsi ini yaitu penulis melakukan kegiatan penelitian langsung di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang dengan izin penelitian yang dikeluarkan oleh Pembantu Dekan I pada tanggal 18 Maret 2013 dengan No.1953/UN26/3/PL/2013 dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melalui beberapa tahap.


(51)

1.3 Populasi dan Sampel 1.3.1 Populasi

Populasi merupakan subjek yang berada dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah populasi penelitian.

Tabel 2. Jumlah Populasi Penelitian Siswa Di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung

No. Kelas Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. VIII A 11 22 33

2. VIII B 15 18 33

Jumlah 26 30 66

Sumber : Bagian Tata Usaha MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung

1.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 131) “menyatakan apabila subyek kurang dari 100 (seratus) lebih baik diambil semua, sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20-25% atau lebih” tergantung setidak-tidaknya dari :


(52)

a. Kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.

c. Besar kecil resiko yang ditanggung oleh si peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar tentu saja sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik.

Dengan memperhatikan keadaan populasi yang kurang dari 100, maka sampel dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi yang ada.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling random proporsional (proportionate stratified random sampling). Di mana pengambilan sampel dalam teknik ini dilakukan secara random yang mewakili setiap unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang paling kecil dapat memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi. Untuk lebih jelasnya mengenai pengambilan sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(53)

Tabel 3. Jumlah alokasi sampel penelitian di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung

No. Kelas Jumlah Siswa Catatan Point

Laki-laki Perempuan

1. VIII A 11 22 7 siswa

2. VIII B 15 18 23 siswa

Jumlah 26 40 30 siswa

Sumber : Bagian tata usaha dan Bimbingan Konseling MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung

1.4 Variabel Penelitian

1.4.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kontrol Diri (X1) dan Lingkungan Keluarga (X2).

1.4.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang.

1.5 Definisi Konseptual dan Operasional 1.5.1 Definisi Konseptual

1. Kontrol Diri (X1)

Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan diri dalam dirinya. Kontrol diri adalah proses yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur dalam mengarahkan bentuk-bentuk perilaku


(54)

yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Keseimbangan diri dalam mengontrol diri dapat berpengaruh pada perilaku moral remaja. Kontrol diri yang baik dalam diri individu akan menjadikannya mampu mengendalikan situasi, mengendalikan dampak tekanan psikologi, dan memungkinkan individu dapat mengambil keputusan yang benar atas berbagai pengalaman dan permasalahan yang dialaminya. Hal ini akan sangat mendukung untuk membentengi diri para remaja dari semakin meningkatnya degradasi moral pada usia sekolah.

2. Lingkungan Keluarga (X2)

Lingkungan keluarga merupakan pendidikan pertama yang diterima oleh anak dan lingkungan sosial pertama anak dalam berinteraksi, sehingga pengaruh dari lingkungan keluarga terhadap pembentukan kepribadian dan moral anak sangat besar artinya. Kebiasaan dalam lingkungan keluarga akan menjadi dasar pembentukan moral anak. Kepribadian anggota keluarga, sikap dan cara hidupnya merupakan unsur pendidikan secara tidak langsung, yang dengan sendirinya akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian moral anak usia sekolah. Sehingga diperlukan lingkungan keluarga yang baik agar dapat menjadi pendukung yang baik dalam membentengi dan mengatasi degradasi moral anak pada usia sekolah.


(55)

3. Degradasi Moral

Degradasi adalah penurunan mutu atau kemerosotan kedudukan. Degradasi dimaknai penurunan derajat, pangkat, kedudukan. Degradasi adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di muka bumi. Artinya degradasi disini dimaksudkan penurunan kualitas maupun perusakan moral yang seringkali terjadi pada usia sekolah, yaitu pada terjadinya perubahan baik fisik maupun psikologis pada diri manusia terutama pada usia sekolah yang menjadi awal terjadinya suatu perubahan tersebut.

1.5.2 Definisi Operasional 1. Faktor Kontrol Diri

Kontrol diri dalam penelitian ini dapat diamati berdasarkan pengendalian emosi siswa dalam menyelesaikan masalahnya dan cara siswa mengambil suatu keputusan apabila siswa tersebut dihadapkan pada pilihan yang sulit.

