Plant Growth Promoting Rhizobacteria
lingkungan Glick, 1995. Pengaruh secara tidak langsung terjadi ketika PGPR mengurangi atau mencegah mikroorganisme yang bersifat sebagai patogen
melalui produksi antibiotik atau melalui induksi ketahanan pada tanaman Glick, 1995. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa PGPR dapat memacu
pertumbuhan tanaman, menginduksi ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen dan meningkatkan hasil tanaman Wei, 1991; Press et al., 1997; Palukaitis et al.,
1992; Sherata et al., 2008; Khalimi, 2009; Suprapta et al., 2014b. Mekanisme rhizobakteri dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah 1
mampu menghasilkan atau mengubah konsentrasi hormon tanaman seperti asam indol asetat IAA, asam giberelat, sitokinin, dan etilen atau prekursornya 1-
aminosiklopropena-1-karboksilat deaminase di dalam tanaman; 2 mampu memfiksasi N2, mempengaruhi pembintilan atau menguasai bintil akar; 3
mampu memproduksi osmolit sebagai osmoprotektan dalam kondisi cekaman osmotik maupun cekaman kekeringan, seperti Azospirillum halopraeferens
menghasilkan osmoprotektan glisin betain yang mampu memacu aktivitas nitrogenase dalam fiksasi N pada kondisi cekaman osmotik; 4 memberi efek
antagonis terhadap patogen tanaman melalui beberapa cara yaitu produksi antibiotik, siderofore,
enzim kitinase, β-1,3-glucanase, sianida, parasitisme, kompetisi sumber nutrisi dan relung ekologi; 5 melarutkan mineral fosfat; 6
menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik Fernando et al., 2005, Cattelan et al., 1999.
Salah satu mekanisme rhizobakteri untuk melindungi tanaman adalah menginduksi ketahanan sistemik sehingga adanya infeksi patogen bisa dihambat
dan tidak sampai mengganggu metabolisme tanaman. Ketahanan sistemik terinduksi bergantung pada kolonisasi sistem perakaran oleh rhizobakteri.
Kolonisasi oleh rhizobakteri dapat terjadi melalui penyelubungan benih atau penambahan suspensi rhizobakteri ke dalam tanah pada saat pindah tanam.
Aplikasi rhizobakteri dapat menginduksi ketahanan tanaman melalui mekanisme ISR induced systemic resistance Wei, 1991; Press et al, 1997.
Palukaitis et al. 1992 melaporkan bahwa perlakuan benih mentimun dan tomat dengan rhizobakteri menghasilkan induksi ketahanan sistemik terhadap Cucumber
mosaic virus. Shehata et al. 2008 melaporkan bahwa perlakuan rhizobakteri
pada biji labu dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap Zuccini yellow mosaic potyvirus dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi
rhizobakteri. Khalimi 2009 melaporkan bahwa perlakuan Pseudomonas aeruginosa isolate PaJ mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai. Hal
ini terbukti secara signifikan meningkatkan tinggi tanaman maksimum, jumlah daun maksimum, dan luas daun maksimum. Perlakuan P.aeruginosa PaJ juga
mampu mengurangi penghambatan tinggi akibat infeksi Soybean stunt virus SSV, menurunkan konsentrasi SSV didalam tanaman kedelai, dan meningkatkan
aktivitas peroksidase. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa P. aeruginosa isolate PaJ berhasil mereduksi keparahan penyakit kerdil pada tanaman kedelai
akibat infeksi SSV.