2. Faktor Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga dalam penelitian ini dapat diamati berdasarkan pola asuh orang tua dalam membimbing dan memberikan perhatian kepada siswa yang tercermin dalam sikap siswa di dalam lingkungan sekolah.


(56)

3. Degradasi Moral Pada Usia Sekolah

Aplikasi dari degradasi moral pada usia sekolah dalam penelitian ini dilihat dari contoh sikap-sikap siswa dalam teraplikasikan dalam lingkungan sekolah yang telah mengalami penurunan dari masa ke masa. Sikap siswa yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur. Menurunnya karakter pelajar yang dituntut berkarakter religious, jujur, toleransi, disiplin, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, peduli lingkungan; dan tanggung jawab semakin memudar disebabkan permasalahan yang timbul di negara ini yang semakin kompleks.

1.6 Teknik Pengumpulan Data 1.6.1 Angket

Peneliti menggunakan teknik angket dalam teknik pengumpulan data. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data atau informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi moral siswa pada usia sekolah di VIII Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup.

Angket yang dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda yang bersifat tertutup sehingga item memiliki alternative kemungkinan jawaban a, b, dan c yang masing-masing diberi :

1. Untuk jawaban (a) diberikan skor 3 2. Untuk jawaban (b) diberikan skor 2


(57)

3. Untuk jawaban (c) diberikan skor 1

Di mana :

a. Skor 3 untuk jawaban yang sesuai dengan harapan

b. Skor 2 untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapan c. Skor 1 untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapan

1.6.2 Wawancara

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara yakni merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui angket. Untuk memperoleh informasi penulis bertatap muka langsung dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada guru dan siswa setempat bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi moral pada usia pelajar serta data lain untuk menemukan inti persoalan yang diteliti.

Teknik wawancara ini dilakukan peneliti kepada pihak dewan guru di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung serta siswa-siswi kelas VIII di Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama Tanjungkarang Bandar Lampung.

1.6.3 Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi, yakni dengan cara mencatat serta mengumpulkan data yang diambil dari


(58)

buku-buku, dokumentasi gambar, catatan-catatan, arsip-arsip, hasil observasi penduduk yang ada hubungannya dengan masalah penelitian.

1.7 . Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1.7.1 Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan validitas item soal yang diadakan melalui kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang dipakai. Validitas yang digunakan yaitu logical validity dengan cara judment yaitu dengan cara mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing. Berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing tersebut dilakukan revisi atau perbaikan sesuai dengan keperluan dari penelitian.

1.7.2 Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliabilitas apabila tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang dapat cukup baik dan dipercaya dari alat pengumpul data. Uji reliabilitas angket dapat ditempuh dengan:

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden.

2. Uji coba menggunakan teknik pengelompokkan dalam item ganjil dan item genap.


(59)

  

 

 

                   

N y Y N x x N y x r XY XY 2 2 2 2 Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan y

xy = Product dari gejala x dan y

N = Jumlah populasi

(Sutrisno Hadi,1989:318).

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh quisioner digunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

 

gg gg xy r r r   1 2 Keterangan:

rxy = koefisien reliabilitas seluruh item

rgg = koefisien korelasi item ganjil dan genap

(Sutrisno Hadi,1981:37).

5. Hasil analisa kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas, dengan kriteria sebagai berikut:


(60)

0,90 – 1,00 = reliabilitas Tinggi

0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang

0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah

(Manasse Malo dkk, 1985: 139)

1.8 Pelaksanaan Uji Coba Angket 1.8.1 Analisis Validitas Angket

Cara mengetahui validitas angket, peneliti melakukan konsultasi dengan dosen yang ahli dalam penelitian di lingkungan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, khususnya dengan dosen Pembimbing I dan Pembimbing II. Setelah dinyatakan valid maka angket tersebut dapat digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini.

1.8.2 Analisis Reliabilitas Angket

Sebuah alat ukur akan dapat dinyatakan baik apabila mempunyai reliabilitas yang baik pula, yaitu ketepatan suatu alat ukur. Hal ini dimaksudkan bahwa ketepatan alat ukur ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan layak tidaknya suatu alat ukur untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk mengetahui reliabilitas angket yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti mengadakan uji coba angket kepada 10 orang di luar responden. Pengolahan data tentang uji coba angket ini digunakan rumus

Product Moment, yang kemudian dilanjutkan dengan rumus Spearman Brown.


(61)

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam upaya untuk menguji reliabilitas angket dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Mengadakan uji coba angket kepada 10 orang responden di MTs

Nahdlatul Ulama Tanjungkarang di luar responden sebenarnya.

2) Dari hasil uji coba angket tersebut dikelompokkan ke dalam item ganjil dan item genap, dimana hasil uji coba angket tersebut akan kita lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Ganjil (X)

Sumber : Data analisis uji coba angket tahun 2013

Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui X = 235 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada sepuluh orang di luar responden dengan indikator item ganjil. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitan.

No Nomor Item Ganjil Skor

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

1 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 24

2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 24

3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 24

4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 21

5 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 24

6 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 24

7 2 2 2 3 3 1 3 2 1 2 21

8 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 27

9 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 22

10 1 3 3 3 3 2 3 3 1 2 24


(62)

Tabel 5. Hasil Uji Coba Angket Kepada Sepuluh Orang Responden Di Luar Sampel Untuk Item Genap (Y)

No Nomor Item Genap Skor

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 2 1 3 3 3 3 3 3 2 3 26

2 2 1 3 3 3 2 2 1 3 2 22

3 2 1 3 3 3 3 3 1 3 1 23

4 2 1 3 3 3 2 2 2 2 3 23

5 2 1 3 3 3 3 2 3 2 2 24

6 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 26

7 2 1 3 3 3 3 3 3 2 3 26

8 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 25

9 2 1 3 3 3 3 3 1 3 1 23

10 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 25

∑ Y 241

Sumber : Data analisis uji coba angket tahun 2013

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui ∑ Y = 241 yang merupakan hasil penjumlahan hasil skor uji coba angket kepada sepuluh orang di luar responden dengan indikator item genap. Hasil penjumlahan ini akan dipakai dalam tabel kerja hasil uji coba angket antara item ganjil (X) dengan genap (Y) untuk mengetahui besar reliabilitas kevalidan instrumen penelitan.


(63)

Tabel 6. Distribusi antara item ganjil (X) dengan item genap (Y) mengenai Pengaruh Kontrol Diri dan Lingkungan Keluarga Terhadap Degradasi Moral Pada Usia Sekolah di MTs Nahdlatul Ulama Tanjungkarang.

No X Y XY

1 24 26 576 676 624

2 24 22 576 484 528

3 24 23 576 529 552

4 21 23 441 529 483

5 24 24 576 576 576

6 24 26 574 676 624

7 21 26 441 676 546

8 27 25 729 625 675

9 22 23 484 529 506

10 24 25 576 625 600

Jumlah 235 241 5549 5925 5714

Sumber : Data analisis uji coba angket tahun 2013 Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat diketahui: X = 235

Y = 241 X2 = 5549 Y2 = 5925 XY = 5714

Tabel 6 di atas merupakan hasil dari penggabungan hasil skor uji coba angket kepada 10 orang di luar responden dengan indikator item ganjil (X) dengan item genap (Y). Hasil keseluruhan dari tabel kerja uji coba angket antara item ganjil (X) dan item genap (Y) akan dikorelasikan menggunakan rumus

Product Moment guna mengetahui besarnya koefisien korelasi instrumen penelitian.


(1)

N = Jumlah responden

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh maka dipergunakan rumus Chi Kwadrat :

2

=

= ∞=1

( − )

Keterangan :

�2 = Chi Kuadrat

= = Jumlah Baris ∞

=1 = Jumlah Kolom

Oij = Frekuensi Pengamatan

Eij = Frekuensi yang Diharapkan

(Sudjana, 1966 : 280)

Selanjutkan data akan diuji menggunakan rumus koefisien kontingensi yaitu:

C

=

� 2 �2−� Keterangan :

C = Koefisien Kontingensi �2 = Chi Kuadrat

= Jumlah Sampel


(2)

(Sutrisno Hadi, 1989: 317)

Untuk mengetahui derajat keeratan pengaruh dapat dilihat pada kriteria pengaruh sebagai berikut :

0,09-1,00 = Hubungan Sangat Tinggi 0,50-0,89 = Hubungan Tinggi

0,21-0,49 = Hubungan Sedang 0,00-0,21 = Hubungan Rendah


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Terdapat pengaruh kontrol diri terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013. Pengaruh kontrol diri terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII berada pada kategori kuat. 2. Terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada

usia sekolah di kelas VIII MTs Nahdlatul Ulama Kaliawi Tanjungkarang Pusat Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap degradasi moral pada usia sekolah di kelas VIII berada pada kategori kuat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian :

1. Orang tua, dapat turut mencegah dan mengurangi degradasi moral anak dengan cara memberikan perhatian yang cukup dari setiap permasalahan


(4)

dan agama.

2. Guru, dapat mengurangi degradasi moral anak dengan cara memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai dan sikap moral yang sesuai dengan karakter Pancasila, memberikan contoh ketauladanan yang baik agar dapat ditiru siswa dalam baik pergaulan dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, dan memberikan perhatian terhadap bakat yang dimiliki siswa untuk dibimbing kearah yang positif.

3. Siswa, dapat mencegah terjadinya degradasi moral dalam diri dengan menerapkan nilai-nilai dan norma yang diajarkan oleh orang tua dan guru, menyibukkan diri dengan kegiatan keagamaan ataupun kegiatan-kegiatan positif yang mendidik yang sesuai hobi sehingga mampu mengasah bakat yang dimiliki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadsudrajat. 2011. Degradasi Moral dan Prinsip Pendidikan Karakter.

Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/07/31/degradasi-moral-dan-prinsip-pendidikan-karakter/ (diunduh tanggal 06 Januari 2013)

Ali, Mohammad dan Muhammad Asrori. 2004. Psikologi Belajar (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : Bumi Aksara

Bertens, K. 2004. ETIKA. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral (Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya). Jakarta : Rineka Cipta.

Dunia Psikologi. 2008. Remaja Pengertian dan Definisinya.

http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/ (diunduh tanggal 06 Januari 2013)

Ginting, Lukas. Pendidikan Moral (Suatu Studi Teori Dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan) Oleh Emile Durkheim tahun 1961. Jakarta : Erlangga.

Ma’mur Asmani, Jamal. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta : Diva Press

Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Muryono, Sigit. 2011. Empati, Penalaran Moral dan Pola Asuh. Yogyakarta :

Gala Ilmu Semesta.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara

Nazir, Mohammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia. Nurma. 2012. Degradasi Moral.

Http://nurmacievibeer.blogspot.com/2012/04/degradasi-moral.html (diunduh tanggal 06 Januari 2013)

Purwoko, Yudho. 2001. Memecahkan Masalah Remaja. Bandung : Yayasan Nuansa Cendikia.


(6)

pengendalian-diri.html (diunduh tanggal 06 Januari 2013) Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.

Unila. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Universitas Lampung

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta : Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 9 85

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP UTAMA 3 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 81

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP UTAMA 3 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 20 77

PENGARUH KONTROL DIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP DEGRADASI MORAL PADA USIA SEKOLAH DI KELAS VIII MTs NAHDLATUL ULAMA KALIAWI TANJUNGKARANG PUSAT BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 158 72

PENGARUH KESIAPAN SEKOLAH TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM KREDIT SEMESTER DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 12 62

PENGARUH CARA BELAJAR, MINAT BACA DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP BINA MULYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 66

PEMBELAJARAN MENULIS SLOGAN DAN POSTER PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 21 138

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DAN LINGKUNGAN KELUARGA MELALUI MOTIVASI DIRI TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA SISWA KELAS IX PROGRAM KEAHLIAN PEMASARAN SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 45 101

PENGARUH KONSEP BUDAYA ORGANISASI INTRA SEKOLAH TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA XAVERIUS PAHOMAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 46

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN LINGKUNGAN KELUARGA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 11 79